Rupanya kebiasaan berdebat Ghea dan Galang tidak bisa dihilangkan. Debatnya hanya mengenai matang dan setengah matang, bagaimana pendapat kalian?
Sesuai request Sinar yang kepengin nasi goreng buatan mama, Ghea bangun pagi-pagi mempersiapkan nasi goreng ditemani mbak Marni. Dapur bersih di ruang makan terdengar kesibukan yang membuat Marni tersenyum. “ Mengapa tersenyum mbak?” tanya Ghea. “ Dapur kering ini kembali berfungsi ibu, “ bisiknya. “ Mbak Marni kalau masak di mana?” tanya Ghea. “ Di dapur bagian belakang bu, disini hanya untuk buat kopi , teh, susu dan jus. Sejak ibu.. maaf Yasmin tidak ada kami dilarang masak di sini.” Bisiknya sambil melihat ke arah pintu kamar tidur. “ Oh.. gitu ya..” jawab Ghea. “ Mbak Marni sudah lama kerja di pondok indah?” tanya Ghea. “ Sejak bapak dan ibu Yasmin menikah, saya kerja disini bu. Sudah hampir lima tahun.” Katanya lagi sambil merajang bawang Bombay. “ Mbak betah kerja disini?” “ Betah ibu, bapak itu orangnya baik, ngewongkan orang, tapi kalau sudah marah , apa saja bisa dibanting.” “ Mbak Marni pernah dibanting?” canda Ghea. “ Masyaallah bu.” Jawab mbaknya tertawa. Sete
Kehadiran Keenan dan ibu Sukma ke Pondok Indah membuat Galang gelisah sepanjang hari meskipun Ghea menyediakan tubuhnya untuk dilahap Galang habis-habisan. Keesokan harinya, di hari Minggu,setelah sibuk telepon ke sana ke mari, Galang mengajak Ghea ke kantor. " Ada yang harus aku amankan. " katanya lalu menelpon Galley dan Nyali. Ternyata kedua ponsel itu mengatakan sedang diluar jangkauan. Sampai di ruang kerjanya, Galang membuka brankas, “ Keluarkan semua isinya masukkan dalam tas ini.” Kata Galang. Ghea mengambil berkas, beberapa dokumen , uang dalam bentuk dolar, pound sterling dan yen tanpa dihitungnya, cek, bilyet , semuanya dimasukkan dalam tas besar yang telah disiapkan Galang. “ Nanti di rumah kita sortir , masukkan ke brankas di rumah.” Kata Galang. “ Ambil semua draf rancangan proyekku yang ada di mejamu dan mejaku. Cek di komputer apakah ada file yang berhubungan dengan proyek terutama rancangan proyek,jangan sampai ada yang tertinggal! “ perintah Galang. “ Mas….?”
Ghea memandang wajah Galang yang tegang ketika memeriksa beberapa dokumen yang diambil dari kantor. Sebagai sekretaris pribadi dia tahu isi semua dokumen , karena Galang mempercayakan semua dokumen penting padanya. Dibukanya masing-masing dokumen meletakkannya di meja kerja, menyediakan kopi dan pancake yang sempat Ghea buat tadi pagi. Sepintas wajah Galang terlihat bingung, mencari sesuatu di antara dokumen-dokumen, kemudian bernafas lega setelah apa yang dicarinya diketemukan , mencium dokumen , menaruhnya di tas kerjanya. “ Yang, besok kamu bawa tas kerjaku pada rapat direksi.” Kata Galang, mengunci tas kerjanya dengan nomor yang hanya mereka berdua yang tahu. Mengapa hidup ini penuh pencobaan. Aku baru merasakan kebahagiaan bersama Galang, entah apa yang akan terjadi besok pada rapat direksi, batin Ghea, merapikan dokumen yang telah diobrak abrik oleh Galang. Pikiran Ghea kembali melayang, semua manusia baik tua, muda , kaya miskin, terkenal tidak terkenal, pasti mengalami pen
Kepahitan hidup merupakan salah satu masalah yang sangat berbahaya dalam kehidupan manusia. Tidak jarang orang menjadi putus asa, menyalahkan orang lain bahkan menyalahkan Tuhan. Kepahitan hidup yang dialami Galang melalui proses panjang , awalnya bisa dilaluinya, sejak dia mengetahui bahwa dia anak haram, meskipun menoreh luka di hatinya, meskipun sempat menyalahkan ibunya mengapa ibunya mempertahankan kandungannya melahirkannya, Jika waktu itu dia digugurkan ibunya, masalah selesai. Kegagalan dalam perkawinannya, larinya Yasmin ke pelukan lelaki lain membuat luka baru menjadikan dia pribadi yang terkenal tidak bersahabat, kejam, sok berkuasa, sulit bagi Galang untuk mengintropeksikan dirinya. Saat ini dia dilecehkan , dihina lagi di depan dewan direksi, membuat luka lama kembali menganga. Setiap hari Galang meraung di kamar, membanting apa yang bisa dibanting, membentur kepalanya di dinding membuat Ghea ketakutan. Selama ini jika ada masalah dengan Galang, Ghea selalu memanggil
