Sekian banyak mata tertuju pada wajah Karen. Beberapa mencela dan menghujat kejelekannya. Beberapa lainnya yang baru pertama kali melihat langsung penampilan Karen melongo, tidak percaya sosok buruk rupa yang digosipkan benar-benar ada. Ada juga yang tidak terkejut karena sudah tahu bentuk wajah Karen. Mereka hanya menonton untuk memuaskan rasa penasaran mereka.Karen bergeming di tempat dengan kepala tertunduk. Air mata mengalir deras dari wajahnya, hingga menetes ke atas meja. Pemandangan ini tertangkap seluruhnya oleh Nicholas. Laki-laki itu tampak memberi tatapan sedingin es."Kakak bisa lihat dengan jelas, ini Karen Wangsa dari kelas kami. Dia jelek sekali. Kakak yakin ini orang yang dicari?" Cindy berteriak keras, sengaja menekankan ucapannya kepada semua orang.Yabin terkesiap. Tak lama kemudian, dia melangkah mendekati Karen sambil tersenyum manis. "Karen, aku sudah menyukaimu sejak lama!"Seisi kelas seketika hening. Layaknya kuburan tanpa jangkrik di malam hari.Apa-apaan ini
Karen dan Yabin bersatu adalah pemandangan yang menjijikkan. Apa pun yang terjadi, keduanya tidak boleh bersatu."Kenapa?!" seru Cindy. Ada serpihan kesedihan terdengar di dalamnya. "Kak Yabin, Karen ini nggak cukup baik untukmu. Ada banyak sekali perempuan di sekolah ini. Siapa yang lebih jelek darinya? Siapa yang nggak lebih menarik darinya? Kalau pun nggak suka mereka, seenggaknya masih ada aku ...."Kesabaran Yabin sudah sampai batasnya. Dia menoleh lalu menatap Cindy. "Aku sama sekali nggak peduli dengan penampilannya. Apa yang kuperhatikan hanyalah kecantikan dari dalam! Menurutku, hati Karen sangat-sangat cantik. Seenggaknya jauh lebih cantik dari beberapa orang tertentu! Lagi pula, walaupun wajah Karen seperti ini, dia tetap akan menjadi malaikatku sampai seumur hidup dan aku nggak akan membiarkan seorang pun diam-diam mencelanya!"Tubuh Cindy bergetar. Dia menggigit bagian bawah bibirnya. Air mata mengalir deras di pipinya.Cindy adalah seorang dewi di kelas mereka. Penampilan
Semua penonton di tempat itu berubah senyap mendengar ucapan Karen. Perempuan itu berkata dia tidak menyukai Yabin Abisai? Atau lebih gamblang lagi, dia menolak pernyataan cinta Yabin secara mentah-mentah dan brutal?Mengapa?"Wow ... Karen benar-benar menolak Yabin ....""Hahaha ... dasar nggak tahu diri. Berani sekali dia menolak Kak Yabin!""Menggelikan! Dia punya hak apa menolak orang lain? Mungkin Yabin bisa menyukainya berkat doa para leluhur Karen di zaman dahulu, tapi bisa-bisanya perempuan itu menolak pernyataan cinta Yabin Abisai."Seisi kelas penuh dengan cela, cerca, dan cemooh yang tertuju pada satu orang. Semua memandang Karen dengan ekspresi dilebih-lebihkan. Beberapa bahkan sampai menggebrak meja dan kursi ke samping. Tatap mereka penuh tawa mengejek.Nicholas tidak menyangka Karen akan menolak segamblang ini, secara langsung dan spontan mengatakan dia tidak menyukai Yabin. Keberanian perempuan itu patut diacungi dua jempol. Karen memang hebat!Dengan mata melebar dia
