Beranda / Romansa / Dicampakkan Setelah Malam Pertama / Part 120. Sebuah Mansion dan Surat Berharga

Share

Part 120. Sebuah Mansion dan Surat Berharga

Penulis: Loyce
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Permata yang tadinya hampir tertidur kembali membuka matanya dan menatap wajah Axel. Lelaki itu masih memejam tapi ucapannya sudah ngawur. Namun hal itu tak urung membuat Permata sedikit mengulum senyum. Dan tangannya tak lupa mencubit perut liat Axel sampai lelaki itu terkekeh-kekeh.

“Siang-siang nggak enak lihat kupu-kupu,” jawab Permata setelah itu dengan suara gumaman.

Axel tak lagi berbicara karena dia memilih memeluk Permata dan mereka tenggelam dalam alam mimpi. Sayangnya, mereka tidak mengunci pintu kamarnya sehingga saat Angkasa bangun lebih dulu, dia segera mencari orang tuanya ke dalam kamar Permata. Dengan langkah pelan dan gerakan hati-hati dia masuk ke dalam kamar. Angkasa mengintip ibu dan ayahnya sebelum ikut bergabung di tengah-tengah mereka.

Senyumnya melebar saat menatap kedua orang tuanya bergantian. Di sisi kanannya ada ibunya dan di sisi kiri ada sang ayah. Inilah yang dia inginkan. Tidur dengan kedua orang tuanya.

“Angkasa.” Permata membuka matanya merasakan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 121. Rencana Hidup

    “Mami, boleh Angkasa main basket sekarang?” Setelah dari halaman belakang, Angkasa datang memutus ‘ketegangan’ yang terjadi antara ibu dan ayahnya. Bocah itu menatap ketiga orang yang tampak serius tersebut dan menutup mulutnya rapat-rapat. “Jangan lama-lama. Karena Oma dan Opa akan datang.” Axel yang menjawab. “Siap, Papa.” “Mau Om temani?” Alvan menawarkan diri. “Nggak seru dong kalau main sendiri.” “Yey. Boleh Om.” Angkasa langsung menarik tangan Alvan untuk meninggalkan ruangan besar tersebut menuju halaman rumah. Meninggalkan Permata dan Axel yang akan menyelesaikan urusan mereka berdua. Mendapatkan semua ini tentu tidak pernah ada dalam kepala Permata. Dia hanya ingin menikah dengan Axel karena dia ingin memberikan keluarga yang utuh untuk putranya. Tapi melihat semua surat-surat ini membuat kepalanya tiba-tiba saja pusing. Bahkan dia merasa tidak tahu apa yang harus dia katakan. “Mas,” panggil Permata pada Axel setelah beberapa saat. “Kamu benar-benar ingin melakukan ini

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 122. Rencana Ke Dokter

    “Kalau mau gila, gilalah sendiri.” Denial menjawab ringan seolah ucapan Almeda bukan berarti apa-apa. Sebenarnya dia tak masalah kalaupun harus menikah dengan Almeda. Tapi pernikahan macam apa yang tidak didasari dengan cinta? Waktu yang mereka miliki masih panjang. Di luar sana, mereka akan mendapatkan cinta yang sebenarnya. Almeda pun terkekeh mendengar jawaban dari Denial. Mereka benar-benar sudah seperti saudara kandung. Sempat memikirkan tentang menikahi Almeda di masa lalu, membuat Denial memahami jika sesuatu yang tak seharusnya memang tidak perlu dilakukan. “Tapi, kamu benar-benar akan menikah setelah aku? Seperti seorang kakak yang menunggu dan memastikan adiknya bahagia, barulah dia akan melangkah untuk menikah.” “Inginnya sih begitu, tapi semua tergantung Tuhan. Kalau memang jodohku datang duluan, aku akan tetap mendampingi kamu.” Sejak dulu mereka hanya hidup bersama bertiga sebelum Angkasa lahir dan menjadi berempat. Sejalannya waktu mereka harus ‘terpisah’ untuk mel

