Naik bus? Selama ini, Zayden tidak pernah menggunakan transportasi umum.Meskipun Keluarga Conner bukanlah keluarga kalangan atas, putri mereka seharusnya tidak begitu miskin hingga hanya bisa naik bus.Zayden merasa dirinya benar-benar tidak bisa memahami Audrey. Setelah itu, Zayden pun bangkit dan berjalan ke kamar. Begitu membuka pintu kamar, dia melihat Audrey sedang duduk di kursi dengan ekspresi kewalahan.Setelah memberikan kertas itu kepada Zayden, Audrey merasa agak menyesal. Bagaimana jika Zayden tersinggung dan menginginkan uangnya kembali? Bukankah yang akan rugi adalah dirinya sendiri? Setelah memikirkan hal ini, Audrey merasa sangat cemas. Dia pasti sudah kelelahan karena mengalami terlalu banyak masalah akhir-akhir ini sehingga pikirannya menjadi kurang jernih.Zayden memperhatikan ekspresi Audrey yang berubah dari cemas hingga marah dengan penuh minat. Setelah beberapa saat, dia baru berdeham.Audrey langsung tersadar dari lamunannya dan melirik ke arah Zayden dengan ag
Zayden menerima telepon itu dan bertanya, “Christian, kenapa kamu meneleponku?”Christian adalah putra bungsu Zachary Moore, kakak pertama Zayden. Berbeda dari orang tuanya yang sangat tidak akur dengan Zayden, Christian memiliki hubungan yang cukup baik dengan Zayden.Sejak kecil, Christian memiliki impian untuk menjadi dokter. Jadi, dia sudah mengumumkan dari awal bahwa dia tidak akan meneruskan bisnis keluarga dan ingin belajar kedokteran. Agar tidak diancam orang tuanya, dia bahkan bekerja untuk membayar uang kuliahnya sendiri. Sekarang, dia juga mengandalkan prestasinya sendiri untuk belajar di luar negeri. Oleh karena itu, dendam di antara generasi sebelumnya tidak memengaruhi hubungan paman dan keponakan ini.“Om, Kakek bilang kamu sudah sadar dan menikah. Aku tentu saja harus bertanya padamu mengenai hal sebesar ini,” ujar Christian.Setelah mendengar kata-kata Christian, Zayden mengerutkan keningnya dan bertanya, “Kamu yang ada di luar negeri juga sudah tahu mengenai hal ini?”
Mobil mereka melaju dengan cepat, lalu berhenti di depan pintu mal termewah dan paling terkenal di Kota Slastin.“Nona Audrey, kamu belanja saja dulu. Kalau sudah mau pulang, hubungilah aku. Aku akan datang menjemputmu,” ujar Caleb. Dia masih memiliki pekerjaan di perusahaan. Jadi, dia pun bermaksud untuk pergi setelah menurunkan Audrey.Audrey juga tidak menyulitkannya dan mengangguk. Kemudian, dia masuk ke mal sendirian. Begitu masuk ke mal, dia mau tak mau mendecakkan lidahnya setelah melihat deretan produk yang indah dan sangat mahal.Sejak diusir Michael, Audrey sangat jarang datang ke tempat seperti ini. Dia hanya pernah datang ke tempat semewah ini sekali, dan itu juga karena diseret oleh Christian.Saat teringat tentang Christian, Audrey pun melamun sejenak. Kemudian, dia berjalan ke sebuah toko di dalam ingatannya. Begitu mendongak, dia pun melihat gaun yang pernah dicobanya itu sedang digantung di tempat yang paling menarik perhatian semua orang.Audrey masih ingat apa yang d
