Aruna dan Rafa memutuskan kembali ke Jakarta setelah 4 hari di sana. Dengan berat Aruna meninggal kan sang adik. Ia tidak bisa berbuat apa-apa karena kesalahannya, Aida harus menanggung semua beban hidup seperti ini, harus mengasuh anak tanpa ayah tanpa jelas statusnya. Aruna masih sangat terpukul dengan apa yang terjadi. Kalau boleh memilih lebih baik Erland membalasnya dari pada membalas Aida yang tidak mengerti apa-apa. Sejak mengetahui kebenarannya Aruna menjadi pendiam dan tidak banyak bicara. Bahkan Rafa sudah membujuknya berulang kali. Tidak ada yang lebih mengenal Aruna kalau tidak dirinya. Ia selalu ada untuk Aruna.
Andai saja Aruna tidak terikat janji pada Aida ia akan mendatangi Erland dan membuat perhitungan pada mantan suaminya itu. Namun, semua itu hanya perandaian saja karena Aida sudah memintanya berjanji untuk menyembunyikan keberadaannya dari Erland dan keluarganya yang lain.
Aruna selalu menirukan air matanya buka menginga
Bagaimana bisa membuang kenangan pahit ini, jika takdir selalu membawamu mendekat meskipun dalam bayang ingatan ataupun kenyataan yang tak pernah terduga. (Aida - Dicintai Kakak ipar)Setelah bercengkerama dengan keluarganya. Byan pamit untuk istirahat. Rasanya capek seharian ada di jalan. Begitu juga dengan Erland yang capek badan dan pikirannya.Erland langsung tertidur karena rasa capek sudah menjalar di tubuhnya. Rencana ingin merefleksikan tubuhnya dengan air hangat pun gagal untuk hati ini. Ditinya bahkan harus mandi cepat karena sang mama dudah memanggilnya makan malam tadi.Erland terbangun saat pukul 3 pagi. Ia mengambil wudhu dan melaksanakan sholat tahajud, memohon untuk di beri kemudahan dalam mencari Aida. Dirinya selalu berharap bisa menemukan Aida, selalu berdoa untuk keselamatan wanita ya
Aku benar-benar minta maaf kamu harus melewati masa-masa itu tanpa penjelasan. Membuatmu bertanya-tanya, membuatmu menunggu. Bahkan membuatmu menderita. Maafkan aku yang sudah menghancurkanmu. (Erland - Dicintai Kakak ipar)Erland masih mengikuti Aida yang berjalan sedikit cepat. Bisa saja ia menyamai langkah Aida. Namun, hal itu tidak ya lakukan karena dirinya sangat ingin tahu di mana Aida selama ini tinggal.Aida sampai di rumahnya dengan meninggalkan Bik Wawa yang masih ada di sana. Ia langsung mengunci pintunya. Ia tahu Erland masih mengikutinya. Aida membawa Rendra ke dalam boxnya. Tubuhnya luruh seketika di lantai. Menangis menumpahkan semua yang membuat dadanya sesak."Kenapa ya Allah, kenapa ...? Kenapa ... engkau pertemukan aku lagi dengan Kak Erland?" isaknya.Erland yang sudah berada di
Penyesalan itu datangnya selalu di akhir agar kita memiliki waktu yang lebih untuk belajar. Belajar menahan amarah dan menahan ego yang ada. Aku akan berusaha untuk meminta maaf padamu, bertanggung jawab atas perbuatanku meskipun butuh waktu lama untuk mendapatkannya darimu. Karena sesungguhnya di balik kata maafku ada janjiku untuk menjadi lebih baik dan tak mengulangi kesalahan yang sama. Dan mengembalikan kebahagiaanmu. (Erland - Dicintai Kakak ipar)"Bolehkah aku menggendongnya?" tanya Erland ragu.Aida hanya diam saja tidak menyahut. Ia langsung memeluk Rendra yang tadinya ia dudukkan di tempat mainannya ."Aku mohon bicaralah padaku, kamu punya hak untuk marah dan membenciku, tapi kamu selalu diam malah pergi jauh, kenapa kamu tidak memintaku untuk bertanggung jawab saat itu?" tanyanya.Aida
