Setelah mendengar suara itu, Timothy langsung menatap ke arah kamar Zayden dengan terkejut. Dia bahkan kurang memercayai penglihatannya.Audrey menoleh dan melihat Zayden berdiri dan bahkan berjalan keluar sendiri. Orang yang mengganggunya tadi adalah Zayden? Audrey pun tercengang. Dia tidak menyangka Zayden akan tersadar secepat itu.Zayden melirik Audrey sekilas, lalu menatap Timothy yang masih memasang ekspresi tidak percaya. Kemudian, tatapannya melembut dan dia berkata, “Ayah, aku sudah sadar. Maaf sudah membuatmu khawatir selama beberapa saat ini.”Timothy baru merasa bagaikan tersadar dari mimpi dan berlari ke arah Zayden. Setelah itu, dia mengulurkan tangannya untuk meraba-raba Zayden dengan maksud untuk memastikan Zayden benar-benar baik-baik saja. Dia berseru dengan berlinang air mata, “Syukurlah kalau kamu sudah sadar! Syukurlah!” Zayden buru-buru menahan Timothy dan berkata, “Ayah, jangan terlalu bersemangat.”Selesai berbicara, Zayden menatap Audrey yang terlihat kewalaha
Saat melihat Zayden yang begitu serius, Timothy akhirnya juga setuju dan berkata, “Baiklah. Begitu kamu membawa pulang wanita yang kamu cintai, aku tidak akan melarangmu untuk bercerai.”Setelah mencapai kesepakatan, Zayden pun kembali ke kamarnya. Saat melihat sosoknya yang menjauh, Timothy hanya bisa berdesah.Setelah melihat situasi ini, Erick, pengurus rumah ini pun maju dan menghibur Timothy, “Pak Timothy, jangan terlalu khawatir. Nona Audrey sangat polos dan baik hati. Setelah menghabiskan waktu bersama, Tuan Zayden mungkin akan menyadari kebaikannya. Dengan begitu, bukannya mereka bisa memupuk perasaan untuk satu sama lain secara perlahan?”Setelah mendengar ucapan Erick, Timothy mengangguk dan berdesah dalam hati, ‘Semoga begitu.’...Setelah Zayden pergi ke ruang baca bersama Timothy, Audrey buru-buru kembali ke “kamar pengantin” yang baru ditinggalinya tidak sampai satu malam itu. Saat mengingat kembali tatapan dingin Zayden tadi, dia tidak bisa menekan rasa takutnya. Pria it
Pada saat berikutnya, Zayden sudah menekan Audrey ke dinding. Zayden mencengkeram dagu Audrey dengan kuat untuk memaksanya mendongak, lalu berkata padanya, “Awalnya, aku masih penasaran tentang latar belakang wanita yang dicari ayahku. Tak disangka, ternyata kamu itu cuma seorang wanita mata duitan.”Nada Zayden terdengar penuh ejekan, kekuatannya juga lumayan kuat. Audrey bahkan merasa dagunya seperti akan dihancurkan oleh Zayden. Rasa sakit itu membuat Audrey tanpa sadar berlinang air mata, tetapi dia berusaha menahan air matanya agar tidak mengalir. Kemudian, dia menjawab, “Benar, aku ini memang wanita mata duitan. Jadi, apa Tuan Zayden sudah bisa kasih aku uangnya supaya wanita menjijikkan seperti aku segera pergi?”Setelah mendengar jawaban ini, Zayden merasa agak heran. Lebih tepatnya, dia tidak pernah bertemu dengan wanita mana pun yang begitu terang-terangan menunjukkan seberapa materialistik diri mereka. Bahkan jika benar-benar menginginkan uang, mereka biasanya juga akan bers
