Share

32. Semakin Runyam

Sesampainya di rumah, Ileana mempersilahkan Jian untuk duduk di kursi teras. Ileana terduduk lemas di kursi sambil meneteskan air mata. Tubuhnya sudah sangat bau karena telur busuk yang dilemparkan kepadanya. Tanpa disadari, Ileana sudah menangis. Menumpahkan rasa sakit dan pahit yang disebabkan oleh ulah Naura.

Jian merasa prihatin melihat Ileana. Tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa selain diam. Hanya ada suara isak tangis dari Ileana yang memecah keheningan di antara mereka.

"Mereka jahat. Jahat banget," gumam Ileana lirih. "Apa salah gue?"

"Lo nggak salah, Ilea," jawab Jian.

Ileana semakin terisak. Ia tak malu lagi menangis di depan Jian. Baginya, Jian sudah seperti saudaranya sendiri. Hanya pria itu yang selalu mengerti keadaannya.

"Ilea, jangan nangis," ucap Jian lagi sambil mengusap punggung tangan Ileana yang terletak di atas meja kecil. "Semuanya bakal baik-baik aja. Suatu saat, mereka bakal kena karmanya. Lo harus percaya itu."

"Gue nggak sanggup, Ji. Gue udah capek kali ini."
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status