Ikhlas menerima kesalahan dan belajar menjadi lebih baik dari sebuah kesalahan karena itu yang akan membuatmu lebih kuat dalam menjalani kehidupan. Meskipun penolakan hadir menghalangi tetaplah bersabar. (Erland - Dicintai Kakak ipar)Aida sudah siuman dari pingsannya. Erland dan Byan terlihat sama khawatir dengan keadaannya. Aida melihat Rendra bersama Erland, laki-laki itu menggendongnya. Rendra terlihat sangat nyaman dan tidak rewel.Aida menundukkan mukanya saat netranya bertemu pandang dengan Erland. Byan menyaksikan semua itu. Jujur, hatinya sakit ... ia cemburu, tapi pantaskah ia cemburu pada Erland yang sudah seperti adik bagi dirinya? Toh, Erland juga sangat menyayanginya. Dirinya memang sangat kecewa dengan perbuatan Erland pada Aida, tapi dirinya bisa berbuat apa? Dirinya tidak mempunyai hak apa pun pada Aida, bahkan ia baru menyadari, mungkin alasan Aida
Saat pada akhirnya diri ini memutuskan untuk menyerah. Namun, perlu diketahui bahwa menyerah sama beratnya dengan terus berjuang. Karena akan ada hati yang terus mengharapkan seseorang yang dicintai untuk bahagia tak peduli dirinya terluka dan sakit. (Erland - Dicintai Kakak ipar)Erland pergi dari rumah Aida setelah mengungkapkan isi hatinya. Ia tidak lagi menoleh ke belakang. Ia tahu kesalahannya bukan kesalahan kecil, tapi kesalahan besar yang tidak termaafkan. Meskipun Aida mengatakan memaafkan, tapi tidak dengan hatinya yang masih menyimpan kebencian padanya. Namun, ia sudah lega bisa melihat wanita yang ia hancurkan dan saat ini ia cintai dalam keadaan baik-baik saja. Anaknya juga dalam keadaan baik, tidak kurang apa pun.Erland menepikan mobil. Hatinya sakit karena penolakan dan kebencian Aida. Mata Aida yang memandangnya penuh dengan keb
Merindukanmu laksana hujan yang datang dengan tiba-tiba dan bertahan lama, bahkan setelah hujan reda, rinduku masih sangat terasa. Seberapa aku membuat diriku sibuk dengan hal-hal yang aku lakukan, tapi setiap aku berhenti dari aktivitasku. Tetap aku akan selalu memikirkanmu (Erland - Dicintai Kakak ipar)Erland sudah melewati masa kritisnya. Kini dirinya sudah dipindahkan di ruang rawat inap.Arumi dan Bagas tak sabar untuk melihat kondisi sang putra. Mereka menyuruh pihak rumah sakit menempatkan Erland di ruang VVIP rumah sakit miliknya ini.Arumi dan Bagas melihat Erland sudah sadar. Keduanya langsung menghampiri sang putra."Ya Allah, Nak. Mama sudah berulang kali bilang padamu untuk selalu jaga kesehatan. Kesehatan itu lebih berharga dari apa pun," ucap Arumi kesal bercampur sedih melihat kon
Hanya dengan ketulusan, mereka akan mampu belajar makna dari sebuah keikhlasan dalam kehidupan. Byan dan Erland belajar untuk hal itu. Akankah kedua sanggup menjalankan semua itu. (Dicintai Kakak ipar)"Kamu sudah bangun, Sayang? Bagaimana kondisimu sekarang? Apa sudah mulai membaik?" Berbagai pertanyaan terlontarkan dari bibir cantik sang mama.Erland mencoba menerbitkan senyumnya di hadapan wanita yang ia sayangi itu."Alhamdulillah, sudah mulai membaik kok, Ma.""O iya, tadi ada Anton jenguin kamu ke sini. Mama juga sudah ngabari Byan kalau asam lambung akut kamu kambuh, dia bilang akan segera pulang ke Jakarta," ucap Arumi.Erland masih diam saja tidak menanggapi ucapan sang mama. Dirinya masih sibuk dengan pemikirannya tentang Aida. Jujur dirinya penasaran, apakah s
Sebesar apa pun kamu marah atas kesalahanku. Satu hal yang perlu kamu tahu kalau hatiku tetap untuk kamu. Aku akan selalu menunggumu untuk memaafkanku dan memberi kesempatan padaku. (ERLAND - DICINTAI KAKAK IPAR)Erland lega setelah dirinya jujur pada kedua orang tuanya. Apalagi kedua orang tuanya pun mendukungnya, meskipun dirinya tahu Papa dan Mamanya kecewa padanya. Namun, melihat kesungguhannya untuk mau bertanggung jawab dan penyesalannya akan perbuatannya, mereka mau mendukung.Erland tidak bisa berkata lagi, saat Byan memberitahunya tentang Aida. Meskipun dirinya belum tahu kepastiannya tentang perasaan Aida padanya, tapi mendengar penjelasan Byan dirinya sangat bahagia."By, Mama dan Papa akan ikut kamu ke Lampung, kami ingin bertemu Aida dan cucu kami," ujar Arumi tidak sabar.