Segala macam berita terus-menerus diperbaharui di forum. Sekali lagi, masalah tentang uang kas Perhimpunan Mahasiswa yang terhilang. Nicholas pun sekilas membaca judulnya, lalu mengesampingkannya.Karen fokus membaca sendirian. Sejak pagi hingga sore. Tanpa henti.Nicholas merasa sedikit khawatir melihat pemandangan ini. Dia memandang jam, waktu pulang sudah dekat, kemudian menarik Karen pergi. "Ayo, ikut aku keluar. Empat juta per jam. Kali ini aku nggak akan membohongimu!"Karen mendongak. Sorot matanya jelas menunjukkan perempuan itu lelah.Nicholas tidak tahu harus menangis atau tertawa. Jadi, dia menggapai pergelangan tangan perempuan itu dan berjalan menuju pintu.Di belakang mereka terdengar suara banyak orang mencela mereka. Segala macam dan jenis kata umpatan dikeluarkan tanpa terkecuali. Kalau bukan karena Karen, sudah sejak tadi Nicholas mencekik leher mereka dan seperti apa keluarga asal mereka.Setelah meninggalkan gedung kelas, Nicholas menarik napas panjang. Udara di lua
"Aku tidak ...." Awalnya, tatapan Karen terlihat sangat marah, tapi tiba-tiba dia menundukkan kepala dan melangkah mundur."Masih bilang tidak? Kalau kamu nggak menggoda dia, mana mungkin Kak Yabin menyukai gadis jelek seperti kamu? Kamu masih berani berdalih? Kamu bahkan nggak sebanding sama kelingking Kak Yabin! Berani-beraninya menolak Kak Yabin di depan umum."Kalimat itu terus berputar di kepala Karen. Seketika, wajah Karen pun memucat. Sampai sekarang, rambutnya masih terasa sangat sakit."Lancang!" Gadis ini langsung mendorong Karen hingga terjatuh."Karen, aku nyesal pernah satu asrama sama kamu! Kamu sudah mempermalukan asrama kita! Aku gak nyangka, kok bisa-bisanya kamu menolak Kak Yabin? Harusnya kamu berlutut di hadapan Kak Yabin dan mengatakan kalau kamu nggak pantas bersamanya. Kak Yabin berhak mencari wanita yang lebih baik!" Serena ikut berteriak."Nggak ngaca! Bagaimana kalau kita memberikannya pelajaran?" teriak gadis tinggi yang bernama Vania, lalu mengangkat tangann
Meskipun air danau tidak begitu dingin, kepala yang dicelupkan ke dalam air membuatnya kesulitan bernapas. Setelah dicelupkan beberapa kali, dia pun tersedak."Ada sesuatu di wajahnya ....""Eh, benar!"Entah siapa yang berteriak dari kejauhan sambil menunjuk wajah Karen.Seluruh tubuh Karen basah kuyup, dia terlihat sangat mengenaskan. Raut wajahnya yang putus asa, membuat beberapa orang merasa kasihan. Namun, bukannya menghiraukan ekspresi Karen yang menyedihkan, orang-orang malah memperhatikan lapisan plastik yang ada di wajahnya.Tak berapa lama, lapisan plastik yang tipis pun jatuh dan memperlihatkan wajah Karen yang mulus. Wajahnya yang basah membuat Karen terlihat seperti sekuntum teratai yang bermekaran di tengah danau."Dia ....""Dia ... Karen? Cantik banget?!"Semua orang berbisik sambil memperhatikan wajah Karen.Karen yang sekarang bukan lagi sosok jelek yang selalu di hina. Wajahnya terlihat seperti bidadari, bahkan primadona kampus pun tidak ada apa-apanya.Beberapa gadi
"Ke ... kenapa kayak gini?" Cindy ketakutan dan terjatuh ke atas aspal. Dia tidak memiliki niat membunuh, dia hanya ingin memberikan Karen pelajaran.Saking cemasnya, Serena juga mundur dan kabur. "Nggak ada hubungan sama aku, ya!""Aku juga tidak ikut campur!" teriak Vania.Semua orang tercengang melihat Serena dan Vania yang melarikan diri. Mereka semua masih kuliah, tidak pernah mengalami hal seperti ini. Kecelakaan ini jelas membuat mereka panik.Di saat bersamaan, dari kejauhan terdengar suara mesin Ferrari merah yang bergemuruh. Ferrari itu melaju kencang dan menabrak sekelompok gadis yang menindas Karen."Ah ...." Serena ketakutan sampai ngompol di celana.Wajah Vania juga memucat, dia melangkah mundur sampai terjatuh. Kedua kakinya terasa sangat lemas dan gemetaran.Setelah beberapa saat, Ferrari melaju ke arah Cindy dan berhenti tepat di depan lututnya."Ah, tolong!" Serena terus berteriak histeris."Pembunuhan! Ada yang mau menabrakku!""Tolong!"Suara teriakan mereka sontak
