Share

Meminta Saran

Pagi-pagi sekali aku sudah berangkat ke kantor. Karena semalam menangis tersedu, mataku terlihat sedikit sembab. Padahal aku sudah mengompres kelopak mataku dengan handuk kecil yang dibasahi air dingin. Namun, tetap saja masih terlihat sembab. Semoga tidak ada yang menanyakan perihal ini. Rasanya memalukan menjelaskan alasannya. Sehingga lebih baik untuk diam saja.

“Selamat pagi..” sapa Anggreni tiba-tiba masuk ke dalam ruangan. Lalu, ia menatapku seakan tidak percaya.

“Kenapa memandangiku seperti itu?” tanyaku sewot. Entahlah, pagi ini perasaanku menjadi lebih sensitif. Mungkin karena bertengkar dengan Kak Panggih kemarin.

“Nggak kenapa. Cuma heran melihat matamu tiba-tiba sembab. Kayaknya kemarin waktu pulang kerja masih biasa aja,” jawab Anggreni santai. Ia menaruh tas selempangnya di kursi sebelah dan mulai menyalakan komputer. “Mau cerita?” tawarnya dengan tersenyum ramah.

“Iya, boleh.”

“Ya udah.. Kita ke ruang belakang aja. Sekalian sarapan. Aku bawa bubur ayam buat kita,”
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status