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 123. Marah Tak Jelas

    “Tidak ada yang salah di antara Ibu dan Bapak.” Itu kata dokter yang memeriksa Permata dan Axel. Dokter itu tersenyum menenangkan. “Memang begitulah kadang-kadang, Pak, Bu. Ada yang sekali langsung jadi. Ada yang bahkan harus menunggu sampai bertahun-tahun baru dikasih. Namanya juga rezeki.” Permata lantas melirik Axel yang ada di sampingnya seolah bilang, ‘Aku bilang juga apa’ pada sang suami. Axel pun hanya diam saja tanpa memberikan tanggapan. “Tidak perlu khawatir, Pak. Kalau seandainya ada yang salah di antara Ibu dan Bapak, maka sudah pasti Ibu dan Bapak tidak akan bisa punya anak. Tapi buktinya, putra kalian tampan sekali.” Benar. Yang dikatakan oleh dokter memang benar. Tapi terkadang ketidakpuasan yang dirasakan oleh manusia di samping Permata itu tampak nyata. Daripada mereka menebak-nebak kenapa dan ada apa, lebih baik langsung memastikan kepada dokter. Jika seperti ini, semua sudah jelas jika tidak ada hal yang buruk terjadi. Dan semua itu hanya perkara rezeki. Kapan da

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 124. Perang Dingin

    Selesai makan malam, pasangan yang biasanya tampak akur itu kini seperti orang yang tak saling mengenal. Angkasa bahkan sesekali menatap ibu dan ayahnya secara bergantian karena merasa heran. Tapi bocah itu memilih diam dan menyimpan keheranannya seorang diri. Setelah memastikan Angkasa tidur, Permata masuk ke dalam kamar dan melihat Axel sudah berbaring memunggungi dirinya. Permata menggelengkan kepalanya merasa heran dengan kelakuan sang suami. Idenya tiba-tiba keluar saat dia berpura-pura menerima panggilan dari Almeda. “Halo.” Hanya mendengar Permata berbicara satu kata itu saja, Axel tampak menegang. Sengaja tidak ikut naik ke ranjang, Permata duduk di sofa sambil sesekali menatap sang suami dari tempatnya. “Kenapa kamu nggak bilang tadi pas kita ketemu. Axel udah tidur, aku nggak bisa minta izin. Ngga minta izin diam-diam keluar? Oh, sebenarnya nggak buruk juga sih.” Acting Permata yang hanya seperti itu saja membuat Axel sudah panas dingin. Berpura-pura tak tahu kalau sang

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 125. Menguping

    Permata yang tadinya tersenyum, seketika mengerutkan bibirnya. Angkasa memiliki perasaan yang sangat peka terlebih lagi dengan kedua orang tuanya. Setelah mengatakan itu, Angkasa pergi meninggalkan Permata seorang diri di ruang keluarga. Membuat Permata termenung seorang diri. Tanpa dia sadari, Axel pun mendengar itu. Lelaki itu menatap istrinya dari balik lemari besar dalam diam. Meskipun mereka sama-sama merasa bersalah, tapi tidak ada dari mereka yang ingin mengakhiri perang dingin tersebut. Bahkan saat ini ketika mereka sama-sama berada di dalam kamar yang sama, tidak ada yang ingin mengakhiri keheningan tersebut. Bahkan mereka sama-sama duduk di ranjang yang sama. “Sampai kapan kamu akan mendiamkanku?” tanya Axel pada akhirnya. Tak tahan diabaikan oleh Permata. “Kenapa kamu memperlakukanku seolah aku nggak terlihat di matamu.” Axel menoleh pada Permata yang tengah fokus pada tabnya. “Dicurigai itu nggak enak,” jawab Permata tanpa menatap Axel sedikitpun. “Aku membutuhkan waktu

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 126. Milikku Tak Boleh Diganggu 

    “Mas!” Panggilan itu membuat Axel menoleh dan mendapati Permata berdiri tak jauh dari tempatnya. Axel terkejut luar biasa. Tapi perempuan yang ada di samping Axel memberikan reaksi yang berbeda. Tidak suka dan tampak tidak bersahabat. “Kamu datang?” Axel tersenyum kecil namun tak ayal, perasaannya pun takut luar biasa. Dia berpikir lagi apakah dia tadi mengeluarkan kata-kata yang akan memperburuk hubungannya dengan Permata. Takut kalau Permata salah paham. Namun tidak, Permata mendekat pada Axel dan berdiri di samping lelaki itu. Bukan hanya itu, dia juga menunjukkan kepemilikan yang hakiki untuk sang suami. Permata memeluk lengan Axel dengan erat. “Apa masih ada meeting lagi?” tanyanya. Namun dia justru menatap ke arah perempuan yang ada di depannya itu. “Udah nggak ada. Kamu sudah dari tadi?” tanya Axel masih tampak tidak tenang. “Aku tadi juga ke Flame. Tapi kamu nggak ada di kantor. Kamu ke mana?” Axel memfokuskan perhatiannya pada sang istri dan seolah tidak ada orang lain d

