Lizy benar-benar marah. Ia sampai menutup telinganya, karena takut akan ada banyak sekali omongan-omongan yang masuk ke dalam telinganya, karena bayangannya yang sudah tidak karuan sama sekali. Sekarang Lizy benar-benar merasa bahwa dunianya seperti dihancurkan dengan rencana.
Ia menangis dan ingin berteriak. Lizy bahkan berkali-kali mencoba memukul perutnya, dan juga berusaha dengan keras tanpa ia sadar untuk membuat anak tersebut hilang.
“Lizy! Lizy!” panggil dari Adrian yang terkejut melihat Lizy bertingkah berbeda.
Ia segera berlari menghampiri Lizy, dan memegang kedua tangan Lizy. Dari belakang Adrian menahan apa yang dilakukan Lizy sebelum berubah menjadi lebih buruk, dan akan melukai pastinya.
“Lepaskan aku! Adrian! Anak ini pembawa sial! Seharusnya aku tidak memilih mempertahankannya! Anak ini dan ayahnya sama-sama ingin membuatku benar-benar hancur!” Lizy berontak sambil berusaha melepaskan diri.
Adrian tak memberik
Adrian benar-benar menemuji Hito. Mereka kini duduk saling berpandang dengan dibatasi menggunakan kaca penghalang. Padahal kalau tidak ada itu, Adrian berharap bisa memukul Hito agar dia berhenti mengganggu Lizy.Raut wajah Hito yang muram dan juga tatapannya yang tajam menunjukkan bagaimana dia sedang berusaha menahan kekesalannya atas perbuatan yang sudah direncanakan Hito selama ini.“Ada apa, Adrian?” tanya Hito dengan wajah yang dingin.Sebenarya rasa marah Hito sedikit terobati, saat melihat bagaimana tampak Hito yang sudah tidak karuan. Rambutnya yang pitak dan juga wajahnya yang sudah tirus kelihatan babak belur. Dia pasti mendapatkan ganjaran yang setimpal.“Hentikan semua rencanamu. Jangan ganggu Lizy lagi. Apa kamu tidak puas setelah apa yang kamu lakukan kepadanya?” tanya Adrian yang berusaha menahan emosi.Mendengar apa yang dikatakan oleh Adrian membuat Hito merasa terkekeh. Dan respon Hito jelas membuat Adrian
Adrian selama beberapa hari kesulitan menemui Lizy. Loz mengatakan kalau kondisi Lizy sekarang sedang sedikit tidak memungkinkan untuk ditemui. Bahkan untuk keluarganya sendiri saja kesulitan untuk bisa menemui Lizy.Tetapi, Adrian selalu tetap nekat datang. Ia selalu berharap bahwa Lizy akan menyambutnya dengan hangat dan akan menyapanya dengan senyuman yang gembira. Adrian juga berkali-kali ingin tahu bagaimana Lizy saat ini. Tetapi, semuanya seperti sengaja bungkam akan apa yang sedang terjadi sebenarnya.“Ayolah Loz, kenapa aku tidak boleh menengok Lizy? Bukankah aku harsus tahu kondisinya? Setidaknya beritahu saja aku bagaiman dia sekarang agar aku bisa merasa sedikit tenang,” pinta Adrian dengan perasaan yang frustrasi.Loz yang daritadi tengah menghalangi pintu kamar Lizy itu mendadak terperanjat. Karena makin jelas kalau memang ada yang disembunyikan, dan Adrian tidak boleh tahu sama sekali.Sedikit menyerah sebenarnya Adrian hendak me
Setelah beberapa saat Lizy menangis tanpa adanya henti, akhirnya dia berhenti dan kini memandangi Adrian yang ada di depannya. Terlihat pakaian Adrian basah karena air mata Lizy yang daritadi mengalir dengan deras.“Maaf…, belakangan aku takut menemuimu, Adrian. Aku yang melarangmu untuk masuk ke sini dengan meminta Loz melakukannya,” Lizy langsung mengakui perbuatannya tersebut.Adrian tak bisa marah sama sekali setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Lizy barusan. Jelas Adrian berpikir bahwa Lizy pasti punya alasan untuk melakukan apa yang sudah ia lakukan kepada dirinya ini.Dengan pelan Adrian menyentuh pipi Lizy dan memandanginya dengan perasaan sedih, “Kenapa, Lizy? Apa yang sebenarnya terjadi? Loz bilang kamu keguguran. Lalu kenapa? Apa kamu tidak mau membuatku menjadi bagian yang tahu segalanya tentangmu? Meski itu kesedihan sekalipun?” Adrian mempertanyakan apa yang telah menjadi pertanyaan di dalam kepalanya tersebut.
