Tok! Tok! Tok! Gabriel dan Tio mengetuk pintu kamar pak Ruslan, Tio berusaha membuka pintunya sayangnya pintu tersebut di kunci."Aduh non, den, bibi saranin jangan ganggu tuan, non sama aden kan tahu tuan berangkat nya pagi banget dan semalem baru pulang, tuan pasti kecapean, udah jangan di ganggu tuan baik-baik aja kok," ujar bi Ita yang langsung menghentikan Tio dan Gabriel mengetuk pintu."Bi, aku gak bisa tenang kalau aku gak melihat papa baik-baik aja dengan mata kepalaku sendiri, aku khawatir bi," balas Gabriel."Iya non bibi tahu pasti non sangat khawatir, tapi apa non gak kasihan sama tuan, tuan kerja habis-habisan seharian tanpa henti, tuan cuma perlu istirahat," sahut bi Ita."Tapi bi.... (terpotong)" "Udah non, jangan tapi-tapi, kasihan tuan pasti sangat kelelahan, udah biarin aja istirahat untuk memulihkan tenaga dan energi nya nanti juga kalau udah kerasa lebih baik pasti tuan keluar sendiri kok ," bujuk bi Ita."Heumm, ya udah deh aku mau mandi dulu," jawab Gabriel den
Ketika hari sudah sore Tio baru saja pulang dari kampus, ia bertanya pada bi Ita."Bi kak Gabriel mana? Apa papa sudah selesai beristirahat?""Ssstt, sekarang tuan udah selesai istirahat lagi berendam air panas sama non Gabriel," jawab bi Ita."Oh, sukur deh," jawabnya singkat.Tio pun pergi ke kamarnya sementara itu Gabriel dan pak Ruslan yang berada di pemandian air panas."Papa, kapan aku akan bercerai dengan Jhonatan?" Tanya Gabriel yang duduk di antara kedua paha pak Ruslan di dalam bak mandi."Sepertinya, kalian tidak perlu ke pengadilan karena setelah papa ingat-ingat pernikahan kalian bukanlah pernikahan resmi, hanya pernikahan sirih, dengan cara Jhonatan mengusir mu sebelumnya itu sudah jatuh talak," jawab pak Ruslan sambil membelai bahu Gabriel."Oh ya? Jadi aku ini bukan istri Jhonatan lagi?" Tanya Gabriel."Bukan, kamu sudah bukan istri nya lagi," jawab pak Ruslan."Papa, apa tadi aku sudah cukup lincah?" Tanya Gabriel sambil melirik wajah pak Ruslan seraya membelai dada p
"Bi ke sini sebentar," ucap pak Ruslan pelan."Iya tuan," sambut bi Ita seraya menghampiri."Apa ada masalah?" tanya pak Ruslan."Anu tuan, tadi non Gabriel nanyain baju yang bibi cuci semalem, kayaknya non gak sengaja lihat pas bibi nyuci," jawab bi Ita."Terus bibi bilangnya gimana? sekarang bajunya di mana? Pasti belum kering kan?" Tanya pak Ruslan lagi."Bibi cuma bilang kalau baju tuan gak sengaja ke tumpahan kopi jadi baju tuan kotor udah gitu aja tuan, sekarang baju nya bibi jemur di depan kamar bibi, biar bibi ambilkan," jawab bi Ita."Oh ya udah gak papa bi, gak usah bi, nanti saja setelah bajunya kering, bibi jangan lupa kasih pewangi yang banyak biar gak bau," jelas pak Ruslan."Iya baik tuan," jawab bi Ita singkat.Pak Ruslan hendak berbalik menuju meja makan seketika Tio dan Gabriel yang sedang menguping itu langsung kocar kacir."Tio buruan pergi! Kita ke meja makan lagi pura-pura gak tahu apa-apa, kita lanjut makan!" Gertak Gabriel.Saat pak Ruslan tiba di meja makan Ga
