Share

Part 44. Penolakan 

Penulis: Loyce
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Jam berapa biasanya Berlian datang?” tanya ibu Axel.

Seumur hidupnya, orang tua Axel tidak pernah mendapatkan penolakan. Mereka adalah orang-orang terhormat yang akan disambut hangat di mana pun mereka berada. Sekarang, karena Axel, mereka justru mendapatkan perlakuan kurang baik. Berbeda dengan ibu Axel yang tampak sabar, ayah Axel justru tidak mengatakan apa pun. Tapi auranya menggelap bak awan mendung yang ingin segera menumpahkan hujan.

“Tidak tentu, Bu. Bisa sangat malam, bisa juga sore sudah pulang.”

Penjaga rumah menjawab dengan sopan meskipun raut wajahnya dingin. Kini Nyonya Rita menatap ke arah suaminya yang sejak tadi hanya diam membisu. Entah apa yang sedang di pikiran lelaki itu, namun sudah jelas, dia sedang memendam kemarahan.

Denial yang ada di balik jendela kaca besar di ruang tamu, menatap adegan di luar pagar rumahnya dengan tenang. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana dan ekspresinya tampak sedingin salju. Dia pernah melihat pasangan paruh baya itu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
siti alawiyah
apa si Axel mau minta angkasa ya...jgn harap
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 45. Berhadapan Orang Tua Axel

    “Kalian benar-benar memiliki hubungan di masa lalu?” Permata mungkin tidak pernah menyangka jika Axel akan mengatakan yang sesungguhnya kepada Gema. Tapi, bagaimanapun, Gema memang harus tahu. Katakanlah itu bukan karena Gema adalah bos Permata, tapi dia adalah sahabat Axel. Menjadi hal yang wajar ketika seorang sahabat mengetahui masalah sahabatnya. Jika sudah seperti ini, maka tidak ada lagi alasan Permata untuk menyembunyikannya. Tanpa berpikir pun dia tahu jawaban yang harus diberikan kepada Gema.Mengangguk. “Itu benar. Kami memiliki hubungan di masa lalu.”“Dan, putramu adalah putra Axel?”“Ya.” Gema dibuat sakit kepala untuk kesekian kalinya menghadapi permasalahan Permata yang seperti kejutan ulang tahun. Tidak pernah disangka sama sekali. Lelaki itu bahkan tidak mengatakan apa pun untuk melanjutkan. Semua kata hilang begitu saja. Ruangan Gema yang dingin semakin dingin karena informasi yang sudah dikonfirmasi langsung oleh yang bersangkutan. “Kalau begitu, saya tidak akan

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 46. Pertemuan Dengan Angkasa

    “Axel tidak mengatakan tentang itu?” Axel yang sejak tadi hanya diam menutup mulutnya, kini memberikan tatapan tajam kepada Permata. Ada sebuah peringatan yang ditunjukkan lewat tatapan tersebut. Tapi, apakah itu berpengaruh terhadap Permata? Tentu saja tidak. Larangan adalah perintah. Jadi saat Permata melihat orang tua Axel penuh dengan kebingungan, maka dia segera menjelaskan detailnya. Menceritakan semuanya tentang perlakuan Axel yang brengsek di masa lalu dan latar belakang Axel melakukan itu. Cerita itu didengarkan dengan baik oleh kedua orang tua Axel tanpa ada sepatah kata pun yang terlewatkan. “Ibu dan Bapak mungkin pernah berpikir jika bisa saja putra saya bukanlah putra Axel. Tapi, saya tidak pernah tidur dengan lelaki mana pun kecuali dengan Axel.” Sebelum orang lain menduganya yang tidak-tidak, dia lebih dulu menjelaskan. Dengan begitu, tidak ada yang berani menuduhnya yang macam-macam. Dia tak butuh pengakuan dan tak butuh diakui. “Itu benar, Axel?” tanya sang ayah.

