Bangunan itu terlihat begitu mewah menyerupai sebuah rumah tetapi lebih tepat dikatakan lebih mewah lagi layaknya sebuah istana berukuran besar dengan hiasan lampu kerlap kerlip di depan bangunan. Tepat di bawah atap bangunan terlihat beberapa laki-laki yang semuanya berkumpul. Berbagai macam usia mereka dari berusia remaja hingga di atas usia matang pun ada di sana.
Aku tak dapat membayangkan apa yang mereka lakukan bersama para wanita-wanita di depan sana, di atas sebuah bangku yang memang sudah disiapkan tepat di depan teras bangunan itu. Para wanita-wanita muda berparas cantik, mengenakan pakaian minim bahan dengan menyalakan rokok di mulut para laki-laki itu.
Di depan bangunan tepat di depan teras sudah berdiri wanita-wanita usia muda belasan tahun dengan pakaian rok gaun pendek berwarna warni. Ada juga yang memakai pakaian ketat dengan berbagai macam model baju yang maaf, begitu seksi.
Di depan tempat itu ya, tepat di depan pintu bangunan mewah &n
Terus ikuti jalan ceritanya selamat menikmati jalan cerita ini...
Aku seketika memang Sedikit ciut melewati pembatas pintu yang dijaga oleh dua orang Bodyguard berbadan tambun dan gagah itu, tentu saja malam itu bersama Rey yang selalu mendampingi dan menemani aku untuk menemui seseorang yang belum aku kenal dan belum pernah bertemu. Pria yang memiliki kekuasaan atas pemilik dari usaha malam tempat para wanita cantik dan juga berpenampilan seksi yang ada di depan tadi sedang berdiri melayani beberapa laki-laki, bahkan para om-om girang di depan sana. “Mau ketemu siapa?! Salah satu dari dua orang laki-laki berbadan tambun itu berbicara pada Rey yang ingin lewat, memang sengaja mereka berjaga di tempat itu entah mungkin sebagai pengganti keamanan. Sungguh sangat ketat pengamanan di sana ibarat melebihi pengamanan orang-orang penting yang memiliki jabatan yang duduk di kursi santai di gedung tempat para pembawa amanat orang-orang penuh harap. “Maaf kami mau menemui Piko! “Apakah Piko ada? Aku lihat Rey te
Aku sejenak membaca tulisan itu yang ada di sebuah kertas berisi surat perjanjian, walaupun hanya mengeja tulisan itu yang berisi surat perjanjian kerja. Aku begitu tak paham beberapa butir perjanjian yang memang banyak menggunakan istilah yang baru aku ketahui di sana. Ladies club, singer, bartender, cashier, seksi dancer, banyak sekali kata-kata asing yang aku tak pahami. Maklum, selain aku yang memang tak mengerti istilah asing dan sama sekali tak mengerti bahasa asing yang berada di perjanjian itu membuat aku jadi sedikit pusing memikirkannya. Sudahlah, bagiku sudah paham dengan inti perjanjian yang aku baca sekilas saja itu sudah cukup. Tanpa ragu, coretan tinta aku ukir di sana, di atas perjanjian bermaterai itu. “Ini sudah selesai..” Aku berucap pada Rey malam itu dan menyodorkan kembali surat perjanjian yang telah aku tanda tangani. Rey laki-laki baik itu pun tersenyum padaku, sembari dia menatapku dengan begitu serius. Entahla
