Share

Di Gosip Para Tetangga, Namaku Disebut
Di Gosip Para Tetangga, Namaku Disebut
Author: penuliskacangan

Bab 1. Gosip di Pagi Hari

last update Last Updated: 2023-10-14 00:30:33

“Duh, kalau anak saya mah pagi gini sudah bangun, sudah rapi dan langsung pergi kerja! Kok anaknya Bu Ida betah molor sampai siang gini, ya? Pantes aja, lho, rezekinya dipatok ayam! Lagi pula, Bu Ida terlalu manjain anak ibu, deh, mentang-mentang anak gadis satu-satunya!”

“Iya, bener! Terus, nih, Bu ... Kalau ibu enggak ajarin dia bangun pagi dan ngurusin rumah, bakal susah dapet suami, lho! Emang mau anaknya jadi perawan tua?!”

“Iya, betul ibu! Saya punya anak saja, si Maria Mersedes itu – baru SMP, tapi yang antre mau lamar dia sudah 5 orang! Dia itu saya sudah ajar kerja rumah tangga dari SD! Saya curiga, anak ibu jomblo salah satunya karena itu, MALAS?!”

Sindiran demi sindiran terdengar dari balik kaca jendela kamarku, yang berbatasan dengan pagar rumah. Dan di depan pagar rumah itulah, para ibu-ibu kompleks sering berdiri untuk belanja sayuran di pagi hari, sambil bergosip tentunya.

Tiada hari tanpa gosip atau nyinyirin orang lain. Bahkan, kalau disuruh memilih masak dulu atau gosip, mereka lebih mendahulukan gosip. Pekerjaan rumah tangga boleh ditunda, tapi gosip jangan terlewat. Katanya, kalau sudah lewat, bakal jadi dingin! Enggak hangat lagi!

Sebenarnya, sindiran ibu-ibu itu tak benar. Karena, aku sudah bangun sejak pukul 08.00, ketika cahaya matahari sudah memasuki celah-celah kain gorden di dalam kamar. Susah payah aku membuka mata, karena semalam aku terpaksa begadang demi menyelesaikan desain logo pesanan klien. Belum lagi, aku harus meng-update bab baru untuk novel online yang aku tulis.

Tapi, kepalaku rasanya mau pecah, karena begadang dan terlalu lama menatap layar komputer, sehingga aku memilih untuk merebahkan diri di kamar dan tak sadar jika waktu sudah menunjukkan pukul 09.00. Waktu di mana ibu-ibu kompleks akan berkumpul untuk belanja dan bergosip.

Biasanya, ibuku yang ketiban sial harus mendengarkan semua ocehan mereka tentang diriku – yang dibandingkan dengan anak-anak mereka. Ibu yang karakternya pendiam, sering kali hanya tersenyum. Ibu tak pernah repot-repot menjelaskan, apa yang aku kerjakan, atau alasan kenapa aku belum bangun hingga pukul 09.00 pagi. Contohnya, seperti pagi ini, ketika mereka mulai berkotek tentang diriku.

“Bu, mending si Mendy disuruh kawin saja, Bu! Biar bisa belajar mandiri dan ngurusin rumah tangga, belajar bangun pagi!” celoteh Ibu Kumala. Dari suaranya yang cempreng, aku sudah tahu itu si Ibu Kumala, pemilik rumah di sebelah rumah kami. Maklum saja, kami tinggal di perumahan model couple. Dan sialnya, rumah kami bergandengan dengan rumah Ibu Kumala ini.

“Mendy belum mau nikah, Bu. Katanya dia masih mau mengejar karier dulu.” Kudengar ibu menjawab dengan santun dan lembut seperti biasa, malah membuatku geregetan. Kalau aku jadi ibu, sudah kusemproti mereka dengan uang yang aku perolehi dari hasil mendesain dan menulis novel. Belum tahu saja, hasilnya dolar, Buk!

“Karier? Memangnya si Mendy punya karier apa, Bu? Karier molor sampai siang?”

Gelak tawa ibu-ibu durjana itu kembali terdengar. Hina sekali mereka menilai diriku. Untung saja, ibu orang yang sabar menghadapi mereka, dan selalu mewanti-wanti diriku agar tak perlu menggubris mereka. Tak tahu saja mereka, aku yang kesabarannya setipis tisu toilet ini, bisa membalas ucapan mereka lebih pedas dari Carolina Reaper – cabai terpedis di dunia.