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 47. Sesuap Nasi Goreng

    “Apa yang perlu kamu pikirkan, Permata? Angkasa adalah bagian dari kami. Dia juga berhak mengetahui siapa ayahnya.” Axel menjawab dengan nada tak terima. Dia lupa jika hanya dengan dia membawa orang tuanya menemui Permata dan Angkasa, lantas Permata akan memberikan akses kepada dia dan keluarganya untuk bisa bersama dengan Angkasa sesukanya? Itu hanya ada dalam pikiran konyol Axel. Alih-alih menjawab ucapan Axel, Permata melanjutkan ucapannya kepada dua orang tua yang ada di depannya. “Saya minta maaf kalau ini menyinggung perasaan Ibu dan Bapak. Tapi, selama ini Angkasa selalu dalam pengawasan saya. Jadi, saya tidak mengizinkan dia bertemu dengan sembarang orang.”“Tapi kami bukan sembarang orang, Berlian. Kami adalah kakek neneknya.” Ibu Axel masih berusaha.“Saya tahu, tapi itu tak lantas membuat saya memberikan kemudahan kepada Ibu dan Bapak. Ini sudah menjadi keputusan saya.” “Kalau begitu kami tidak akan menyerah,” lanjut ayah Axel. Permata tidak menjawab. Membiarkan Axel d

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 48. Diculik Axel

    “Om Axel suka?” Pertanyaan itu terngiang di dalam pikiran Axel sampai dia kembali ke kantornya. Meskipun kebersamaan dengan Angkasa tidaklah lama, tapi setidaknya bisa mengobati kerinduannya. Meskipun begitu, dia tak bisa sering-sering melakukannya. Miss Windy mengatakan jika dia tidak ingin mengambil resiko dengan membiarkan Angkasa bertemu dengan orang asing tanpa sepengetahuan orang tuanya.Ya, andai saja orang tahu kalau Axel adalah ayah Angkasa, maka bertemu diam-diam tidak akan pernah dilakukan. Tapi itulah hasil dari perbuatannya yang dilakukan di masa lalu. Dia melakukan hal buruk, maka tentu balasannya juga akan lebih buruk. Inilah yang dinamakan karma. “Pak.” Tiba-tiba saja asisten Axel masuk ke dalam ruangan Axel dan sedikit mengejutkan lelaki itu. “Ada apa?” tanya Axel dengan ekspresi datar seperti biasa.“Ada kabar yang sedikit mengejutkan, Pak,” lapor Alvan. “Ibu Berlian sekarang menjadi pemegang saham tertinggi di Larena melampaui Ibu Leona. Saya baru saja mendapatk

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 49. Menyerah

    “Kamu berpikir menjalankan bisnis itu mudah sehingga kamu mengeluarkan uangmu hanya untuk melakukan sesuatu yang tidak berguna seperti ini?”Sebagai seorang pebisnis dan pengusaha, Axel tahu menjalankan perusahaan bukan perkara mudah. Dia menanyakan itu bukan karena peduli dengan kehidupan Leona, tapi kebalikannya. Dia justru memedulikan Permata. Sayang sekali, Permata justru mengeluarkan kekesalannya.“Kamu pikir aku bodoh? Kamu pikir aku nggak tahu kalau kamu menanyakan ini karena calon istrimu itu? Axel … Axel … Kalau begitu bantu saja dia bangkit dari keterpurukannya. Aku dengar, dia hari ini marah-marah di kantornya.” “Kamu pikir aku melakukan ini demi Leona?” “Masa bodoh!” Permata menjerit kesal. Dadanya naik turun akibat nafasnya yang memburu. “Aku tidak peduli kamu melakukan ini untuk siapa, tapi kamu sudah membuatku kesal!” Biarkan saja. Biarkan Permata mengeluarkan semua amarahnya hari ini. Dia benar-benar sudah kesal menghadapi Axel yang membuat masalah dengannya. Benar,