Gelora Memuncak “tentu saja, aku akan meyakinkannya Piko.Aku akan meyakinkan kalau tamu yang aku layani akan datang dan bertekuk lutut padaku,” “Aku janji itu.” Aku berucap pada Piko yang hari itu meragukan servis yang akan aku berikan pada tamu yang akan datang dan mampir ke tempat ini. Memang, gelora nafsu dan Libido ku untuk menaklukkan setiap laki-setiap laki-laki memang harus ada dalam genggamanku. Mungkin, karena mereka adalah perusak masa depanku aku pun harus berpikir bagaimana caranya mereka juga akan hancur rumah tangganya atau hubungan mereka dengan lawan jenis mereka sendiri. Piko bertepuk tangan saat itu dan tertawa secara puas menyaksikan keseriusanku untuk benar-benar bisa melaksanakan tugas sebagai pekerja baru di sana. “sudah kepalang basah! Begitu saja pikiranku saat itu, biar sekalian aku terjun ke dunia malam ini dengan tanpa ragu-ragu untuk menaklukkan hati setiaplaki-laki. Aku juga ingin hidupku lebih maju dan ber
Aku tak bisa apa-apa saat itu, tangan Piko yang kekar dan tubuhnya yang sedikit gempal itu begitu membuat Aku menurut saja atas apa yang dia lakukan. Kami melewatkan malam itu dengan penuh gairah, hasrat Piko sang pemilik Club malam itu benar-benar membuat Aku lelah melayaninya. Perlawanan yang Aku lakukan imbang pada Piko, dia memuji apa yang sudah Aku lakukan malam itu. Di sisi lain, perasaan bersalah menggelayut dalam pikiran pada laki-laki bernama Rey.“Ternyata perkataanmu benar juga. Kau memang seorang kupu-kupu malam yang patut menjadi primadona di sini kelak Mawar,”“Permainanmu sungguh membuat Aku begitu menikmatinya.”Piko malam itu berkata sembari tak berhenti memuji di dalam kamar yang kelak akan menjadi tempat tinggalku itu.“Sudahlah. Aku sudah biasa melakukannya,”“Lagi pula Aku hanya seorang kupu-kupu malam yang memang harus dituntut memuaskan para pelanggan.”&ldquo
Pamit“Aku pamit ya Cantika, kau jangan segan untuk mengunjungiku di tempat kerjAku nanti. Mungkin, ini memang sudah jalanku untuk bekerja di sana,”“Kenapa kau tidak mau ikut denganku saja. Bukannya kita senasib sepenanggungan di dalam dunia malam?Cantika menatapku setelah Aku memberikan kunci kamar kontrakan pada pemiliknya. Memang, Cantika berasa tak sanggup jika berpisah denganku, dia sudah menganggap Aku bagai saudara yang memang sudah semakan sepiring bersama.“Kau sudah memikirkannya baik-baik untuk ke sana?“Aku bukannya tidak mau, Aku tak bisa mengkonsumsi alkohol terlalu banyak. Dokter dulu pernah menyarankan Aku supaya menjauhi minuman itu, kau tahu? di club malam bagi wanita yang bekerja di sana tak akan pernah luput dari yang namanya alkohol, Aku masih memikirkan kesehatanku Mawar.”Cantika memang terkena radang paru-paru, dia tak merokok bahkan mengonsumsi alkohol sudah sejak lama sekali kar
Malam Panjang Di Club Malam Malam itu begitu indah, bulan bersinar terang dan bintang bertebaran di langit awan. Aku dikenalkan oleh Piko pada beberapa perempuan malam di sana. Berbagai macam karakter aku temukan di sini, mereka bersahabat dan jauh dari apa yang aku pikirkan buruk tentang mereka. Cuma status sebagai perempuan malam yang memang membuat nama mereka sedikit jelek dan mendapatkan predikat yang buruk di mata orang-orang. Itu lebih baik, dari pada perempuan munafik di luar sana yang pura-pura suci tetapi menjual kehormatan mereka pada laki-laki. “Semoga kau betah di tempat ini,” “Mawar…, Jika ada masalah. Kau bisa cerita pada kami, siapa tahu kami bisa membantumu di sini.” Begitulah kata-kata yang mereka lontarkan padaku ketika malam itu baru saja berkumpul diantara para perempuan yang sedang duduk di atas sofa-sofa empuk, sembari Piko sudah terlihat juga duduk di antara kami dan memberikan instruksi. Tentu saja perintah tentang apa yang ha