“Kalau begitu saya pamit ya, Bu-ibu! Saya sudah selesai belanja,” ucap ibuku. “Mari Mang Al!”

“Iya, Bu! Terima kasih selalu belanja dari gerobak saya,” sahut Mang Al dengan nada ceria seperti biasa.

Aku melirik dari balik tirai jendela. Seperti biasa, ketiga tukang gosip tenar seantero kompleks, yang aku juluki TTM – ‘Tiga Tetangga Medusa’ itu tampak berdiri di depan gerobak sayur Mang Al.

Dandanan mereka sungguh menor, hanya untuk berbelanja sayur. Yang aku tahu, Ibu Kumala – si wanita tambun – janda tiga anak – yang selalu mengakui dirinya punya hubungan kerabat jauh dengan artis Syahrimi, naksir brutal dengan Mang Alfred yang senang dipanggil Al. Kata Mang Al, biar mirip dengan Pak Al Berdebar-debar, di sinetron horor berjudul Ikatan Batin.

Alasan itu lah yang membuat Ibu Kumala selalu berdandan demi menarik perhatian Mang Al. Selain itu, biar dia diberi potongan harga. Kalau dua ibu lainnya, hanya ikut-ikutan. Katanya biar para suami tidak melirik yang lain.

Yang kedua, namanya Ibu Sharlotta Mersedes, berbadan kurus dengan kulit sedikit gelap, rambut bergelombang merah manyala, dan selalu menyamakan dirinya dengan penyanyi Beyonsi, dari segi kulit dan suara. Bahkan, karena ingin menunjukkan kesamaan itu, sering sekali si Ibu Sharlotta yang rumahnya berhadapan dengan rumah Ibu Kumala ini, menyanyikan lagu Beyonsi yang berjudul ‘Dengerin Bae’!

Ibu Yoona yang ketiga. Rumahnya di samping Ibu Sharlotta. Sebenarnya, namanya bukan Yoona, tapi karena dia memproklamasikan dirinya sebagai pencinta drama Korea garis keras. Jadi, dia mengganti panggilan namanya dari Juminten menjadi Yoona.

Si Ibu Yoona ini rambutnya keriting sebahu, berwarna agak kecokelatan. Ketika mendekati tahun baru, rambutnya berubah jadi lurus seperti model-model iklan sampo, dengan bau makaraizo yang begitu menusuk hidung. Padahal, jujur saja rambutnya punya ciri khas tersendiri.

Aku mulai mengamati ketiga ibu itu. Bahkan, dari tatapan mereka pada punggung ibuku saja, terasa penuh aura sindiran dan ejekan.

“Aku ya, kalau anakku seperti si Mendy itu, sudah kutendang dari rumah! Kucoret sekalian dari kartu keluarga! Bisanya cuma nyusahin aja!” Mulai lagi si Ibu Kumala – yang kebetulan anaknya seusiaku – berceloteh.

“Bener tuh, Bu! Aku juga selalu bilang ke anakku – Hye Kyo, biar enggak jadi kayak si Mendy itu! Amit-amit, deh!” timpal Ibu Yoona sambil membuat gestur seolah-olah dia geli membicarakan diriku. Padahal, anaknya baru 9 bulan, mana paham ucapannya. Ngomong-ngomong, jangan kaget dengan nama anaknya Ibu Yoona, ya!

“Kalau saya punya anak begitu, saya sudah lelang dia di media sosial, biar dibeli sama om-om kaya! Saya dapat uangnya, si beban hidup pergi dengan om-om kaya!” Ibu Sharlotta tak mau tinggal diam. Dengan gaya ketimuran, dia ikut membicarakanku.

Aku kesal bukan main! Enak saja perkataan mereka tentangku! Padahal, mereka tak tahu apa yang aku kerjakan setiap hari! Apa menurut mereka, orang yang bekerja hanya dikatakan bekerja jika dia keluar rumah? Apa mereka tak mengerti zaman sekarang ada istilahnya bekerja dari rumah atau WFH?

Gegas kakiku melangkah keluar kamar, berencana membungkam TTM itu dengan transferan dari klien sebesar $600, yang baru saja muncul di layar ponsel. Tapi, kakiku belum tiba di depan pintu keluar, ibu sudah menghadangku.