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 50. Anak Permata Adalah Anakku

    “Apa maksudmu menyerah?” Almeda tidak tahu apa yang ada di dalam pikiran Permata dengan mengungkapkan dua kata tersebut. Bukan hanya Almeda, Denial pun kini menatap Permata dengan tatapan yang sulit diartikan. Yang menjadi pertanyaan mereka pastilah apa yang terjadi pada Permata saat pertemuannya dengan Axel. Tapi, untuk mengetahui itu tentu perlu waktu sampai Permata mengatakan semuanya. “Bagaimana dengan Leona?” Tiba-tiba saja Permata bertanya tentang hal yang tidak sedang mereka bahas. “Kamu belum menjawab pertanyaanku, Permata,” tegas Almeda. “Nggak ada yang perlu aku jelaskan. Axel nggak melakukan apa pun ke aku kecuali kami adu mulut. Dan itu seperti biasanya, nggak ada yang kami bicarakan kecuali dia ingin kembali dan bersama dengan kami.”“Dan kata menyerahmu adalah kamu akan semudah itu memberikannya izin?” desis Almeda.“Aku nggak sebodoh itu. Tapi, aku akan menyelesaikan satu per satu. Dan fokusku sekarang adalah Leona.” Jika harus berurusan dengan dua orang sekaligus

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 51. Datang di Waktu Tak Tepat

    “Axel brengsek. Aku akan membalaskan atas semua perbuatanmu kepadaku!” Jeritan itu lagi-lagi memenuhi ruangan dan terdengar sampai ke luar. Leona lupa, jika sekarang hidupnya sudah tidak ada artinya lagi. Satu-satunya yang pernah diperjuangkan – Larena – bahkan sudah hampir bangkrut kalau Permata tidak menyelamatkannya. Dan saat seharusnya dia berbicara dengan Permata tentang pembelian saham Larena atas nama Permata, dia malah disuguhkan oleh kenyataan yang begitu menyakitkan hatinya sebab ulah Axel. Semua hancur. Leona kehilangan Axel, juga sebentar lagi akan kehilangan Larena jika dia tidak mau berbaik hati dengan Permata. Sepertinya ini adalah kesialan Leona yang sudah membuat masalah dengan Permata. Setelah mendapatkan saham begitu besar dari Larena, Permata tidak puas dan masih ingin mengamankan setidaknya sampai dia memiliki 30% saham di sana. Tapi, itu masih diusahakan. “Setelah ini, kita harus berhenti, Permata. Ingat, kamu nggak boleh boros.”“Boros pun aku belinya saham.

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 52. Axel Si Blak-blakan

    Permata tidak tahu harus bereaksi seperti apa saat tiba-tiba saja Axel datang dan duduk di sampingnya. Mengembalikan ponselnya dengan cara kelewat santai seolah mereka adalah teman lama. Sikap semena-mena yang ditunjukkan Axel mau tak mau membuat sesuatu dalam diri Permata bereaksi. Kesal itu terasa tak bisa dibendung.Tatapan Mario pun tampak bingung dan menuntut. Apalagi ketika lelaki itu bertanya untuk meluruskan situasi yang terjadi.“Kalian bersama?” Permata dan Axel tentulah tahu maksud dari ‘bersama’ yang dikatakan oleh Mario. Secara tidak langsung, lelaki itu ingin mengkonfirmasi apakah mereka sedang berkencang atau sejenisnya.“Tidak.”“Iya.”Permata dan Axel menjawab bersamaan dengan memberikan jawaban yang berbeda. Dan Permata segera menegaskan.“Kami tidak bersama.” Begitu katanya. “Saya pernah bilang kan waktu itu kalau kami memiliki hubungan yang rumit?” Axel menatap Mario untuk mengingatkan tentang ucapannya yang dia lontarkan saat di tempat fitness. “Seharusnya kamu