Aku lihat Mami Iwa menyalakan korek apinya di tengah gelapnya remang-remang lampu di dalam Club malam. Seorang waitress datang dan menghampiri Mami Iwa. Perempuan senior itu tengah membisikkan kata-kata pada sang waitress. Mami Iwa Mengarahkan pandangannya pada kami perempuan malam yang tengah berada duduk diantara sofa-sofa empuk. Begitu tak jauh dari para rombongan laki-laki yang menjadi tamu perdana kami di Club malam itu.“Panggil para ladies itu kemari!”“Bariskan di depan mereka!”Mami Iwa berbisik pada seorang Waitress yang memang bertugas dan bekerja di sana. Sang waitress itu pun terlihat mengangguk dan beranjak pergi berjalan di hadapan para tamu Club malam.“Semuanya! Kalian dipanggil Mami.”Sang waitress menyampaikan kata-kata Mami Iwa itu pada kami yang sedang melakukan berbagai aktifitas lainnya di sofa empuk. Ya, berbagai macam aktifitas seolah sibuk dengan masing-masing ketika bekerja di san
“A-ku..aku. Nanti aku akan meminumnya, hehehe.”Kata-kata yang ingin aku keluarkan dari mulutku malam itu terasa menyangkut di tenggorokan. Bercampur aduk perasaanku waktu itu. Cemas, perasaan takut, khawatir akan keadaan diriku yang nanti pasti akan mengalami hal yang diluar batas timbul apabila menenggak minuma itu. Seketika aku melihat minuman alkohol yang telah tertuang di dalam gelas berukuran besar itu.“Sudahlah….sedikit saja,”“Minumlah dahulu, agar kita dapat menikmati malam ini,”“Bukankah…, kau lihat. Semua teman-temanmu minum dengan begitu santainya. Mereka menikmatinya bukan…?Om Baron seketika mengarahkan pandangan pada rekan-rekanku yang sedang duduk melayani para teman-temannya itu. Meminum beberapa gelas minuman itu bahkan mulai terlihat sebagian sudah terlihat nyeleneh dengan kelakukannya.“Minuman itu memabukkan!”“Ingat Mawar!”
“Aku sagat berterimah kasih padamu atas pembelaan yang kau lakukan, aku tak tahu jika kau tak membelaku, mungkin saja aku telah dihakimi para warga waktu itu.” Aku mengucapkan hal itu lagi yang seharusnya telah melupakan hal buruk itu yang telah berlalu beberapa tahun. Sekarang, Ya sekarang aku telah menikah dengan Herman dan telah dikarunian seorang anak perempuan. Herman yang mendengar kata-kataku lalu hanya bisa tersenyum sembari bicara padaku. “Kau tak perlu menyesali semua perbuatan dan masa lalumu mawar,” “Sudahlah! “Yang telah terjadi biarkan saja terjadi, kau tak hidup di dunia itu lagi bukan? “Toh, aku juga menerima semua kekuranganmu dan masa lalumu yang kelam itu.” Herman tak lupa untuk selalu saja membela dan membenarkan masa laluku yang salah. Sungguh berhati mulia laki-laki ini yang mau menerimaku apa adanya dengan masa lalu yang mungkin laki-laki lain tak mau mengerti dengan keadaan dan masa laluku yang buruk. Tetapi Herman, laki-laki ini memang begitu tulus menci
“kemari kau!“Berikan penjelasan jika kau benar-benar bersungguh-sungguh mengakhiri kisah buruk ini!“Aku tak mau lagi mendengar banyak alasan darimu.”“Baron! kau benar-benar keterlaluan padaku!“Menduakan aku dengan wanita tak baik ini.”Kata-kata itu memang keluar dari mulut wanita itu yang memang berstatus resmi sebagai istri Om Baron yang kini datang lagi ke rumah ini. benar memang dugaan dan rasa takutku benar-benar terjadi. Kini, wanita itu dan Om Baron duduk di hadapan aku dan juga Herman yang terus saja menenangkan wanita itu agar tak menghakimiku dengan suaranya yang lantang dan begitu keras.Seolah memang apa yang dia katakan semuanya benar.“Ini bukan sepenuhnya salah mawar!“Baron!“Tolong bantu Mawar.Setidaknya kalian pernah bersama.”Herman yang memang ikut bicara kini terlihat ambil andil dalam rumitnya masalah yang kami hadapi ini. Sementar
