Reno terkejut. Pandangannya seketika menunduk, memperhatikan perut Adelia yang rata. Rasanya mustahil Adelia bisa hamil secepat ini. Mereka baru melakukannya sekali dan itu baru beberapa hari yang lalu."Kamu hamil?" tanya Reno"Tidak! Bukan itu, aku tidak hamil, Mas!" Adelia menggelengkan kepalanya cepat. Padahal tadi ia mengusap perutnya hanya karena lapar, tapi Reno malah mengiranya sedang hamil.Tapi, setelah mendengar itu, nafas Reno berhembus lega. Meski dirinya juga ingin memiliki anak, tapi jika secepat ini Reno juga belum siap. Masih banyak masalah pribadi yang belum dia bereskan."Lalu apa?" tanya Reno lagi.Adelia tersenyum, meski takut, dia meraih tangan Reno. "Aku ingin memperbaiki hubungan kita. Kamu mau kan kasih aku kesempatan? Aku ingin menjadi istri kamu dalam artian yang sebenarnya. Bukan cuma sekedar status saja," jawab Adelia.Matanya terlihat berbinar, tidak seperti biasanya.Tapi, kening Reno malah mengkerut, matanya mengerjap lambat. Reno sungguh tidak menyangk
"Mas, tolong rendahkan suaramu. Jangan berbicara tidak sopan begitu!" tegur Adelia.Dari raut wajah cantiknya, terlihat ada kekecewaan saat Reno meninggikan suaranya seperti tadi."Kamu masih membela Ibu kamu, Adelia?" Reno sampai geleng kepala, tidak tahu lagi wanita macam apa istrinya ini.Selama ini, Reno juga tahu, seperti apa sikap Ibu Mirna pada Adelia. Bahkan terkesan sangat jelas, kalau Ibu Mirna hanya memanfaatkan Adelia saja. Rasa-rasanya jika Adelia tidak menikah dengan pria kaya, mungkin tidak dianggap sebagai anak."Beliau ibuku, Mas, Ibu yang mengandung dan melahirkan aku. Aku mohon jangan membentak lagi." tutur Adelia suaranya melirih.Reno terdiam, ia melemparkan pandangannya kesalnya ke samping, enggan memandangi wajah sendu istrinya.Entah terbuat dari apa hati Adelia itu, sampai menerima begitu saja diperlakukan kasar dan semena-mena oleh ibu kandungnya sendiri."Mas ...." Adelia meraih jemari Reno."Aku tahu, Ibu kadang memang keterlaluan. Tapi cuma Ibu yang aku p
"Hoeeeek!"Adelia mencengkeram perutnya. Rasanya sangat sakit, seperti ada tekanan yang mencuat ke tenggorokan, membuat Adelia mual."Adelia, kamu kenapa?"Panik mendengar suara Adelia, Reno melompat dari ranjang, menuju ke kamar mandi."Adelia, buka pintunya Adelia!" Reno berteriak, menggedor pintu.Tapi Adelia tak membuka. Malah suara muntahan semakin jelas dan intens.Khawatir wanitanya kenapa-kenapa, Reno mengobrak pintu kamar mandi. Ia memasang badannya yang berotot, mendobrak pintu kamar mandi.Brak!Pintu itu berhasil terbuka, membuat Adelia terkejut, dan rasa mualnya menghilang seketika ketika melihat Reno ada di hadapannya."Mas, ya ampun, kamu rusak pintunya?!" Adelia menatap lemas pintu yang rusak pada bagian handle penguncinya. Padahal tadi Adelia tidak mengunci pintu tersebut. Harusnya Reno bisa menarik handle pintu lalu masuk dengan cara biasa, bukan malah merusaknya seperti itu.Sepertinya rasa panik, membuat Reno enggan berpikir panjang, dan langsung terjang asal ter
