Keluar terlebih dahulu, melihat jam yang menunjukkan waktu Putik selesai bekerja. Leo meminta Agus memastikan Putik pulang, setelah memastikan semua pekerjaan selesai langsung keluar dari ruangannya menuju tempat parkir dan membawa mobilnya ke tempat biasa Putik naik kendaraan umum.
Leo menatap sekitar, menunggu cukup lama kedatangan Putik yang tidak muncul. Hembusan nafas panjang dan kesal menjadi satu, menunggu adalah hal yang paling dibenci banyak orang. Leo sendiri selama ini tidak pernah melakukannya, kali ini melakukan untuk wanita yang sudah menolaknya berkali-kali dan hanya menginginkan hubungan ranjang.
“Lama?” suara disampingnya membuat Leo menatap kearahnya “Risa rewel tadi dan ini langsung tidur.”
Leo berdiri melangkah ke tempat dimana mobilnya berada, jarak yang tidak terlalu jauh membuat mereka cepat sampai. Membuka pintu belakang untuk meletakkan Risa dan barang-barang mereka, Leo membuka pintu untuk Putik yang masuk tidak
Leo sudah memutuskan untuk tetap bersama dengan Putik dan akan membuat dia percaya kalau dirinya serius, perbedaan mereka bukan suatu kendala sama sekali. Pelepasannya yang entah ke berapa membuat mereka berada dalam satu ranjang bersama dengan Putik berada diatasnya, hembusan nafas Putik terasa di dadanya.“Aku menahan semua ini dari lama.” Putik berdiri dengan melepaskan penyatuan mereka.Leo mengernyitkan dahinya, menatap tubuh tanpa busana Putik yang membuatnya selalu menelan saliva kasar. Tubuh Putik tidak bisa dianggap remeh, tidak jauh berbeda dengan tubuh para gadis, meskipun memiliki anak tapi tubuhnya sempurna kecuali bagian bawahnya yang sudah terlalu longgar.“Kamu pernah melakukan dengan siapa saja?” Leo memberanikan diri bertanya membuat Putik menatap kearahnya.“Apa tidak enak?” tanya Putik tanpa menjawab pertanyaan Leo “Aku membutuhkan uang untuk bertahan hidup sebelum kerja di tempat kamu.”
Menatap Fransiska yang baru saja masuk kedalam mobilnya, menggunakan jaket dan masker untuk menutupi jati dirinya. Leo tahu bahwa sekarang sudah terlalu malam, bisa dikatakan tengah malam menjelang pagi. Menghubungi Fransiska dan mengajaknya keluar bukan hal yang masuk kedalam rencananya sama sekali, ketidakpuasan pada Putik membuat Leo melakukan hal gila.“Belum tidur?” tanya Fransiska setelah melepaskan penyamarannya.Leo menelan saliva kasar, wajah Fransiska terlihat luar biasa bersinar. Tidak menggunakan make up atau bisa dikatakan polos, hal ini semakin membuat Leo tahu bagaimana wajah aslinya. Leo menggelengkan kepala bagaimana bisa media tidak pernah membahas mengenai kecantikan wanita dihadapannya ini, setidaknya saat ini beruntung bisa melihatnya secara langsung.“Hallo,” ucap Fransiska melambaikan tangannya dihadapan Leo.“Kamu cantik jadi aku nggak konsen,” ucap Leo memberikan alasan membuat Fransiska mencibi
Leo menatap keponakannya yang sedang bermain dihadapannya, setiap minggunya semua harus berkumpul di rumah orang tuanya. Bisa datang kalau ada acara yang memang tidak bisa ditinggalkan, tapi jangan harap bisa dengan tidak mudah datang karena maminya akan bertanya dari a sampai z, bukan hanya itu asisten juga akan ditanyai lengkap.“Jadi kamu dekat sama janda itu?” Lucas memilih duduk disamping Leo tanpa melepaskan tatapan dari putranya.“Ya dan tidak,” jawab Leo membuat Lucas menatap kearahnya, hembusan nafas panjang dikeluarkannya “Dia menolak berkali-kali.”Lucas tertawa mendengarnya membuat Leo memutar bola matanya malas “Kalau papi dengar bakal emosi, keturunan Hadinata bisa ditolak. Itu namanya kamu yang bego.”“Kaya situ nggak bego aja.” Leo menatap sinis pada Lucas “Awas aja ampe lo buat Anggi sedih.”“Tenang, nggak akan.” Lucas menepuk bahu Leo pelan. &ldquo
