Share

90. Pesta

last update Last Updated: 2024-04-24 11:18:53
Tidak biasanya Mega duduk gelisah sepanjang rapat di ruang rapat gedung rektorat. Ia duduk tidak tenang dan lebih sering menatap jam tangannya. Berulang kali mendesah, mencoba mengusir rasa bosan yang kali ini sering datang menggoda.

"Masih lama ya, Pak Hasan?" bisik Mega pada Hasan yang berbanding terbalik dengannya. Hasan fokus sekali pada rapat kali ini, karena menyangkut penetapan tim penguji sidang skripsi besok. Usulan beberapa waktu lalu, yang melarang dosen pendamping mendampingi dan ikut menjadi tim penguji, membuat banyak pihak mengajukan protes, tidak terkecuali Hasan dan Arya.

"Baru juga setengah jam yang lalu dimulai, Bu Mega. Pembahasan kali ini sangat penting, jadi tidak mungkin berlangsung cepat."

Lagi-lagi, Mega menghela napasnya. Hasan hanya menggelengkan kepalanya. Ia kembali fokus pada materi rapat, karena hasil ini akan ia diskusikan lagi dengan Arya mengenai hasilnya.

Mega akhirnya meraih ponsel yang semula ia geletakkan di meja. Ia memilih mengirim pesan pad
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   91. Obsesi Mega 1

    Mega terpaku pada sosok pria dan wanita yang bergandengan tangan demikian mesra di depannya. Ia tidak mungkin salah mengenali rekan kerjanya, yang selama tiga tahun ini sudah berhasil mencuri perhatiannya "Pak Arya?" desisnya pelan. Ia tidak yakin dengan penglihatannya sendiri. Akan tetapi, apa yang ia lihat saat ini adalah sebuah kenyataan, yang tidak bisa ia tolak. Seseorang mencolek bahunya. "Banyak tamu mengantri di belakang." Mega sontak berjalan kembali ke posisinya. Ia menerima tamu dengan seribu satu pertanyaan di benaknya. Siapa wanita yang bergandengan begitu mesra dengan rekan kerjanya? Itu sangat mengganggu konsentrasinya. Sepuluh menit berlalu, Mega kembali melihat Arya, mengantri masuk dan bersalaman dengan penerima tamu pria. Keningnya berkerut. 'Itu siapa ya? Pak Arya? Apakah Pak Arya tadi keluar lagi lalu sekarang mengantri untuk masuk lagi?' Lagi-lagi, bersamaan dengan pria yang mirip Arya itu mulai bersalaman dengan para penerima tamu pria, ada seorang wanita

    Last Updated : 2024-04-25
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   92. Obsesi Mega 2

    Mita sibuk mengambil beberapa tusuk sate. Ia meletakkan lima tusuk sate ke piring Fahri baru kemudian ke piringnya. "Lima? Kebanyakan, tiga aja." Fahri hendak mengembalikan dua tusuk sate ke tempatnya, tapi Mita langsung merampasnya. "Nggak sopan. Makanan yang sudah diambil tidak boleh dikembalikan. Nggak baik." Mita meletakkan dua tusuk sate Fahri ke piringnya. Tanpa banyak bicara, Mita langsung melahap ke lima tusuk sate itu. Fahri mengawasi semua tingkah dan sikap Mita. Ada banyak hal yang harus ia pelajari mengenai Mita, dan Mita pun harus belajar mengenal dan memahami semua tentang Fahri, mengingat pertemuan mereka begitu singkat dan pernikahan mereka yang begitu cepat. Kemampuan Mita dalam mengunyah makanan yang begitu cepat, mengundang tatapan dan decakan kagum Fahri. Ia suka gaya Mita yang apa adanya. Mita begitu berbeda dengan gadis kebanyakan yang justru menutupi keadaan dirinya, demi mendapatkan citra baik di mata orang lain. Mita meletakkan piring kotor di meja yang te