'Dia kan ....' Adelia membatin di dalam hati. Rasa cemas mulai melanda dalam jiwa.'Ya Tuhan, dia kan mantan pacarnya Mas Reno. Semoga Mas Reno tidak melihat dia.' Hatinya masih berisik.Adelia menoleh cepat ke arah mobil Reno, berharap Reno tidak keluar. Adeliakhawatir kalau Reno melihat wanita ini, Reno mungkin bisa jatuh cinta lagi.Seperti apa kata orang, hubungan dengan mantan memang sudah selesai, tapi kenangannya tidak akan pernah terlupakan."Kamu cari Dina ya?" tanya Bianca.Seolah hanyut dalam pikirannya sendiri, Adelia malah diam, sama sekali tidak menjawab pertanyaan Bianca."Masuklah, Adelia!" pinta Bianca. Membuka pintu lebih lebar, agar Adelia bisa masuk ke dalam rumah.'Astaga, bahkan dia tahu namaku,' cuma Adelia lagi di dalam hatinya.Tampak jelas di bola mata Adelia, kalau wanita di depannya ini melirik mobil Reno yang berhenti tidak jauh dari rumah Dina.Meskipun tidak nyaman, Adelia tetap melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah sahabatnya itu."Silakan duduk, j
"Adelia ...." Reno tercengang.Matanya tak berkedip, memindai penampilan istrinya dari ujung kaki sampai kepala. Memang sangat cantik dan terlihat dewasa. Apalagi pakaian yang Adelia kenakan persis seperti seorang wanita karir. Tapi, jika memakai pakaian seperti di dalam rumah, rasanya akan sangat aneh."Kamu ini kenapa?" Kening Reno mengkerut. Pandangannya teralihkan pada rambut panjang Adelia yang berubah seketika menjadi pendek. "Ini juga, kenapa rambut kamu dipotong begitu, Adelia?"Alih-alih bahagia dengan penampilan baru istrinya, Reno malah terlihat kesal, sedikitpun tidak menyukai rambut pendek Adelia sekarang."Aku memotongnya, Mas. Di salon, tadi siang. Kamu suka kan? Bukankah sekarang penampilanku terlihat elegan dan dewasa?"Adelia menyugar rambutnya yang tidak berponi itu, sengaja menunjukkan betapa berkilau dan indah rambutnya sekarang. Hitam dan lurus."Aku tidak menyukainya, Adelia. Kamu terlihat tua!"Hanya itu yang Reno ucapkan. Bahkan Reno langsung pergi, mengabaik
"Astaga, aku tidak salah lihat, jadi kamu benar-benar Adelia? Ya Tuhan, kenapa kamu jadi cantik sekali sekarang?" Farhan menatap Adelia. Matanya yang bersinar tidak bisa dipungkiri, kalau Farhan terkejut melihat mantan istrinya yang sekarang.Dulu, Adelia selalu berpenampilan kumal, tapi hari ini Adelia sangat cantik, dan terlihat seperti wanita berkelas tinggi."Mas Farhan, kamu ... sedang apa di sini?" tanya Adelia. Jantungnya berdebar sekarang, takut mantan suaminya itu akan berulah."Aku mau menghadiri acara ulang tahun perusahaan baru tempat aku bekerja, Adelia. Kebetulan, di hotel ini acaranya," jawab Farhan.Dari cara bicara Farhan yang ramah seperti itu, mengingatkan Adelia saat di mana dulu ia dibuat jatuh cinta oleh Farhan. Tapi kenyataan juga mengingatkan Adelia, kalau Farhan adalah pria yang dulu membuangnya seperti sampah, hanya demi wanita lain."Jadi, Anda ini karyawan di Wiraland?" tanya Reno.Yang Reno heran kan, kenapa pria yang sok akrab dengan Adelia ini tidak me
Semua orang berbahagia di hari ini, tapi tidak dengan Reno yang merasa ditipu dan dipermainkan oleh Adelia. Bagaimana sampai Reno tidak tahu, kalau Adelia ternyata sudah menikah sebelumnya. Bukan status janda yang Reno permasalahkan, tapi kebohongan yang Adelia ciptakan hanya untuk menikah dengannya.Coba dulu Adelia jujur di awal pertemuan mereka, mungkin Reno tidak akan sekecewa ini. Reno sudah terlanjur jatuh cinta terlalu dalam pada Adelia, dan kenyataan ini, membuatnya sangat sakit hati."Mas Reno, dengarkan aku dulu, Mas. Aku bisa jelaskan!" Adelia berlari mengejar Reno menuju ke parkiran mobil. Bahkan Adelia tak peduli dengan kandungannya. Karena yang ada di pikiran Adelia hanya bagaimana cara ia bisa menjelaskan kepada Reno tentang apa yang sudah terjadi.Sejujurnya, Adelia pun tidak berniat untuk membohongi Reno. Sedikit pun niat itu tidak terpikirkan oleh Adelia. Tapi, Adelia pun tidak tahu, semua berjalan begitu saja di luar kendalinya sebelum Adelia mengatakan kalau diri