“Mau ke mana?” tanya Ibu dengan nada lembut, tapi tatapannya seolah mengatakan padaku untuk tidak berbuat aneh-aneh.

“Mau beli kerupuk di Mang Al!” sahutku ketus.

Ibu menadah tangannya di hadapanku. “Sini, berikan ke ibu saja! Biar ibu belikan!”

“Enggak usah, Bu! Aku bisa beli sendiri! Nanti aku dibilang tahunya cuma merintah ibu saja!”

“Enggak! Ibu tahu, kamu cuma mau ngejawab bacotan ibu-ibu itu, kan! Ibu enggak mau kamu ladeni mereka! Biarkan saja mereka ngomong sampai mulutnya berbusa, tapi kamu kan enggak seperti kata-kata mereka!” ceramah ibu panjang lebar.

Aku hanya mendengus dan menyerahkan uang lima ribuan pada ibu, yang langsung keluar dari rumah untuk membeli kerupuk kesukaanku, kerupuk udang. Tapi, aku tak langsung ke kamar. Aku mengintip dari balik pintu, mendengar apa lagi yang mau mereka katakan tentang diriku.

“Lho, ada yang kelupaan Bu Ida?” Kudengar Ibu Kumala, si pencetus geng penggosip itu mulai bertanya. Seperti biasa, dia yang akan menjadi jubir pembuka, sekaligus kompor 32 sumbu bagi ibu-ibu lainnya.

“Iya, Bu! Si Mendy minta dibelikan kerupuk udang kesukaannya,” jawab ibuku enteng.

Aku yakin, setelah ini para Medusa itu akan menghujatku, dan benar saja.

“Duh, aduh! Beneran beban keluarga, ya! Malah ibunya diperintah buat beliin kerupuk!” sindir Ibu Kumala, ketika kulihat ibuku sudah meninggalkan mereka.

Argh, sialan! Benar dugaanku, kan! Huh! Tunggu saja kalian! Suatu saat aku akan membungkam mulut kalian semua!

***

penuliskacangan

Yuhuu, yang baru mampir, jangan lupa like dan komentarnya biar daku semangat menulis terus, gitu!

| Like

Related chapters

  • Di Gosip Para Tetangga, Namaku Disebut    Bab 2. Gaya Elit, Nebeng Doang?

    Aku baru saja selesai mandi, dan mulai duduk di meja makan. Seperti biasa, aku akan menikmati sarapan dengan ibu.Meski sudah agak terlambat, ibu selalu menungguku. Padahal, sering kali aku meminta ibu untuk sarapan lebih dahulu, mencegah ibu dari sakit akibat terlambat sarapan.Ngomong-ngomong, di rumah ini memang hanya ada aku dan ibu. Ayahku bertugas di kota lain, karena beliau adalah seorang tentara. Tapi, ayah tidak sendirian. Ayah bersama kakak laki-lakiku – Andi, yang bekerja sebagai PNS di salah satu kantor pemerintahan.Ibu memilih untuk tinggal di rumah bersamaku, karena ibu memiliki usaha butik di Surabaya, yang tak bisa ditinggalkan. Tapi, meski begitu, kami sering mengunjungi ayah dan kakak, atau sebaliknya. Namun, aku senang karena tahun depan ayah sudah pensiun, artinya ayah akan berkumpul dengan kami di rumah.Selain kakak laki-laki, aku juga memiliki adik laki-laki – Roy – yang saat ini sedang mengambil kuliah di luar negeri. Roy adalah anak yang cerdas, sehingga dia m

    Last Updated : 2023-10-14
  • Di Gosip Para Tetangga, Namaku Disebut    Bab 3. Britney

    Aku menguap lebar sambil menyeret langkah keluar dari OmegaMart di pinggir jalan raya, dekat dengan kompleks perumahan kami, pada sore harinya, sepulang mengambil uang dari bank. Baru saja aku membeli beberapa camilan dan pesanan ibu. Aku memang senang membeli camilan sehat ketika menerima upah kerjaku. Dari pada membeli camilan yang membuat berat tubuhku meningkat, apalagi aku selalu begadang. Lebih baik, membeli camilan sehat untuk menunjang aktivitasku.Aku selalu menikmati perjalanan keluar rumah di sore hari, karena lingkungan kompleks sore hari cukup ramai dengan anak-anak kecil yang bermain di jalanan. Senang sekali melihat kebahagiaan mereka. Terkesan jujur menurutku. Apa lagi, aku baru selesai berkutat di depan komputer, senang rasanya melihat keceriaan seperti ini. Seakan sedang nostalgia.Kulihat, ada yang bermain sepeda, ada juga yang bermain tali. Semua dipenuhi aura keceriaan. Kecuali ....Mataku tertuju pada TTM yang sedang duduk depan rumah Ibu Yoona, sambil menikmati