Dui tengah kegundahan yang memang sedang melanda hatiku, aku mencoba untuk selalu tegar dan menghadapi cobaan yang sudah terjadi.“ Ya, apapun yang terjadi akan aku hadapi!“Langkahku tak akan berhenti untuk bisa merubah semua penyesalan yang terjadi.”Hanya itu kata-kata yang kini terbesit di pikiranku sembari melamun di depan laki-laki bernama Herman itu. Usianya memang belum terlalu tua, sekitar tiga puluh tahunan. Aku memang baru kali ini melihat laki-laki itu, tetapi ada rasa yang memang aku lihat dari ketulusan hatinya.“Jangan melamun, sudahlah tak baik memikirkan kejadian dan peristiwa yang telah terjadi,”“Toh masih ada kesempatan untuk dirimu merubah semua hidup ini.”laki-laki yang baru aku kenal dan lihat itu berbicara sembari terus memandangiku.Memandangiku denga penuh tatapan Iba dengan penampilanku yang telah kusut marut lantaran peristiwa hari ini yang begitu mengenaskan. Sudah diperm
“Sudahlah aku tahu posisimu saat ini.Kau tak perlu menyesali semua yang terjadi,”“Jika kau ingin hidupmu lebih baik, semua akan aku bantu sebisaku.”Herman yang memang berprofesi sebagai rukun warga itu pun menanyakan keadaanku yang memang telah tahu semua tentang diriku. Aku hanya bisa tertunduk malu di hadapan pria yang memang umurnya belum terlalu tua itu. Aku memang belum begitu dekatk mengenalnya, aku tak tahu siapa dia dan darimana dia berasal. Tetapi, entahlah aku pun berpikir heran kenapa laki-laki itu menaruh perhatian yang memang jika dipikirkan aku bukanlah siapa-siapa di sana, hanya pendatang yang hanya bisa buat kenyamanan warga dan tugasnya sebagai rukun warga seolah memang tak berguna.“Kenapa kau tak melapor padaku sebagai warga yang baik, kalau memang kau tinggal di sini?“Apakah kau malu?Tanya laki-laki itu yang menatapku dengan tatapan serius di saat kami sedang berada di ruang tamu rumah ini
“Kenapa kau menyalahkan aku?“Salahkan suamimu yang dengan sendirinya datang padaku?“Aku tak pernah merayunya atau membujuknya untuk menduakan kau!Aku yang memang tak tahan lagi dengan penyiksaan yang dilakukan wanita yang berstatus sebagai istri Baron itu seketika melakukan perlawanan dengan segera menangkis serangannya menjambak rambutku dengan begitu kasarnya. Tak bisa lagi aku tahan, memang harus aku melakukan perlawanan jika tak ingin mati perlahan di tangan wanita ini yang terus saja memukuliku tanpa ampun.“Kau bilang apa?“Kau bilang kau tak pernah merayu suamiku katamu!“Dengan mata kepalaku saja kalian itu sudah kepergok berduaan di dalam rumah ini?“Aku tahu itu!“Kau mau mengelak bagaimana lagi, Ha!“Dasar wanita kotor tak tahu diri, berani sekali kau mengelak dari tuduhanku!Wanita itu kembali marah-marah di dalam rumah yang memang telah berhasil