Satu minggu sudah Aida melahirkan anak keduanya. Hari ini juga Aida diizinkan untuk pulang. Sempat terjadi pendarahan sehingga tidak boleh langsung pulang dan harus dirawat.Kondisi Aida dan putrinya sudah semakin membaik. Seminggu ini Erland yang mengkhawatirkan keadaan Aida, terpaksa harus bekerja di rumah sakit. Setiap ada dokumen penting yang membutuhkan tanda tangannya, Anton pasti akan membawanya ke rumah sakit.Setelah membereskan barang-barang, Erland meminta perawat membantu mendorong kursi roda yang dinaiki Aida dan bayi mereka. Sedangkan Erland membawa barang-barangnya.Erland bergegas meletakkan barang-barang ke dalam bagasi mobil, lalu membukakan pintu mobil untuk Aida.Di kediaman Erland dan Aida. Arumi sudah menyiapkan syukuran kecil dengan mengundang beberapa tetangga dan tokoh agama di kompleks perumahan yang dihuni Aida dan Erland itu.Aluna dan Rafa pun ikut hadir. Mereka yang beberapa hari ini ikut menjaga Rendra, saat ini menemani bocah tampan itu bermain.Byan da
Hari ini mereka semua bersiap untuk pulang ke Jakarta. Aisyah sudah siap dengan dua koper yang berisi barang-barangnya dan Byan. Byan menyeret koper-koper itu ke bawah. Di sana sudah ada Erland dan yang lainnya menunggu.Setelah perjalanan yang memakan waktu sekitar dua jam lebih, mereka sampai. Di bandara sopir keluarga sudah menjemput mereka sesuai perintah Bagas dan Arumi. Byan dan Aisyah, Erland dan Aida tidak langsung pulang ke kediaman mereka. Mereka akan berkumpul di rumah kedua orang tua mereka terlebih dahulu.Mereka akan membuka oleh-oleh untuk diberikan pada Bagas dan Arumi juga para asisten rumah tangga yang sudah mereka siapkan.***Dua bulan kemudian .... Malam ini Aida gelisah, sudah pukul dua belas malam dirinya masih terjaga, perutnya terasa keram berulang kali. Ingin membangunkan Erland. Namun, dirinya merasa kasihan. Pukul tujuh malam sang suami baru datang karena ada meeting penting bersama klien yang berasal dari luar negeri. Sudah berulang kali dirinya bangun un
Keesokan harinya. Setelah sarapan, mereka melakukan aktivitasnya masing-masing. Aida yang perutnya sudah semakin besar hanya ingin ditemani Erland jalan-jalan ke pantai. Sedangkan Dinda dan Anton mereka mempunyai rencana sendiri, begitu pun Byan dan AisyahByan mengajak Aisyah masuk ke dalam butik setelah meletakkan semua belanjaannya di mobil. Ya, mereka kembali berburu oleh-oleh. Aisyah lupa belum membelikan teman-teman sesama guru oleh-oleh.Malam ini Byan akan mengajak Aisyah ke pesta peresmian dan pembukaan rumah sakit cabang Bali. Ia ingin Aisyah tampil berbeda. Aisyah sudah cantik, tinggal sediki polesan. Pasti akan membuatnya semakin cantik.Di butik, Aisyah diminta mencoba beberapa gaun untuk pesta nanti malam. Sedangkan Byan sibuk dengan ponselnya dan membaca email. Aisyah keluar dengan menggunakan gaun yang tadi ditunjuk Byan yang terakhir kali. Ia memperlihatkannya pada Byan dan meminta pendapat sang suami.“Sayang, wow ... Aku suka yang ini. Kita pilih gaun ini aja bagus
