Share

Sesi Dua Bagian Dua

Penulis: Jihan Alezander
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-20 06:58:48

RED ZONE ATTENTION!

Part di bawah ini mungkin mengandung beberapa adegan yang tidak nyaman bagi sebagian pembaca.

***

"Ini milikku. Apa kau mengerti?"

~ Erik Jensen ~

***

Erik menelusuri tubuh Starla. Tangan besarnya meraba semuanya, memberikan efek sengatan-sengatan kecil pada titik-titik sensitif milik Starla.

Terlebih, Erik tau ke mana tangan itu harus berhenti dan berlama-lama. Di atas kedua gundukan payudara* Starla, perut dan bagian bawah perut.

Puas dengan apa yang ia lakukan, Erik berjalan menjauh. Mengambil sebuah gunting yang berada di laci samping kasur. Lalu tanpa persetujuan dari Starla, ia mulai menggunting kaus yang

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Sesi Dua Bagian Tiga

    As usual guys, this is a RED ZONE!***"I don't sleep in the same bed as my submissive."~ Erik Jensen ~***Jika pada sesi pertama, Erik mengikat kedua tangan dan kaki Starla di masing-masing ujung ranjang hingga membentuk huruf X, kali ini Erik mengikat wanita itu dengan cara yang berbeda.Erik menyatukan tangan kanan Starla dengan kaki kanan, sementara tangan kiri dengan kaki kiri.Ini membuat Starla sama sekali tidak bisa meluruskan kaki, atau bahkan sekedar untuk menutup inti tubuhnya yang sekarang terpampang nyata di depan Erik. Mungkin akan lebih klise lagi jika Starla menyebut posisi ini seperti mengangkang. Tapi ia dalam posisi tidur.Menatap hasil karyanya dengan puas, Er

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-21
  • Di Bawah Kendali sang CEO   Jiggle Balls

    “Selamat pagi, Nona Starla.”Sapaan itu berasal dari Espen tepat ketika Starla memasuki dapur untuk sarapan. Pemandangan itu memang tidak asing lagi bagi Starla sebab Espen selalu mengambil sarapan di sini. Alasannya sangat klise; sebab ia hanya bisa memakan masakan sarapan dari Adrie.Kata Espen, masakan Adrie tidak ada duanya. Bahkan koki di rumah Erik masih kalah jauh dengan masakan wanita paruh baya tersebut.Starla tidak tau apakah itu benar tapi harus Starla akui, Adrie memang sehebat itu dalam urusan memasak.“Selamat pagi, Espen,” sapa Starla balik. “Dan please, bukankah sudah kubilang untuk memanggilku Starla saja?”“Aku tidak bisa melakukannya,” jawab Espen sambil mengunyah sandwich. Tidak seperti hari-hari biasa di mana ia selalu berpakain rapi dengan setelan jas hitam, pagi ini Espen hanya memakai kaus dan celana jeans santai. Mengingatkan Starla jika hari ini adalah hari minggu.

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-22
  • Di Bawah Kendali sang CEO   Permainan Satu Jari

    Note :Terdapat beberapa adegan tidak senonoh dan mungkin menyebabkan kalian mengutuk diriku, harap skip buat kalian ... pokoknya skip aja deh yang menurut kalian tidak pantas :(Selamat membaca!***Bangunan itu bergaya kuno. Starla mengira, ini adalah sebuah gedung tua yang lebih mirip penjara atau benteng pertahanan pada masa perang dunia alih-alih sebagai sebuah tempat yang dihuni oleh manusia. Aroma lembabnya kuat dan terkesan suram. Mengingatkan memori Starla pada markas Lion yang dulu.Saat Erik menggandeng lengan Starla masuk, pria itu menyadari kegugupan Starla. Tangan wanita itu dingin, meski dari pandangan sekilas Erik melihat ketenangan yang coba Starla tunjukkan. Tersenyum tipis, Erik mengelus lembut punggung tangan kecil tersebut. Yang anehnya menurut Erik, sangat pas digenggamannya.“Tidak apa,” ucap Erik yang mi

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-23
  • Di Bawah Kendali sang CEO   Di Bawah Kendali Erik

    “Bisakah aku setidaknya melepas benda ini?” Starla bertanya dengan nada lirih ketika Erik mengajaknya masuk ke sebuah restoran.“Tidak. Tidak sekarang,” jawab Erik singkat. Ia berbicara dengan sang pramusaji dan diarahkan ke sebuah meja yang terletak tepat di dekat jendela.Restoran di mana Erik berada bukanlah sebuah restoran mewah. Menurut Starla sendiri restoran ini lebih ke kasual. Bisa dikunjungi oleh berbagai lapisan masyarakat juga usia.Erik memilih duduk tepat di samping Starla, bukannya di depan wanita itu. Tapi, posisi Starla berada di dekat tembok. Sehingga ia bisa melihat ke luar jendela dengan jelas.“Apa yang ingin kau makan?” tanya Erik, menawarkan buku menu.“Samakan saja denganmu.”Setelah memesan beberapa menu yang terdengar sangat asing d