Sebenarnya permintaan Adrian ini terdengar sedikit tidak mungkin dan dirasa sedikit terlalu tak nyata. Bahkan untuk sekedar dianggap sebuah pernyataan saja sulit. Tetapi, melihat bagaimana Adrian yang mengatakannya dengan begitu bersikukuh, membuat mereka yang ada di sana tak bisa menolak.Bahkan, Lizy yang melihat Adrian sedemikian saja sudah membuat Lizy merasa tidak enak hati. Lizy sudah sampai di titik tidak bisa diharapkan sama sekali. Jalan hidupnya ini sudah hancur. Tapi kenapa Adrian masih tetap menerimanya.“Adrian. Aku tak memaksamu untuk menerima Lizy terus. Kamu bisa menolak, kalau semisal kamu tak bisa menerima kondisi Lizy," Loz ”khirnya bicara.Loz dengan perasaan berat hati mengatakan ini. Meski mungkin saja akan menyakiti perasaan Lizy, Loz tak masalah. Ia lebih tidak ingin kalau adiknya tersiksa setelah dinikahi. Tidak ada yang pernah menduga apa yang mungkin terjadi.Kegigihan Adrian itu terasa diremehkan. Adrian memandangi Loz dengan tatapan yang sangat tajam sekal
Dengan pelan Adrian mulai memasukkan tangannya ke dalam pakaian Lizy. Tangan Adrian kini menyentuh kedua milik Lizy dan merasakan jelas bagaimana dua buntalan itu sangat pas di dalam tangannya.Lizy merasa bahwa hasratnya dibawa naik oleh Adrian. Kecupan itu perlahan turun dan kini berada di leher Lizy. Adrian menikmati setiap jengkal tubuh Lizy dan tak membiarkan sedikitpun lepas dari dirinya pada kala itu.Kamar yang sunyi dan pintu kamar yang sudah terkunci membuat mereka berdua bisa melakukan apa yang mereka mau dengan sangat mudan dan juga leluasa.“A- Adrian…,” desah Lizy dengan suara pelan.Mendadak Adrian menghentikan aktivitasnya, dan melihat ke arah Lizy dengan perasaan terkejut. Lizy yang melihat Adrian demikian justru malah merasa kebingungan sekali.“A- Ah…, sudah cukup?” tanya Adrian dengan sedikit gugup.Melihat Adrian yang merespon demikian malah membuat Lizy menyeringai kecil. Pria ini benar-benar manis saat dia seperti ini. dan Lizy tak bisa bohong bahwa dia suka sek
Entah seharusnya Lizy bersyukur atau bagaimana dengan semua ini, tetapi ia cukup terkejut dengan sifat asli dari Adrian yang sedikit di luar dari bayangannya tersebut. Meski sebenarnya memang wajar para pria seperti ini. Tetapi, ini terlalu kelewatan untuk mengatakan hanya sekedar saja.Mereka berdua sedang berada di sebuah hotel yang tidak jauh dari perusahaan Adrian. Dalam keadaan tanpa busana dan sedang saling berpelukan. Adrian tengah lelap tertidur dan kelihatan kelelahan sekali setelah hari ini.Lizy memandangi wajah Adrian yang rupawan dan juga begitu tampan di hadapannya. Lizy ditelepon terburu-buru oleh Adrian tadi pagi. Ia pikir ada apa. Ternyata, hanya ini saja.“Sayang…,” panggil Adrian dengan suara yang berat“Ya?” Lizy menjawab dengan tenang.“Apa kamu marah?” tanya Adrian.“Apa? Marah? Marah kenapa?” Lizy membalikkan pertanyaan kepada Adrian.Adrian segera melihat ke arahnya dan membuka mata. Ia memandangi Lizy dengan tatapan yang berbinar dan kelihatan sedikit merasa b