“Tadi, ayahku mencariku khusus untuk membicarakan hal ini. Kayaknya dia sudah tertipu sama kamu dan tidak mengizinkanku untuk bercerai denganmu,” ujar Zayden.Setelah mendengar ucapan Zayden, Audrey pun mengerutkan keningnya. Timothy berkata seperti itu? Namun, setelah mengalami hal barusan, dia tidak bisa menerima untuk bersama dengan pria yang emosinya begitu tidak stabil. Dia tidak sanggup menyinggungnya, tetapi bisa bersembunyi darinya.“Kalau begitu, aku yang akan berbicara dengannya. Jangan khawatir, aku tidak akan mengatakan kalau kamu yang mau bercerai,” jawab Audrey dengan tenang. Kemudian, dia membalikkan badan.Zayden menatap Audrey dengan penuh minat. Meskipun sudah memiliki banyak pengalaman dalam menilai orang, dia tetap tidak bisa menebak apa sebenarnya yang dipikirkan wanita ini. Apa Audrey sedang bermain tarik ulur dengannya, atau dia tahu rencananya ditakdirkan gagal sehingga dia menyerah?Selesai berbicara, Audrey berbalik dan bermaksud untuk berdiskusi dengan Timoth
Tatapan Audrey terlihat sangat jernih dan tegas. Meskipun perjanjian ini membuatnya sangat tergoda, dia tidak ingin menjual tubuhnya untuk pria ini.Zayden pun terdiam. Setelah merenung sesaat, dia memicingkan matanya dan menjawab, “Jangan khawatir, meskipun wanita sepertimu memohon padaku, aku juga tidak akan menyentuhmu.”Audrey pun tersenyum. Dia sama sekali tidak merasa tersinggung dan berkata, “Baguslah kalau begitu.”Kemudian, Audrey menuliskan syaratnya di kontrak dengan serius sebelum membubuhkan tanda tangannya di bawah. Setelah itu, dia menyodorkan kontrak itu kepada Zayden.Setelah melihat tulisan Audrey, Zayden merasa tulisannya sangat berbeda dengan kesan wanita bermata duitan yang diberikannya kepada Zayden. Tulisan Audrey sangat indah dan anggun. Dapat dilihat bahwa dia sering berlatih menulis. Namun, Zayden cepat-cepat menyingkirkan perasaan aneh ini. Dia juga membubuhkan tanda tangannya di samping tanda tangan Audrey dan menyimpan kontrak itu.Kemudian, Zayden mengelua
Zayden juga tidak tahu sudah berapa lama dia menatap Audrey. Setelah Audrey membalikkan halaman buku, dia baru tersadar. Saat mengingat dirinya menatap wanita itu hingga terbengong begitu lama, Zayden pun tersenyum mengejek.Seorang wanita mata duitan malah bangun pagi untuk membaca buku? Apa Audrey ingin membuat Zayden mengubah pandangannya terhadap Audrey? Ini benar-benar adalah permainan yang membosankan. Setelah itu, Zayden pun turun dari tempat tidur dan langsung pergi ke kamar mandi untuk mandi.Saat mendengar suara pergerakan, Audrey baru menyadari bahwa Zayden sudah bangun. Apa Zayden marah karena dirinya menggunakan meja kerjanya? Audrey juga tidak berani berpikir kejauhan. Bagaimanapun juga, uang yang diberikan Zayden adalah biaya pengobatan ibunya. Dia pun buru-buru membereskan meja kerja Zayden dan duduk diam.Beberapa saat kemudian, Zayden pun berjalan keluar dari kamar mandi. Saat melihat Audrey yang sudah membereskan barangnya, dia berkata dengan nada malas, “Ayo keluar
“Aku tahu,” jawab Audrey dengan patuh. Setelah itu, dia baru buru-buru menghilang dari pandangan Zayden.Setelah keluar dari Kediaman Moore dan memastikan dirinya tidak terlihat siapa pun, Audrey baru mengembuskan napas panjang. Emosi Zayden terlalu tidak stabil, dia benar-benar sulit dihadapi. Namun, demi ibunya, Audrey harus bertahan....Audrey pergi ke rumah sakit dengan naik bus. Setelah menemukan kamar ibunya dirawat, dia melihat sahabatnya, Emilia Jones sedang merawat ibunya. Saat ini, raut wajah ibunya sudah terlihat jauh lebih baik. Audrey pun akhirnya merasa lega.Setelah melihat kedatangan putrinya, Lara Weber buru-buru bertanya tentang pekerjaan baru Audrey. Sebelumnya, Audrey sudah membohongi ibunya bahwa dirinya mendapatkan pekerjaan baru sehingga tidak bisa menjenguk ibunya untuk beberapa hari. Dia sama sekali tidak mengatakan tentang dirinya yang sudah menikahi seorang pria asing. Audrey juga sudah menyusun skenarionya agar kebohongannya tidak terbongkar.Setelah ketiga