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-24
  • Di Bawah Kendali sang CEO   Ingat Kedudukan

    Kendaraan Erik baru sampai ke kediaman sekitar pukul 7 malam. Langit sudah gelap di atas sana, sinar jingga dari matahari telah berganti dengan sinar bulan dan bintang.Erik turun dari mobil, diikuti dengan Starla. Wanita itu menggigit kecil bibirnya sebab jiggle balls yang masih berada dalam inti tubuhnya menggesek dinding seiring dengan ia melangkah.Benar, benda itu masih ada di sana. Erik tidak mengijinkan Starla untuk melepasnya sampai sekarang, kecuali tadi setelah makan siang ketika Starla buang air kecil. Tapi Erik memperingatkan Starla untuk memakainya kembali saat ia sudah selesai. Itulah sebab benda itu masih terus mengganjal di bawah sana, seolah memang itulah tempat ia seharusnya berada.“Kemarilah, Starla!” perintah Erik saat mereka berdua sudah ada di dalam rumah.Starla menurut, menghadap Erik.

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-25
  • Di Bawah Kendali sang CEO   My Beautiful Horse

    Olah raga.Salah satu kegiatan yang tidak begitu Starla suka tapi harus ia lakukan secara rutin sejak Erik memintanya.Dulu saat di Indonesia, amat jarang Starla melakukan olahraga, bahkan untuk sekedar jogging. Hanya dua minggu sekali, satu bulan sekali atau bahkan 3 bulan sekali Starla akan melakukan pergi lari keliling komplek karena malas.Awal pertama ia melakukan senam dengan instruktur yang Erik kenalkan, tubuh Starla terasa pegal dan sakit di mana-mana. Bahkan ia sempat demam selama 3 hari.Sekarang kondisinya jauh lebih baik. Starla mulai bisa terbiasa berolah raga selama 2 jam tiap hari. Terima kasih pada Mike—instrukturnya—yang memberikan porsi sesuai dengan tubuh dan yang mampu Starla jalani."B

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-26
  • Di Bawah Kendali sang CEO   Kejutan Ulang Tahun Mr. Conrad

    “Starla, ke mari!” Layba, berseru pada Starla ketika ia baru saja masuk ruang kelas.Menyentakkan kepala ke depan, Starla mendapati teman-teman sekelasnya sedang berkerumun. Kedua alis Starla menyatu sebab berpikir. Apa kira-kira yang sedang teman-temannya diskusikan sepagi ini.“Ke sini. Duduk, di sini,” kata Layba. Anehnya, Jia Li, Gabriela dan Christina –seorang gadis yang berasal dari UK— langsung memberikan tempat duduk untuknya. Membuat Starla sedikit merasa terharu.Setelah Starla duduk, Jia Li akhirnya menjelaskan mewakili orang-orang di kelas. Nampaknya Mr. Coen tidak salah telah menunjuk Jia sebagai ketua.“Dengar, kami sedang merencanakan tentang pesta kejutan ulang tahun untuk Mr. Coen,” tutur Jia, yang diangguki oleh teman-temannya.“Eum ... Okay ...” jawab Starla sedikit aneh. Kenapa ia merasa semua mata sedang memperhatikan dirinya?“Nah, untuk itu ... kau mau k

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-27
  • Di Bawah Kendali sang CEO   Drunk

    Ini adalah kali pertama Starla merasakan pesta barbeque. Banyak daging, minuman bersoda dan alkohol. Starla dan Ahmad adalah satu-satunya yang menolak memakan daging babi dan alkohol. Mereka memilih coca cola dan daging sapi dengan balutan saus khusus yang dibuat oleh Layba.Mereka sedang berkumpuldi ruang tengah. Bene, Gabriella, Samantha dan Layba sibuk membawa daging yang sudah dipanggang dari dapur agar bisa disantap bersama ke meja.Setelah semua beres, mereka mulai menyerbu makanan. Pun dengan Starla, langsung mengambil potongan-potongan daging sapi. Rasanya enak sekali. Mungkin lain kali jika teman-temannya mengunjungi Layba dia harus ikut karena sekarang Starla penasaran dengan masakan India dari Layba.“Makanmu lahap sekali.” Conrad yang duduk di samping Starla berkata, bibirnya melengkungkan senyum menawan. “L

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-28

Bab terbaru

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Extra Part - Yuda (Fin)

