Beranda / Romansa / Di Bawah Kendali sang CEO / Behind The Scene - Siasat Amy

Share

Behind The Scene - Siasat Amy

Penulis: Jihan Alezander
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-17 23:17:31

Seumur-umur, baru kali ini Amy dihina sedemikian rupa oleh seseorang.

Awalnya ia tidak ingin mengambil pusing. Amy adalah sosok wanita yang memiliki kemauan kuat. Apapun yang dia mau, dia cenderung akan mendapatkannya entah bagaimana pun caranya.

Erik baru saja melukai ego Amy. Pria itu mencekiknya dua kali dan terus mengatakan kalimat-kalimat penghinaan.

Murahan, katanya?

Tch!

Amy mencengkeram sebuah foto yang tergeletak di atas meja. Hatinya mendidih melihat gambar yang diambil oleh Dan di mana Erik nampak tersenyum bahagia dengan Starla. Gadis yang dia beli dengan sejumlah uang.

Mengepalkan tangan, mata Amy berkilat marah. Iris mata birunya menyiratkan dendam yang begitu besar. Akan tetapi, mulut yang tersungging senyum miring menggambarkan kelicikan.

“Lihat saja, Erik. Akan aku buat matamu terbuka. Ja-lang ini tidak pantas berada di sisimu. Sebaliknya, akulah yang pantas bersamamu.” Amy meremas seluruh bagian foto, membentuknya seperti bola kecil tidak berharga. Lalu melemparnya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Jebakan Amy

    Sejak Erik mengajak Starla untuk tinggal di mansion, pria itu pun melakukan apa yang ia ingin. Tanpa mengambil satu benda pun dari rumah yang dulu ditinggali oleh Starla, Erik mengisi kamar Starla—yang terletak tepat di samping kamar Erik—penuh dengan barang-barang baru. Seluruh pakaian pun Erik sendiri yang memilih, sama sekali tidak meminta pendapat Starla dalam hal ini.“Kau tau, terkadang aku ingin memakai celana juga.”Erik menyeringai. “Tapi kau tau aku tidak menyukainya. Karena jika kau memakai celana,” tangan Erik mengelus paha Starla, menyingkap rok wanita itu sedikit ke atas. “Aku tidak akan bisa sebebas ini menyentuhmu.”Wajah Starla memerah. Ia berdehem lalu sedikit menjauhkan tubuh agar Erik tidak melanjutkan aksinya. Starla sangat tau jika ia membiarkan, maka mereka akan berakhir dengan bercin-ta lagi. Meski sebenarnya ia tidak keberatan, tapi ini bukan saat yang tepat. Tidak ketika Erik sudah rapi de

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-18
  • Di Bawah Kendali sang CEO   Rapp*d

    "Apa kau baik-baik saja, Nona?" Groot bertanya setelah menghampiri Starla. Tetap menunjukkan wajah datar meskipun ia melihat Starla tengah mengusap air mata.Starla mengangguk. Kemudian berdiri. Menatap Groot dengan mata merah yang tidak bisa ia sembunyikan. "Kau sudah selesai makan siang?" Suara Starla terdengar tercekat di tenggorokan. Tanda jika ia tengah menahan diri agar tidak menangis di depan Groot."Ya.""Bisa kita pulang sekarang?"Alih-alih langsung menurut, Groot justru bertanya, "Apa wanita berambut merah tadi menyakitimu?""Tidak," geleng Starla. "Ayo pulang!" ajaknya meninggalkan meja.Groot sempat melirik mie cup milik Starla dan baru kali ini wanita itu tidak menghabiskannya. Berbalik, Groot pun masuk ke dalam mobil untuk mengantar Starla pulang ke rumah.Selama perjalanan, Starla membuang muka ke jendela. Memikirkan kembali kalimat-kalimat pernyataan Amy yang membuat hatinya sakit. Sampai air mata bening kembali berja

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-19
  • Di Bawah Kendali sang CEO   Sebelum Badai Bagian 1