Loz sudah frustrasi sampai mengacak rambutnya dan sudah tidak bisa lagi mengatakan apa-apa. Seperti memang ada sesuatu yang tidak Lizyketahui sama sekali.Lizy mencoba untuk mempertanyakannya kepada Loz. Dan memintanya menjelaskan lebih detail supaya tidak membuat Lizy penasaran. Karena rasanya kesal sekali Loz seperti merasa kesal sendirian.“Apa kamu tidak pernah menanyakan perihal medisnya? Atau paling tidak masa lalunya?” Loz bertanya dengan penuh rasa kesal.Lizy menggelengkan kepala. “Dulu selama aku tinggal di sana, dia tidak pernah kelihatan keluar ke dokter. Memangnya kenapa?” Lizy berbalik bertanya kepada Loz setelah memberikan sedikit jawaban.“Temanku di salah satu rumah sakit ternyata dokter yang menangani Adrian sejak beberapa tahun lalu!” tegas Loz.Lizy mengerutkan dahi. Sedikit tidak percaya dengan apa yang dikatakan Loz kepada dirinya ini. mengingat bahwa selama ini memang Adrian tidak ada apa-apanya sama sekali. Bahkan tidak kelihatan sakit sedikitpun.“Memang apa k
Ada banyak sekali tamu yang datang selama pernikahan mereka berlangsung. Dan seperti bagaimana kesepakatan dari dua keluarga, yang dimana para tamu dilarang untuk membahas perihal apa yang sudah terjadi pada Lizy.Melihat bahwa mereka yang datang benar-benar mengucapkan selamat itu dan turut berbahagia untuk dirinya membuat Lizy merasa senang. Ini adalah pernikahan yang sangat ia senangi dan juga begitu membuatnya bahagia.Sesi foto juga berjalan dengan baik. Lizy merasa senang berpose depan kamera, dan memperlihatkan dirinya yang tertawa merasa sangat senang dan juga bahagia atas apa yang sudah ia dapatkan sekarang ini.“Kamu bahagia?” tanya Adrian kepada dirinya.“Tentu saja. Ada kamu, dan orang-orang uang aku sayangi di sini. Mana mungkin aku tidak bahagia?” Lizy menjawab dengan tatapan yang berbinar merasa senang.Dengan pelan Adrian memeluk pinggang Lizy dan memberikan kecupan manis di pipinya. Ia menunjukkan perasaannya yang penuh dengan turut kesukacitaan atas apa yang sudah ia
Adrian benar-benar malu mendengarnya. Ia tidak tahu bahwa dirinya pernah terpergok oleh Loz saat melakukannya di kamar Lizy. Sampai-sampai Adrian harus mencoba mengingat kembali hari itu untuk memastikan. Karena ia sama sekali tidak ingat dan tidak merasa ada yang masuk ke kamar LizyAkhirnya Adrian menemukan jawaban kenapa Loz mendadak berubah dan memandanginya dengan tatapan yang jauh lebih mengintimidasi daripada sebelumnya. Kini Adrian jadi merasa malu akan dirinya sendiri.“Maaf, sepertinya memang salahku dari awal,” Adrian langsung meminta maaf.Loz memukul pelan punggung Adrian untuk menenangkan pria tersebut. Meski sebenarnya Loz sedang menahan tawa karena melihat Adrian yang baru pertama kali seperti itu. Sebelum-sebelumnya tidak pernah sama sekali.Sementara Adrian masih mencoba untuk menenggelamkan wajah, Loz masih menahan tawa sampai akhirnya dia tak bisa lagi melakukannya. Loz tertawa terbahan setelah tadi ia murung dan merasa sangat bersalah.“Hahaha. Sudahlah, lagipula
Cukup lama Loz tak memberikan jawaban kepada Adrian. Tetapi, hanya dari raut wajah Loz saja, Adrian sudah tahu bahwa dia pun ingin mengatakan segalanya. Sayangnya keraguan dalam dirinya telah menenggelamkan keberaniannya tersebut.Kegelisahan Loz yang sangat kentara sekali itu membuat Adrian jadi menerka-nerka dalam hati. Apakah dia baik-baik saja? Apa dia sedang dalam fase kritis yang dimana tidak ada orang yang bisa menenangkannya?“Aku tak suka menunggu terlalu lama, jadi jelaskan saja secara gamblang. Aku akan berusaha menahan diri agar tidak marah,” pinta Adrian.Loz yang mendengar desalan Adrian sempat tersentak selama beberapa saat. Ia yang tengah mengumpulkan keberanian diri itu langsung buyar dan berubah menjadi tidak terkendali sama sekali. Maka dari itu Adrian jadi makin bisa mengetahui bahwa Loz benar-benar gelisah saat ini.“Aku…”Loz mulai berucap. Tetapi ucapannya itu hanya sepotong dan tidak berlanjut sama sekali. Sekali lagi, ini membuat Adrian yang semula sangat saba