    Last Updated : 2023-10-14
  • Di Gosip Para Tetangga, Namaku Disebut    Bab 4. Berkenalan dengan Lionel

    Hari ini aku bangun lebih pagi, tepatnya di pukul 06.00. Tidak seperti malam-malam sebelumnya, tadi malam aku tidur lebih cepat karena telah menyelesaikan beberapa bab untuk novel online-ku pada hari sebelumnya. Terlebih, belum ada proyek desain yang masuk. Jadi, minggu ini aku bisa tidur lebih cepat dan bangun lebih pagi.Karena sudah bangun sepagi ini, aku berencana untuk berolahraga. Apa lagi, aku sadar jika aku tak begitu banyak bergerak ketika sedang fokus bekerja. Ini saatnya aku membiarkan tubuhku, agar tidak cepat dibilang sobat jompo.Selesai menggunakan pakaian olahraga semasa SMA – karena kebetulan aku tidak punya pakaian olahraga lain – aku pun pamit pada ibu yang terlihat sedang menyiapkan sarapan.“Kamu harus rajin-rajin olahraga, biar tubuhmu sehat! Apa lagi, kamu jarang kena sinar matahari. Cuma di dalam rumah saja,” celetuk ibu terdengar seperti para penggosip itu.Aku hanya mendengus dan berlalu dari hadapan ibu.Sebelum mulai berlari, aku melakukan pemanasan lebih da

    Last Updated : 2023-10-14
  • Di Gosip Para Tetangga, Namaku Disebut    Bab 5. Kalian Jual, Aku Beli!

    Tepat pukul delapan, aku sudah kembali ke rumah, dan mengistirahatkan tubuhku lagi sebelum mandi. Aku memilih duduk di pekarangan sebelah kanan, yang bersebelahan dengan pagar rumah Ibu Kumala. Tempat itu tertutup dari jalanan, jadi tak akan ada yang melihatku sedang beristirahat di sana.Aku memang sengaja duduk di sana, karena aku yakin sebentar lagi Ibu Kumala akan berkumpul dengan dua penggosip lainnya di lapak Mang Al. Aku mau mendengar apa yang akan dia bahas kali ini. Dan, benar saja dugaanku.“Eh, tahu gak! Tadi pagi si Mendy joging, lho! Pakai pakaian olahraga SMA!” ucap Ibu Kumala setengah berbisik.Aku mengamati dari celah-celah pagar yang terhalang tanaman sirih. Aku bisa melihat wajah Ibu Kumala yang terkesan mengejek apa yang aku lakukan.“Eh, jinja?” celetuk Ibu Yoona dengan aksen Korea dibuat-buat.Jinja, jinja! Jijay sama kalian!“Yang benar saja, kakak ibu? Perempuan pemalas begitu juga bisa bangun pagi dan olahraga? Tumben sekali!” timpal Ibu Sharlotta Mersedes.Asta

    Last Updated : 2023-10-21
  • Di Gosip Para Tetangga, Namaku Disebut    Bab 6. Belanja Online

    Aku menanti dengan sabar di depan teras rumah sore harinya. Pasalnya, sesuai jadwal yang aku lihat di aplikasi belanja, hari ini pesanan laptopku akan tiba. Sengaja aku membelinya secara daring, karena setelah perhitungan panjang lebar, belanja daring lebih murah dibanding offline. Meski, agak waswas jika yang datang malah zonk. Tapi, sebelum memutuskan belanja di toko itu, aku sudah lebih dahulu melihat ulasan dari pembeli-pembeli sebelumnya. Karena tidak ada ulasan negatif, aku menjalankan niat membeli laptop di toko online itu. “Belum datang juga?” tanya ibu sambil membawa nampan berisi teh tawar panas dan pisang goreng kesukaanku. Sore-sore begini, aku dan ibu memang selalu menikmati pisang goreng dan teh tawar di teras rumah. Rasanya nikmat, apa lagi kalau tidak ada tiga Medusa itu. “Iya, Bu! Mungkin, masih dalam perjalanan. Pasti banyak yang diantar, bukan punya aku saja,” jawabku, sembari mencomot salah satu pisang goreng yang masih panas. Aku meringis karena hawa panas

    Last Updated : 2023-10-25
  • Di Gosip Para Tetangga, Namaku Disebut    Bab 7. Pacar?