Setelah pak Ruslan beres dengan urusan bersama laptop yang ia pakai tadi, ia naik ke atas ranjang, ia memeluk Gabriel yang sudah tertidur lelap.Ia ikut menutup kedua matanya sambil berkata."Papa takut kamu trauma dan yang paling papa takutkan adalah kamu, papa takut kamu malah menjauhi papa kamu pergi ninggalin papa setelah kamu tahu pekerjaan utama papa, apalagi saat melihat papa berkelahi dengan Jhonatan hampir saja papa kehilangan kepercayaan mu."*Keesokan harinya*Gabriel perlahan membuka kedua mata nya, ia melihat pak Ruslan baru keluar dari kamar mandi hanya memakai handuk saja."Papa, papa udah mandi kok gak bangunin aku," ujar Gabriel seraya duduk bangun dari tidurnya."Eh kamu udah bangun, tadinya papa mau bangunin kamu cuma kasian aja kalau papa ganggu waktu tidur kamu," jawab pak Ruslan.Melihat penampilan pak Ruslan yang hanya menggunakan handuk, telanjang dada membuat Gabriel terangsang."Papa!" Teriak Gabriel sambil berlari memeluk pak Ruslan dari belakang."Kamu biki
Gabriel yang sudah puas dengan kolam renang, ia membersihkan diri, setelah itu ia berbaring di atas kasur, namun tiba-tiba saja rasa kantuk muncul,perlahan kedua matanya tertutup untuk membuka mata rasanya sangat berat, akhirnya Gabriel tertidur hingga sore hari.Tio yang sudah pulang dari kampus ia kembali pamit pada bi Ita untuk pergi nongkrong sama teman-temannya."Aduh den, jangan bibi takut tuan marah, lagian aden kan gak biasanya nongkrong," ujar bi Ita yang khawatir."Bi, aku ini udah gede gak usah khawatir aku bisa jaga diri kok, lagian juga jarang banget aku ikut nongkrong sama temen," balas Tio seraya berjalan pergi keluar.Rupanya ia sudah di jemput olah temannya yang membawa mobil, ia pun pergi nongkrong tanpa sepengetahuan Gabriel karena ia pamit nya pada bi Ita.Tio bersorak riang bersama temannya itu hingga suara sorak nya itu perlahan lenyap karena ia semakin menjauh dari rumah.Malam pun tiba Gabriel baru bangun dari tidurnya, ia merasa agak linglung."Ah apa ini suda
Bi Ita yang hendak masuk ke kamar nya niat hati ingin beristirahat setelah seharian lelah bekerja namun ia tiba-tiba terdiam saat mendengar."Bibi! Bi Ita tolong bi! Tio mabuk berat aku gak bisa ngatasinnya, tolong bi, bibi! Bi Ita tolong bi!" "Itu teriakan non Gabriel, ada apa ya? Aduhh padahal baru aja mau istirahat," gerutu bi Ita sambil berlari menuju lantai atas pergi ke kamar Tio."Bi, tolong bi, tolong lepasin tangan Tio yang sedang meluk aku bi, dia berat banget bi sumpah Tio ternyata berat banget," pinta Gabriel.Bi segera membantu Gabriel melepaskan dekapan Tio, mereka membaringkan Tio bersama kemudian keluar dari kamar Tio."Aduh bi, lain kali kalau Tio pamit mau nongkrong cegah sebisa mungkin, takutnya kayak gini lagi," ujar Gabriel."Iya non, bibi minta maaf, bibi kurang tegas mencegah den Tio," jawab bi Ita sambil menunduk."Udah bi, yang kali ini gak papa tapi lain kali bibi harus bisa lebih tegas lagi bi, ya udah ini udah malem bibi pasti capek, bibi mendingan segera
"Bu kenapa? Ada apa sebenarnya?" Tanya Gabriel mulai panik.Ibu panti tidak menjawab ia hanya menggelengkan kepalanya kemudian penyuruh Gabriel untuk pulang saja."Cepet kamu pergi dari sini! Cepet!" Gertak ibu panti membuat Gabriel panik.Karena merasa sudah di usir Gabriel akhirnya pergi dari panti, anak-anak juga bingung mereka bertanya pada ibu panti mengapa Gabriel di usir dari sana padahal ia baru saja tiba, namun ibu panti tidak menjawab dan langsung membawa anak-anak masuk ke dalam."Lah? Kok aku di usir?" Tanya Gabriel dalam hati seraya masuk ke dalam mobil."Mau pulang sekarang non? Kok sebentar amat?" Tanya pak Ruslan."Pulang aja pak, aku juga gak tahu ada apa tapi ibu panti ngusir aku," jawab Gabriel."Tadi bapak lihat raut wajah ibu panti kayak ketakutan gitu non, waktu ibu panti ngobrol sama non Gabriel matanya sesekali melirik pohon yang agak besar, tapi bapak gak lihat ada orang di sana," jelas pak supir."Oh ya? Pohon yang mana?" Tanya Gabriel penasaran."Itu non, po