Pagi menjelang. Byan dan Aisyah sudah keluar resort setelah mengerjakan salat Subuh. Byan ingin mengajak Aisyah menikmati sunrise.Setelah itu, Byan mengajak Aisyah berjalan mengunjungi pura, puas mengabadikan momen dengan berswafoto di sana, Byan mengajak Aisyah ke kawasan persawahan. Melihat keindahan terasering di sana. Di kawasan sawah itu terdapat jalan setapak yang tersusun rapi yang digunakan sebagai jalan untuk menuju ke tengah sawah. Mereka berswafoto lagi mencari spot foto yang instagramable untuk diunduh di story mereka. Mereka menghabiskan waktu mereka dengan penuh kemesraan. Canda tawa dan suka cita. Aisyah sangat bahagia, Byan sudah mewujudkan mimpinya.Byan menyewa sepeda untuk mereka berdua. Byan membonceng Aisyah, dengan sedikit kikuk dirasakan Aisyah ketika Byan menyuruhnya duduk di depannya. Awalnya Byan kesusahan mengayuh sepeda itu karena sudah lama tidak mengayuh sepeda, tetapi lama-kelamaan Byan sudah terbiasa mengayuhnya.Mereka bersepeda mengitari area pers
Hari ini Byan dan Aisyah berkemas untuk bulan madu, mereka membawa peralatan yang mereka butuhkan, semua perlengkapan yang menunjang mereka di sana sudah dimasukkan ke dalam koper.“Sudah beres semua kah, Yang?” tanya Byan sambil memeluk Aisyah dari belakang yang sibuk meletakkan barang-barang mereka ke dalam koper.“Tinggal sedikit, habis itu sudah beres, tinggal kita berangkat,” ucapnya.Sepulang dari hotel yang ada di Bogor, Byan langsung membawa Aisyah pindah ke rumah yang memang disiapkan Byan untuk Aisyah. Rumah itu pun sudah ditempati pengajian menjelang akad nikah dengan mengundang ibu-ibu pengajian komunitas Arumi dan juga anak yatim di bawah asuhan Arumi dan Aida.“Sayang hari ini aku masih ada jadwal operasi. Aku bisa melakukannya cepat karena ini hanya operasi kecil. Waktu kita untuk pergi ke bandara masih lama,” ucap Byan bersiap.“Hm ... Kakak segera bersiap. Selesaikan tugasmu gabus itu cepat pulang supaya kita tidak telat.” Aisyah tersenyum turut membantu mengancingi k
***Pagi pun menyapa. Sejuknya udara pegunungan sangat terasa. Apalagi saat ini musim penghujan. Udara pagi semakin dingin, sedangkan mentari masih bersembunyi di balik peraduannya. Aisyah mengajak Byan berjalan pagi mengitari hotel setelah salat subuh. Jaket tebal milik Byan bertengger di tubuh wanita cantik itu. Sebelum sarapan, mereka ingin berkeliling mencari kuliner khas Jawa Barat yang dijual di pagi hari.Dengan memakai gamis soft pink dan hijab senada, Aisyah semakin terlihat cantik memesona. Sedangkan Byan menggunakan celana pendek selutut berwarna abu dan sweater tebal berwarna putih tampil nyantai tetap tak mengurangi ketampanannya. Mereka terlihat sangat serasi, membuat beberapa pasang mata melihat kagum ke arah pasangan itu. Byan menggandeng erat tangan Aisyah yang sedikit kedinginan padahal sudah memakai jaket milik Byan. "Sayang, pagi-pagi gini enak minum yang hangat-hangat, ya," ucap Kenzo saat sudah keluar jauh dari hotel. "Iya ... Eh lihat itu ada penjual