    Pagi-pagi sekali aku sudah bangun. Seperti hari sebelumnya, dikarenakan jadwal tidur yang mulai membaik. Aku bersyukur, sih karena aku bisa memulai hidup sehat. Aku tidak mau bersakit-sakit di usia lanjut. Makanya, aku memutuskan untuk joging seperti hari sebelumnya. Ku lirik jarum jam di weker yang terletak di atas meja. Pukul setengah enam. “Baiklah!” seruku. Aku berencana untuk berjoging di tempat lain, bukan di lapangan dekat kompleks. Alasannya hanya satu! Aku tidak ingin bertemu Lionel! Bukan hanya Lionel saja orang yang tidak ingin kutemui, tapi juga para penggosip. Aku yakin, mereka akan menggosipkan yang tidak-tidak, jika melihatku joging lagi. Maka dari itu, selesai bersiap, aku segera keluar. Biasanya, pukul begini Ibu Kumala belum terlihat di luar rumah. Cepat-cepat aku melangkahkan kakiku, melewati rumah Ibu Kumala. Tapi, oh betapa sialnya aku! Selamat dari mulut singa, masuk ke mulut buaya. Entah dari mana munculnya, tiba-tiba saja Ibu Yoona sudah berada di belakan

    Last Updated : 2023-10-26
  • Di Gosip Para Tetangga, Namaku Disebut    Bab 8. Penguntit dan Tukang Pamer?

    “Kau mau tidak menjadi pacarku? Ini serius lho! Bukan sedang mengerjai dirimu atau sejenisnya. Apa kau mau?” tanya Lionel begitu entengnya, seperti dia sedang menawari jasa gali sumur padaku. “Pacar?” ulangku dengan mimik tak percaya. “Aku, menjadi pacarmu?” Kali ini mimik wajahku berubah kesal, karena merasa pria ini sedang mempermainkan diriku. Mungkin, dia sedang melakukan tantangan entah dengan siapa, di mana jika dia berhasil mengajak seorang perempuan menjadi kekasihnya maka dia yang menang. Lionel mengangguk mantap, sambil memamerkan senyum manisnya, seolah dia yakin aku pasti menerimanya. Ya, memang aku akui senyumannya begitu manis. Wajahnya juga. Hidung yang mancung, rahang tegas, alis tebal nan indah. Dia seperti pria blasteran, dengan mata berwarna cokelat yang indah. Ta – tapi, bukan itu masalahnya! Aku tidak suka dengan karakter seperti dia! Karakter pria yang ramah pada semua wanita. Aku membuang napas kasar. “Hei, bocah!” Kulihat, Lionel cukup terkejut karena

    Last Updated : 2023-10-28
  • Di Gosip Para Tetangga, Namaku Disebut    Bab 9. Amelia

    “Baiklah, aku akan ikut arisan itu!” ucapku penuh semangat pada sambungan telepon. Hari ini, sahabat masa SMA yang bernama Amelia menelepon untuk mengajakku ikut serta dalam arisan teman-teman SMA. Dengan sukacita, aku menyetujuinya agar bisa berkumpul kembali dengan teman-masa SMA, setidaknya sebulan sekali dalam arisan ini. Ya, hitung-hitung biar mewaraskan pikiranku juga, yang tiap hari dipenuhi omongan para penggosip. “Arisan?” Rupanya, ibu mendengarkan ketika aku bicara dengan Amelia. “Iya, Bu! Amelia mengajakku ikut arisan dengan teman-teman SMA. Ibu tahu Amelia, kan?” tanyaku, karena bisa saja Ibu sudah lupa wajah Amelia. Aku bisa melihat kerut di kening Ibu, karena berusaha mengingat-ingat yang mana namanya Amelia. “Itu, lho! Yang kulitnya putih karena ada turunan Jepang! Yang nama panggilan di sekolahnya Ichi!” ucapku, dan Ibu langsung menjentikkan jari. “Ah, ibu tahu! Kalau Ichi ya ibu tahu! Ternyata namanya Amelia, ya!” seru Ibu. Aku terkekeh melihat ibuku, yang