    Luna sudah menyeberang jalan ketika iris mata hitam Yuda menangkap sesuatu di atas tanah yang berkilauan. Ia mengernyit, lantas menunduk dan mengambil benda tersebut.Sebuah kalung emas dengan bandul huruf L yang di kedua sisinya terdapat ukiran sayap mungil, tak lain dan tak bukan adalah milik Luna. Yuda ingat pernah melihatnya di leher Luna. Berniat ingin mengembalikan, Yuda sempat berlari mengejar Luna. Akan tetapi tidak berlanjut sebab ia kehilangan jejak Luna.Yuda pun kembali ke bawah pohon, memasukkan kalung tersebut ke dalam tas. Ia pikir besok akan langsung mengembalikannya pada Luna.Yuda mengambil selimut yang dibawakan oleh Luna, berikut dengan tas ransel pink bergambar princess. Satu kotak yang berisi buah juga ditinggalkan Luna, katanya untuk makan malam Yuda.Bocah lelaki umur 7 tahun itu tersenyum tipis. Merogoh saku di mana ada uang 15 ribu dari sana. Yuda tidak mengemis, hanya saja kemarin ada kakak-kakak baik hati yang memberi uan

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Extra Part - Promise

    Luna bersiap pergi ke taman kota sekitar pukul 9 pagi seperti biasa. Dengan rambut dikuncir dua, Luna pamit pada Starla.“Mom sudah menyiapkan banyak bekal makanan untukmu. Semuanya sudah Mom masukkan dalam tas,” ucap Starla, mengelus rambut hitam Luna. “Masih tidak mau menceritakan pada Mom siapa temanmu itu?”Luna menggeleng polos. Sebenarnya dia ingin, namun Yuda melarangnya entah karena alasan apa.Starla menghela napas, mengecup kedua pipi Luna. “Baiklah jika kau masih menyimpan rahasia tentang temanmu itu. Tapi ingat pesan Mom, tetap hati-hati. Kau tidak tau dia punya niat jahat atau tidak.”“Dia baik, Mom,” kekeh Luna kecil.“Tetap saja kau harus berhati-hati. Ini Indonsesia, bukan Belanda di mana ayahmu mempunyai kekuasaan. Mengerti?”Lun

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Extra Part - Luna & Yuda

    Seperti bocah 5 tahun pada umumnya, Luna masih suka sekali bermain di luar rumah. Seperti siang hari ini, ia meminta ijin pada Starla untuk mengelilingi komplek perumahan, dan mampir ke taman bermain jika ia pulang agak lama.“Hati-hati, okay? Jangan menyeberang sembarangan. Jika ada orang asing yang memberimu makanan apapun, kau tidak boleh menerima. Masih ingat bukan, apa yang kau pelajari dari Mom dan Dad dulu tentang bagaimana menghadapi orang asing yang tidak kau kenal?” tanya Sivia sambil memasangkan sebuah tas ransel di punggung Luna.“Yes, Mommy. Aku tidak boleh mempercayai siapa pun,” jawab Luna sambil mengangguk-anggukkan kepala.“Good! Kau juga ingat bukan, jika beberapa hari yang lalu ada yang mencuri tasmu?”Luna meringis hingga barisan gigi putihnya terlihat s

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Extra Part - Yuda

    Tidak pernah sekalipun dalam bayangan Yuda bahwa ia akan mengalami nasib seperti ini. Dulu, ibu yang selalu ada untuknya telah tiada, karena penyakit yang dokter sebut sebagai kangker perut. Saat itu usia Yuda tepat 5 tahun.Selama hidup bersama ibu, Yuda tidak pernah mengenal ayah. Ibu tidak pernah bercerita apapun tentang pria itu. Pun Yuda tidak pernah bertanya. Entah kenapa ia merasa Ibu akan merasa sedih jika ia membahas tentang ayah.Namun, tepat 7 hari setelah ibu meninggal dan membuat Yuda hidup sebatang kara, datang seorang pria yang mengaku sebagai ayahnya. Namanya Heru.Heru memiliki penampilan bak preman, sesuai dengan siapa dirinya. Ia sering mabuk dan bermain judi. Tak jarang, ia juga membawa perempuan-perempuan asing ke rumah, menidurinya di setiap sudut rumah dan sama sekali tidak masalah jika Yuda melihat.Tak

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Extra Part - Pencuri Cilik

    “Luna! Ayo!” Darma berseru pada cucu perempuannya sambil menggandeng tangan kecil Ken.Kemarin, ia telah berjanji pada dua cucunya untuk mengajak mereka jalan-jalan. Dan sejak pagi tadi, Luna sudah merengek pada Darma, menuntut janji tersebut.Namun sekarang lihatlah siapa yang malah terlambat keluar dari kamar dan membuat Darma menunggu?“Iya, Kakek! Tunggu sebentar!” sahut Luna.Benar saja, tak lama kemudian gadis cilik itu keluar dari kamar. Dengan rambut hitam dikuncir dua, Luna juga membawa sebuah tas ransel.“Wah, cantik sekali cucuku!” puji Darma. Ia mengambil sepatu Luna dari rak kemudian menyuruh Luna untuk memakainya sendiri.“Ayo!” seru Luna setelah selesai memakai sepatu. Ia menggandeng tangan kiri Darma, sementara Ken menggandeng tangan kanan.