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 127. Mengalah

    Orang bilang, cemburu tanda cinta. Tapi jika kecemburuannya begitu besar, itu akan menjadikan sesuatu yang menyebalkan. Itu yang dirasakan oleh Permata sekarang. Permata menggenggam tangan Axel. “Cobalah untuk mengendalikan perasaanmu, Mas. Hilangkan semua ketakutan itu. Aku ada di sini, dan akan ada di sini bersama denganmu.”Perang dingin yang terjadi beberapa hari ini membuat Permata merasa kasihan dengan Axel karena dia sengaja mengabaikannya. Dia tidak ingin melakukan itu pada awalnya. Tapi begitulah Permata ingin menyelesaikan masalahnya. “Permata, aku benar-benar takut.” Setelah tidak mengatakan apa pun, pada akhirnya Axel bersuara. “Kamu tahu, ketakutan terbesarku sekarang adalah kehilangan kalian. Kamu dan Angkasa. Aku berusaha untuk melakukan yang terbaik untuk rumah tangga kita. Tapi setiap kali mendengar kamu pergi, kamu bertemu dengan orang lain, itu benar-benar membuat kekhawatiranku meningkat.” Permata menarik Axel untuk duduk di sofa. Menatap lelaki itu lekat dan ti

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 128. Mundur Dari Pekerjaan

    “Kamu benar-benar sudah yakin?” tanya Axel saat Permata sudah mengatakan keputusannya pada sang suami. Menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya juga pekerjaan yang mulia. Dan Permata sudah siap menjalankannya. “Aku sudah membicarakan kepada Almeda dan Denial. Mereka menyetujui meskipun aku tahu tidak mudah menerima ini.” Permata sudah mengorbankan karirnya demi Axel. Jika Axel masih bersikap kekanakan, mungkin Permata bisa murka. “Berjanjilah satu hal, Mas,” lanjut Permata, “Aku sudah berjalan sejauh ini untuk rumah tangga kita. Aku sudah merelakan semuanya. Tolong jangan meragukan apa pun lagi dariku.” Dengan sifat keras kepala permata yang Axel tahu selama ini, dia tak pernah menyangka kalau sang istri rela mengambil keputusan yang sulit. Itu jelas menunjukkan jika Permata bukan perempuan yang ingin menang sendiri. Jika sebelumnya dia marah karena Axel cemburu dengan hal yang tidak seharusnya, itu karena dirinya memang tidak melakukannya. Axel tak bisa menahan dirinya untuk tidak me

Bab terbaru

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Special Part. Angkasa – Semesta

    Angkasa tidak tahu sejak kapan matanya selalu ingin melihat gadis itu. Gadis yang tampak tidak begitu bersahabat dengan orang lain dan lebih suka ke mana-mana sendiri. Beberapa temannya bahkan segan dengan gadis itu. Angkasa juga tidak tahu, kenapa dia suka berdiri di tempat di mana dia bisa memerhatikan gadis itu dalam diam. Ada getaran aneh yang dirasakan ketika suatu hari dia bersisipan jalan dengan gadis itu. Namanya Semesta, dia satu angkatan dengannya. Gadis itu benar-benar cuek dan memiliki dua saudara yang super posesif. Dia mendengar, mereka memang kembar tiga. “Lo suka sama dia, Ka?” Kesenangan Angkasa harus terputus karena temannya mendekat dan membuyarkan lamunannya. “Gue tahu kok, lo selalu berdiri di sini hanya untuk menatap Semesta.” Angkasa menarik napasnya panjang. Sepanjang hidupnya, dia hidup belum sekalipun dia merasakan jatuh cinta. Kalau sekarang getaran itu dirasakan, apa benar getaran itu adalah tanda jika dia sedang jatuh cinta? Ya, pertanyaan temannya itu

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 297. Itulah Keluarga (End) 

    Angkasa berdiri dengan membawa dua adiknya di dalam gendongannya. Membawanya masuk ke dalam rumah sehingga membuat dua adiknya itu tertawa-tawa. “Abang, ayo kita putra-putar.” Rembulan berteriak tepat di telinga Angkasa membuat Angkasa sedikit menjauhkan kepalanya. Tapi tidak bisa karena Moza ada di punggungnya. “Astaga, anak-anak ini.” Almeda menggeleng pelan. “Turun anak-anak. Kasihan abangnya dong.” “Nggak mau!” Suara itu keluar dari mulut Moza dan Rembulan secara bersamaan. “Abang, ayo kita mutar.” Rembulan mengimbuhi tak peduli dengan Almeda yang sudah menatap mereka memeringatkan. Melihat Almeda yang sudah mengerutkan kening, Angkasa segera bersuara. “Biarin aja Onty Al. Lagi menghibur yang mau adik.” Almeda mengerti, maka dia hanya diam pada akhirnya. Akhirnya Almeda kembali ke dapur. Bapak-bapak yang ada di belakang rumah tentu saja tidak tahu kelakuan anak-anak mereka. Membiarkan anak-anaknya berbuat seenaknya. Sedangkan Permata dan Crystal yang melihat dari dapur