    Last Updated : 2024-04-26
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   93. Obsesi Mega 3

    Arya mendekat ke arah Mita dan Fahri yang saat itu sedang berbicara dengan seorang wanita yang mirip dengan Mega. Kode yang dikirim Mita untuk Dinda ternyata terbaca oleh Arya, hingga ia yakin jika wanita yang sedang membelakangi dirinya dan Dinda adalah benar adanya. "Selamat Malam, Bu Mega. Apakah Ibu mencari saya?" Langkah Arya dan Dinda semakin mendekat ke tempat Mita dan Fahri berada. Arya memasang wajah datar khas dirinya setiap kali bertemu dengan Mega. Ia tidak pernah bersikap ramah pada Mega kecuali saat dia sedang merasa kesal kepada Dinda, karena tidak kunjung memberi jawaban atas niatnya untuk mengajak Dinda menikah. Wanita yang ia sapa menghentikan langkahnya secara tiba-tiba, lalu memutar tubuhnya dengan cepat hingga mereka kini saling berhadap-hadapan. Wajah Mega pucat pasi. Ia tampaknya sangat terkejut dengan kehadiran Arya di depannya. Ia menatap ke arah wanita di samping Arya, yang beberapa detik sebelumnya juga mengucap salam padanya. "Selamat Malam, Bu Mega.

    Last Updated : 2024-04-26
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   94. Yang Pertama

    Teriakan Mega ternyata terdengar oleh Mona. Mona bergegas menuju kerumunan orang yang tidak jauh dari panggung. Mona menyeruak masuk, mencari Mega. Ia memandangi semua orang yang ada di sana, dan ia dibuat terkejut dengan kehadiran dua pria tampan yang berwajah mirip bak pinang dibelah dua. "Pak Arya ... ? Kenapa bisa ada dua?" Mona menatap Arya dan Fahri secara bergantian. "Mona! Mereka bilang, kalau Pak Arya sudah menikah." Mega tertawa. "Mereka lucu sekali. Candaan yang garing." Mona menatap Mita lalu ke arah Dinda. Ia tidak dapat mengenali Mita maupun Dinda. "Kalian ,,," Mita mengangguk, dan bagi Mona, anggukan Mita adalah sebuah jawaban yang tidak bisa ia tolak kebenarannya. "Terima kasih sudah mengundang kami berdua di acara pertunanganmu. Biarkan kami berdua mengundangmu di acara pesta pernikahan kami besok." Mona terhenyak, mendengar perkataan Mita barusan. Menikah? Mita dan Dinda sudah menikah? Mereka berdua justru sudah menikah lebih dulu daripada dirinya? Mega ter

    Last Updated : 2024-04-27
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   95. Amarah Mega

    "Apakah aku yang pertama melakukan semua ini padamu?" Arya mendekatkan wajahnya ke wajah Dinda yang memerah. Dinda sengaja tidak menjawab, karena merasa malu. "Hmm. Terima kasih sudah menjaga semuanya untukku." Kembali Arya menghadiahi sebuah ciuman hangat di pucuk kepala Dinda. Ia merasa sangat beruntung hingga bibirnya tidak pernah lepas dari do'a. "Kita berangkat ke kampus bareng ya?" Arya melepaskan Dinda dari pelukannya. "Nanti kamu tunggu dulu. Aku ada empat kelas hari ini. Kita akan pulang jam satu." Dinda tidak menjawab. Hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja. Takut nanti kalau-kalau suaranya akan menjadi senjata makan tuan baginya. "Ya sudah. Tunggu di sini, Aku mandi dulu." Tanpa mengucap apa pun lagi, Arya bangkit dari kasur, berjalan menuju kamar mandi yang sudah tersedia di kamar itu. Dinda buru-buru bangun dari tidurnya. Jangan sampai Arya melihat dirinya masih berbaring manja di atas kasur. Bisa-bisa dirinya benar-benar berakhir menjadi sarapan pagi Arya. Dind