Maria merasa apa yang dikatakannya kemungkinan besar memang adalah kenyataan. Bagaimanapun juga, Audrey memang sangat cantik, tetapi dandanannya sangat lusuh. Sekarang, dia malah bisa tiba-tiba mengeluarkan selembar kartu hitam yang limitnya tak terbatas untuk berbelanja. Jika bukan karena sudah menjadi simpanan orang, mana mungkin ada kemungkinan lainnya lagi?Setelah memikirkan hal ini, Maria lebih enggan pergi lagi. Dia pura-pura melihat-lihat baju lainnya, tetapi pandangannya tidak berhenti melirik ke arah Audrey.Beberapa saat kemudian, Audrey yang sudah berganti pakaian berjalan keluar dari kamar pas. Perhatian beberapa orang yang ada di dalam toko langsung tertuju padanya. Audrey tidak berdandan dengan berlebihan. Dia hanya mengenakan gaun polos yang sederhana, wajahnya juga tidak dirias. Namun, kulitnya terlihat sangat mulus dan putih. Rambut hitamnya yang panjang jatuh melewati bahunya. Saat ini, dia terlihat sangat cantik dan segar sehingga orang-orang tidak bisa mengalihkan
Kedua wanita itu sama-sama tidak mengalah. Tidak lama kemudian, mereka pun menimbulkan keributan yang besar. Keributan ini sudah menarik perhatian orang-orang yang lalu-lalang. Dalam sekejap, toko ini pun dikelilingi oleh sekelompok orang. Pemilik toko juga buru-buru menyuruh satpam untuk datang. Setelah satpam itu tiba, dia buru-buru melerai kedua wanita itu.Maria sudah terbiasa dimanjakan sejak kecil. Jadi, dia sama sekali bukanlah tandingan Audrey. Setelah berkelahi sejenak, dia bukan hanya tidak mendapatkan keuntungan apa-apa, tetapi malah harus menerima beberapa pukulan lagi. Saat ini, keadaannya terlihat sangat menyedihkan.Setelah melihat ada banyak orang yang berkerumun, Maria tiba-tiba terpikirkan sebuah ide. Dia menunjuk ke luka di wajahnya, lalu mengadu pada semua orang, “Semuanya, ayo lihat seberapa kejam wanita ini. Sejak SMA, dia sudah sering bergaul dengan pria nggak benar. Sekarang, mentang-mentang sudah jadi simpanan pria kaya, dia pun bersikap begitu arogan hingga b
Setelah keluar dari mal, Audrey melihat mobil Zayden yang diparkir di luar. Dia menunduk dan melihat penampilan dirinya yang menyedihkan, lalu merasa agak bersalah. Meskipun dia tidak kalah dalam perkelahian tadi, Keluarga Moore adalah keluarga kalangan atas. Jika mengetahui dia berkelahi dengan orang lain di luar, Zayden pasti akan menyalahkannya.Namun, menghindar bukanlah cara penyelesaian yang baik. Audrey hanya bisa menarik napas dalam-dalam, lalu memberanikan diri untuk naik ke mobil. Untungnya, Zayden sedang memusatkan perhatiannya pada laptop di hadapannya. Jadi, dia tidak terlalu memperhatikan Audrey.Audrey diam-diam mengembuskan napas lega dan buru-buru meringkuk sambil melihat ke luar jendela. Dia sedang berusaha semaksimal mungkin untuk tidak menarik perhatian Zayden.Mobil melaju dengan kecepatan yang stabil. Saat Audrey merasa masalah kali ini akan berlalu dengan begitu saja, Zayden melirik ke arahnya dengan acuh tak acuh. Saat melihat rambut Audrey yang berantakan dan a
Audrey menghela napas, lalu mendongak untuk melihat lokasi keberadaannya. Dia tidak tahu di mana dia berada, tetapi tempat ini terlihat sangat terpencil. Dia bahkan tidak melihat ada sebuah mobil pun yang lewat. Tak berdaya, Audrey hanya bisa berjalan sambil menunggu sampai ada mobil yang bersedia memberinya tumpangan....Setelah Zayden menurunkan Audrey di pinggir jalan, Caleb tidak berhenti melihat jalan di belakang mobil mereka. Tempat ini sangat terpencil. Jika tidak ada yang menjemput Audrey, Audrey mungkin tidak akan bisa pulang. Dia pun berkata, “Tuan Zayden, apa Nona Audrey sendiri ....”“Apa kamu mau menemaninya?” tanya Zayden dengan dingin.Setelah mendengar jawaban Zayden, Caleb hanya bisa menutup mulutnya.Zayden membuka dokumen di tangannya, tetapi sama sekali tidak tertarik untuk membacanya. Setelah terpikirkan kembali ucapan Audrey tadi, ekspresinya pun menjadi semakin suram. Setelah beberapa saat, dia baru berkata, “Selidiki latar belakang wanita itu.”Zayden tidak sep