    Isaac baru saja keluar dari sebuah kelab malam setelah bertemu dengan klien-nya. Mengambil sepuntung rokok dan menyalakannya, Isaac berjalan menyusuri gang-gang kecil yang sudah cukup gelap. Maklum saja, sebentar lagi musim dingin datang. Matahari tenggelam lebih cepat dari pada biasanya.Setelah mendapati tempat yang cukup sepi dan dirasa tidak terlalu berisik—pas untuk menenangkan pikiran sambil merokok—Isaac menyandarkan tubuh di sebuah tembok. Asap putih mengepul dari bibir tipisnya.Sreeek ... Blam!Suara pintu mobil yang dibuka dan ditutup membuat kepala Isaac refleks menoleh. Pria itu mengamati beberapa pria turun, membuka pintu tengah dan membopong tubuh seorang wanita yang terkulai lemas.Isaac mendengus kecil.Wanita itu mungkin sedang mabuk berat. Sehingga seluruh teman pria-nya perlu membawanya seperti itu.“Ah, bos! Biarkan aku saja yang—““Diam! Tunggu sampai dia

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-20
  • Di Bawah Kendali sang CEO   Sebelum Badai Bagian 2

    Erik masuk ke mansion dengan langkah setengah tidak sabar. Sebuah senyuman terukir di bibir, membayangkan Starla ada di depan pintu menyambutnya. Tanpa sehelai benang pun, dengan collar yang baru ia beli dan sikap penyerahan diri sepenuhnya.Rasanya Erik sudah sangat ingin mendomi-nasi tubuh Starla lagi. Membuat ia mengerang dibawahnya dan menyebut nama Erik berkali-kali. Percaya atau tidak, Erik menyukai hal tersebut. Suara yang keluar dari bibir Starla saat menyebut namanya terasa begitu pas, merdu dan menggoda. Membuat Erik tidak pernah puas atau bosan malah menginginkan lebih.Erik menghela napas. Tidak percaya jika dia akhirnya bisa memiliki seorang slave dalam jangka waktu lama. Biasanya dalam beberapa bulan ia memutuskan hubungan dengan submissivenya sebab pengakuan cinta mereka namun sampai sekarang Starla tidak pernah men

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-21
  • Di Bawah Kendali sang CEO   Menolak Mendengarkan

    "Aku pernah begitu mendamba sentuhanmu karena selalu ada kelembutan di sana. Namun ketika kelembutan itu menghilang, aku tidak merasakan apapun lagi."~ Starla Azkia ~***Starla baru saja tertidur sekitar lima belas menit yang lalu ketika tubuhnya di sentak untuk bangun. Mengerjab demi menyesuaikan cahaya yang masuk, Erik sudah menyeretnya turun dari ranjang an keluar dari kamar.“Erik,” tukas Starla, terseok-seok mengikuti langkah kaki Erik yang panjang dan cepat. Hampir saja Starla jatuh tersandung kakinya sendiri.Mengabaikan Starla, Erik membuka red room. Menyentak tangan Sta

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-22
  • Di Bawah Kendali sang CEO   Sebuah Mimpi

    Saat Starla membuka mata, ia menemukan diri sudah berada di kamar. Adrie sedang mengoleskan salep di tubuhnya sambil menahan tangis."Nona, kau sudah bangun!" seru Adrie bernapas lega. Hampir saja ia memeluk Starla jika ia tidak ingat dengan memar-memar di sekujur tubuh Starla.Starla mengerang pelan, merasakan tubuhnya remuk dan sakit di seluruh bagian tubuh."Jangan banyak bergerak dulu, Nona." Adrie mencegah Starla yang ingin beringsut duduk."Apa yang terjadi, Adrie?""Kau pingsan," jawab Adrie. "Lagi. Dan demam."Pantas saja Starla merasa kepalanya sedikit pusing dan sekujur tubuhnya terasa terbakar. Ternyata ia demam."Kau harus makan. Sudah seharian lebih kau tidak sadarkan diri," tukas Adrie. "Tapi sebelum itu, apakah Anda mengalami sakit yang luar biasa di bagian tertentu?"

