Share

Bab 61 - Sentuhan

Author: Almiftiafay
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Apakah Ini mimpi? Prims seperti akan pingsan dibuat Arley saat bibir mereka bertemu. Saat matanya terbuka lebar penuh dengan rasa terkejut, pria itu terpejam kedua matanya. Seolah keterkejutan Prims adalah sesuatu yang tak perlu dia pertimbangkan.

Detak jantungnya berdebar tidak karuan rasanya, ia meremas kemeja di bagian pinggang Arley dengan kedua tangannya yang terasa kebas dan gemetar.

Hingga beberapa detik setelahnya Arley menarik wajahnya menjauh, memberikan sedikit jarak saat Prims terpaku di tempat ia duduk, tak bisa bergerak.

Ia mencoba menahan diri, matanya tidak stabil saat iris kelam Arley menatapnya dengan seulas senyuman yang ia terbitkan di kedua sudut bibirnya.

Tidak ada yang bicara di antara mereka, keheningan menyergap mengambil alih, Prims terlalu beku untuk mengucapkan sepatah kata. Sukar menatanya, lidahnya dibekukan, begitu juga dengan perutnya yang dipenuhi oleh kepakan sayap kupu-kupu.

Dan kupu-kupunya bukan hanya satu melainkan lebih dari ratusan jumlahnya.

T
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Dwi Nur Fatimah
pecah telor akhirnya khaann.. aku tak mesam mesem sek yooo ......
goodnovel comment avatar
Nissya
wahhh wahhh bisa pingsan aku kalau seperti ini kata katanya mas ar membuat aku...klepek klepek
goodnovel comment avatar
Eva
“Kamu pemenangnya sejak awal” aaaaaaa bisa apaaaaa??? Bisa salto jungkir balik naik turun tangga ......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dibuang Keluarga, Dinikahi Pewaris Terkaya   Bab 62 - Tertawan Olehmu

    “Kamu tidak perlu menjadi orang lain, karena aku suka denganmu saat kamu adalah Primrose, bukan dia, atau mereka.” Adakah yang bisa menguntaikan kata lebih baik daripada saat pria irit bicara telah menunjukkan seperti apa perasaannya? Prims tidak bisa mengatakan bagaimana hatinya sekarang, ia sibuk menguraikan sesak yang bergejolak di dalam dadanya oleh getaran yang ia nikmati. Pengakuan, sebuah kata yang barangkali tidak akan pernah dibayangkan oleh Prims keluar dari bibir Arley, tetapi malam hari ini pria itu mengubah angannya tak hanya menjadi sebatas angan karena ia telah mengakui rasanya. “Kamu tidak ingin menjawabku?” tanya Arley dengan diiringi sepasang tangan yang merengkuh pinggangnya semakin erat. Mereka tak lagi memiliki jarak. Kedua tangan Prims yang semula menahan dada bidang Arley sekarang pun tak lagi berada di sana. Prims memindahnya ke leher Arley karena takut jatuh dari pangkuannya. Sekaligus membuka portal yang semula membatasi mereka dan mengungkung mereka di

  • Dibuang Keluarga, Dinikahi Pewaris Terkaya   Bab 63 - Satu Malam Bersamamu

    Arley mengangkat salah satu alisnya saat bertanya demikian pada Prims, membiarkan gadis itu memberinya keputusan dan tidak memaksanya mengiyakan atau menolak keinginannya. Sedangkan Prims meremas tangan mereka yang telah saling menggenggam sebelumnya hingga terasa kebas. Matanya memindai Arley sebelum sesaat kemudian mengangguk. Sekali lagi ia terpejam, batas yang tadinya telah hancur dan menyisakan kelambu tipis kini benar-benar tidak lagi ada. Prims menutup matanya sekali lagi, ia merasakan bibir Arley yang menyapanya, mengantarkan rasa manis yang memenuhi dadanya oleh perasaan berdebar. Perutnya membeku, darah berpindah pusat kepada wajahnya saat sentuhan lembut Arley seolah mengatakan bahwa ini adalah sebuah awal dari apa yang telah mereka sepakati sebelumnya tentang, ‘menjadi suami dan istri yang sesungguhnya.’ Bibir prianya—oh bolehkah Prims menyebutnya sebagai ‘pria’ miliknya sekarang? Bibirnya berpindah ke lehernya. Rasanya sedikit dingin, tetapi tubuhnya justru malah mema