Melihat kaki Serena yang basah, orang-orang pun jijik dan melangkah mundur."Bi, lempar dia ke danau, dia bau banget!" kata Samantha sambil membuka pintu mobil.Setelah memindahkan Karen ke dalam mobil, Samantha pun melaju pergi.Dengan wajah dingin, Khaliza berjalan mendekati Serena, lalu menarik tangannya."Tolong ...." Serena ketakutan sampai meringkuk. "Ada yang mau menyiksaku! Apakah kalian akan diam saja?"Khaliza terlihat sangat menyeramkan, mana ada yang berani maju. Aura Khaliza sangat menakutkan, jangankan para mahasiswa ini, preman jalanan sekalipun mungkin bergidik melihatnya."Boom!" Serena terlempar ke dalam danau."Jangan!" Wajah Vania langsung berubah. "Maaf, jangan menceburkanku. Aku cuma gadis biasa, aku mohon ...."Khaliza menatapnya dengan tatapan dingin. Dia menarik kerah baju Vania, lalu mengangkatnya tinggi-tinggi dan melemparkannya."Kenapa kalian diam saja?" Cindy berteriak sambil melangkah mundur.Khaliza terlihat acuh tak acuh, dia tidak memedulikan pandangan
"Tidak ada yang boleh hidup," kata Nicholas dengan suara teredam.Sekarang Sandy mengalami kelumpuhan, entah kapan kondisinya bisa pulih. Dia kesulitan menggerakkan tubuh maupun berjalan.Sandy masih berusia 20 tahun. Nicholas tidak tega melihat semua kesialan yang menimpa sahabatnya.Setelah menutup telepon, Nicholas menggenggam erat ponselnya sambil berpikir. Perasaan Nicholas terasa berkecamuk.Untungnya nyawa Sandy masih bisa diselamatkan. Jika tidak, Nicholas akan menyesal seumur hidup.Sandy sudah sadarkan diri, sedangkan Master Howard harus diamputasi dan Thalia memerlukan setengah tahun untuk bisa turun dari tempat tidur. Mereka semua adalah orang-orang terdekat Nicholas. Selain mereka, 123 orang juga meninggal di Vila Megawan.Nicholas tidak pernah melupakan nyawa 123 orang itu.Bella berdiri di samping Nicholas. Dia agak ketakutan melihat raut wajah Nicholas yang tampak begitu tegang."Menurutmu, bagaimana selanjutnya?" tanya Nicholas."Temui Ken dan habisi dia!" jawab Bella.
"Pak Zain, kamu sudah melihat ketulusanku, 'kan?" tanya Jesslyn."Hmm, terima kasih banyak atas bantuanmu. Aku juga berterima kasih kepada 'Tuan' yang menyokongmu," jawab Zain."Pak, kamu adalah orang yang pintar, aku rasa kita tidak perlu saling berterima kasih. Seluruh masyarakat Kota Modu tahu bagaimana sejarah berdirinya Clear Group. Kalian memiliki reputasi yang tinggi di kalangan mafia. Meskipun berhasil menutupi semua kejahatan, pengaruh kalian masih begitu besar." Jesslyn tertawa menyindir. "Kita menghadapi orang dan masalah yang sama. Aku telah membereskan masalah kalian, sekarang kalian harus membantuku untuk menyelesaikan masalah kami."Ekspresi Zain sontak berubah. Sama seperti dugaannya, Jesslyn tidak mungkin membantu secara cuma-cuma."Kami sudah menemukan keberadaan Nicholas. Bawa orang-orangmu untuk menghabisinya. Tidak ada masalah, 'kan?" tanya Jesslyn tanpa basa-basi."Menghabisi Nicholas bukan pekerjaan yang mudah. Ditambah, aku sudah lama meninggalkan dunia mafia. R