Reno menegakkan tubuhnya, menggerakkan jemarinya, untuk melepaskan ototnya yang tadi sempat tegang.Sungguh Reno merasa malu sekarang, tapi dia tak peduli, dan bergegas keluar dari lift."Tuan, Tuan Reno!" seru Yuna, tapi cepat disambar oleh Farhan."Yuna tolong aku! Kamu ngapain sih malah manggil dia, Apa kamu tidak melihat hidungku sampai memar begini?!" sungut Farhan."Hiiih!" Kesal, Yuna berbalik badan. Dia terpaksa menolong Farhan, dibanding mengejar Reno.Karena biar bagaimana pun, Yuna masih membutuhkan Farhan untuk kelangsungan hidupnya. Setidaknya menjadikan Farhan cadangan adalah jalan terbaik. Karena Yuna sadar betul, mendapatkan Reno bukanlah hal yang mudah."Auu! Sakit Yuna, bisa pelan sedikit tidak sih?! Yang ada hidung aku jadi memar kalau mau menekannya terlalu kencang!" protes Farhan.Sendari tadi pria itu mengomel, mengkritik cara Yuna mengopres hidungnya. Padahal Yuna sudah membantu, tapi Farhan malah tidak menghargai."Udah ah, kamu kompres saja sendiri. Dari tadi p
Adelia menarik tangannya dari genggaman Ken, matanya memicing tajam, seolah menuntut penjelasan. Dia benar-benar terkejut dengan pengakuan Ken yang begitu tiba-tiba."Apa maksud kamu, Ken?" tanya Adelia, wajahnya yang manis berubah menjadi ketus dalam sekejap. Ken tersadar bahwa dirinya berada dalam situasi sulit. Dengan terpaksa, Ken menggantungkan senyum di bibir dan tertawa terbahak-bahak. "Ha ha ha! Serius banget sih muka kamu, Adelia. Aku hanya bercanda kok," kilah Ken untuk menyelamatkan diri. Dalam hatinya, Ken merasa lebih baik menyimpan perasaan itu rapat-rapat daripada membuat Adelia tahu dan membencinya. Lagipula, Ken sudah berjanji kepada Nyonya Farida untuk menjaga istri kakak iparnya ini, meskipun dengan syarat tak boleh terungkap bahwa dirinya adalah saudara tiri Reno. "Ayolah, jangan terlalu serius begitu! Aku hanya bergurau tadi," ujar Ken berusaha mencairkan suasana. Namun Adelia masih terdiam, te
"Em, tidak deh!" Adelia menggelengkan kepalanya. Lagi pula, selama ini memang tidak ada yang peduli dengannya. Jadi, kalau Adelia pergi pun pasti tidak akan ada yang mencari dirinya."Kamu yakin? Kamu pindah ke Yogyakarta itu dalam waktu yang cukup lama lho, apa kamu tidak mau memberitahu suamimu?" tanya Ken lagi, hanya ingin memastikan.Tapi, bukannya bergegas menjawab, Adelia malah tersenyum. "Tidak Ken, Mas Reno bahkan tidak berusaha mencariku. Kemungkinan, sekarang Mas Reno sudah hidup bahagia dengan istri barunya, dan aku tidak mau mengganggunya."Dari cara Adelia berbicara sekarang dengan yang dulu memang sangat berbeda. Adelia kini lebih sering tersenyum dan auranya terlihat bersinar. Tubuhnya pun ikut menggemuk, membuat Adelia terlihat gemoy tapi tetap cantik."Em, okey! Kalau begitu, aku mau menemui Mama Farida dulu ya di kamarnya, sekalian mau pamitan."Adelia menganggukkan kepalanya. Kemudian kembali memasang wajah datar sembari melihat Ken pergi ke kamar Nyonya Farida.Se