    Last Updated : 2024-04-27
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   96. Video Mega

    "Mengapa kamu tidak mengerti juga? Mengapa kamu masih saja mendekati Arya-ku? Apa belum cukup peringatanku kemarin?" Mega terus mendorong tubuh Dinda hingga tubuh gadis itu terbentur pada tembok di belakangnya. Kepala Dinda terasa sakit. Dinda mulai merasa pening. Kepalanya sempat terantuk cukup keras. Suara Mega yang cukup keras membuat beberapa mahasiswa yang berkumpul di depan ruangan Hasan terkejut dan mulai berdatangan ke ruangan Arya. Beberapa dari mereka mengenali Dinda, dan langsung masuk ke ruangan Arya, berusaha menjauhkan Mega dari Dinda. Saat itu, posisi tangan Mega hendak meraih ujung rambut Dinda, namun segera ditepis oleh mahasiswa bimbingan Hasan yang bernama Riski. "Bu! Hentikan!!" Riski terpaksa membentak Mega. "Kamu mau apa?! Tidak usah ikut campur! Jangan sok-sok an menjadi pahlawan kesiangan!" Mega menatap tajam ke arah Riski. Dinda memegangi bagian kepalanya yang terasa sakit. "Pak Arya sudah datang?" tanya Riski pada Dinda. "Kamu sudah bertemu dengan Pak A

    Last Updated : 2024-04-28
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   97. Kesalahan Mega

    Dinda menunggu kedatangan Arya yang masih mengisi kelas terakhirnya. Ia duduk termenung di ruangan Arya. Obsesi Mega terhadap Arya sungguh mengerikan. Ia tidak mengira jika Mega mencintai Arya hingga melakukan hal di luar logika. Bertengkar hanya karena pria yang tidak mencintainya.Berulang kali Dinda menggelengkan kepalanya. Apakah ini adalah salah satu alasan dirinya gagal dalam sidang skripsi yang lalu?Pintu ruangan Arya terbuka. Dinda langsung berdiri dari tempatnya, takut kalau-kalau orang itu adalah Mega yang datang kembali mencari masalah dengannya."Din!" Wajah Mita yang menyembul dari balik daun pintu. Wajahnya terlihat khawatir. "Lu nggak kenapa-kenapa kan?""Mita? Kenapa bisa ada di sini?" Dinda mengabaikan pertanyaan Mita. Dia sibuk dengan memikirkan kehadiran Mita di sini."Lah gua kan memang ke kampus juga hari ini. Bayar wisuda. Gua tadi ngomong ke elu deh Din waktu sarapan tadi, tapi keliatannya lu lagi konsen sama Pak Arya.""Ooh.... Jadi maksud elu ke rumah gua ta

    Last Updated : 2024-04-28
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   98. Rahasia Keluarga Dermawan

    "Pak Arya adalah cucu pemilik yayasan yang menaungi Universitas Panca Satrya, dan Bu Mega yang hanya memiliki hubungan keponakan dengan pembantu dekan fakultas ekonomi, telah berani mengusik cucu sekaligus menyakiti cucu menantu pemilik yayasan." Hasan menggelengkan kepalanya berulang kali. Ia sendiri tidak sanggup membayangkan hukuman yang akan diterima Mega. Rudy benar-benar syok. Ia tidak pernah menyangka jika Arya yang ia kenal begitu rendah hati, dingin dan sedikit bicara itu ternyata cucu orang penting tempatnya bekerja. "Saya jadi khawatir. Selama ini saya sangat sering menggoda beliau, memperlakukan beliau seperti orang biasa," "Jangan begitu. Saya pun sama. Percayalah, setelah mengetahui kenyataan itu, lutut ini langsung lemas. Tulang ini serasa lepas dari tempatnya." Riski yang semula hendak berkonsultasi, memilih menyerahkan skripsi yang sudah direvisi lalu pamit undur diri. Kejadian hari ini memberi banyak informasi bagi dirinya. "Saya harus bertemu dengan Pak Ary