“Ahh...lebih dalam.” Putik mengerang keras dan menarik Leo dengan melumat bibirnya kasar.Gerakan mereka semakin cepat, tidak lama kemudian Leo mencapai klimaks dan mengeluarkanmya didalam. Melepaskan penyatuan mereka, terlihat cairan mereka keluar dari milik Putik. Beranjak dari atas Putik, melangkah kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Leo mengajak Putik untuk kedalam kamarnya yang ada di hotel, kamar khusus yang menjadi fasilitasnya. Bukan hanya Leo yang mendapatkan tapi Irwan dan Agus juga, semua ini dilakukan kalau mereka harus menginap karena pekerjaan.“Aku akan antar kamu pulang.” Leo mengatakannya dengan menatap Putik yang masih berada di ranjang.“Aku juga harus menjemput Risa, kamu banyak kerjaan jadi nggak usah.” Putik menolak ajakan Leo, beranjak dari ranjang menuju kamar mandi.Leo memilih tidak menghiraukan apa yang Putik lakukan, hubungan mereka sudah berjalan beberapa minggu. Leo sendiri juga su
Mengelilingi hotel bersama dengan Agus, melihat bagaimana kondisinya untuk bisa dilaporkan pada pusat. Tidak hanya itu Leo juga ingin dekat dengan karyawan-karyawannya yang lain bukan hanya Irwan, saling berbicara satu sama lain mengenai kondisi hotel.“Aku mau ke lobby, berbicara sama pria-pria itu.” Leo menatap Agus sekilas yang hanya dijawab dengan anggukan.Langkah Leo terhenti saat melihat Fransiska bersama dengan seseorang, tidak tahu siapa yang bersama dengannya. Memilih tidak terlalu mempercayai matanya mengenai pemandangan didepan, langkah Leo semakin menuju ke pria-pria yang bertugas menyambut para tamu. Leo berdiri disampingnya, bertanya beberapa hal pada pria disampingnya yang tampak gugup membuat Leo tersenyum.“Leo,” ucap sumber suara membuat mereka menatapnya “Aku nggak tahu kalau kamu....” Fransiska menatap Leo dari atas ke bawah “Kamu kerja disini?”“Ya.” Leo menjawab langsung &l
“Dia tadi idola yang memiliki tinggi badan kayak model.” Putik membuka suaranya saat Leo melepaskan penyatuan mereka “Groupnya memang tidak terlalu terkenal tapi banyak yang suka, apa ya bilangnya susah menjelaskan. Mereka disukai dengan semua sikap dan lagu-lagunya, tapi fans mereka bukan hanya menyukai mereka tapi banyak idola lainnya.” Leo menatap dalam diam tentang apa yang Putik katakan tentang Fransiska “Banyak yang menjodohkan dia dengan idola pria kaya Dongdet sama Tigabelas.”“Tampan?”Putik mengangguk “Gara-gara itu banyak yang nggak suka sama group itu, mengatakan mereka jalang dan wanita penggoda, meskipun begitu secara perlahan berita itu hilang karena sikap mereka yang ramah dan sopan pada semua orang ditambah mereka tidak menunjukkan kedekatan dengan group pria itu. Tigabelas pengecualian karena salah satu diantara mereka atau lebih sudah berteman, jadi fans mereka tidak mempermasalahkan.”
“Kamu membuat reservasi khusus untuk orang tuanya Fransiska?” tanya Irwan penuh selidik “Diundur aja lah.”Leo menatap bingung “Memang kenapa?”“Aku ada masalah sedikit sama papi kamu.” Irwan menundukkan kepalanya, Leo mengangkat alisnya tanda bingung “Masalah Naila tidak bisa dengan mudah diselesaikan, pengajuan cuti juga tidak terlaksana.”“Bukannya sudah cuti kemarin? Nggak jadi nikah?” tanya Leo bingung.Irwan memutar bola matanya malas “Kamu kira ngurus nikah bisa dalam sekejap mata? Pakai otak dong.”“Gue belum pernah urus begituan,” ucap Leo kesal.“Makanya buat Putik mau terima lamaran kamu, bukan mengejar Fransiska. Tunggu kamu sama Fransiska belum melakukan sesuatu?” Leo menggelengkan kepala “Cemen banget jadi orang.”Leo membelalakkan matanya menatap tidak percaya dengan apa yang Irwan katakan “Dia t
Mengantarkan Tania ke lobby setelah pembicaraan dengan Putik, Leo tidak tahu harus bagaimana pada mami tercintanya ini. Sang mami selalu memiliki penilaian yang Leo tidak bisa tebak sama sekali, dan saat ini tidak ingin bertanya lebih tentang apa yang dikatakan pada Putik.“Mami benaran ngajak Putik ke acara keluarga?” tanya Leo saat sudah berada depan pintu mobil “Kita bicara dalam mobil.”Leo masuk terlebih dahulu, tidak menghiraukan tatapan Tania yang kesal pada dirinya. Mereka berdua duduk berdampingan dengan supir yang ada didepan, menatap mami tercintanya yang hanya diam dan menatap lurus ke jalanan.“Apa alasan mami mengundang Putik dan Risa ke acara keluarga?” tembak Leo langsung.“Membuat Putik merasakan bagaimana memiliki keluarga, bukannya kamu sudah melamar dia? Seharusnya kamu mengajak ke acara keluarga kita, dengan cara seperti itu membuat dia akan berubah pikiran.”“Mami bilang ma