Brak! Bug! Pertarungan sengit antara pak Ruslan dengan beberapa pria kekar mereka berusaha merebut sesuatu yang pak Ruslan bawa."Ruslan! Gua tahu itu lo! Serahkan barang yang lo bawa dan lo akan selamat!" Sorak salah satu pria."Apa kamu pikir saya bodoh? Apa kamu pikir saya lemah? Sampai barang ini tiba di tangan pelanggan saya tidak akan membiarkan nya disentuh oleh siapapun!" Tegas pak Ruslan."Oh belagu banget lo! Hajar!" Teriak pria itu.Beberapa pria itu langsung mengeroyok pak Ruslan, awalnya ia tumbang sejenak namun langsung kembali menghajar mereka hingga pada akhirnya mereka pun terkapar lemas."Lihat? Anak buah mu lemah sekali, apa kamu masih mau berusaha mengambil barang yang saya bawa?" Tanya pak Ruslan kalem walaupun dengan napas yang tersengal-sengal."Berisik! Gua akan ambil barang itu sekarang juga!" Balas pria itu yang langsung menghajar pak Ruslan, namun dengan cepat ia bisa menangkis serangan dari pria itu.Perkelahian kembali terjadi mereka sama-sama kuat namun s
Ruslan masuk ke markas Max dia membuat kekacauan dengan cara membawa anggota kepolisian untuk mengamankan setiap orang yang ada di sana dan mengembalikan barang ke pemilik aslinya yaitu Jack.Kepanikan terjadi Max murka mengetahui perbuatan Ruslan namun ia tidak bisa berbuat apa-apa karena sudah di tahan oleh polisi. Barang-barang yang telah di curi itu kembali ke tangan pemilik aslinya.Hal itu membuat Jack bangga, Jason dan Rey juga telah membuka pintu restu atas hubungan Ruslan dengan Gabriel, walaupun terbilang cukup jauh umur mereka namun cinta itu tidak pernah terhalang oleh umur karena umur hanyalah angka.Prok! Prok! Prok! Tepuk tangan terdengar bergemuruh saat Ruslan kembali ke markas Jack."Wow, hebat, setelah ini aku setuju atas hubungan mu dengan adik ku," ucap Jason."Aku juga setuju," sambung Rey."Ruslan, saya bangga atas apa yang kamu lakukan, saya minta maaf karena telah memberi siksaan sebelumnya, karena saya benar-benar tidak tahu," ucap Jack."Sudah lah, lupakan, l
"Papa! Jadi orang yang papa maksud untuk menjadi suami ku adalah Jhonatan?" tanya Gabriel."Iya, Jhonatan adalah senior di kelompok kita dia yang paling handal dan paling bertanggung jawab. Dia juga yang paling cepat menyelesaikan misi," jawab Jack."Gabriel, kenapa kamu begitu kaget? Emangnya kamu tahu Jhonatan itu siapa?" Tanya Jason heran."Dasar baj*Ngan!" Gertak Gabriel sambil mendorong Jhonatan sampai mundur beberapa langkah."Anak ku, apa yang salah?" tanya Jack."Jhon! Jadi selama ini kamu adalah salah satu anggota dari kelompok mafia?" tanya Gabriel."Iya, jadi kamu adalah anak dari ketua kelompok ku?" tanya balik Jhonatan."Jhon kamu kenal anak ku?" tanya Jack bingung."Jelas kenal pah! Dia adalah mantan suamiku, dia yang sudah menikahi ku dan mengkhianati ku dia berselingkuh saat aku masih menjadi istrinya! Dia bajingan! Dia lah penjahat yang sesungguhnya! Lebih parahnya lagi dia adalah anak tiri pak Ruslan!" Jelas Gabriel."Apa?" "Apa?""Apa?"Bersamaan, Jack, Jason dan j