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 296. Rengekan Rembulan

    “Bunda, kapan Rembulan punya adik?” Pertanyaan itu dilontarkan oleh bocah berusia lima tahun yang sudah memasuki sekolah Paud. Dia baru saja pulang dari sekolah, lalu berlari untuk bertemu dengan ibunya di kantor Crystal Fashion. Di belakangnya, ada Mbak Susi – si pengasuh. Crystal yang tengah menunduk dan tengah menggambar itu segera mendongak. Memberikan senyuman kecil untuk putrinya, lalu meninggalkan pekerjaannya untuk sementara. “Putri Bunda sudah pulang.” Pelukan Crystal mengerat pada putrinya. “Lho itu bawa apa?” “Telur gulung.” Crystal hampir menjatuhkan rahangnya ketika melihat bungkusan plastic berisi telur gulung yang dibawa oleh Rembulan. Crystal menatap Mbak Susi untuk meminta penjelasan kenapa putrinya harus makan-makanan seperti itu. Bukan masalah makanannya, yang dikhawatirkan oleh Crystal adalah makanan itu dibeli di sembarang tempat dan tidak higienis. “Itu bersih kok, Bu.” Tahu kalau dia harus memberikan penjelasan, maka Mbak Susi segera bersuara. “Di samping

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 295. Itu Salahnya 

    Bu Cintya memutus tatapan mereka dan berjalan mendekat ke arah Om Rudy. Lebih tepatnya ke arah pintu yang ada di belakang lelaki itu. Tidak ada sapaan sama sekali. Dia masuk begitu saja, lalu tersenyum ketika melihat anggota keluarga yang lain kumpul. “Angkasa!” Bocah yang menginjak remaja itu mendongak dan tersenyum. Hanya senyum kecil. Tubuhnya menempel pada tubuh Denial dengan tangan sibuk bermain tab. Peraturan masih sama, karena hari libur, maka dia bisa bermain benda elektronik itu. “Kalian makan malam di sini sekalian, ya. Kita masak sama-sama.” Mereka saling pandang sebelum mengangguk bersamaan. Tentu saja, itu membuat Bu Cintya bahagia luar biasa. Perempuan itu duduk di sofa tepat di samping Almeda dan memangku Elang dengan lembut. Sedangkan Moza yang sudah bisa berjalan itu tak mau diam. Axel harus terus memantaunya agar tidak jatuh. Gema masuk dan segera menyergap bocah kecil itu kemudian mengangkatnya tinggi-tinggi. Tawa renyah keluar dari mulutnya. “Cantiknya siapa?”

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 294. Kedatangan Om Rudy

    “Ma, besok mau ajak Rembulan ke rumah Almeda. Ayah mau ketemu katanya.” Pagi ini, saat sarapan, Denial memberitahu ibunya tentang keinginannya untuk pergi ke rumah Almeda. Ini untuk pertama kalinya Rembulan akan diajak pergi keluar setelah dia pulang dari rumah sakit. Ya, sudah tiga bulan memang usia Rembulan sekarang. Bocah kecil itu sudah bisa tersenyum. Bu Cintya tidak langsung menjawab dan justru menatap ke arah Denial dan Crystal bergantian. Seolah tidak memberinya izin. Dan benar, jawaban itu menunjukkan penolakan. “Masih terlalu kecil untuk dibawa keluar, Den. Mama nggak setuju. Mama akan izinkan kalian ajak Rembulan pergi kalau udah enam bulan.” “Ayah pengen lihat, Ma. Setelah pulang dari rumah sakit waktu itu ‘kan belum pernah ketemu lagi. Cuma lihat dari foto atau video aja.” “Ya tapi Rembulan masih kecil. Mama nggak izinkan.” Penolakan itu jelas dan lugas. Ini bukan karena Bu Cintya tidak mengizinkan si mantan suami itu bertemu dengan cucu mereka. Tapi semua demi cucu