    Last Updated : 2024-04-29

Latest chapter

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 17

    "Lu aman, Mit?" Keraguan Dinda kembali muncul. Ia khawatir."Amanlah. Kan udah gua bilang tadi? Don't worry. I am ok." Meski Mita memasang ekspresi sangat serius, DInda tetap saja dengan kecurigaannya."Ada apa, sih? Memangnya ada apa dengan Mita? Something happened?"Dinda tidak menjawab pertanyaan Fahri, melainkan kembali mengangkat kedua bahunya. "Nanti tanya Mita sendiri aja, deh. Entar saya salah.""Tsk Nggak ada apa-apa kok. Kita cuma mau bahas rencana bisnis kuliner. Itu aja. Aman karena Dinda kuatir jangan-jangan saya lupa dengan apa yang akan kami bahas nanti.""Bagus kalau begitu. Lebih cepat, lebih baik. Pekerjaan dan niat baik jangan ditunda-tunda, karena bisa saja itu menjadi penghambat kita untuk maju. Kalau bisa sekarang, mengapa tidak?" Arya akhirnya ikut bersuara. "Apakah ada perubahan rencana?" Fahri menarik piring berisi selat buah dari hadapan Mita dan mulai menikmati suapan demi suapan.Dinda berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan kakak iparnya."Gimana kas

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 16

    Meja makan sudah penuh dengan masakan hasil kerja keras kakak beradik Fahri dan Arya. Sebelumnya, kehadran Mita dan Dinda tidak disambut baik. Keduanya diusir dari area dapur.Fahri dan Arya justru menyuruh Mita dan Dinda membersihkan diri. Mereka diijinkan turun jika meja makan sudah tertata sempurna lengkap dengan makanan di atasnya.Dinda berdecak kagum. Masakan yang terhidang di meja makan berhasil menarik perhatiannya dan ia menjadi tidak sabar untuk menjadi juri dadakan."Boleh dicicipii nggak?" Mita menatap penuh harap Fahri yang sedang melipat apron. Keadaan dapur pun sudah bersih seperti sedia kala. Tidak ada piring kotor atau sampah sisa yang tergeletak di dapur. Semua rapi dan bersih."Nikmat mana lagi yang kami dustakan ya Tuhan, punya suami keren begini..." ucap Dinda sambil mengitari meja makan.Mita manggut-manggut tanda setuju. "Tampan. Cerdas. Cekatan. Pintar masak. Baik hati dan tidak sombong. Paket lengkap beneran. Sama sekali nggak ada diskon yang patur berlaku d

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Ekstra Part 15

    "Bad day?" Arya menghela napasnya. "Apa mungkin saya memang tidak seharusnya menjadi rektor, ya? Menjadi pebisnis mungkin lebih cocok."Dinda tidak paham dengan kalimat Arya. "Hmm. Kalau kalimatnya dibuat sederhana gimana? Saya nggak paham."Arya menatap Dinda. Ia sadar jika Dinda sedang tidak baik-baik saja sehingga ia memutuskan untuk tidak meneruskan kalimatnya. "Lapar. Ayo, kita makan.""Belum masak tapi.""Iya. Kali ini, biar saya yang jadi tukang masaknya. Kamu cukup duduk menemani saya."Arya menarik tangan Dinda. Keduanya berjalan ke dapur. Suara Brilian dan Fahriza sama sekali tidak terdengar. "Kemana anak-anak? Kok sepi sekali.""Sedang ikut mama jalan-jalan. Nggak tahu jalan-jalan kemana."Arya tidak mengganti pakaiannya lebih dulu melainkan langsung mengeluarkan bahan-bahan yang diperlukan untuk memasak. Melihat suaminya yang langsung sibuk dengan perkakas dapur, membuat Dinda tidak tega. "Sudah-Sudah. Biar saya saja yang masak. Mas mandi dulu aja. Kecut!" Dinda mendoro