Setelah melamun sejenak, Zayden tersadar dan berdeham, “Kalau nggak mau aku tarik kembali kata-kataku, tutup mulutmu.”Audrey pun segera diam. Dia tidak ingin menyanjung Zayden hingga berlebihan. Sisa perjalanan mereka dilewati dalam keheningan.Setelah menemani Timothy makan malam, mereka pun kembali ke kamar masing-masing....Keesokan paginya, Zayden sudah bangun di pagi-pagi buta.Saat membuka matanya, Zayden melihat Audrey masih belum bangun dan tidur sangat nyenyak. Mungkin dia sudah terlalu lelah semalam sehingga masih tidak menunjukkan tanda-tanda akan bangun. Tubuhnya yang ramping meringkuk di satu area kecil di lantai.Zayden tiba-tiba teringat tentang data yang dibacanya kemarin. Saat memikirkan Audrey sudah harus bekerja untuk menghidupi dirinya dan ibunya yang sakit di usia belia belasan tahun, dia merasa agak bersimpati pada Audrey. Mungkin dia seharusnya tidak bersikap begitu buruk terhadap Audrey.Setelah memikirkan hal ini, Zayden pun berjalan ke arah Audrey. Dia beren
Sesudah menimbang pro dan kontranya, Dash segera membuat keputusan. Lara yang sudah selesai mengobrol pun kembali, lalu melihat Dash melamun di atas ranjangnya.Dash berinisiatif untuk berkata, "Nenek, aku sudah mengerti maksudmu. Mulai hari ini, aku akan jaga jarak dengan Paman Zayden. Mama sudah memilih untuk pergi, jadi aku nggak boleh menyusahkannya. Aku ingin Mama bahagia."Ketika melihat cucunya begitu pengertian, Lara mengecup pipinya dan membalas, "Kalau begitu, kamu harus membantu Papa Chris saat dia melamar mamamu nanti. Oke?""Oke," sahut Dash sambil memberi isyarat tangan. Setelah mendapatkan jawaban dari Dash, Lara pun mengabari Christian tentang hal ini. Christian sangat terharu saat mengetahui Dash lebih memilihnya daripada ayah kandungnya sendiri.Christian segera pergi ke toko perhiasan untuk mengambil cincin berlian yang telah lama disiapkannya. Sebenarnya dia sudah lama ingin melamar Audrey, tetapi tidak menemukan momen yang pas. Dia pun khawatir Audrey akan menjauhi
Sesudah Zayden pergi, Lara memasuki bangsal. Dia tak kuasa menghela napas saat melihat cucunya memegang mainan Transformers baru yang dibawakan oleh Zayden. Bagaimanapun, Dash masih kecil. Dia pasti senang dengan orang yang memberinya mainan baru."Dash, jangan main lagi, Nenek mau bicara," ujar Lara.Begitu mendengar suara Lara, Dash meletakkan mainannya. Sejak dulu, dia memang selalu menuruti perkataan neneknya. "Nenek mau bilang apa?""Dash, Nenek mau tanya. Kamu sangat menyukai Paman Zayden, ya?" tanya Lara langsung.Dash ragu-ragu sejenak sebelum mengangguk. Beberapa hari ini, Zayden selalu datang menemaninya. Selain menemaninya bermain game dan catur, Zayden juga membeli banyak mainan, bahkan memasak untuknya.Dash bukanlah anak yang keras kepala. Dengan berbagai perlakuan ini, dia tentu mulai memiliki kesan baik terhadap Zayden."Kalau harus memilih di antara Papa Chris dan Paman Zayden, kamu lebih suka siapa?" tanya Lara lagi.Dash tertegun sejenak, tidak menduga dirinya akan d