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 293. Pulang

    “Kondisi Rembulan sudah sangat baik, Bu. Anak ini sudah sehat sepenuhnya.” Kelegaan membanjiri hati Crystal dan keluarganya. Dia langsung memeluk Denial yang ada di sampingnya saat kabar itu diberikan kepadanya. Hari-hari buruk yang mereka lalui sudah berakhir dan tinggal rasa bahagia yang datang. “Silakan, Bu.” Seorang suster menyerahkan Rembulan kepada Crystal sudah mengeluarkan air matanya. Dengan tangan sedikit bergetar, dia menerima bayinya dan menciumnya dengan sayang. Denial tersenyum lega. Tangannya terulur mengelus tangan Rembulan. Meskipun dia pun sudah pernah menggendongnya, tapi dia merasakan hari ini lebih dari special. Denial tentu lebih berpengalaman dalam soal mengurus bayi dibandingkan Crystal. Dan setelah mereka pulang ke rumah nanti, dia yang akan mengambil alih untuk tugas Crystal semisal Rembulan bangun di tengah malam. “Terima kasih, Dokter. Saya sungguh-sungguh berterima kasih. Berkat Dokter, bayi kami sehat dan sehat.” Crystal bisa merasakan, tubuh putriny

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 292. Rembulan

    “Tapi satu anak itu nggak seru, Mas. Aku nggak punya saudara aja rasanya juga sepi ‘kan.” Crystal menyanggah pendapat suaminya. Menyamankan baringnya tanpa mengalihkan sedikitpun tatapannya pada sang suami. “Ada banyak temannya nanti. Ada sepupu-sepunya yang akan nemeni dia.” Denial memang kini tengah berpendapat, tapi dia seolah memberikan keputusan. Melihat bagaimana sang istri kepayahan saat hamil muda seperti ini, membuat Denial merasa trauma dan tidak ingin mengulangi lagi. Kasihan dengan Crystal. “Aku bisa, kok. Aku__” “Aku yang nggak bisa, Sayang,” putus Denial. “Aku melihat kamu kepayahan begini rasanya pengen gantiin aja kalau bisa. Jadi, kita lihat nanti bagaimana perkembangannya.” Crystal menarik napasnya panjang mendengar ucapan sang suami yang bernada final. Padahal Crystal sudah membayangkan setiap dua tahun dia akan melahirkan satu bayi yang lucu. Setidaknya punya tiga anak. Tapi si pasangan justru trauma. Maka lebih baik dia tak membantah dan akan melihat saja per

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 291. Membuat Kesepakatan

    Dua minggu berlalu dan Crystal kembali ke rumah sakit bersama dengan Gema. Mereka berharap kandungan Crystal sudah lebih baik dan setidaknya dia full bedrest. Pengecekan itu akhirnya dilakukan untuk mengetahui hasilnya. Dan hasilnya tidak berubah. Crystal masih tetap harus bedrest. Namun tidak ada hal yang parah dan masih stabil. Crystal hanya diminta untuk tetap hati-hati dan tidak melakukan pergerakan yang tidak perlu. “Maafkan aku, Ma. Aku sudah membuat Mama dan Mas repot.” Crystal merasa tidak enak hati karena sudah membuat keluarganya harus fokus menemani dirinya. Padahal ada banyak pekerjaan yang harus diurus. “Crystal, nggak ada yang perlu dimaafkan. Kamu adalah putri Mama dan sudah menjadi tugas Mama untuk merawat kamu kalau sakit, menemani kalau kamu butuh teman, dan semua itu Mama lakukan dengan tulus. Kamu tidak perlu memikirkan itu karena yang penting kamu sehat, janin di kandunganmu juga sehat. Masalah lain, kamu nggak perlu pikirkan.” Crystal merasa sangat sensitif ka

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 290. Bosan

    Denial setengah berlari untuk memasuki rumah. Dia ingin segera sampai dan melihat kondisi istrinya. Dia sudah mendapatkan informasi dan sang bunda jika Crystal baik-baik saja. Tapi tentu saja tak puas jika tidak melihatnya secara langsung. “Mas udah pulang.” Crystal tengah duduk di atas ranjang sambil memegang tab di tangannya. Menggambar banyak design untuk rancangan Crystal fashion. “Kok kerja sih, Sayang?” Denial duduk setelah mengecup puncak kepala Crystal. “Kamu harus istirahat.” “Mas, aku ini istirahat. Aku nggak kerja berat, juga nggak berpikir berat. Aku cuma gambar dan nggak akan terjadi hal-hal yang buruk. Kalau aku nggak ngapa-ngapain justru akan stress. Ohya, tadi Mbak-mbak dua itu datang. Barusan pulang.” Denial mengangguk sambil menatap lekat ke arah Crystal. “Kamu yakin nggak papa? Aku seharian khawatir mikirin kamu tahu nggak sih.” “Nggak papa, Mas-ku. Aku tadi juga jalan-jalan pelan, baca buku, ngobrol sama Mama dan Mbak-mbak. Aku baik-baik aja. Dia kuat kok.” C

DMCA.com Protection Status