“Aku sudah menyuruh orang untuk meminta rekaman CCTV-nya, tapi ... rekaman CCTV bulan lalu sudah dihapus oleh pihak hotel,” jawab Caleb.Zayden mengerutkan keningnya. Hari itu, dia sebenarnya ingin langsung kembali untuk mencari wanita itu. Tak disangka, dia malah mengalami kecelakaan.Akhir-akhir ini, Caleb juga sibuk mempertahankan harga saham perusahaan agar tidak ada orang yang bisa memanfaatkan kesempatan untuk mengacau. Jadi, dia tidak memiliki waktu untuk menyelidiki insiden malam itu. Zayden pun tidak menyalahkannya.“Lanjutkan penyelidikannya. Jangan lewatkan petunjuk apa pun,” perintah Zayden dengan tenang.Setelah mengiakan perintah Zayden, Caleb pun pergi.Zayden menyelesaikan beberapa urusan di ruang baca, lalu berjalan keluar. Dia kebetulan bertemu dengan Audrey yang baru kembali dari rumah sakit.Audrey tidak bisa tidur nyenyak semalam, juga sudah mengungkit tentang hal yang menyakitkan kepada Emilia tadi. Saat ini, seluruh tubuhnya terasa sangat letih. Dia hanya ingin c
Sesudah menimbang pro dan kontranya, Dash segera membuat keputusan. Lara yang sudah selesai mengobrol pun kembali, lalu melihat Dash melamun di atas ranjangnya.Dash berinisiatif untuk berkata, "Nenek, aku sudah mengerti maksudmu. Mulai hari ini, aku akan jaga jarak dengan Paman Zayden. Mama sudah memilih untuk pergi, jadi aku nggak boleh menyusahkannya. Aku ingin Mama bahagia."Ketika melihat cucunya begitu pengertian, Lara mengecup pipinya dan membalas, "Kalau begitu, kamu harus membantu Papa Chris saat dia melamar mamamu nanti. Oke?""Oke," sahut Dash sambil memberi isyarat tangan. Setelah mendapatkan jawaban dari Dash, Lara pun mengabari Christian tentang hal ini. Christian sangat terharu saat mengetahui Dash lebih memilihnya daripada ayah kandungnya sendiri.Christian segera pergi ke toko perhiasan untuk mengambil cincin berlian yang telah lama disiapkannya. Sebenarnya dia sudah lama ingin melamar Audrey, tetapi tidak menemukan momen yang pas. Dia pun khawatir Audrey akan menjauhi
Sesudah Zayden pergi, Lara memasuki bangsal. Dia tak kuasa menghela napas saat melihat cucunya memegang mainan Transformers baru yang dibawakan oleh Zayden. Bagaimanapun, Dash masih kecil. Dia pasti senang dengan orang yang memberinya mainan baru."Dash, jangan main lagi, Nenek mau bicara," ujar Lara.Begitu mendengar suara Lara, Dash meletakkan mainannya. Sejak dulu, dia memang selalu menuruti perkataan neneknya. "Nenek mau bilang apa?""Dash, Nenek mau tanya. Kamu sangat menyukai Paman Zayden, ya?" tanya Lara langsung.Dash ragu-ragu sejenak sebelum mengangguk. Beberapa hari ini, Zayden selalu datang menemaninya. Selain menemaninya bermain game dan catur, Zayden juga membeli banyak mainan, bahkan memasak untuknya.Dash bukanlah anak yang keras kepala. Dengan berbagai perlakuan ini, dia tentu mulai memiliki kesan baik terhadap Zayden."Kalau harus memilih di antara Papa Chris dan Paman Zayden, kamu lebih suka siapa?" tanya Lara lagi.Dash tertegun sejenak, tidak menduga dirinya akan d