  • Dibuang Keluarga, Dinikahi Pewaris Terkaya   Bab 64 - Sayangku = Sesak Napas

    “Ekhem!” Jodie berdeham sebelum beranjak mundur dari samping Prims dan Arley yang baru saja menyuguhkan kepadanya pemandangan pagi yang tidak biasa yang membuatnya merasa salah tingkah. Wanita paruh baya berpakaian serba hitam itu mundur dan meminta pada anak buahnya yang lain untuk memberikan ruang pada mereka berdua. Bukan hanya Jodie yang pergi, tetapi keinginan itu timbul di dalam hati Prims, ia pikir ... prianya terlalu kuat memeluknya. Dan debar jantungnya ini ia khawatir jika Arley akan mendengarnya. Sehingga bukankah hal paling benar yang seharusnya ia lakukan adalah pergi? Meski itu rasanya tak mungkin berjalan dengan mulus. “Selamat pagi,” bisik Arley dengan bibir yang mendarat di pipi Prims yang terasa hangat. “Selamat pagi,” balasnya dengan meraih tangan Arley yang ada di pinggangnya, menepuknya sebanyak beberapa kali sembari berujar, “Kamu terlalu kuat memelukku.” Maka Arley kemudian melonggarkan tangannya. Sebelah tangannya terurai pergi sedangkan tangannya yang lain

  • Dibuang Keluarga, Dinikahi Pewaris Terkaya   Bab 65 - Aku Akan Membuatnya Jelas

    “Bukankah aku sudah bilang berhentilah berbicara seperti itu?” tegur Prims kemudian kembali memfokuskan diri untuk membuat dasi di leher Arley. Yang ditegur demikian hanya tersenyum saja, sibuk mengamati wajah Prims yang tak hentinya memerah sedari tadi.“Aku akan pulang cepat hari ini,” ujar Arley saat Prims selesai membentuk dasi untuknya.“Iya.”“Mau pergi ke suatu tempat?”“Ke mana?”“Ke manapun yang kamu inginkan. Ada banyak tempat yang bisa kamu pilih untuk dihabiskan berdua.”“Hm ...” Prims memiringkan kepalanya sekilas ke kiri, mempertimbangkan tawarannya. “Aku bingung memilih tempat yang bagus.”“Apakah tidak ada tempat yang sangat ingin kamu datangi?”“Sudah pernah semua jika itu denganmu,” jawabnya yang seketika membuat kedua alis lebat Arley berkerut.“Sudah pernah semua? Ke mana saja itu, Primrose?”“Bioskop, pameran, makan malam, bukankah semuanya sudah pernah kita datangi? Bagaimana kalau kita ... kencan di tempat yang lebih sederhana saja?”Mendengar kata ‘kencan’ dis

  • Dibuang Keluarga, Dinikahi Pewaris Terkaya   Bab 66 - Bisa Masuk, Tak Bisa Keluar

    Prims memeluk seprai itu erat-erat. Dia pikir, dia harus mencucinya sebentar guna menghilangkan tanda kemerahan itu, agar tak sejelas sekarang.Ia menutup wajahnya dengan seprai yang ia peluk, malu karena Arley bisa saja menilainya sedang mencari perhatian atau bersikap sok polos padahal ia benar-benar tidak bermaksud seperti itu.Ia berlari pergi menuju ke kamar mandi, sebisanya menghilangkan yang tadi ia lihat dengan menggunakan sabun mandi.Beberapa lama di dalam sana, barulah ia keluar dan meletakkann seprai ke dalam keranjang pakaian kotor.Saat Prims memasuki kembali ruang ganti, ia mendengar dering ponselnya. Saat ia menghampirinya, sebuah nama menyeruak memanggilnya. Nama yang tentu saja tidak pernah terpikirkan di dalam benak Prims untuk bisa menghubunginya seperti ini.“Kita baru saja ssaja bertemu, apa maunya menghubungiku?” gumam Prims sendirian saat melihat itu adalah Aston yang memanggilnya.‘Baiklah, aku akan menjawabnya agar cepat selesai,’ batinnya yakin sebelum ia me