"Ya jelas bukan kamu, lah! Memangnya kamu ini siapa, percaya diri sekali jadi orang!" sungut Farhan, yang malah membentak Adelia. Sudah tersulut emosi, Adelia pun balas membentak Farhan, meluapkan amarahnya yang terbakar cemburu. "Kamu ini ya Mas, apa salahnya sih dijawab. Tidak usah merendahkan aku seperti itu. Aku ini istrinya Mas Reno, jadi aku berhak tahu apa yang terjadi sama suami aku!" Farhan sontak terdiam. Bertahun-tahun ia mengenal Adelia, bahkan mereka pernah menjalani rumah tangga bersama, tidak pernah sekalipun Farhan mendegar Adelia meninggikan suaranya seperti sekarang ini. Bahkan dulu, Adelia sangat tunduk dan takut padanya. Tapi ini, hanya karena Reno, Adelia bisa sampai marah, dan membentaknya. Apa mungkin Adelia benar-benar mencintai Reno? Setidaknya, pikiran itu yang sekarang sedang berputar-putar di kepala Reno. "Dih, biasa aja kali ngomongnya!" Farhan memalingkan pandangannya. Tak dapat Farhan pungkiri, melihat Adelia semarah ini, membuat Farhan takut. Dan
'Mas Reno!'Adelia memalingkan pandangannya. Cepat-cepat menghindari kontak mata dengan Reno. Jangan sampai Reno melihatnya."Adelia!" Reno berteriak. Tapi sialnya, mobil taksi itu keburu melaju, membawa Reno pergi."Haaah, untung saja!"Adelia menghela nafasnya lega. Untung saja mobil taksi itu pergi. Kalau tidak, pasti Reno sudah turun menghampiri Adelia.Memang, di dalam hati Adelia masih menyimpan rasa cinta untuk Reno. Tapi, Adelia belum siap, jika harus bertemu kembali dengan Reno. Lagi pula, ucapan suaminya itu selalu saja membuat Adelia tersinggung dan sakit hati.Ada tiga menit, Adelia berdiri di tempatnya sekarang. Ia terus menatap ke arah taksi yang membawa Reno semakin jauh. Sampai taksi itu benar-benar menghilang dari pandangan matanya, barulah Adelia pergi meninggalkan tempat itu.Saat tiba di perempatan jalan menuju ke rumah Nyonya Farida, tiba-tiba Adelia menghentikan langkahnya. Adeia terdiam sejenak di samping tiang listrik memikirkan Reno. Sampai detik ini, Adelia m
"Pak Yanto, di mana Papa, apa yang supaya terjadi Pak, kenapa sampai Papa bisa masuk rumah sakit?" tanya Reno, kepada Pak Yanto -- security yang bekerja di kediaman Tuan Wirawan. "Maaf Tuan Reno, tapi saya juga tidak paham dengan apa yang tadi terjadi. Setahu saya, tadi sih ada Mbak Yuna datang ke rumah, tapi tidak lama setelah Mbak Yuna pergi, Bibik berteriak minta tolong. Karena Tuan Besar sudah tidak sadarkan diri, jadi saya cepat-cepat bawa ke rumah sakit, Tuan," ucap Pak Yanto, menceritakan keadaan yang terjadi sesuai dengan versinya. "Terus Papa di mana?" tanya Reno lagi. "Tuan Wirawan masih ada di ICU. Saya tidak berani naik ke atas, jadi saya tunggu di lobby. Sekalian nungguin Tuan Reno." Reno menganggukkan kepalanya, lalu menepuk pundak Pak Yanto. "Kalau begitu Pak Yanto pulang saja, biar Papa saya yang jaga. Terima akasih ya, Pak, sudah mengantarkan Papa ke rumah sakit," ucap Reno. Yang langsung buru-buru masuk ke dalam lift, menuju ke lantai tiga Rumah Sakit, tempat di m
"Loh, apa salahnya sih? Kita kan kenal sudah lama, aku juga sayang banget sama kamu, jadi wajar dong kalau aku pengen hubungan ini lebih serius? Lagi pula sekarang kamu juga lagi hamil anak aku, kan emang mending kita langsung nikah daripada timbul fitnah nanti," ucap Farhan, yang langsung disanggah oleh Yuna."Tidak, Mas! Enak saja main nikah, aku masih punya impian, dan aku tidak mau semua yang aku cita-citakan selama ini hancur hanya karena aku menikah sana kamu!" tolak Yuna mentah-mentah.Dari mimik wajahnya saja terlihat jelas ada sesuatu yang Yuna sembunyikan. Bahkan rona cinta pada pandangan mata Yuna yang dulu ada kini juga menghilang."Apa maksud kamu, Yuna?" Kening Farhan mengekerut, terkejut mendengar ucapan Yuna yang rasanya sulit Farhan terima.Yuna menghela nafasnya kasar. Tubuhnya membungkuk, mengambil botol parfum dari lantai, lalu meletakkannya lagi ke atas meja rias."Aku rasa, hubungan kita harus selesai sampai di sini, Mas. Aku tidak bisa mengorbankan masa depanku