    Last Updated : 2023-10-30

Latest chapter

  • Di Gosip Para Tetangga, Namaku Disebut    Bab 21. Berangkat ke Bali

    “Bagaimana, Bu? Persiapannya sudah selesai?” tanya Mendy yang sudah bersiap dengan kopernya. Tampak Ibu Ida keluar dari kamar, dengan membawa sebuah koper juga. Bahkan, Ibu Ida sudah mengenakan sebuah blus bercorak pantai, seakan mau menunjukkan kalau Ibu Ida mau ke pantai. Ya, pantai-pantai di Bali. “Sudah! Semua beres!” jawab Ibu Ida. Mendy terkejut dengan pakaian yang digunakan mamanya, juga kacamata hitam serta topi bundar. Benar-benar kayak orang mau piknik ke pantai. “Aduh, Bu! Bajunya diganti saja, deh!” ucap Mendy yang memikirkan bagaimana tanggapan komplotan Ibu Kumala nantinya. “Lho, kita kan mau ke Bali, jadi ibu pakai baju pantai, dong! Memangnya salah?” Mendy menepuk jidatnya. Pasalnya kan, ke Bali masih naik pesawat, bukan tiba-tiba langsung sampai saja di Bali. Mendy enggak mau ibunya jadi bahan tertawaan para tetangga Medusa, atau penumpang pesawat lainnya. “Bu, please deh!” celetuk Mendy. “Pakai baju biasa saja. Kan kita masih naik pesawat. Nanti, kalau sudah di

  • Di Gosip Para Tetangga, Namaku Disebut    Bab 20. Rencana Liburan

    Aku baru saja menyelesaikan desain milik Tuan Lime, setelah beberapa hari berkutat dengan revisi. Pada akhirnya, hari ini Tuan Lime menerima hasil desainku. Dan, upah yang sudah kunantikan dibayar lunas. Aku berlari keluar dari kamar mencari ibu yang sedang mencuci piring di dapur. “IBU, IBU!” seruku, membuat ibu terkejut menatapku. “Duh, Mendy! Kalau kamu selalu teriak begini, bisa-bisa ibu jantungan, lho!” jawab ibu. Aku langsung memeluk ibu dengan erat, membuat ibu bertanya apa yang terjadi padaku. “Selesai ini, ibu ganti baju! Lalu, siapkan beberapa pakaian, dan kita akan ke Bali selama 3 hari!” ucapku membuat ibu melongo. “Bali? Kita ke Bali?” tanya ibu seakan tidak percaya dengan kata-kataku barusan. Aku berputar di hadapan ibu seperti permainan gasing, karena geregetan dengan ibu. “Iya, Bu! Ke Bali! Mendy akan pesankan tiketnya hari ini juga!” seruku tak bisa menyembunyikan kebahagiaan. Tak menjawabku, ibu malah membilas tangannya, dan menarikku ke meja makan. “Jelask

  • Di Gosip Para Tetangga, Namaku Disebut    Bab 19. Kebetulan dan drama

    Waktu sudah menunjukkan pukul 15:00. Para Medusa, Britney dan Edy sudah pulang sejak pukul 12:00 tadi. Kini, hanya aku bersama Ibu dan Lionel. Mbak Dewi juga sudah disuruh ibu untuk pulang. "Hari ini sampai di sini saja dulu, ya! Nak Lionel, kamu boleh pulang. Biar ibu dan Mendy yang melanjutkan sisanya," ucap ibu pada Lionel yang baru selesai memajang beberapa pakaian.Aku hanya terdiam dengan tampang cemberut level dewa. Bisa-bisanya dia masih di sini, setelah tadi dia berbisik manja dengan Britney! Dasar pengkhianat! Padahal, hari-hari sebelumnya, dia menempel padaku! Bahkan, sedetik sebelum berbisik dengan Britney, dia masih tersenyum padaku! Tapi, dalam sekejap dia sudah beralih pada Britney! Huh!Eh, tapi kok aku kesal, ya? Seharusnya kan aku senang, karena si Lionel bersatu dengan sejenisnya! Dengan begitu, dia tak lagi menggangguku! Tetap saja! Selama dia masih berkeliaran di dekat ibu, aku tak rela! Kalau mau mengikuti Britney, jangan ada lagi di sekitarku maupun ibu! Berg

  • Di Gosip Para Tetangga, Namaku Disebut    Bab 18. Permintaan Britney?