Belum lama aku bertengkar dengan laki-laki beristri ini, ternyata memang benar dugaan burukku seseorang datang mengetuk pintu rumah dengan begitu kerasnya. Om Baron yang memang saat itu sedang naik darah langsung panik dan khawatir sekali dengan suara khas itu. Ya, siapa lagi kalau bukan yang datang istri Om Baron.“Buka Pintunya!“Aku tahu kalian di dalam!“Buka!Teriakan perempuan yang memang benar dugaan burukku akan datang itu sudah berada di depan pintu dan sekarang berteriak dengan begitu keras. Aku tak bisa berbuat apa-apa lagi, sementara saat itu aku lihat Om Baron panik sekali dengan teriakan yang memang dia kenal itu.“Gawat!“Sialan!“Dari mana istriku tahu alamat rumah ini, semua gara-gara kau….!Laki-laki itu marah dan panik sembari memakiku yang saat itu ku lihat dia sedang melangkahkan kaki ingin pergi terburu-buru mencari jalan keluar. Om Baron sepertinya memang tipe la
“OK ini jakarta!“Aku paham aku harus bertahan walau dalam keadaan apapun serta bagaimana pun!Aku kembali tertegun mencoba untuk bertahan walau dalam keadaan yang begitu merasa tertekan dan tak tahu memang harus apa yang aku lakukan. Disatu sisi aku merasa bahwa hidup ini memang tak adil seperti apa yang aku jalani, disatu sisi juga aku harus menerima tentang semua resiko merebut suami orang yang sudah aku lakukan dengan jalan yang memang tak seharusnya aku lakukan itu.“Aaaaa…begitu peliknya masalah ini?“Kenapa semua terjadi ketika aku berada di atas puncak kejayaan?“Aku memang hanya seorang perempuan malam , aku juga berhak untuk dapat kebahagian?“Tapi mengapa? Mengapa semua harus berakhir seperti ini…!Aku memang mengutuk keadaan yang memang tak beruntung ini, terus menyalakan waktu dan takdir yang memang telah berjalan dengan seiring waktu yang memang tak bisa aku hentikan.
“Barooonnn!“Baroon!”“keluar kau!“Aku tahu kau bersembunyi di dalam.”Sang perempuan istri dari Om Baron begitu kencang berteriak di depan pintu rumahku, sehingga bena-benar menimbulkan suara gaduh. Berbagai macam cacian serta makian keluar dari mulut perempuan itu yang memang terlihat marah sekali dengan Om Baron serta diriku.“Gawat itu suara istriku!“Aduh bagaimana ini?“Mau kemana aku lari dari perempuan itu!”Om Baron yang panik sekali dengan kedatangan istri yang memang tak disangka-sangkanya akan datang ke rumah itu dan juga mengetahui alamat rumah yang memang tidak aku ketahui dari mana dia mendapatkan alamat rumah ini.“Om berikan alamat rumah ini padanya?Aku seketika berbiara pada laki-laki itu untuk mencari tahu dari mana perempuan itu berhasil menemukan alamat rumah ini. Aku pun ikut merasakan kepanikan yang teramat sangat, mengetahu
“Jadi aku harus menghadapi masalah ini sendiri Om?“Andai saja Om Menceraikan Istri sah Om, Mungkin tidak akan begini ceritanya!”Aku yang memang tak sempat lagi berpikir jernih dengan masalah yang terjadi mencoba untuk berbicara pada laki-laki yang kini berdiri tepat di hadapanku.“Jadi kau mau aku menceraikan Istriku?“Lantas aku menikah denganmu Begitu!Laki-laki itu sedikit berbicara keras di depanku. Aku memang sebenarnya tak punya hak untuk mengatur hidupnya, memang semua keinginanku yang semula hanya ingin menggerogoti Harta dan Uang Om Baron sejenak berpikir tentang solusi yang aku anggap akan selesai dengan melakukan hal ini. Tetapi apakah semua akan selesai dengan melakukan hal itu?“Aaaa entahlah, aku memang berasa belum siap untuk melakukan hal ini!“Ini terlalu rumit bagiku.”Aku hanya masih ingin hidup bebas, sementara rasa trauma ku pada setiap laki-laki masih