  • Dibuang Keluarga, Dinikahi Pewaris Terkaya   Bab 67 - Satu Bilik Dua Insan

    Prims menggigit bibirnya, merasa bodoh dan menertawakan dirinya sendiri atas apa yang ia lakukan dengan memaksa Arley masuk ke dalam bilik kamar mandi bersamanya sehingga mereka berdua terjebak di dalam sini dan tidak bisa keluar.Ia menataap Arley yang dagunya sedikit terangkat, prianya itu tidak marah, tetapi seberkas rasa kesal tampak pada netranya yang beriris kelam.“Maaf,” ucap Prims agar ia tak marah. “Aku ceroboh dengan memaksamu masuk ke dalam sini dan membuat kita terjebak,” lanjutnya. Yang sebenarnya tidak dijelaskanpun Arley juga sudah tahu alurnya—dan itu sedikit menggelikan.Kedua bahunya yang kokoh terlihat merosot, kepalanya sebentar miring ke kiri dan bertanya pada Prims yang menarik wajahnya dengan cepat ke belakang sebab ia mengatakan, “Ataukah Kamu memang sengaja ingin berada di dalam sini denganku?” wajah mereka sangat dekat, hidung tinggi Arley nyaris saja menyentuh hidungnya saat prianya itu merunduk mensejajarkan pandangan mereka berdua.“Tidak!” elak Prims deng

  • Dibuang Keluarga, Dinikahi Pewaris Terkaya   Bab 68 - Ini Semua Salahmu!

    Gadis itu berjalan mendekat pada Prims dan Arley yang mengamatinya hingga ia berhenti. Gestur tubuhnya terlihat kaku, bibirnya yang merah masih bungkam sedang matanya yang berair menatap Prims dan dengan suara yang sedikit parau akhirnya ia mengeluarkan suara, "Aku mau bicara denganmu."Kakinya yang terbalut oleh stiletto mengayun pergi, meninggalkan Prims yang bisa memandang punggung adik tirinya yang sedikit terbuka. Dilihat dari gaun malam yang ia kenakan, gadis itu mungkin saja baru saja bertemu dengan seseorang di sini.Rasanya, siapa yang ditemui oleh Alice ia tahu, seorang wanita dengan rambut yang setengah tergerai dan tangannya yang menenteng tas mahal berkilauan, kehadirannya seperti sebuah kartu nama yang lebih dulu menyebut bahwa dirinya adalah Katie Miller. Ibu mertuanya itu berdiri beberapa jarak di belakang Prims, matanya terlihat tidak siap dengan pertemuan secara tiba-tiba ini.Prims menatap Arley yang sejenak kemudian tersenyum, barangkali tak ingin membuat Prims kh

  • Dibuang Keluarga, Dinikahi Pewaris Terkaya   Bab 69 - Aku Tidak Akan Diam Saja

    Begitu mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Alice, Prims meraba rambut adik tirinya itu. Sebagai sebuah pembelaan agar dirinya tidak mati di sini karena Alice bisa saja menggila, Prims menarik rambut Alice jauh lebih kuat daripada yang gadis itu lakukan.“PRIMROSE!” jeritnya saat Prims berhasil membalik keadaan dan membuatnya merasakan sesakit inilah yang dia lakukan.Beberapa petugas keamanan datang disertai dengan pengunjung restoran yang penasaran apa yang terjadi di luar.Prims melepas Alice, ia berdiri lebih dulu sedangkan gadis berambut cokelat gelap itu masih berada di lantai.“Dia gila!” teriak Alice lengkap dengan jari telunjuknya yang mengarah pada Prims. “Dia menarik rambutku seperti orang gila!” lanjutnya dengan menyentuh rambut yang nyaris terkelupas dari kulit kepalanya.Pengunjung yang berdiri di sekitar mereka terkesiap mendengarnya. Mereka pasti terpengaruh dengan yang disampaikan oleh Alice bahwa Prims sudah gila karena melakukan penyerangan.Termasuk di sana