    “Wah, wah! Tumben sekali melihat kamu di sini!” sindirku pada Britney yang sedang asyik membantu Lionel.Mendengar suaraku, Britney dan Lionel langsung mengangkat kepalanya, dan menatapku. Sejurus kemudian, Britney sudah berdiri di sampingku sambi tersenyum, diikuti Lionel. Aku berkacak pinggang melihat keduanya.“Kamu juga di sini? Harusnya, aku yang heran lihat kamu di sini!” Entah kenapa Britney terlihat heran karena kehadiranku.“Biasanya kamu enggak ada, tuh! Kok, tumben banget hari ini kamu di sini?” tanya Britney lagi.Aku mengerutkan kening. Apa artinya ini? Memangnya, Britney selalu ke sini?“Kenapa? Ada yang salah?” balasku ketus. “Ini kan butik ibuku! Aku mau ke sini kapan saja, terserah aku, dong! Kok situ yang sewot? Kecuali, aku yang menanyakan kehadiran kamu?! Untuk apa ke sini? Buat ngutang?!” Terang-terangan aku bertanya di depan Lionel. Wajah Britney seketika memerah dan gelagapan.“Aduh, Mendy ini suka bercanda! Jangan dengarkan dia, Lionel!” jawab Britney sam

  • Di Gosip Para Tetangga, Namaku Disebut    Bab 17. Lah, kok malah ....

    “Pergi!” Aku membuka pintu keluar, dan menyuruh Lionel untuk segera keluar dari butik ibu. Siapa dia, sih sampai ibu bela-belain dia untuk membantu ibu? Padahal, dia tidak punya hubungan apa-apa dengan kita! Cuma karena pernah menolongku sekali, ibu langsung menganggap Lionel adalah orang yang baik. Padahal, ibu tidak tahu saja kalau si Lionel itu penguntit! Aku yakin, dia punya rencana busuk mendekati ibu! Atau, jangan-jangan .... Aku menggelengkan kepalaku, tak mau memikirkan apa yang baru terlintas. Enggak, enggak! Enggak mungkin kan, Lionel suka sama ibuku? Dia mendekati ibu, supaya bisa meraup keuntungan dari bisnis ibu?! Aku semakin kesal pada Lionel, karena pikiranku sendiri. “Mendy, kamu ini kenapa, sih?” tanya ibu sembari mendekatiku. Di belakang ibh, Lionel sedang menundukkan kepala, seperti seorang bocah yang kena tangkap mencuri. “Bu, dia siapa sih, sampai ibu selalu bersama dia?! Pakai minta bantuan dia buat beres-beres begini?!” jawabku, sesekali menunjuk ke arah

  • Di Gosip Para Tetangga, Namaku Disebut    Bab 16. Kekesalan Mendy

    “Selamat pagi, Kak Mendy.”Aku mengangkat wajahku pada sumber suara. Tampak Edi – anak kedua Ibu Kumala, yang entah kenapa berbeda 180 derajat dengan Ibu Kumala dan Britney – menyapaku.Yang aku tahu, Edi bekerja di luar kota sebagai karyawan asuransi. Mungkin, saat ini dia sedang cuti jadi pulang ke rumah.Edi adalah sosok yang jarang bicara. Yah, tipe introvert begitu lah! Tapi, itu dulu. Ketika dia masih jadi anak sekolah, setiap melihatku maka Edi akan pura-pura mencabut rumput. Dia tak menegurku sama sekali.Tapi, setelah bekerja, dia mulai jadi orang yang ramah pada semua tetangga. Berbeda dengan ibu dan sang kakak.Kalau si anak ketiga – Heri – sikapnya rada-rada mirip Britney alias suka pamer. Saat ini, Heri yang berbeda 5 tahun dariku, sudah bekerja di salah satu kantor pemerintahan di kota lain. Setelah tamat SMA waktu itu, dia mengikuti tes yang dibuka, dan rupanya dia lulus.Bayangkan bagaimana senangnya Ibu Kumala dan Britney. Selama satu bulan, pembicaraan mereka h