Bab terbaru

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Special Part. Angkasa – Semesta

    Angkasa tidak tahu sejak kapan matanya selalu ingin melihat gadis itu. Gadis yang tampak tidak begitu bersahabat dengan orang lain dan lebih suka ke mana-mana sendiri. Beberapa temannya bahkan segan dengan gadis itu. Angkasa juga tidak tahu, kenapa dia suka berdiri di tempat di mana dia bisa memerhatikan gadis itu dalam diam. Ada getaran aneh yang dirasakan ketika suatu hari dia bersisipan jalan dengan gadis itu. Namanya Semesta, dia satu angkatan dengannya. Gadis itu benar-benar cuek dan memiliki dua saudara yang super posesif. Dia mendengar, mereka memang kembar tiga. “Lo suka sama dia, Ka?” Kesenangan Angkasa harus terputus karena temannya mendekat dan membuyarkan lamunannya. “Gue tahu kok, lo selalu berdiri di sini hanya untuk menatap Semesta.” Angkasa menarik napasnya panjang. Sepanjang hidupnya, dia hidup belum sekalipun dia merasakan jatuh cinta. Kalau sekarang getaran itu dirasakan, apa benar getaran itu adalah tanda jika dia sedang jatuh cinta? Ya, pertanyaan temannya itu

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 297. Itulah Keluarga (End) 

    Angkasa berdiri dengan membawa dua adiknya di dalam gendongannya. Membawanya masuk ke dalam rumah sehingga membuat dua adiknya itu tertawa-tawa. “Abang, ayo kita putra-putar.” Rembulan berteriak tepat di telinga Angkasa membuat Angkasa sedikit menjauhkan kepalanya. Tapi tidak bisa karena Moza ada di punggungnya. “Astaga, anak-anak ini.” Almeda menggeleng pelan. “Turun anak-anak. Kasihan abangnya dong.” “Nggak mau!” Suara itu keluar dari mulut Moza dan Rembulan secara bersamaan. “Abang, ayo kita mutar.” Rembulan mengimbuhi tak peduli dengan Almeda yang sudah menatap mereka memeringatkan. Melihat Almeda yang sudah mengerutkan kening, Angkasa segera bersuara. “Biarin aja Onty Al. Lagi menghibur yang mau adik.” Almeda mengerti, maka dia hanya diam pada akhirnya. Akhirnya Almeda kembali ke dapur. Bapak-bapak yang ada di belakang rumah tentu saja tidak tahu kelakuan anak-anak mereka. Membiarkan anak-anaknya berbuat seenaknya. Sedangkan Permata dan Crystal yang melihat dari dapur

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 296. Rengekan Rembulan

    “Bunda, kapan Rembulan punya adik?” Pertanyaan itu dilontarkan oleh bocah berusia lima tahun yang sudah memasuki sekolah Paud. Dia baru saja pulang dari sekolah, lalu berlari untuk bertemu dengan ibunya di kantor Crystal Fashion. Di belakangnya, ada Mbak Susi – si pengasuh. Crystal yang tengah menunduk dan tengah menggambar itu segera mendongak. Memberikan senyuman kecil untuk putrinya, lalu meninggalkan pekerjaannya untuk sementara. “Putri Bunda sudah pulang.” Pelukan Crystal mengerat pada putrinya. “Lho itu bawa apa?” “Telur gulung.” Crystal hampir menjatuhkan rahangnya ketika melihat bungkusan plastic berisi telur gulung yang dibawa oleh Rembulan. Crystal menatap Mbak Susi untuk meminta penjelasan kenapa putrinya harus makan-makanan seperti itu. Bukan masalah makanannya, yang dikhawatirkan oleh Crystal adalah makanan itu dibeli di sembarang tempat dan tidak higienis. “Itu bersih kok, Bu.” Tahu kalau dia harus memberikan penjelasan, maka Mbak Susi segera bersuara. “Di samping