Ketika melihat putranya meraba-raba kepala sendiri, Audrey mengira Dash sakit kepala. Dia segera menghampiri, lalu bertanya, "Dash, kenapa? Sakit kepala, ya? Atau bagian mana yang sakit?""Mama, aku nggak apa-apa," jawab Dash sembari menggeleng. Kemudian, dia teringat pada sesuatu sehingga bertanya lagi, "Bibi tadi teman Mama, ya?""Bukan, anaknya juga sakit. Dia hanya mengobrol denganku tadi," timpal Audrey dengan jujur.Dash pun tampak bingung, merasa ada yang tidak beres. Akan tetapi, dia tidak terlalu memikirkannya karena mereka mungkin tidak akan bertemu lagi.....Sementara itu, wanita yang mengobrol dengan Audrey barusan buru-buru mencari tempat yang tidak diperhatikan siapa pun. Dia memasukkan beberapa helai rambut Dash ke sebuah kantong kecil dengan hati-hati.Kemudian, wanita itu mengamati sekelilingnya. Setelah memastikan tidak ada siapa pun, dia bergegas keluar dari rumah sakit dan mendekati sebuah mobil yang terparkir di sana.Begitu jendela mobil diturunkan, si wanita men
Apakah hubungannya dengan Zayden akan retak karena wanita itu? Felya duduk sendirian di ruang kantor, merasa sangat kesepian.Beberapa saat kemudian, Felya bangkit dan menyuruh orang memesan tiket ke luar negeri. Dia harus memastikan bahwa anak itu memang darah daging Zayden. Mengingat obsesi Zayden terhadap wanita itu, putranya mungkin saja tertipu.Kalau Dash memang cucunya, Felya pun harus mencari cara untuk membawanya pulang. Dia tidak bisa membiarkan cucunya tinggal di luar negeri bersama orang lain. Setelah bertekad, Felya berkemas dan menaiki penerbangan terdekat untuk ke luar negeri.....Selesai memasak beberapa lauk, Audrey ingin membawanya ke rumah sakit. Sejak tadi, Zayden terus menunggunya di ruang tamu. Dia tahu Audrey tidak akan mengajaknya pergi, jadi hanya bisa duduk di sini karena takut ditinggal.Ketika melihat Audrey hendak keluar, Zayden segera bangkit dan berucap, "Aku ikut." Dengan begitu, keduanya sama-sama menuruni tangga dan berangkat ke rumah sakit.Di dalam
Setelah Zayden membalut lukanya, dia mencari tisu untuk menyeka noda darah di lantai. Dia tahu Audrey adalah wanita berhati lembut. Kalau bukan karena membenci seseorang, Audrey pasti selalu bertanya untuk sekadar memberi perhatian.Kini, Zayden pun mengerti. Begitu seorang wanita berhati lembut membulatkan tekadnya, tidak akan ada yang bisa membuatnya goyah.Namun, Zayden tidak berhak untuk mengeluh karena semua ini terjadi gara-gara dirinya. Kebodohan dan kesombongannya yang membuat hubungan mereka menjadi begitu buruk.Tidak peduli secuek apa Audrey padanya, Zayden harus bisa menerima dan bertahan. Dia yakin, suatu hari nanti dirinya akan memiliki posisi lagi di hati Audrey.Sesudah memikirkan semua ini, Zayden tidak terlihat murung lagi. Dia membereskan semua barang, lalu berdiri di depan dapur sambil menatap Audrey yang sibuk memasak. Kali ini, dia tidak masuk dan mengganggu lagi, melainkan hanya memperhatikan Audrey.Sementara itu, Audrey merasa sangat tidak nyaman ditatap oleh Z
Zayden tidak memperhatikan keraguan Audrey. Dia meletakkan barang-barangnya di samping, lalu membawa bahan makanan ke dapur.Audrey mengira Zayden ingin memasukkan bahan makanan ke kulkas, tetapi pria ini malah memakai celemek seperti ingin masak.Audrey tidak pernah melihat Zayden masak sehingga menghampiri untuk bertanya, "Kamu ngapain?"Zayden menoleh meliriknya sekilas, lalu menjawab, "Dash bilang ingin makan beberapa masakan, jadi aku mau masak untuknya."Audrey mengernyit dengan makin kuat mendengarnya. Dia melirik sekilas resep yang ditulis khusus oleh Zayden, lalu mendapati semua itu memang makanan favorit Dash. Namun, sejak kapan keduanya menjadi begitu akrab?Audrey seketika menjadi berwaspada. Dash tidak tahu motif Zayden, tetapi Audrey tahu jelas. Pria ini hanya ingin menggunakan trik kecil untuk membuat Dash menyukainya. Dengan begitu, dia mungkin bisa balikan dengan Audrey. Huh! Jangan mimpi!"Tuan Zayden yang terhormat, kamu sudah terbiasa hidup bergelimang harta sejak k