ronde. P
Pagi pun tiba, Byan dan Aisyah diminta Arumi turun ke restoran mewah yang ada di hotel ini untuk sarapan bersama. Di sana sudah ada Bagas, Erland, Aida, Rendra, dan Anton juga calon istri Anton.Erland yang jahil berusaha menggoda pengantin baru itu. Pria tampan yang sudah akan menjadi ayah lagi itu sengaja memprovokasi sang kakak."Wangi banget, Bro, udah keramas berapa kali, nih?" ucap Erland menggoda sambil menaik turunkan alisnya memandang Byan. Aida yang merasa sungkan mencubit paha sang suami supaya tidak ngomong aneh-aneh."Apaan, sih, Er. May tau saja atau mau tau baget?" balas Byan melirik Aisyah yang langsung merona menahan malu."Widiih, udah nggak sabar aja, langsung belah duren, cus langsung sikat," goda Erland lagi sedikit vulgar. Erland memang berbeda dengan Byan yang masih sering canggung. Erland lebih terbuka dan ceplas-ceplos. "Bisa diem enggak?" cibir Byan malu bercampur kesal pada sepupu rasa saudara dan rasa sahabat itu.Aisyah sejak tadi hanya menunduk malu, mu
Ketika kamu mencintai seseorang, kamu tidak akan menyerah dalam hal apapun untuk memperjuangkannya. Karena cinta butuh perjuangan dan pengorbanan.(Byan- Aisyah ~ Dicintai Kakak Ipar season 2)***Tiga bulan berlalu. Saat ini Aisyah berada di Lembang. Di sana ia tinggal bersama sang nenek.Aisyah mengisi hari-harinya dengan mengajar santri Tahfiz di pesantren tempatnya dulu belajar menghafal Alquran dari kecil.Kini Aisyah lebih tenang dalam menjalani hidupnya. Setiap hari ia juga tidak berhenti menghubungi sang ibu.Meskipun kadang kala saat sendirian ia kembali memikirkan Byan. Ia ingin sekali tahu bagaimana keadaan laki-laki yang namanya masih bertahta di hatinya. Ya, Aisyah tidak bisa melupakan Byan meskipun ia berusaha. Berbeda dengan Lucky yang tidak sulit melupakan laki-laki itu, tapi tidak dengan Byan.***Byan bahagia setelah dua bulan ikut terapi. Ia sudah bisa berjalan. Setelah ia bisa berjalan dengan sedikit pincang, satu bulan berikutnya ia menjalani operasi untuk menorm
Kepercayaan bukanlah sesuatu hal yang dapat kita janjikan, tapi sesuatu hal yang harus kita buktikan agar mereka mendapatkannya.(Byan❤️ Aisyah – Dicintai Kakak Ipar 2)***Aisyah berusaha tenang. Ia ingin menjadi kekuatan untuk Byan, supaya laki-laki yang ada di depannya ini tidak semakin terpuruk.“Aku di sini. Insyaallah akan menemani Mas Byan sampai sembuh. A-aku tidak akan meninggalkanmu, Mas,” ucapnya mantap. Arumi dan Bagas melihat ketulusan dari gadis itu.“Kamu tidak akan pergi ‘kan, Sya? Ka-kamu tidak akan membatalkan pernikahan kita ‘kan?” tanya Byan penuh harap.Aisyah diam tidak menjawab. Ia masih dilema untuk membahas pernikahan saat ini, ia memang memutuskan untuk menemani Byan, karena ia merasa ikut andil dalam kecelakaan ini. Kalau saja Byan tidak mencarinya ke Bandung, Byan tidak akan kecelakaan.“Sya, kamu masih ada di sini ‘kan?” tanya Byan lagi.“Ya, aku ada di sini. Jangan pikirkan apa-apa lagi, pikirkan kesembuhanmu saja,” ujar Aisyah.Arumi dan Bagas memahami s