Latest chapter

  • Dibuang Keluarga, Dinikahi Pewaris Terkaya   Bab 175 - Berhenti Di Tepi Danau Bagley

    || 29 Mei, tahun 2XXX Tahun berganti, tetapi aku merasa langkah kakiku berhenti pada masa di mana aku bisa melihatmu mengatakan bahwa kau akan ada di sisiku, dalam keadaan suka maupun duka, dalam sedih ataupun sengsara. Hari yang menjadi sebuah titik awal, bahwa aku akan mendapatkan hidupku yang baru, dan itu bersama denganmu. Arley Miller, untuk semua yang telah kau lakukan, terima kasih. Tidak ada kata yang lebih baik daripada itu untuk aku sampaikan padamu. Kedatanganmu adalah sebuah hadiah, untukku yang berpikir bahwa aku tidak akan lagi menemukan kata ‘bahagia’ dalam perjalananku menghabiskan sisa usia. Dalam hidupku yang hampir dipenuhi dengan jalan sendu, aku mendapatkanmu. Seorang pria yang menganggapku ada. Kamu yang merengkuhku saat dunia lepas dari genggamanku. Pria yang bersumpah dengan apapun yang dimilikinya untuk membuatku percaya bahwa masih ada dunia yang baik yang tidak menganggapku hanya sebagai bayangan dan kesia-siaan. Pada akhirnya, waktu menggerakkan ak

  • Dibuang Keluarga, Dinikahi Pewaris Terkaya   Bab 174 - Gambaran Masa Depan

    *** Ada undangan dari Jayden dan juga Lucia. Sebuah undangan makan malam yang digelar di rumahnya secara sederhana. Tidak akan menolak, mengingat mereka adalah sahabat baik, Arley dan Prims datang. Tetapi sebelum sampai di sana, mereka lebih dulu ingin membawakan hadiah. Prims bilang itu adalah buket bunga yang besar atau jika bisa bunga hidup yang bisa diletakkan di dalam rumah dan tidak perlu memrlukan banyak perawatan. Kaktus misalnya. Arley menyarankan kue yang manis, karena Jayden itu tipe gigi manis, ia bilang. Yah ... sebelas dua belas dengan Prims lah kira-kira ... gemar makanan yang manis. Mereka keluar dari Acacia Florist, toko bunga yang mereka lewati selama perjalanan. Bunga yang mereka bicarakan itu telah ada di tangan mereka sekarang. Dengan hati yang gembira Prims dan Arley menuju tempat selanjutnya, di toko kue sembari menggendong si kembar yang tadinya duduk anteng di baby car seat di bagian belakang mobil. Memasuki toko kue, Rhys dan Rose terlihat sangat sena

  • Dibuang Keluarga, Dinikahi Pewaris Terkaya   Bab 173 - Minggu Pagi Di Depan Nisan

    *** Seperti janji yang pernah ia katakan selepas Prims meninggalkan ruang kunjung tahanan beberapa saat yang lalu saat ia menjenguk ayahnya, Prims bilang ia akan datang ke tempat ini untuk mengabarkan perihal keadilan yang pada akhirnya telah ia terima. Sebuah pemakaman. Lokasi di mana Jasmine Harrick disemayamkan. Nisan salibnya menyambut kedatangan Prims yang menyaunkan kakinya lengkap dengan kedua tangannya yang mendekap buket bunga berukuran besar. Ia sendirian, ia sudah meminta izin pada Arley yang mengiyakannya untuk pergi di hari Minggu pagi ini. Saat anak-anaknya masih tertidur, Prims bergegas dengan diantar oleh Will. Ia tersenyum saat menjumpai foto Jasmine yang juga sama tersenyumnya. “Apa kabar, Mama?” ucapnya sembari meletakkan buket bunga itu di dekat fotonya. “Aku datang sendirian hari ini, Mama.” Prims duduk bersimpuh di sampingnya, mengusap nisan Jasmine yang bersih dan terawat karena memang selain ini di area yang bersih dan bagus, Arley meminta orangnya un