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-23
  • Di Bawah Kendali sang CEO   Menunggu Hari Esok

    Espen sudah merasa curiga sejak menghilangnya Starla selama satu malam. Lebih lagi ketika Starla muncul tapi tidak ada Groot bersamanya. Malah Isaac yang ia temui.Kecurigaan Espen semakin bertambah karena hari-hari berikutnya Groot tidak juga kunjung kembali. Padahal Espen mengenal Groot cukup baik. Pria itu adalah tipe orang yang tidak akan pergi tanpa memberi kabar apalagi ini menyangkut dengan tugas dan pekerjaannya sebagai salah satu bawahan Erik.“Selamat pagi, Tuan Jensen,” sapa Espen, masuk ke dalam ruang makan di mana Erik sedang sarapan di temani seorang koki yang berdiri di sampingnya.Adrie yang berada dalam balik dapur melirik sekilas pada kehadiran Espen lalu melanjutkan kegiatannya; memotong-motong buah dan sayuran. Wanita paruh baya itu nampak lebih acuh dan dingin sejak ia tidak diijinkan lagi melayani Starla

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-24
  • Di Bawah Kendali sang CEO   Melihat yang Tidak Semestinya

    Sudah sejak kejadian malam di mana Starla hampir diperko-sa yang menyebabkan Erik salah paham, Starla terus mengirim pesan pada Erik untuk membicarakan yang sebenarnya terjadi. Biasanya Starla mengirim pesan malam sebelum ia tidur.Tak peduli hati dan fisiknya disakiti Erik berkali-kali—bahkan memar-memar di tangan, kaki dan perut masih terlihat jelas karena Erik yang selalu mengikatnya tiap malam dengan kencang dan mencambuknya sebelum menyetubuhinya dengan paksa—Starla tetap keras kepala mengiriminya pesan.Biasanya Erik hanya akan membacanya tanpa membalas. Lalu besok di malam hari ia akan datang, Starla ingin berbicara tapi pria itu sudah langsung menyeretnya ke red room. Bermain sepuasnya dengan tubuh Starla lalu meninggalkannya begitu saja.Starla tidak pernah putus asa. Meski ia menangis saat mengirimkan pesan

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-25

Bab terbaru

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Extra Part - Yuda (Fin)

    Luna sudah menyeberang jalan ketika iris mata hitam Yuda menangkap sesuatu di atas tanah yang berkilauan. Ia mengernyit, lantas menunduk dan mengambil benda tersebut.Sebuah kalung emas dengan bandul huruf L yang di kedua sisinya terdapat ukiran sayap mungil, tak lain dan tak bukan adalah milik Luna. Yuda ingat pernah melihatnya di leher Luna. Berniat ingin mengembalikan, Yuda sempat berlari mengejar Luna. Akan tetapi tidak berlanjut sebab ia kehilangan jejak Luna.Yuda pun kembali ke bawah pohon, memasukkan kalung tersebut ke dalam tas. Ia pikir besok akan langsung mengembalikannya pada Luna.Yuda mengambil selimut yang dibawakan oleh Luna, berikut dengan tas ransel pink bergambar princess. Satu kotak yang berisi buah juga ditinggalkan Luna, katanya untuk makan malam Yuda.Bocah lelaki umur 7 tahun itu tersenyum tipis. Merogoh saku di mana ada uang 15 ribu dari sana. Yuda tidak mengemis, hanya saja kemarin ada kakak-kakak baik hati yang memberi uan