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 295. Itu Salahnya 

    Bu Cintya memutus tatapan mereka dan berjalan mendekat ke arah Om Rudy. Lebih tepatnya ke arah pintu yang ada di belakang lelaki itu. Tidak ada sapaan sama sekali. Dia masuk begitu saja, lalu tersenyum ketika melihat anggota keluarga yang lain kumpul. “Angkasa!” Bocah yang menginjak remaja itu mendongak dan tersenyum. Hanya senyum kecil. Tubuhnya menempel pada tubuh Denial dengan tangan sibuk bermain tab. Peraturan masih sama, karena hari libur, maka dia bisa bermain benda elektronik itu. “Kalian makan malam di sini sekalian, ya. Kita masak sama-sama.” Mereka saling pandang sebelum mengangguk bersamaan. Tentu saja, itu membuat Bu Cintya bahagia luar biasa. Perempuan itu duduk di sofa tepat di samping Almeda dan memangku Elang dengan lembut. Sedangkan Moza yang sudah bisa berjalan itu tak mau diam. Axel harus terus memantaunya agar tidak jatuh. Gema masuk dan segera menyergap bocah kecil itu kemudian mengangkatnya tinggi-tinggi. Tawa renyah keluar dari mulutnya. “Cantiknya siapa?”

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 294. Kedatangan Om Rudy

    “Ma, besok mau ajak Rembulan ke rumah Almeda. Ayah mau ketemu katanya.” Pagi ini, saat sarapan, Denial memberitahu ibunya tentang keinginannya untuk pergi ke rumah Almeda. Ini untuk pertama kalinya Rembulan akan diajak pergi keluar setelah dia pulang dari rumah sakit. Ya, sudah tiga bulan memang usia Rembulan sekarang. Bocah kecil itu sudah bisa tersenyum. Bu Cintya tidak langsung menjawab dan justru menatap ke arah Denial dan Crystal bergantian. Seolah tidak memberinya izin. Dan benar, jawaban itu menunjukkan penolakan. “Masih terlalu kecil untuk dibawa keluar, Den. Mama nggak setuju. Mama akan izinkan kalian ajak Rembulan pergi kalau udah enam bulan.” “Ayah pengen lihat, Ma. Setelah pulang dari rumah sakit waktu itu ‘kan belum pernah ketemu lagi. Cuma lihat dari foto atau video aja.” “Ya tapi Rembulan masih kecil. Mama nggak izinkan.” Penolakan itu jelas dan lugas. Ini bukan karena Bu Cintya tidak mengizinkan si mantan suami itu bertemu dengan cucu mereka. Tapi semua demi cucu

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 293. Pulang

    “Kondisi Rembulan sudah sangat baik, Bu. Anak ini sudah sehat sepenuhnya.” Kelegaan membanjiri hati Crystal dan keluarganya. Dia langsung memeluk Denial yang ada di sampingnya saat kabar itu diberikan kepadanya. Hari-hari buruk yang mereka lalui sudah berakhir dan tinggal rasa bahagia yang datang. “Silakan, Bu.” Seorang suster menyerahkan Rembulan kepada Crystal sudah mengeluarkan air matanya. Dengan tangan sedikit bergetar, dia menerima bayinya dan menciumnya dengan sayang. Denial tersenyum lega. Tangannya terulur mengelus tangan Rembulan. Meskipun dia pun sudah pernah menggendongnya, tapi dia merasakan hari ini lebih dari special. Denial tentu lebih berpengalaman dalam soal mengurus bayi dibandingkan Crystal. Dan setelah mereka pulang ke rumah nanti, dia yang akan mengambil alih untuk tugas Crystal semisal Rembulan bangun di tengah malam. “Terima kasih, Dokter. Saya sungguh-sungguh berterima kasih. Berkat Dokter, bayi kami sehat dan sehat.” Crystal bisa merasakan, tubuh putriny