  • Dibuang Keluarga, Dinikahi Pewaris Terkaya   Bab 172 - Redemption

    *** Langkah kaki Prims terdengar berirama mengetuk, ia berjalan keluar dari mobil yang dikemudikan oleh Will, sopir milik Arley untuk tiba di tempat ini. Sebuah tempat yang barangkali Prims sama sekali tidak ingin menginjakkan kakinya meski hanya sebentar, pun tidak ingin ia datangi karena luka menganga masih terasa perih. Menyayat, menusuknya. Tak ada terbesit pikiran untuknya datang ke sini, sama sekali. Tetapi sepertinya takdir selalu memiliki rencana lain sehingga mau tak mau ia harus menguatkan diri untuk menghadapinya. Sebuah pesan dari kepolisian Seattle mengatakan bahwa ayahnya Prims, Aston Harvey sedang sakit dan ingin bertemu dengan anak perempuannya. Prims berpikir kenapa ayahnya itu tidak meminta Alice yang mendatangi atau menjenguknya? Kenapa malah dirinya yang sudah bertahun-tahun lamanya ini ia sia-siakan? Dalam kebencian yang masih kental itu, Prims menolak untuk datang. Namun, Arley mengatakan padanya dengan lembut, 'Datanglah, Sayangku ... siapa tahu sekarang

  • Dibuang Keluarga, Dinikahi Pewaris Terkaya   Bab 171 - Our Responsibility

    *** “Cepat turun ya panasnya, sayangku ....” Prims mengusap rambut hitam Rose setelah mengatakan demikian. Malam terasa dingin di luar tetapi di dalam sini sedikit chaos sebab si kembar sedang demam. Mereka baru saja imunisasi tadi siang di klinik khusus anak dan malam ini terasa efeknya. Rhys demam, begitu juga dengan Rose. Meski mereka tidak rewel, tetapi mereka tidak mau tidur di box bayi milik mereka sendiri melainkan minta digendong oleh ibunya. Prims yang menggendong Rose pertama. Mungkin sudah lebih dari satu jam dan setiap kali ia ajak duduk atau ingin ia baringkan, anak gadisnya itu akan menangis. Ia memandang Arley, tetapi tidak tega membangunkannya sebab tadi ia juga pulang bekerja cukup larut. Tetapi, Arley adalah Arley yang rasanya selalu bisa mengerti dan merasakan apa yang terjadi pada Prims. Sebab tak lama kemudian ia bangun. Saat Prims memeriksa anak lelakinya dengan meletakkan telapak tanganya di kening Rhys yang ternyata juga sama demamnya. “Anak-anak tidak

  • Dibuang Keluarga, Dinikahi Pewaris Terkaya   Bab 170 - I Know, Daddy

    Prims hampir saja menggoda Arley lebih banyak sebelum ia menyadari ia telah kehilangan keseimbangan sebab Arley merengkuh pinggangnya dan membuatnya jatuh dengan nyaman di bawahnya. "Aku tidak menginginkanmu?" ulang Arley dengan salah satu sudut bibirnya yang tertarik ke atas. Ibu jarinya yang besar mengusap lembut bibir Prims sebelum berbisik di depannnya dengan, "Mana mungkin, Nona?" Arley menunduk, memberi kecupan pada bibir Prims sebelum kedua tangan kecil istrinya itu menahannya agar ia tidak melakukan apapun. "Tapi aku tidak mau," ucap Prims, memalingkan sedikit wajahnya. Satu kalimat yang membuat Arley mengangkat kedua alisnya penuh dengan rasa heran. "Kamu tidak mau?" Prims mengangguk, mengarahkan tangannya ke depan, jemarinya menyusuri garis dagunya yang tegas dan disukai oleh Prims. "Aku tidak mau kalau kamu melakukannya dengan masih marah," lanjutnya. "Kenapa aku marah?" "Soal Jeno Lee, aku tahu kamu sangat kesal barusan. Mata Tuan Arley Miller ini mengatakannya le