  • Di Gosip Para Tetangga, Namaku Disebut    Bab 15. Britney Diputusin

    Waktu menunjukkan pukul 07.30, ketika aku baru saja membuka pintu rumah. Maksud hati, mau membersihkan halaman. Tapi, pemandangan di sebelah rumah, membuatku seketika jadi malas melakukan pekerjaan rumah ini.Bagaimana tidak? Aku melihat Britney sedang bergelayut manja di lengan pacarnya. Pacar yang punya selingkuhan yang kutemui di toko buku. Kasihan sekali kamu, Britney! Enggak tahu kelakuan pacarmu. Aku yang tahu semuanya cuma bisa senyum saja.“Pagi, Mendy!” Sapaan Britney terdengar seperti ‘Mendy, lihatlah ini! Ini lho, yang kumaksud dengan bibit, bebet, bobot!’Tak menjawab, aku mulai menyiram tanaman di halaman.“Beb, tetangga kamu kok sombong banget.” Aku bisa mendengar dengan jelas ucapan pacarnya Britney. Karena kebetulan omongannya terdengar jelas. Dia pasti sengaja!“Mendy memang begitu, beb! Biasalah, kalau sudah berumur dan menjomblo!” sahut Britney yang membuat kupingku mulai panas.Apa sih yang salah dengan menjomblo di usia 28 tahun? Lagi pula, aku beluk tua-tua

  • Di Gosip Para Tetangga, Namaku Disebut    Bab 14. Kebohongan yang Terungkap

    “Ibu kok suka temenan sama Lionel? Ntar aku dan ibu digosipin yang enggak-enggak sama para Medusa,” omelku, setelah Lionel pulang.“Makan dulu nasi yang sudah dibawa Lionel. Nanti mubazir, lho!” Ibu malah menyuruhku menghabiskan makanan yang dibawa Lionel.Aku memang lapar, jadi tidak mau jual mahal. Aku langsung membuka bungkus makanan itu, dan melihat lauknya cukup banyak.“Memangnya lauk nasi kuning sebanyak ini, ya?” tanyaku, dan ibu segera mengintip nasi milikku lantas tersenyum.“Wah, sudah terlihat perhatiannya ke siapa,” jawab ibu membuatku cemberut.Tapi, aku tetap menghabiskan makanan yang dibawa Lionel. Bagaimana pun juga, makanan ini tidak bersalah. Jadi, jangan sampai membuang-buang makanan, karena tak menyukai seseorang.“Bu, habis ini aku pamit ke toko buku dulu, ya! Mau cari novel baru,” ujarku dan ibu hanya mengangguk.Sudah lama aku tidak ke toko buku, mencari novel-novel yang menarik. Apa lagi, katanya buku seri terbaru dari penulis Robert Galbraith sudah ter

  • Di Gosip Para Tetangga, Namaku Disebut    Bab 13. Ibu dan Lionel?

    “Katanya tadi malam ada cowok ganteng yang anterin kamu pulang, ya?!”Suara Britney yang sangat kukenali, mulai terdengar ketika aku sedang membersihkan halaman rumah pagi ini. Tanpa berbalik menatapnya, aku bisa merasakan jika dia sedang memandangiku dengan tatapan sinis dari teras rumahnya.Aku yakin sekali, Ibu Kumala sudah menceritakan yang bukan-bukan tentangku dan Lionel. Pasti sudah ditambah bumbu bermacam-macam jenis!“Katanya, kamu dianterin pakai motor yang ... Itu tuh, biasa dipakai abang-abang buat anterin galon, ya!” ujar Britney lagi, terdengar mengejek."Emang cocok banget sama kamu!"Aku tak menjawab. Aku masih sibuk dengan aktivitasku. Kalau dijawab, tak akan ada habisnya.Mungkin, karena merasa kesal semua ocehannya tidak aku ladeni, Britney memasuki halaman rumahku. Kulihat dia mengenakan celana denim sepaha, dengan kaos kutang. Apa dia sengaja mau memamerkan bodynya yang – katanya – bercahaya bak artis Korea.Ya, setelah pertemuan dengan Amelia beberapa waktu l

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status