'Mas Reno ... kok dia bisa ada di sini?' gumam Adelia di dalam hatinya. 'Apa mungkin Mas Reno ngikutin aku ya, terus dia tahu kalau aku kerja di sini?'"Mbak, kok malah bengong sih. Tolong ke depan sebentar, temani Om ganteng itu. Aku mau ambil box dulu buat bungkus cakenya," ucap Ratna, buru-buru ke belakang, menuju ke lemari penyimpanan box kue.Sementara Adelia yang harusnya menemani Reno itu malah kembali ke dapur, enggan menemui Reno. "Mending aku di sini saja deh, gawat kalau Mas Reno lihat aku kerja di sini."Takut ketahuan, Adelia berjongkok di depan oven besar, pura-pura mengecek kue yang dipanggang. Padahal, Adelia melakukan itu karena berniat sembunyi agar Reno tidak sampai melihatnya.Tak lama kemudian Ratna kembali. Dia langsung membungkus cake buatan Adelia itu, lalu memberikannya untuk Reno."Tidak udah bayar Tuan, ini bukan cake untuk dijual soalnya," ucap Ratna, membuat kening Reno mengkerut, karena tidak paham."Tidak dijual? Maksudnya?" tanya Reno."Ini cake coba-c
"Sebenarnya saya ...." Tak ada pilihan lain, Adelia menceritakan sedikit permasalahan yang sedang ia alami bersama Reno. Tidak menyeluruh memang, hanya rasa kegelisahan Adelia saat suaminya menolak anak yang tengah Adelia kandung. Sedikit cerita dari Adelia itu, membuat Nyonya Farida sedikit paham. Kemungkinan besar, selama ini apa yang Reno pikirkan tentang Adelia adalah salah besar. Ya, Nyonya Farida masih mengingat saat di mana Reno bercerita Adelia selingkuh sampai hamil, dan setelah mendengar cerita dari Adelia, entah kenapa Nyonya Farida lebih percaya dengan cerita Adelia. Mungkin, itu semua karena penjelasan dari Adelia lebih masuk akal. "Jadi, suami kamu menuduh kamu hamil dengan pria lain?" tanya Nyonya Farida. Adelia menganggukkan kepalanya, sembari mengusap perutnya yang sudah besar. "Iya, Bu." "Terus kenapa tidak kamu jelaskan? Kasihan anak kamu nantinya, Adelia," ucap Nyonya Farida, yang tidak bisa membayangkan akan bagaimana cucunya nanti saat hamil. Dulu, Nyonya
Kling!Suara lonceng pintu berbunyi saat dibuka. Adelia bergegas menuju ke belakang meja, untuk melayani pembeli yang baru saja datang itu.Sebenarnya, Adelia juga sengaja, karena tidak enak menceritakan sosok suaminya pada Nyonya Farida.Setidaknya sekarang, dengan adanya pembeli, Adelia bisa beralasan, dan tidak perlu menceritakan soal Reno pada Nyonya Farida."Adelia, Ibu pulang dulu ya, nanti malam Ibu ke sini lagi jemput kamu," ucap Nyonya Farida, lalu pergi dari toko kuenya.Nyonya Farida harus kembali pulang, untuk beristirahat. Sebab kesehatan beliau akhir-akhir ini sedang tidak baik-baik saja.Sementara itu di dalam mobil, Reno menghantam kasar stir mobilnya karena kesal. Kepalanya terasa sangat pusing, sudah berkeliling ke sekitaran rumah sakit, tapi tidak juga menemukan Adelia.Sekarang, Reno dalam perjalanan menuju ke kediaman Ibu Mirna, sengaja mencari Adelia ke sana.Selama ini Adelia tinggal di rumah ibunya, jadi tidak menutup kemungkinan juga sekarang Adelia pulang ke