Audrey melihat senyuman di wajah Zayden, lalu berkata dengan agak jengkel, "Biar kuperjelas dulu, aku membiarkanmu tinggal di sini hanya untuk memastikan transplantasi sumsum tulang berlangsung dengan lancar. Jangan pikir macam-macam atau aku akan mengusirmu dengan sapu!"Zayden tidak mengatakan apa pun, hanya mengangguk dengan tenang. Sikapnya yang tampak pasrah ini pun membuat Audrey sangat kesal karena amarahnya tidak dapat terlampiaskan.Audrey berusaha untuk menahan emosinya dan kembali ke kamar. Untuk menunjukkan kekesalannya, dia sengaja membanting pintu dengan kuat.Zayden pun tidak bisa apa-apa saat melihat tingkah Audrey. Setelah berpikir sesaat, dia mengeluarkan ponsel untuk mengirim pesan kepada Dash. Pagi ini, Zayden bermain dengan Dash, lalu mendapatkan WhatsApp-nya karena menang.[ Mau makan apa sore ini? Aku akan membawakannya untukmu. ][ Aku nggak boleh makan makanan di luar. ][ Aku akan memasaknya untukmu. ]Dash terkejut membacanya. Zayden bisa memasak? Apakah pria
"Masalah ini nggak bisa dicegah hanya karena kamu nggak mau," ujar Lara dengan tenang. Demi kebahagiaan putrinya, Lara memutuskan untuk bersikap kejam. Dia tidak akan membiarkan siapa pun punya kesempatan untuk melukai putri dan cucunya."Kalaupun kamu mau bersama Audrey, aku nggak percaya ibumu itu akan setuju. Jangan bilang kamu nggak tahu apa saja yang diperbuatnya. Kalau kamu berada di posisiku, apa kamu akan merelakan putrimu disiksa oleh mertua seperti itu?""Aku ...." Zayden terdiam. Perbuatan ibunya memang sangat keterlaluan, Zayden tidak berani mengelak untuk hal ini.Melihat Zayden yang terdiam mendengar perkataannya, Lara berdiri sambil berkata, "Aku sudah bicara sampai seperti ini, aku harap kamu bisa pertimbangkan hubunganmu dengan Audrey. Kalau kamu tetap bersikeras, aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk melindungi keluargaku."Usai bicara, Lara langsung bangkit dan berdiri. Sebelum meninggalkan restoran, dia sudah membayar semua tagihannya terlebih dahulu. Zayden menatap
"Nggak kok! Kalau kamu nggak percaya, kita janji jari kelingking saja," ujar Zayden seraya mengulurkan jari kelingkingnya. Dash langsung menyambut dengan gembira, "Nggak boleh ingkar janji."Setelah itu, Dash baru melepaskan tangannya dengan gembira. Melihat Dash yang begitu senang, Audrey mengernyit dan merasa gusar dalam hatinya. Saat dia sedang berusaha memikirkan bagaimana caranya untuk mengusir Zayden, Lara telah masuk ke ruangan sambil membawa sarapan.Begitu masuk, Lara melihat Zayden yang sedang duduk di samping Dash dan Audrey yang berdiri diam. Dia langsung memahami situasi saat ini, tetapi tidak mengungkapkannya secara langsung."Nenek datang!" sambut Dash dengan gembira saat melihat Lara. Dia tahu bahwa ini adalah saatnya sarapan, sehingga dia langsung berlari ke arah Lara dengan gembira.Berhubung Dash harus selalu rutin suntik dan minum obat beberapa hari ini, selera makannya jadi berkurang. Maka dari itu, Lara harus turun tangan sendiri untuk memasakkan hidangan yang dis