  • Dibuang Keluarga, Dinikahi Pewaris Terkaya   Bab 169 - Romantic Jealousy

    .... Setelah Jayden dan Lucia pulang, Prims kembali ke dalam kamar terlebih dahulu. Tak sesuai yang ia duga bahwa si kembar akan terbangun, ternyata Rhys dan Rose malah terlelap. Sama-sama miring di dalam box bayi milik mereka dengan lucunya. Ia meninggalkan Arley selama setengah jam lamanya hingga tak sadar prianya itu telah berada di dalam kamar dan melihatnya dari dekat box bayi si kembar. Prims tidak menoleh padanya sama sekali. Matanya tertuju pada layar ponselnya yang menyala dengan senyum yang tak bisa ia tahan. Kedua pipinya memerah, sama seperti jika Prims sedang malu karena digoda oleh Arley dengan mengatakan ia cantik atau saat Arley menyebut jika ia mencintainya. Seperti itulah keadaan wajahnya sekarang itu. Dan tentu saja itu menimbulkan tanya. ‘Apa yang dia lihat sampai dia tersenyum seperti itu?’ gumamnya dalam hati lalu melangkah mendekat ke arah ranjang seraya mengancingkan atasan piyama tidur yang ia kenakan. Bahkan sampai Arley naik ke atas ran

  • Dibuang Keluarga, Dinikahi Pewaris Terkaya   Bab 168 - Love, Dazzling

    “Aku benar, ‘kan?” desak Jayden masih tak ingin diam. Arley nyaris saja menjawabnya tetapi hal itu ia urungkan karena mereka mendengar dari belakang, suara Lucia yang bertanya, “Apa yang kalian bicarakan? Ayo masuk dan kita makan!” Mereka berhenti bertengkar dan memasuki rumah. Di ruang makan, Arley tidak menjumpai Prims yang tadi ia lihat sibuk bersama dengan Lucia. “Di mana Primrose, Lucia?” tanya Arley, mengedarkan pandangannya. Urung duduk karena Prims belum tampak. Sama halnya dengan Jayden dan Lucia yang juga urung menarik kursi mereka. “Nona Primrose sedang ke kamar sebentar, Pak Arley. Mau melihat si kembar katanya,” jawab Lucia yang lalu diiyakan oleh Arley. Baru selesai mereka bicarakan, Prims muncul dengan sedikit bergegas. “Kenapa?” tanya Arley begitu melihatnya. “Ah, aku pikir kalian sudah mulai dan aku terlambat makanya aku cepat-cepat ke sini,” jawabnya. “Belum, Sayang. Rhys dan Rose masih tidur?” Prims mengangguk membenarkannya. “Iya, Arley. Masih tidur.” “A

  • Dibuang Keluarga, Dinikahi Pewaris Terkaya   Bab 167 - Milk—But This Is Not About Ordinary Milk

    .... “Sayang-sayangnya Mama ....” Prims tidak bisa menahan diri saat melihat si kembar yang digendong oleh opa dan omanya sore ini. Prims sedang berada di halaman depan, melihat bunga bersama dengan Lucia yang datang ke rumahnya, memetiknya beberapa karena Lucia mengatakan ia suka dengan Sweet Juliet yang ada di halaman depan. Sementara Arley dan Jayden sedang bermain bulu tangkis sebelum mereka sama-sama melempar raket mereka saat melihat mobil milik Tom memasuki halaman rumah. Prims dan Lucia mendekat pada si kembar yang telah berpindah tangan pada Arleys serta Jayden. Prims rasa ... Jayden itu sangat suka dengan anak-anak. Dan belakangan ini ... ia tampak lebih gembira daripada hari biasanya. Sangat jauh dari bagaimana Prims melihatnya dulu saat mereka pertama kali bertemu. Alisnya yang tegas dan bibirnya yang lurus sebelas dua belas dengan Arley itu kini selalu tampak menunjukkan senyuman. Ia terlihat seperti sepasang adik dan kakak saat berdiri berdampingan dengan Arley.

DMCA.com Protection Status