"Semoga jawabanmu memuaskanku." Raut wajah Ken terlihat sangat puas.Jesslyn merasa agak rendah diri saat menatap Ken. Namun mengingat Ken adalah cucu inti dari Kakek Winata, Jesslyn pun menyingkirkan semua perasaan tidak enaknya."Besok aku ingin mengajak kakekmu untuk bertemu kakekku. Saat itu, orang yang bisa bertahan hidup tidaklah banyak. Bagaimana menurutmu?" tanya Ken.Jesslyn tercengang melihat kedua mata Ken yang tampak berapi-api. "Maksud ... maksudmu ....""Kalau kakekmu mengunjungi kakekku, kakekmu bisa memujiku sedikit di hadapan kakekku. Siapa tahu pujian kakekmu bisa sedikit membantu rencanaku? Bila aku berhasil menjadi pewaris, kamu akan menjadi istri dari cucu inti Keluarga Winata. Jika saat itu tiba, kamu bisa mendapatkan semua yang kamu inginkan."Sekujur tubuh Jesslyn bergetar, dia tidak pernah menyangka hari seperti ini akan datang. Jika yang dikatakan Ken benar, Keluarga Chaw bisa berdiri kembali, sedangkan derajat Jesslyn akan memelesat tinggi.Menyandang status
Pada sore hari, lampu-lampu di Vila Lacosta bersinar terang.Ken duduk di kursi sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan menyeringai jahat."Barusan Warren menelepon, dia bersedia bekerja saja," kata Jesslyn yang berdiri di samping Ken.Ken menjawab, "Kalau begitu ... kita bereskan dulu Clear Group.""Em." Jesslyn mengangguk."Semakin hari, kamu semakin menawan." Ken tertawa terbahak-bahak sambil menatap Jesslyn.Di saat Jesslyn tersipu malu, Ken mengulurkan tangan dan langsung menarik Jesslyn ke dalam dekapannya. Sembari memeluk Jesslyn, Ken menelepon Zara dan berkata, "Sudah tiga hari, aku ingin mendengar jawabanmu."Tidak terdengar suara di ujung telepon. Zara sedang memikirkan cara untuk menjawab pertanyaan Ken."Kali ini, kubu Keluarga Winata tidak serumit sebelumnya. Aku dan para sepupuku telah mencapai kesepakatan bersama. Kamu mengerti maksudku, 'kan?" tanya Ken."Kalian bekerja sama untuk menghabisi Nicholas?" Zara menarik napas panjang."Benar! Paman Dean terlalu kuat
Setelah setengah jam kemudian, Karen melarikan diri dan pergi ke ruangan Nicholas."Nicholas, Bella ... kasihan banget!" kata Karen dengan ekspresi sedih.Nicholas tersenyum kecut, dia hanya bisa menganggukkan kepala. Nicholas tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada Karen."Ba-bagaimana kalau aku pergi?" Karen mengangkat kepalanya."Kalau kamu pergi, dia harus menahannya," jawab Nicholas."Hmm, bagaimana kalau kamu saja yang membantunya?" tanya Karen.Nicholas tertegun. "Gadis bodoh. Bagaimana kalau terjadi sesuatu di antara kami?""Tidak boleh," Karen bergumam sambil memalingkan wajah.Nicholas tertawa terbahak-bahak sambil mengelus kepala Karen. "Jadi orang jangan terlalu baik. Yang ada malah dibohongi.""Bella sangat baik kepadaku, dia membelikanku baju. Oh ya, katanya dia mau mengajakku menonton konser," jawab Karen."Konser?" Nicholas mengerutkan alis."Iya, beberapa hari lagi ada konser. Bella sudah memesan tiketnya." Karen menatap Nicholas dengan mata berbinar-binar. "Kamu ma
"Apa?" Nicholas tersentak."Aku ...." Bella menggigit bibirnya dan menjawab, "Aku ingin mengajak Karen untuk mengobrol di kamarku ...."Nicholas mengerutkan alis saat mendengar permintaan Bella."Tenang saja, aku tidak akan menyakiti maupun membohongi Karen. Aku hanya, aku ...." Bella langsung berlutut dan memohon kepada Nicholas.Nicholas menghela napas sambil melambaikan tangannya. "Aku tidak masalah asalkan Karen tidak keberatan. Tapi kalau kamu memanfaatkannya, nasibmu akan berakhir mengenaskan!""Tidak, aku tidak akan memanfaatkannya." Bella tersenyum, dia bangkit berdiri dan pamit meninggalkan ruangan Nicholas.Nicholas memijat keningnya, kondisi Bella terlihat semakin parah. Nicholas telah mencari 7 hingga 8 dokter untuk mengobati Bella, tetapi tidak ada hasil yang memuaskan. Takutnya, Bella akan terjerumus semakin jauh.Bella kembali ke kamarnya untuk mengambil sehelai gaun yang telah disiapkan, lalu bergegas pergi menemui Karen."Ini ... untukku?" Karen melirik Bella dengan ti