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Extra Part - Isaac & Samantha (Fin)

    Pesisir putih di sebuah pantai Malaysia tengah didekorasi sedemikian rupa dengan nuansa warna putih. Terdapat altar kecil dengan hiasan bunga-bunga, beberapa kursi yang jumlahnya bisa dihitung dengan jari, juga sebuah meja panjang berisi beberapa makanan sederhana.Matahari baru saja muncul sekitar satu jam yang lalu, namun karena termasuk salah satu negara tropis, hawa dingin yang terasa bukan menjadi masalah bagi Isaac. Seorang pria yang sudah rapi dengan balutan jas berwarna hitam. Rambutnya disisir rapi ke belakang, hal yang sangat jarang ia lakukan bahkan ke undangan-undangan pesta sekalipun.Tapi hari ini hari spesial untuk Isaac. Dengan hati berdegup kencang, matanya terus mengawasi dengan cemas ke arah karpet merah terbentang.“Ehem! Jadi, di mana mempelai wanitanya?” seorang kepala pastur bertanya dengan tidak sabar.

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Extra Part - War (2)

    5 Pria bawahan Abdul maju, menarik dan menyeret tubuh Isaac paksa keluar dari kamar. Pun dengan Rueben yang kakinya sudah terluka karena tertembak.Abdul mendengus, merapikan kemejanya yang sedikit lecek akibat perkelahian tadi. Ia menatap Samantha sambil tersenyum miring.“Sorry, Sweetheat. Ternyata kita kedatangan tamu tidak diundang. Sepertinya aku terlalu remeh dalam hal persembunyian.” Abdul menarik tubuh Samantha, memaksanya berdiri. Ia mencekal lengan kurus Sam keluar dari kamar, bergabung dengan para bawahannya.“Aku berjanji setelah ini aku akan memberikanmu malam indah tak terlupakan,” lanjut Abdul. Mengeluarkan pistol sembari menodongkannya di kepala Sam.“Jika kalian melawan, aku akan menembak gadis ini!” ancam Abdul pada Isaac dan Rueben yang masih mencoba memberontak.

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Extra Part - War

    Samantha selalu bertanya-tanya akan seperti apa akhir hidupnya dan di mana ia akan menghembuskan napas terakhir. Apakah ia akan meninggal di tanah kelahiran sang ibu, Belanda, Malaysia atau negara lain yang belum pernah ia kunjungi. Apakah ketika saat terakhirnya nanti akan ada seseorang di sampingnya atau dia akan sendirian. Dan yang lebih penting lagi kapan? Berapa tahun, bulan, hari atau jam lagi?Sekarang itu semua sudah terjawab. Bahwa ia akan meninggal di Malaysia, di sebuah apartemen karena ditembak oleh seorang pria bernama Abdul Razak, adik dari istri sah ayahnya. Dan itu akan terjadi beberapa jam lagi.Takut? Tentu. Panik? Jelas. Gemetaran? Tidak juga.Abdul Razak tengah mengiris steiknya dengan lihai, kemudian memakannya dengan penuh tata krama pria bangsawan. Sementara Samantha yang duduk di seberang meja menatap steiknya den

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Extra Part - Misi

    DOR!Suara tembakan itu membuat kedua mata Samantha terpejam erat. Jantungnya berdentum teramat kencang sehingga tubuhnya menegang. Jika sejak awal ia lemah, sudah pasti sekarang ia sudah pingsan.Terjadi keheningan beberapa saat sampai akhirnya Samantha berani membuka mata, menatap sosok pria dengan pistol yang ia arahkan pada atap. Dia menyeringai kejam melihat Samantha.“Itu sebagai peringatan saja,” ucap si pria. Kemudian ia mengarahkan pistolnya pada Samantha lagi, menyusuri wajah tersebut dengan ujungnya, membuat Sam mendongak. “Tapi next time, aku akan benar-benar melubangi kepalamu jika kau menolak.”Tersenyum, pria itu menyimpan kembali senjatanya ke dalam jas. Ia melirik arloji di tangan kemudian menatap Samantha lagi.“Sekarang aku harus pergi. Ada pekerjaan lain yan

DMCA.com Protection Status