Setelah mereka sarapan dan juga bersiap untuk pergi ke rumah Lizy, Adrian membeli beberapa buah tangan untuk bisa dibawa ke rumah untuk membawakan kedua orang tua Lizy.Dibandingkan dengan Adrian, Lizy jauh lebih gugup dan merasa kalau sepertinya sekarang kegelisahannya makin besar. Padahal Adrian kelihatan tenang sekali dan tidak terbawa emosi sama sekali.Tetapi, entah kenapa perasaan Lizy seperti menunjukkan kalau sekarang ia benar-benar gelisah dan sedikit merasa takut dengan apa yang mungkin dilakukan oleh Adrian nantinya kalau bertemu dengan Loz.“Apa ini cukup?” Adrian bertanya saat ia baru saja masuk ke dalam mobil.Lizy sontak menoleh dan melihat bawaan Adrian yang sangat banyak sekali. Ada banyak buah beserta kue-kue kering yang dibeli Adrian dengan harga yang cukup mahal dan pastinya kelihatan lezat sekali.“Ah, cukup. Mereka pasti akan suka,” sahut Lizy.Lalu mobil kembali berjalan dan pergi menuju ke rumah Lizy segera. Rasanya saat menginjakkan kaki di halaman rumah saja
Permainan yang sudah selesai itu kini menyisakan sebuah rasa lelah dan juga kesenangan yang tiada tara. Lizy melihat ke arah Adrian dan memandanginya dengan tatapan yang sangat senang sekali.“Kalau semisal kita punya anak, aku ingin dia bisa jalan-jalan kemanapun, dan tidak perlu khawatir soal apapun,” celetuk Adrian.Lizy yang mendengarnya sedikit terkejut sebenarnya. Karena ucapan Adrian bisa dibilang cukup mendadak dan tidak ada konteks awal kenapa ia bisa berkata demikian kepada dirinya dengan mudahnya.“Apa? Haha, kamu sudah memikirkan sampai ke sana?” Lizy sedikit tertawa.Adrian juga ikut menoleh saat mereka masih berbaring tersebut. Tangan Adrian meraih tangan Lizy dan menggenggamnya dengan erat sambil memandangi Lizy dengan tatapan yang begitu bersemangat.“Aku ingin berusaha. Kita sama-sama berusaha. Kita bangun keluarga kecil yang bahagia, dan juga keluarga harmonis yang tiada tara,” ajak Adrian dengan semangat yang sangat menggebu sekali.Lizy tersenyum lebar mendengarnya
“Tentu saja. Tapi, apa kamu benar-benar mau menuruti permintaanku nantinya?”“Apa?” tanya Lizy kepada Adrian.“Hmmm, ada. Toh sebentar lagi akan malam, jadi kamu akan tahu,” ucap Adrian, memberikan balasan yang tidak sesuai sama sekali.Lizy merasa memang sedikit kesal setelah mendengarnya. Tetapi, demi bisa membuat Adrian dan juga saudaranya berbaikan, Lizy tidak masalah. Ia yakin Adrian tidak akan melakukan hal yang buruk kepada dirinya.Setelahnya mereka berdua mandi dahulu, membersihkan rumah, dan membuat makan malam bersama. Adrian kelihatan lebih ceria dan juga lebih banyak tawa pada saat itu. Ia merasa sepertinya Adrian sudah bisa sedikit berdamai.Hingga waktu yang sudah menunjukkan pukul sepuluh, membuat Lizy merasa sangat berdebar sekali. Apa yang diinginkan Adrian dari dirinya ini?Sembari menunggu Adrian di kamar, Lizy berkali-kali berpikir apa yang mungkin sebenarnya diinginkan oleh Adrian. karena tak lama dari itu, Adrian datang sambil membawa sebuah kotak yang ada di ta