Jansen sontak mengangkat kepalanya, dia menghela napas panjang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Di sebuah klub malam yang terletak tak jauh dari perusahaan Clear Group.Warren memanggil belasan gadis muda untuk menemaninya. Sembari memandang Gordon yang mencekoki diri dengan bir, Warren tersenyum dan berkata, "Kak Gordon, kalau kami bekerja sama dengan Jesslyn, apakah kamu akan membantu kami? Kamu tahu sendiri kemampuan Jesslyn, siapa tahu kita bisa menarik simpati anggota Keluarga Winata yang misterius itu? Aku membutuhkan bantuanmu, jangan sampai Jesslyn berkhianat dan menghabisi kami.""Tidak masalah." Gordon tersenyum kecil."Kak Gordon memang paling baik!" Warren tersenyum sambil memberikan tatapan misterius dan berbicara dengan suara teredam, "Barusan aku sudah menelepon adikku, dia sedang di dalam perjalanan kemari. Aku rasa masalah ini harus dibicarakan dengannya juga, bagaimana menurut Kak Gordon?"Gordon menatap Warren sambil menyeringai dingin. "Sebagai saudara yang baik
"Nona Jesslyn, sepertinya kamu belum mengetahui identitas Nicholas ...." Zain terlihat agak ragu."Aku tidak tahu?" Jesslyn tertawa mendengar ucapannya. "Di Kota Modu, aku adalah orang yang paling mengenal Nicholas. Keluarga Winata bukanlah keluarga sembarangan, orang seperti kamu dan aku tidak akan sanggup menumbangkannya. Tapi untungnya Nicholas berbeda dengan anggota keluarganya yang lain, dia lembek dan payah. Asalkan kamu mendengarkan perintahku, kita pasti bisa menghancurkan Nicholas. Selama Nicholas dihabisi di Kota Modu, tidak akan ada yang mempersulit kita. Sebaliknya, kita malah mendapatkan keuntungan.""Sebenarnya apa maumu?" tanya Zain."Apa mauku? Hahaha." Jesslyn tertawa terbahak-bahak, sorotan matanya dipenuhi kebencian. "Aku ingin Nicholas berlutut dan memohon kepadaku. Aku ingin semua orang yang berpihak kepada Nicholas mati satu per satu," jawab Jesslyn dengan tatapan kejam.Tatapan Zain tampak berkecamuk, dia tegang melihat wanita yang begitu kejam ini.Beberapa wakt
Ketika menjelang malam hari, sekelompok mobil berhenti di depan lobi perusahaan Clear Group.Belasan pengawal keluar dari mobil dan berjaga di sekitar. Ketika seorang pengawal membuka pintu mobil, Jesslyn beranjak keluar dengan mengenakan balutan gaun berwarna hitam.Jesslyn adalah wanita yang sangat cantik. Dandanan serta gaun yang dikenakan, membuatnya tampak seperti boneka cantik yang hidup.Gaun ini menonjolkan lekukan tubuhnya yang indah. Dari kejauhan, punggungnya indah berhasil memikat siapa pun yang menatapnya."Apakah penanggung jawab Clear Group berada di tempat? Jesslyn menghentikan langkah kakinya sambil menatap ke arah gedung perusahaan Clear Group."Ada. Kami telah menghubungi mereka, seharusnya semua sudah disiapkan." Jawab salah seorang pengawal.Jesslyn mengangguk dan melangkah masuk ke dalam perusahaan.Felixton Group pernah berurusan dengan Clear Group. Tumpang tindih di antara kedua belah pihak membuatnya sulit menghindari konflik yang ada. Setelah Jesslyn kembali,