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 14

    "Gimana kalau kita jodohin dengan Bu Mega?"Wajah Dinda langsung berubah kaku dan dingin. Sama sekali tidak enak dipandang dan membuat suasana di ruang keluarga kediaman Broto menjadi tegang."Lu kalau becanda jangan kelewatan ya, Mit! Denger nama dia aja gua emosi, gimana lagi dengan keluarga gua?"Mita menggigit bibir bawahnya. Mulutnya sangat lancang mengutarakan ide gila yang tiba-tiba saja melintas di otaknya, hanya karena geram dengan ancaman Dani."Sorry, Din. Gua nggak ada maksud buat -" Mita menjadi salah tingkah."Lu udah kenal gua lama'kan? Harusnya udah sangat tahu dong, kalau gua masih nyimpen dendam ma dia dan sakit hati gua ke itu orang belum kelar?"Mita mengangguk berulang. Penyesalan selalu datang terlambat. Padahal, jujur dia tidak ada niat untuk membuat Dinda naik pitam lagi karena teringat sosok musuh bebuyutannya."Kalaupun dijodohin sama dia, gua percaya Dani pasti menolak mentah-mentah. Orang yang pernah bikin adiknya hampir gila, dia jadikan istri? Dia pasti me

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 13

    "Saya ingin berkonsultasi. Apakah Pak Arya ada waktu?" tanya Mega penuh harap.Arya tertegun sejenak. Ia masih belum menangkap maksud kedatangan wanita di depannya saat ini. Konsultasi apa yang dimaksud olehnya? Apakah dia mengambil program lanjutan? Atau konsultasi bimbingan yang artinya jika dia sudah lebih dulu mengambil program lanjutan? Jika memang sudah mengambil program lanjutan mengapa Rudy tidak memberitahunya?"Maaf. Saya tidak paham dengan maksud Bu Mega." Arya masih menganggap wanita itu sebagai rekan sesama pendidik, meski ia tidak lupa jika wanita di depannya ini adalah musuh bebuyutan sang istri. Arya secara diam-diam mengeluarkan ponsel yang baru saja ia masukkan ke dalam saku celana panjangnya. "Maaf, sebentar. Ada pesan yang masuk." Arya membuka ponselnya segera.Mega setia menanti. Ia tidak beranjak dari tempatnya berdiri. Arya kembali ke mejanya dan membiarkan Mega tetap berdiri di depan pintu ruangannya. Sama sekali tidak memberi ijin agar wanita itu masuk ke rua

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 12

    "Pak Arya."Suara itu kembali terdengar hingga Dinda meletakkan minumannya di meja. Suara itu mengingatkannya pada seseorang. Mita tidak kalah terkejut. Wajahnya tampak tegang dan sedikit panik. Pertanyaan besar muncul di benaknya. "Beneran itu doi?" tanya Mita pada Dinda yang bergeming dengan dahi berkerut. Arya berdeham sebelum membuka pintu ruangannya. Sosok Mega Sandrina berdiri kaku di depan pintu begitu mengetahui jika ada orang lain di ruangan itu."Maaf! Rupanya sedang ada tamu. Mungkin lain waktu saja saya datang lagi." Mega langsung putar haluan. Melihat Dinda yang menatap dirinya dengan begitu tajam, ditambah lagi Mita yang disertai wajah garangnya, Mega memilih langkah aman. Lebih baik ia menghindar daripada terlibat masalah dengan istri pemilik kampus. Arya tidak berkata apapun. Ia menatap kepergian Mega tanpa ekspresi, lalu menutup kembali pintu ruangannya. "Anggap saja itu intermezo. Iklan memang seringnya datang tanpa diundang.""Beneran'kan yang gua bilang kemarin,