Tepat pukul 3 pagi, Gabriel pergi mengendap-endap ke ruang bawah tanah untuk menemui pak Ruslan dengan membawa sepiring makanan dan juga segelas air.Para menjaga mencegah Gabriel, namun Gabriel melakukan berbagai cara untuk membujuk para penjaga itu agar mengijinkannya masuk dan mereka tutup mulut."Papa," ucap Gabriel gemetar melihat tubuh pak Ruslan terkapar lemas di sebuah kursi yang di ikat dengan tali."Sa, Sayang," jawab pak Ruslan seraya membuka kedua matanya dan melirik Gabriel.Gabriel segera melepaskan tali itu dan langsung memeluk pak Ruslan dengan di iringi sebuah tangis."Papa, papa," tangis Gabriel sambil memanggil pak Ruslan."Sayang, papa baik-baik saja, syukurlah kamu baik-baik saja, papa sangat khawatir dan papa juga mencari ke mana-mana papa juga selalu berdoa dan berharap bahwa kamu baik-baik saja," ujar pak Ruslan sambil mengelus kepala Gabriel yang berada di dadanya."Papa pasti sangat ke sakitan, aku minta maaf pah," jawab Gabriel."Sayang, kamu tidak perlu min
Sore itu Gabriel, Rey dan Jack pulang, di sambut oleh Jason dengan rencana yang di katakan oleh David. Semua memberi respon positif kecuali Rey."Aku tidak terlalu mempercayai anak baru, sebaiknya jangan gegabah kita harus hati-hati," ucap Rey."Iya Rey ada benarnya juga, kita coba saja dulu rencananya nanti malam namun kita jangan tidur kita awasi dari lantai atas," balas Jack."Papa, apakah ini akan berbahaya?" tanya Gabriel khawatir."Tidak anak ku, tidak ada yang berbahaya kita hanya perlu waspada saja," jawab Jack."Gabriel, kamu segera lah tidur kami akan berjaga malam ini," ucap Rey yang mulai peduli dengan adik perempuannya itu."Iya bang, kalian hati-hati," jawab Gabriel yang kemudian masuk ke dalam kamarnya.Semua rencana sudah di siapkan, di mulai dengan penjagaan di laur gudang dan di dalam gudang, tepat pukul 02 pagi, Rey melihat seseorang dari belakang gudang."Papa, Jason, lihat baik-baik ada penyusup," ucap Rey melalui handphone karena mereka saling terhubung satu sama
Jack memeluk Gabriel penuh haru melihat kejadian itu dari lantai atas."Pa, apa itu artinya bang Rey mau menerima ku sebagai adik perempuan nya?" tanya Gabriel sambil menangis."Iya tentu saja, kalau itu saudara sedarah sedaging kalian harus akur harus saling menyayangi satu sama lain," jawab Jack dengan tetesan air mata juga.Tidak lama kemudian para anggota di suruh bubar oleh Rey dengan sebuah bentakan."Apa yang sedang kalian lihat! Bubar!""Lihat lah Abang mu malu, karena ini baru pertama kali nya abang mu menangis setelah kepergian ibu kalian," ujar Jack."Eumm iya pa, aku seneng banget bisa berkumpul dengan keluarga asliku, makasih ya pa, papa berusaha keras untuk membuatku kembali bersama kalian," balas Gabriel sambil melepas pelukannya."Iya sama-sama nak, apapun untuk anak papa pasti akan papa lakukan," timpal Jack sambil tersenyum.Gabriel pun pergi ke kamar nya karena Jack menyuruhnya untuk beristirahat saja tidak boleh mengerjakan pekerjaan yang berat sementara Jack meny
Gabriel menikmati bubur ayamnya, sambil berkata dalam hati."Aku benar-benar gak nyangka ternyata aku hamil, iya juga sih karena aku waktu berhubungan badan sama pak Ruslan tidak pernah pakai pengaman makannya gak heran saat ini aku hamil, heumm aku berharap pak Ruslan baik-baik aja dan keluargaku mau menerima kehadirannya.""Ehh, gimana bang Rey, bang Rey belum juga menerima aku gimana dengan pak Ruslan, ahh aku heran bang Rey kok gitu amat sama aku, emangnya aku punya salah apa sama dia? Heumm apa yang harus aku lakukan agar bang Rey mau menerima kehadiran ku," sambung Gabriel sambil melahap bubur ayamnya.Setelah Gabriel selesai sarapan ia hendak keluar rumah untuk mencari udara segar.Tepat saat ia berada di ruang tengah ia berpapasan dengan Rey. Tatapan Rey sangat tajam membuat Gabriel takut dan menunduk."Perempuan kok bangunnya siang, bangun ti pagi-pagi!" bentak Rey, ia tidak tahu akan kehamilan Gabriel."I, iya maaf bang," jawab Gabriel."Maaf, maaf cepat latihan! Abang tungg