Ketika melihat putranya meraba-raba kepala sendiri, Audrey mengira Dash sakit kepala. Dia segera menghampiri, lalu bertanya, "Dash, kenapa? Sakit kepala, ya? Atau bagian mana yang sakit?""Mama, aku nggak apa-apa," jawab Dash sembari menggeleng. Kemudian, dia teringat pada sesuatu sehingga bertanya lagi, "Bibi tadi teman Mama, ya?""Bukan, anaknya juga sakit. Dia hanya mengobrol denganku tadi," timpal Audrey dengan jujur.Dash pun tampak bingung, merasa ada yang tidak beres. Akan tetapi, dia tidak terlalu memikirkannya karena mereka mungkin tidak akan bertemu lagi.....Sementara itu, wanita yang mengobrol dengan Audrey barusan buru-buru mencari tempat yang tidak diperhatikan siapa pun. Dia memasukkan beberapa helai rambut Dash ke sebuah kantong kecil dengan hati-hati.Kemudian, wanita itu mengamati sekelilingnya. Setelah memastikan tidak ada siapa pun, dia bergegas keluar dari rumah sakit dan mendekati sebuah mobil yang terparkir di sana.Begitu jendela mobil diturunkan, si wanita men
Apakah hubungannya dengan Zayden akan retak karena wanita itu? Felya duduk sendirian di ruang kantor, merasa sangat kesepian.Beberapa saat kemudian, Felya bangkit dan menyuruh orang memesan tiket ke luar negeri. Dia harus memastikan bahwa anak itu memang darah daging Zayden. Mengingat obsesi Zayden terhadap wanita itu, putranya mungkin saja tertipu.Kalau Dash memang cucunya, Felya pun harus mencari cara untuk membawanya pulang. Dia tidak bisa membiarkan cucunya tinggal di luar negeri bersama orang lain. Setelah bertekad, Felya berkemas dan menaiki penerbangan terdekat untuk ke luar negeri.....Selesai memasak beberapa lauk, Audrey ingin membawanya ke rumah sakit. Sejak tadi, Zayden terus menunggunya di ruang tamu. Dia tahu Audrey tidak akan mengajaknya pergi, jadi hanya bisa duduk di sini karena takut ditinggal.Ketika melihat Audrey hendak keluar, Zayden segera bangkit dan berucap, "Aku ikut." Dengan begitu, keduanya sama-sama menuruni tangga dan berangkat ke rumah sakit.Di dalam
Setelah Zayden membalut lukanya, dia mencari tisu untuk menyeka noda darah di lantai. Dia tahu Audrey adalah wanita berhati lembut. Kalau bukan karena membenci seseorang, Audrey pasti selalu bertanya untuk sekadar memberi perhatian.Kini, Zayden pun mengerti. Begitu seorang wanita berhati lembut membulatkan tekadnya, tidak akan ada yang bisa membuatnya goyah.Namun, Zayden tidak berhak untuk mengeluh karena semua ini terjadi gara-gara dirinya. Kebodohan dan kesombongannya yang membuat hubungan mereka menjadi begitu buruk.Tidak peduli secuek apa Audrey padanya, Zayden harus bisa menerima dan bertahan. Dia yakin, suatu hari nanti dirinya akan memiliki posisi lagi di hati Audrey.Sesudah memikirkan semua ini, Zayden tidak terlihat murung lagi. Dia membereskan semua barang, lalu berdiri di depan dapur sambil menatap Audrey yang sibuk memasak. Kali ini, dia tidak masuk dan mengganggu lagi, melainkan hanya memperhatikan Audrey.Sementara itu, Audrey merasa sangat tidak nyaman ditatap oleh Z
Zayden tidak memperhatikan keraguan Audrey. Dia meletakkan barang-barangnya di samping, lalu membawa bahan makanan ke dapur.Audrey mengira Zayden ingin memasukkan bahan makanan ke kulkas, tetapi pria ini malah memakai celemek seperti ingin masak.Audrey tidak pernah melihat Zayden masak sehingga menghampiri untuk bertanya, "Kamu ngapain?"Zayden menoleh meliriknya sekilas, lalu menjawab, "Dash bilang ingin makan beberapa masakan, jadi aku mau masak untuknya."Audrey mengernyit dengan makin kuat mendengarnya. Dia melirik sekilas resep yang ditulis khusus oleh Zayden, lalu mendapati semua itu memang makanan favorit Dash. Namun, sejak kapan keduanya menjadi begitu akrab?Audrey seketika menjadi berwaspada. Dash tidak tahu motif Zayden, tetapi Audrey tahu jelas. Pria ini hanya ingin menggunakan trik kecil untuk membuat Dash menyukainya. Dengan begitu, dia mungkin bisa balikan dengan Audrey. Huh! Jangan mimpi!"Tuan Zayden yang terhormat, kamu sudah terbiasa hidup bergelimang harta sejak k