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 11

    "Mega Sandrina," gumam Arya pelan. "Apa yang dia lakukan di sini?"Arya terus mengamati gerakan Mega yang masih asyik berbicara dengan sekumpulan mahasiswa. Tidak lama kemudian, Mega berbalik kembali masuk ke mobil putihnya. Mobil itu berjalan pelan keluar dari area koperasi mahasiswa, lalu melesat ke arah fakultas ekonomiKening Arya kembali mengernyit. "Kenapa ke fakultas ekonomi? Jangan-jangan dugaan Dinda benar?"Sosok pria yang pernah dengan Arya sewaktu mereka di Inggris, ternyata tidak mengarah ke Arya. Pria itu masuk ke koperasi mahasiswa lalu mengeluarkan beberapa lembar kertas untuk digandakan. Arya kembali menjalankan mobilnya. Pikirannya dipenuhi dengan nama Mega. Apa yang perempuan itu lakukan di kampus ini? Pertanyaan ini terus hilir mudik di kepala Arya, membuat dirinya tidak sabar untuk menghubungi Rudy."Ya. Selamat Siang, Pak Arya.""Ada Mega Sandrina di kampus. Apakah ada tujuan dirinya kembali kemari?"Rudy terkejut. "Bu Mega? Mega Sandrina maksud Pak Arya?""Betu

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 10

    Arya mengusap lembut kepala Dinda. "Bagaimana ya mengatakannya?" Arya bersikap seolah dirinya berada dalam kebingungan yang sangat. Sayangnya, itu tidak berlangsung lama. Wajah panik Dinda membuatnya urung meneruskan drama dadakannya."Bukan soal siapa atau orang, melainkan mengapa perekrutan itu dilakukan ketika saya masih berada di luar negeri."Arya mengajak Dinda untuk duduk di sofa yang memang sengaja diletakkan di samping pintu balkon kamarnya."Siapa?" Dinda menjadi penasaran."Siapa lagi kalau bukan mereka yang ada di kampus."Dinda mencebikkan bibirnya. "Kalau nggak niat cerita ya udah nggak usah cerita. Saya kan jadi sebel." Dinda melepaskan pelukan Arya."Yaaa, kenapa marah?" Arya tidak mengerti dengan perubahan ekspresi di wajah Dinda yang begitu drastis. "Nggak marah, cuma kesel. Sebel." "Merasa kesel dan sebel pasti ada alasan di belakangnya. Apa itu tidak sesuai dengan tebakan kamu?"Dengan polosnya, Dinda mengangguk. "Saya kira dia yang malas saya sebutkan namany

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 9

    Rasa was-was yang dirasakan Mita menular ke Dinda. Secara tidak sadar, perhatian Dinda kini beralih pada sosok pria tinggi yang sepertinya sengaja menutupi wajahnya dengan topi berwarna hitam. Pria itu mulai menyadari jika kehadirannya sudah diketahui Dinda. Ia memutar tubuhnya secepat mungkin, berpura-pura sibuk memilih jam yang dipajang di toko yang berada tepat di belakangnya."Buruan cabut aja deh, Din. Gua takut kenapa-kenapa." Mita mendorong kereta belanja dengan sekuat tenaga. Dalam pikirannya, mereka harus segera meninggalkan supermarket ini. Tidak ada Fahri atau Arya di samping mereka, membuat Mita bersikap sangat waspada, terlebih lagi mereka membawa dua bocah, yang sejak kedatangan mereka, sudah menarik banyak perhatian terutama Brilian.Dinda mengangguk setuju. Mereka bergegas menuju meja kasir yang kosong, untuk kemudian meninggalkan supermarket itu. Bulir keringat bermunculan di kening Mita. Ia sungguh gugup. Takut jika kejadian buruk akan menimpa mereka. Ia membawa mo

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status