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Extra Part - Promise

    Luna bersiap pergi ke taman kota sekitar pukul 9 pagi seperti biasa. Dengan rambut dikuncir dua, Luna pamit pada Starla.“Mom sudah menyiapkan banyak bekal makanan untukmu. Semuanya sudah Mom masukkan dalam tas,” ucap Starla, mengelus rambut hitam Luna. “Masih tidak mau menceritakan pada Mom siapa temanmu itu?”Luna menggeleng polos. Sebenarnya dia ingin, namun Yuda melarangnya entah karena alasan apa.Starla menghela napas, mengecup kedua pipi Luna. “Baiklah jika kau masih menyimpan rahasia tentang temanmu itu. Tapi ingat pesan Mom, tetap hati-hati. Kau tidak tau dia punya niat jahat atau tidak.”“Dia baik, Mom,” kekeh Luna kecil.“Tetap saja kau harus berhati-hati. Ini Indonsesia, bukan Belanda di mana ayahmu mempunyai kekuasaan. Mengerti?”Lun

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Extra Part - Luna & Yuda

    Seperti bocah 5 tahun pada umumnya, Luna masih suka sekali bermain di luar rumah. Seperti siang hari ini, ia meminta ijin pada Starla untuk mengelilingi komplek perumahan, dan mampir ke taman bermain jika ia pulang agak lama.“Hati-hati, okay? Jangan menyeberang sembarangan. Jika ada orang asing yang memberimu makanan apapun, kau tidak boleh menerima. Masih ingat bukan, apa yang kau pelajari dari Mom dan Dad dulu tentang bagaimana menghadapi orang asing yang tidak kau kenal?” tanya Sivia sambil memasangkan sebuah tas ransel di punggung Luna.“Yes, Mommy. Aku tidak boleh mempercayai siapa pun,” jawab Luna sambil mengangguk-anggukkan kepala.“Good! Kau juga ingat bukan, jika beberapa hari yang lalu ada yang mencuri tasmu?”Luna meringis hingga barisan gigi putihnya terlihat s

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Extra Part - Yuda

    Tidak pernah sekalipun dalam bayangan Yuda bahwa ia akan mengalami nasib seperti ini. Dulu, ibu yang selalu ada untuknya telah tiada, karena penyakit yang dokter sebut sebagai kangker perut. Saat itu usia Yuda tepat 5 tahun.Selama hidup bersama ibu, Yuda tidak pernah mengenal ayah. Ibu tidak pernah bercerita apapun tentang pria itu. Pun Yuda tidak pernah bertanya. Entah kenapa ia merasa Ibu akan merasa sedih jika ia membahas tentang ayah.Namun, tepat 7 hari setelah ibu meninggal dan membuat Yuda hidup sebatang kara, datang seorang pria yang mengaku sebagai ayahnya. Namanya Heru.Heru memiliki penampilan bak preman, sesuai dengan siapa dirinya. Ia sering mabuk dan bermain judi. Tak jarang, ia juga membawa perempuan-perempuan asing ke rumah, menidurinya di setiap sudut rumah dan sama sekali tidak masalah jika Yuda melihat.Tak

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Extra Part - Pencuri Cilik

    “Luna! Ayo!” Darma berseru pada cucu perempuannya sambil menggandeng tangan kecil Ken.Kemarin, ia telah berjanji pada dua cucunya untuk mengajak mereka jalan-jalan. Dan sejak pagi tadi, Luna sudah merengek pada Darma, menuntut janji tersebut.Namun sekarang lihatlah siapa yang malah terlambat keluar dari kamar dan membuat Darma menunggu?“Iya, Kakek! Tunggu sebentar!” sahut Luna.Benar saja, tak lama kemudian gadis cilik itu keluar dari kamar. Dengan rambut hitam dikuncir dua, Luna juga membawa sebuah tas ransel.“Wah, cantik sekali cucuku!” puji Darma. Ia mengambil sepatu Luna dari rak kemudian menyuruh Luna untuk memakainya sendiri.“Ayo!” seru Luna setelah selesai memakai sepatu. Ia menggandeng tangan kiri Darma, sementara Ken menggandeng tangan kanan.