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 292. Rembulan

    “Tapi satu anak itu nggak seru, Mas. Aku nggak punya saudara aja rasanya juga sepi ‘kan.” Crystal menyanggah pendapat suaminya. Menyamankan baringnya tanpa mengalihkan sedikitpun tatapannya pada sang suami. “Ada banyak temannya nanti. Ada sepupu-sepunya yang akan nemeni dia.” Denial memang kini tengah berpendapat, tapi dia seolah memberikan keputusan. Melihat bagaimana sang istri kepayahan saat hamil muda seperti ini, membuat Denial merasa trauma dan tidak ingin mengulangi lagi. Kasihan dengan Crystal. “Aku bisa, kok. Aku__” “Aku yang nggak bisa, Sayang,” putus Denial. “Aku melihat kamu kepayahan begini rasanya pengen gantiin aja kalau bisa. Jadi, kita lihat nanti bagaimana perkembangannya.” Crystal menarik napasnya panjang mendengar ucapan sang suami yang bernada final. Padahal Crystal sudah membayangkan setiap dua tahun dia akan melahirkan satu bayi yang lucu. Setidaknya punya tiga anak. Tapi si pasangan justru trauma. Maka lebih baik dia tak membantah dan akan melihat saja per

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 291. Membuat Kesepakatan

    Dua minggu berlalu dan Crystal kembali ke rumah sakit bersama dengan Gema. Mereka berharap kandungan Crystal sudah lebih baik dan setidaknya dia full bedrest. Pengecekan itu akhirnya dilakukan untuk mengetahui hasilnya. Dan hasilnya tidak berubah. Crystal masih tetap harus bedrest. Namun tidak ada hal yang parah dan masih stabil. Crystal hanya diminta untuk tetap hati-hati dan tidak melakukan pergerakan yang tidak perlu. “Maafkan aku, Ma. Aku sudah membuat Mama dan Mas repot.” Crystal merasa tidak enak hati karena sudah membuat keluarganya harus fokus menemani dirinya. Padahal ada banyak pekerjaan yang harus diurus. “Crystal, nggak ada yang perlu dimaafkan. Kamu adalah putri Mama dan sudah menjadi tugas Mama untuk merawat kamu kalau sakit, menemani kalau kamu butuh teman, dan semua itu Mama lakukan dengan tulus. Kamu tidak perlu memikirkan itu karena yang penting kamu sehat, janin di kandunganmu juga sehat. Masalah lain, kamu nggak perlu pikirkan.” Crystal merasa sangat sensitif ka

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 290. Bosan

    Denial setengah berlari untuk memasuki rumah. Dia ingin segera sampai dan melihat kondisi istrinya. Dia sudah mendapatkan informasi dan sang bunda jika Crystal baik-baik saja. Tapi tentu saja tak puas jika tidak melihatnya secara langsung. “Mas udah pulang.” Crystal tengah duduk di atas ranjang sambil memegang tab di tangannya. Menggambar banyak design untuk rancangan Crystal fashion. “Kok kerja sih, Sayang?” Denial duduk setelah mengecup puncak kepala Crystal. “Kamu harus istirahat.” “Mas, aku ini istirahat. Aku nggak kerja berat, juga nggak berpikir berat. Aku cuma gambar dan nggak akan terjadi hal-hal yang buruk. Kalau aku nggak ngapa-ngapain justru akan stress. Ohya, tadi Mbak-mbak dua itu datang. Barusan pulang.” Denial mengangguk sambil menatap lekat ke arah Crystal. “Kamu yakin nggak papa? Aku seharian khawatir mikirin kamu tahu nggak sih.” “Nggak papa, Mas-ku. Aku tadi juga jalan-jalan pelan, baca buku, ngobrol sama Mama dan Mbak-mbak. Aku baik-baik aja. Dia kuat kok.” C

DMCA.com Protection Status