Galang mengikuti saran Ghea beristirahat melepaskan pikiran dari segala kemelut yang merasuki pikiran Galang. “ Mas, bagaimana kalau kita jalan-jalan ke luar kota Jakarta?” tanya Ghea. " Rapat dengan pemegang saham tiga hari lagi, aku perlu menyiapkan beberapa dokumen." jawab Galang. “ Sekalian berlibur, mas bisa mempelajari dokumen dengan tenang tanpa gangguan, mas mau kan?” tanya Ghea bergelanjut manja di pundak Galang. “ Hum.. aku mau, tapi kita berlibur kemana agar mereka tidak tahu tempat liburan kita.” Bisik Galang. “ Mas, kan biasa berlibur kemana-mana, pasti deh tahu tempat berlibur yang tenang, indah pemandangannya.” Balas Ghea. “ Kita kepantai atau pegunungan? di dalam negeri atau luar negeri ?” tanya Galang. “ Bagaimana kalau ke pantai, biar Sinar tahu yang namanya pantai itu apa.” Kata Ghea. " Mau pantai di Maldives atau pantai di Bali?" tanya Galang. " Ih ! tanyanya kok aneh-aneh, Maldives. Kita ke pantai Pangandaran." “ Baiklah ! Mas akan mencari tempat yang
Resort yang disewa Galang langsung menghadap ke pantai, cocok untuk healing. Galang mengambil kamera, mengabadikan spot pantai yang indah, ditingkahi dengan ombak yang berlari mencapai bibir pantai. “ Sayang, mana ponselku?” tanya Galang. “ Mama amankan , kita lagi relaksasi mengumpul tenaga dan pikiran untuk rapat dengan para pemegang saham. Papa tolong ganti bajunya Sinar dan basuh badannya agar segar. Mama mau pesan makanan untuk makan siang. Papa mau makan apa?” tanya Ghea. “ Apapun yang mama pesan, aku ikut saja.” Jawab Galang lalu memanggil Sinar. “ Pa, man…di la…ut.” “ Sinar makan dulu, tidur lalu sorenya bisa mandi di laut.” Bujuk Galang. “ A..di .. su..dah..bo..bo..” “ Hum, bobo lagi biar Sinar kuat berenang?” bujuk Galang. Ghea tersenyum melihat Galang membujuk Sinar. Membiarkan Galang mengeluarkan semua bujukannya agar Sinar paham dan mengikutinya. “ M..am.. Sinar bo..bo..” “ Eh ! Makan siang dulu, mama pesan ayam goreng kesukaan Sinar.” Bujuk Ghea. “ Ho..yeee…”
Setelah menikah dengan Yasmin Galang mengetahui sepak terjang pak Pringgodihardjo , dekat dengan orang-orang pemerintah. Kemampuannya melobi proyek-proyek besar pemerintah, tentunya setelah melobi mereka menang tender, kantor pun sibuk entertainment para pejabat mulai jamuan makan disertai gift terselubung dan plesiren ke luar negeri. Dalam hal ini bonus yang merupakan hak karyawan ditekan. Perlahan-lahan Galang berbalik cara melobi , untuk urusan pemerintah biarlah mertuanya yang menangani. Diam-diam Galang membuat proposal proyek , survey lapangan dan sebagainya untuk kemudian mencari investor untuk kerjasama. Sempat terjadi ketegangan antara mertua dan menantu. Proyek mall di Jayapura dan proyek perkantoran di Surabaya adalah proyek gagasan Galang. Perselingkuhan Yasmin, Galang perlahan-lahan menjauhkan dirinya dengan keluarga Pringgodihardjo. Mereka tahu Galang sangat mencintai Yasmin, mendesak Galang ke Spanyol, mengambil paksa Yasmin , membawa kembali ke Indonesia. Mere
Galang meminta surat perintah, diberikan oleh aparat kepolisan, langsung menghubungi Rio dan pengacaranya. Di kantor polisi, nampak pak Hartono didampingi kuasa hukumnya. Galang diajak masuk ke ruang interogasi, ditanya beberapa hal sehubungan dengan proyek pembangunan perkantoran di Surabaya “ Bapak akan dibawa ke Surabaya untuk mempertangungjawabkan ambruknya gedung perkantoran di Surabaya .” “ Baik, saya akan mengikuti semua prosedur hukum, perkenankan saya pulang sebentar pamit dengan isteri saya. Dia tidak tahu kalau saya diangkut.” Jawab Galang tersenyum sinis. “ Maaf pak, permintaan bapak tidak dapat kami penuhi.” Galang memaki “ Damn it !” langsung bangkit berdiri dengan sorot mata kejam. Galang hanya diperkenankan bertemu dengan kuasa hukumnya. Melalui ponsel kuasa hukumnya, menelpon Rio untuk mengawal isterinya . “ Katakan saja aku ke Surabaya untuk mempertanggungjawabkan proyek perkantoran. Tolong siapkan beberapa pakaian dan alat kebersihan serta beberapa buku. Ist