Karena setelah sampai di rumah, Adrian langsung mengajak Lizy melakukannya. Tak sekali dua kali. Tetapi dia cukup pintar memainkan ritme permainan agar Lizy merasa nyaman dan tidak sakit sama sekali.Ketika hari sudah sore dan mereka berdua kelelahan, akhirnya mereka sedang rebahan di atas kasur dengan tanpa sehelai kain dan hanya selimut yang tengah menutupi badan mereka. Napasnya tersengal, merasa lelah sekali.Lizy menelan ludah seketika. Ia sekarang sedang berusaha mencari celah untuk bisa membicarakan mengenai permasalahan Adrian dan juga Loz. Akan sangat canggung sekali kalau masalahnya berkelanjutan sampai waktu yang tidak diketahui sama sekali.“Aku ingin bicara hal penting,” ucap Lizy sambil menoleh ke arah Adrian.Adrian yang mendengar Lizy berusaha serius langsung memiringkan badan dan melihat ke arah Lizy. Raut wajahnya tengah senang sekali. Tak tega Lizy menghancurkan perasaannya yang sedang baik-baik saja itu.Tetapi, ia takkan mendapatkan kesempatan di lain waktu kalau
Adrian tak mau bicara banyak lagi setelah kejadian itu. Sampai sudah sebulan belalu pun, Adrian sama sekali tidak mau membahas perihal tersebut kepada Lizy.Meski responnya masih sama dan tetap berusaha menyenangkan Lizy, tetapi kalau sudah membahas Loz, Adrian sama sekali tidak mau bicara. Seolah dia memang sengaja menutup mulut untuk menolak bicara mengenai hal tersebut.“Lizy, apa kamu sibuk hari ini?” tanya Adrian kepada Lizy yang sedang melamun di depan cermin.Langsung tersadar dirinya setelah Adrian muncul dan memanggil namanya. Lizy melirik dan melihat Adrian seperti memiliki rencanan untuk hari ini bersama Lizy.“Ah, tidak. Besok baru aku berencana ke perusahaan yang kamu beri. Katanya ada sedikit masalah, dan aku perlu ke sana,” sahut Lizy.“Apa perlu aku bantu? Kamu bisa istirahat kalau kamu mau,” Adrian menawarkan diri karena merasa khawatir dengan Lizy.Lizy menggelengkan kepala sembari tetap memberikan senyuman hangat kepada Adrian. “Tidak usah. Daripada aku, kamu lebih
Langsung menoleh Lizy dan Adrian ke arah Loz yang baru saja bicara tersebut. Mereka berdua menungu Loz berbicara dahulu. Tetapi, pria itu nampak sedikit malu dan seperti tak bisa berkata-kata selama beberapa saat.“Ada apa?” Lizy bertanya karena Loz diam cukup lama, dan itu sangat memakan waktu.Loz sempat melirik sejenak, lalu kembali menundukkan kepala karena merasa benar-benar malu hendak bicara sekarang. Sepertinya memang ada sesuatu yang disembunykan oleh Loz saat ini.“Apa pembicaraan ini penting? Kalau tidak, kamu bisa bicara lain hari,” Lizy memberitahukan.“Tidak! Aku harus membicarakannya sekarang!” tegas Loz yang langsung menjawab setelah Lizy berkata begitu.Melihat respon Loz yang terkesan berlebihan membuat Lizy merasa sedikit tak bisa bicara banyak. Jelas ada yang aneh. Lizy seperti membaca gerak-gerik Loz yang hendak mengakui suatu hal yang dimana Lizy merasa aneh sekali.“Sebenarnya…, aku tidak tahu harus mengatakan ini atau tidak,” Loz mulai berucap.Adrian yang mema
Baru saja Loz hendak berjalan melewatinya, Lizy dengan cepat menghentikannya sebelum akhirnya Loz benar-benar pergi. Dengan gerak cepat, Lizy memegang tangan Loz pada saat itu juga.Loz yang terkejut juga langsung menghentikan langkahnya dan berbalik badan dengan cepat. Matanya tertuju pada Lizy yang tengah memegangi lengannya tersebut.Menyadari bahwa tindakannya barusan dilakukan dengan spontan, Lizy refleks juga langsung melepaskan tangannya dari lengan Loz barusan.“Maaf,” ucap Lizy.Suasana terasa sangat canggung sekali. Lizy bisa merasakan bagaimana atmosfer di antara mereka berdua sangat tidak nyaman sama sekali. Seperti ada yangv mengganjal di tengah mereka, dan itu sedikit mengganggu.“Maaf, kamu pasti tak nyaman ada aku di sini,” Loz merasa tak enak.Loz kembali hendak beranjak pergi dari sana. Kali ini, Lizy yang sempat tak bisa bicara sama sekali sebelumnya dengan cepat benar-benar menghentikan Loz sebelum Loz juga meninggalkan tempat tersebut.“Aku tidak merasa terganggu