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Extra Part - Isaac & Samantha (Fin)

    Pesisir putih di sebuah pantai Malaysia tengah didekorasi sedemikian rupa dengan nuansa warna putih. Terdapat altar kecil dengan hiasan bunga-bunga, beberapa kursi yang jumlahnya bisa dihitung dengan jari, juga sebuah meja panjang berisi beberapa makanan sederhana.Matahari baru saja muncul sekitar satu jam yang lalu, namun karena termasuk salah satu negara tropis, hawa dingin yang terasa bukan menjadi masalah bagi Isaac. Seorang pria yang sudah rapi dengan balutan jas berwarna hitam. Rambutnya disisir rapi ke belakang, hal yang sangat jarang ia lakukan bahkan ke undangan-undangan pesta sekalipun.Tapi hari ini hari spesial untuk Isaac. Dengan hati berdegup kencang, matanya terus mengawasi dengan cemas ke arah karpet merah terbentang.“Ehem! Jadi, di mana mempelai wanitanya?” seorang kepala pastur bertanya dengan tidak sabar.

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Extra Part - War (2)

    5 Pria bawahan Abdul maju, menarik dan menyeret tubuh Isaac paksa keluar dari kamar. Pun dengan Rueben yang kakinya sudah terluka karena tertembak.Abdul mendengus, merapikan kemejanya yang sedikit lecek akibat perkelahian tadi. Ia menatap Samantha sambil tersenyum miring.“Sorry, Sweetheat. Ternyata kita kedatangan tamu tidak diundang. Sepertinya aku terlalu remeh dalam hal persembunyian.” Abdul menarik tubuh Samantha, memaksanya berdiri. Ia mencekal lengan kurus Sam keluar dari kamar, bergabung dengan para bawahannya.“Aku berjanji setelah ini aku akan memberikanmu malam indah tak terlupakan,” lanjut Abdul. Mengeluarkan pistol sembari menodongkannya di kepala Sam.“Jika kalian melawan, aku akan menembak gadis ini!” ancam Abdul pada Isaac dan Rueben yang masih mencoba memberontak.

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Extra Part - War

    Samantha selalu bertanya-tanya akan seperti apa akhir hidupnya dan di mana ia akan menghembuskan napas terakhir. Apakah ia akan meninggal di tanah kelahiran sang ibu, Belanda, Malaysia atau negara lain yang belum pernah ia kunjungi. Apakah ketika saat terakhirnya nanti akan ada seseorang di sampingnya atau dia akan sendirian. Dan yang lebih penting lagi kapan? Berapa tahun, bulan, hari atau jam lagi?Sekarang itu semua sudah terjawab. Bahwa ia akan meninggal di Malaysia, di sebuah apartemen karena ditembak oleh seorang pria bernama Abdul Razak, adik dari istri sah ayahnya. Dan itu akan terjadi beberapa jam lagi.Takut? Tentu. Panik? Jelas. Gemetaran? Tidak juga.Abdul Razak tengah mengiris steiknya dengan lihai, kemudian memakannya dengan penuh tata krama pria bangsawan. Sementara Samantha yang duduk di seberang meja menatap steiknya den

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Extra Part - Misi

    DOR!Suara tembakan itu membuat kedua mata Samantha terpejam erat. Jantungnya berdentum teramat kencang sehingga tubuhnya menegang. Jika sejak awal ia lemah, sudah pasti sekarang ia sudah pingsan.Terjadi keheningan beberapa saat sampai akhirnya Samantha berani membuka mata, menatap sosok pria dengan pistol yang ia arahkan pada atap. Dia menyeringai kejam melihat Samantha.“Itu sebagai peringatan saja,” ucap si pria. Kemudian ia mengarahkan pistolnya pada Samantha lagi, menyusuri wajah tersebut dengan ujungnya, membuat Sam mendongak. “Tapi next time, aku akan benar-benar melubangi kepalamu jika kau menolak.”Tersenyum, pria itu menyimpan kembali senjatanya ke dalam jas. Ia melirik arloji di tangan kemudian menatap Samantha lagi.“Sekarang aku harus pergi. Ada pekerjaan lain yan

DMCA.com Protection Status