"Bang," ucap Jason sambil menggelengkan kepala ia tidak percaya dengan ucapan Rey."Apa! Kau berharap apa? Apa kau berharap aku akan menerima dia sebagai adikku?" tegas Rey yang kemudian berlalu pergi.Jason tidak percaya Rey sangat tidak ingin ada kehadiran seorang wanita ke keluarga mereka, seperti nya Rey sangat kecewa atas kepergian ibunya di karenakan melahirkan Gabriel.Malam pun berlalu, saat Jack memanggil Gabriel untuk sarapan terdengar dari balik pintu Gabriel seperti mau muntahKarena khawatir Jack langsung membuka pintu dan bertanya "nak, kamu kenapa?""Aduh, pa aku gak tahu kepala ku pusing dan mual-mual," jawab Gabriel sambil memegang kepalanya."Nak, Sayang tenang dulu ya, ini minum dulu," ujar Jack sambil memberikan segelas air."Jason! Jason! Cepat kemari!" teriak Jack memanggil anak keduanya, ia sangat khawatir dan hanya bisa mengandalkan Jason karena Rey sudah pasti tidak akan peduli."Iya pa, ada apa?" tanya Jason sambil menghampiri Jack ke dalam kamar Gabriel."C
"Jika benar papa adalah sorang mafia, berarti selama ini aku berada dalam dekapan mafia, pantas saja papa tidak mau mengakui dengan jelas apa pekerjaan utamanya," pikir Gabriel."Ahh tapi ini hanya perkiraan ku saja, aku tidak tahu kebenarannya jika bukan papa yang mengatakan nya dengan langsung," sambung Gabriel dalam hati.Ia pun merebahkan tubuhnya di atas kasur untuk menenangkan diri, hingga saat malam tiba, Gabriel di panggil oleh Jason."Gabriel, ayok kemari kita makan malam bersama," ajak Jason."Oh iya, bang aku menyusul," jawab Gabriel seraya bangun dari tidurannya.Saat Gabriel tiba di meja makan terlihat Rey duduk menatapnya dengan tajam, raut wajah yang sangat itu membuat Gabriel menundukkan pandangan karena takut."Gabriel ayok duduk nak," ujar Jack seraya memberikan kursi."Eum iya pa," jawab Gabriel seraya duduk.Namun saat Gabriel duduk Rey berdiri hal itu membuat semua orang kaget."Rey, mau kemana kamu? Makan dulu," ujar Jack."Aku tidak selera, aku mau makan di luar
Saat itu hari sudah mulai sore, Gabriel keluar dari kamarnya, ia melihat beberapa orang bertubuh kekar, saat ia pergi ke sebuah ruangan tiba-tiba saja Rey menghardiknya."Mau kemana kau?" Tanya Rey ketus."A, aku cuma mau lihat-lihat aja," jawab Gabriel ketakutan karena dengan postur tubuh yang kekar serta raut wajah yang cukup menyeramkan dari Rey "Apa? Jangan cuma lihat-lihat pastikan dirimu berguna kalau kau sudah berada di keluarga ku," ujar Rey tegas."Berguna gimana maksudnya bang?" Tanya Gabriel."Sini!" Gertak Rey yang langsung menarik tangan Gabriel menuju sebuah lapangan latihan di bagian belakang."Lihat? Di sana ada sebuah papan bulat pastikan kau bisa menembak dengan tepat," ujar Rey sambil memberikan sebuah pistol ke tangan Gabriel."Ta, tapi bang aku belum pernah menggunakan pistol sebelumnya, bagaimana bisa aku menembak tepat sasaran?" Ujar Gabriel yang gagap karena takut."Hahh sudah ku duga, makannya aku bilang pastikan dirimu berguna dan tak akan menjadi beban, cep