Audrey melihat senyuman di wajah Zayden, lalu berkata dengan agak jengkel, "Biar kuperjelas dulu, aku membiarkanmu tinggal di sini hanya untuk memastikan transplantasi sumsum tulang berlangsung dengan lancar. Jangan pikir macam-macam atau aku akan mengusirmu dengan sapu!"Zayden tidak mengatakan apa pun, hanya mengangguk dengan tenang. Sikapnya yang tampak pasrah ini pun membuat Audrey sangat kesal karena amarahnya tidak dapat terlampiaskan.Audrey berusaha untuk menahan emosinya dan kembali ke kamar. Untuk menunjukkan kekesalannya, dia sengaja membanting pintu dengan kuat.Zayden pun tidak bisa apa-apa saat melihat tingkah Audrey. Setelah berpikir sesaat, dia mengeluarkan ponsel untuk mengirim pesan kepada Dash. Pagi ini, Zayden bermain dengan Dash, lalu mendapatkan WhatsApp-nya karena menang.[ Mau makan apa sore ini? Aku akan membawakannya untukmu. ][ Aku nggak boleh makan makanan di luar. ][ Aku akan memasaknya untukmu. ]Dash terkejut membacanya. Zayden bisa memasak? Apakah pria
"Masalah ini nggak bisa dicegah hanya karena kamu nggak mau," ujar Lara dengan tenang. Demi kebahagiaan putrinya, Lara memutuskan untuk bersikap kejam. Dia tidak akan membiarkan siapa pun punya kesempatan untuk melukai putri dan cucunya."Kalaupun kamu mau bersama Audrey, aku nggak percaya ibumu itu akan setuju. Jangan bilang kamu nggak tahu apa saja yang diperbuatnya. Kalau kamu berada di posisiku, apa kamu akan merelakan putrimu disiksa oleh mertua seperti itu?""Aku ...." Zayden terdiam. Perbuatan ibunya memang sangat keterlaluan, Zayden tidak berani mengelak untuk hal ini.Melihat Zayden yang terdiam mendengar perkataannya, Lara berdiri sambil berkata, "Aku sudah bicara sampai seperti ini, aku harap kamu bisa pertimbangkan hubunganmu dengan Audrey. Kalau kamu tetap bersikeras, aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk melindungi keluargaku."Usai bicara, Lara langsung bangkit dan berdiri. Sebelum meninggalkan restoran, dia sudah membayar semua tagihannya terlebih dahulu. Zayden menatap
"Nggak kok! Kalau kamu nggak percaya, kita janji jari kelingking saja," ujar Zayden seraya mengulurkan jari kelingkingnya. Dash langsung menyambut dengan gembira, "Nggak boleh ingkar janji."Setelah itu, Dash baru melepaskan tangannya dengan gembira. Melihat Dash yang begitu senang, Audrey mengernyit dan merasa gusar dalam hatinya. Saat dia sedang berusaha memikirkan bagaimana caranya untuk mengusir Zayden, Lara telah masuk ke ruangan sambil membawa sarapan.Begitu masuk, Lara melihat Zayden yang sedang duduk di samping Dash dan Audrey yang berdiri diam. Dia langsung memahami situasi saat ini, tetapi tidak mengungkapkannya secara langsung."Nenek datang!" sambut Dash dengan gembira saat melihat Lara. Dia tahu bahwa ini adalah saatnya sarapan, sehingga dia langsung berlari ke arah Lara dengan gembira.Berhubung Dash harus selalu rutin suntik dan minum obat beberapa hari ini, selera makannya jadi berkurang. Maka dari itu, Lara harus turun tangan sendiri untuk memasakkan hidangan yang dis