"Aku tidak ...." Awalnya, tatapan Karen terlihat sangat marah, tapi tiba-tiba dia menundukkan kepala dan melangkah mundur."Masih bilang tidak? Kalau kamu nggak menggoda dia, mana mungkin Kak Yabin menyukai gadis jelek seperti kamu? Kamu masih berani berdalih? Kamu bahkan nggak sebanding sama kelingking Kak Yabin! Berani-beraninya menolak Kak Yabin di depan umum."Kalimat itu terus berputar di kepala Karen. Seketika, wajah Karen pun memucat. Sampai sekarang, rambutnya masih terasa sangat sakit."Lancang!" Gadis ini langsung mendorong Karen hingga terjatuh."Karen, aku nyesal pernah satu asrama sama kamu! Kamu sudah mempermalukan asrama kita! Aku gak nyangka, kok bisa-bisanya kamu menolak Kak Yabin? Harusnya kamu berlutut di hadapan Kak Yabin dan mengatakan kalau kamu nggak pantas bersamanya. Kak Yabin berhak mencari wanita yang lebih baik!" Serena ikut berteriak."Nggak ngaca! Bagaimana kalau kita memberikannya pelajaran?" teriak gadis tinggi yang bernama Vania, lalu mengangkat tangann
Meskipun air danau tidak begitu dingin, kepala yang dicelupkan ke dalam air membuatnya kesulitan bernapas. Setelah dicelupkan beberapa kali, dia pun tersedak."Ada sesuatu di wajahnya ....""Eh, benar!"Entah siapa yang berteriak dari kejauhan sambil menunjuk wajah Karen.Seluruh tubuh Karen basah kuyup, dia terlihat sangat mengenaskan. Raut wajahnya yang putus asa, membuat beberapa orang merasa kasihan. Namun, bukannya menghiraukan ekspresi Karen yang menyedihkan, orang-orang malah memperhatikan lapisan plastik yang ada di wajahnya.Tak berapa lama, lapisan plastik yang tipis pun jatuh dan memperlihatkan wajah Karen yang mulus. Wajahnya yang basah membuat Karen terlihat seperti sekuntum teratai yang bermekaran di tengah danau."Dia ....""Dia ... Karen? Cantik banget?!"Semua orang berbisik sambil memperhatikan wajah Karen.Karen yang sekarang bukan lagi sosok jelek yang selalu di hina. Wajahnya terlihat seperti bidadari, bahkan primadona kampus pun tidak ada apa-apanya.Beberapa gadi
"Ke ... kenapa kayak gini?" Cindy ketakutan dan terjatuh ke atas aspal. Dia tidak memiliki niat membunuh, dia hanya ingin memberikan Karen pelajaran.Saking cemasnya, Serena juga mundur dan kabur. "Nggak ada hubungan sama aku, ya!""Aku juga tidak ikut campur!" teriak Vania.Semua orang tercengang melihat Serena dan Vania yang melarikan diri. Mereka semua masih kuliah, tidak pernah mengalami hal seperti ini. Kecelakaan ini jelas membuat mereka panik.Di saat bersamaan, dari kejauhan terdengar suara mesin Ferrari merah yang bergemuruh. Ferrari itu melaju kencang dan menabrak sekelompok gadis yang menindas Karen."Ah ...." Serena ketakutan sampai ngompol di celana.Wajah Vania juga memucat, dia melangkah mundur sampai terjatuh. Kedua kakinya terasa sangat lemas dan gemetaran.Setelah beberapa saat, Ferrari melaju ke arah Cindy dan berhenti tepat di depan lututnya."Ah, tolong!" Serena terus berteriak histeris."Pembunuhan! Ada yang mau menabrakku!""Tolong!"Suara teriakan mereka sontak
Melihat kaki Serena yang basah, orang-orang pun jijik dan melangkah mundur."Bi, lempar dia ke danau, dia bau banget!" kata Samantha sambil membuka pintu mobil.Setelah memindahkan Karen ke dalam mobil, Samantha pun melaju pergi.Dengan wajah dingin, Khaliza berjalan mendekati Serena, lalu menarik tangannya."Tolong ...." Serena ketakutan sampai meringkuk. "Ada yang mau menyiksaku! Apakah kalian akan diam saja?"Khaliza terlihat sangat menyeramkan, mana ada yang berani maju. Aura Khaliza sangat menakutkan, jangankan para mahasiswa ini, preman jalanan sekalipun mungkin bergidik melihatnya."Boom!" Serena terlempar ke dalam danau."Jangan!" Wajah Vania langsung berubah. "Maaf, jangan menceburkanku. Aku cuma gadis biasa, aku mohon ...."Khaliza menatapnya dengan tatapan dingin. Dia menarik kerah baju Vania, lalu mengangkatnya tinggi-tinggi dan melemparkannya."Kenapa kalian diam saja?" Cindy berteriak sambil melangkah mundur.Khaliza terlihat acuh tak acuh, dia tidak memedulikan pandangan
"Bu Julia, lihat sikapnya, sama sekali tidak merasa bersalah. Langsung saja dikeluarkan, untuk apa membiarkan orang kayak gitu berkuliah di sini." Cindy marah sampai mengentakkan kaki."Orang seperti dia cuma bisa merusak nama baik kampus. Aku saja sampai malu mau mengaku berkuliah di sini." Cindy terus mengompori Julia."Nic, cepat minta maaf dan akui kesalahanmu!" Julia memerintahkan.Nicholas mengernyit, lalu berjalan sambil mengepalkan tinju."Nic, kamu mau apa? Ini sekolah, jangan macam-macam! Kalau kamu melukaiku, aku nggak akan melepaskanmu! Karen memang jelek, aku hanya mau menyadarkannya." Meskipun ketakutan, Cindy masih berlagak menantang.Nicholas mengangkat tangan, lalu mengerahkan seluruh tenaganya dan menampar Cindy."Plak!" Terdengar suara tamparan yang nyaring. Semua orang tercengang melihat tindakan Nicholas, tidak ada yang berani mengeluarkan komentar."Kamu berani memukulku?" Cindy tampak tidak percaya, apakah Nicholas sudah gila?"Berani-beraninya kamu memukulku? Ka
Setelah bertahun-tahun bekerja di kampus ini, Julia belum pernah bertemu dengan murid sekasar Nicholas. Hal ini membuat Julia sangat emosi.Kampus tidak akan menoleransi mahasiswa yang memukul murid dan gurunya sendiri. Nicholas harus segera dikeluarkan.Beberapa penjaga sekolah langsung mengepung Nicholas, tapi Khaliza bergegas mengadang dan melindungi Nicholas."Wanita ini, dia juga main tangan. Tangkap dia!" teriak Serena.Nicholas menoleh dan menatap Serena dengan tatapan dingin. Serena ketakutan melihat ekspresi Nicholas, dia langsung meringkuk dan terdiam."Ada apa ini?" tanya Edwin selaku rektor universitas. Setelah mendengar masalah ini, dia langsung bergegas kemari, dia tidak mungkin bisa tinggal diam. "Pak Edwin, semua ini salah Nicholas. Aku tidak peduli apa hubungan kalian, masalah ini harus diselesaikan secara adil!" Sophia berteriak sambil menunjuk Nicholas. "Berandalan seperti dia tidak berhak berkuliah di sini!"Edwin melirik Nicholas sambil berpikir, 'Apa yang Tuan Mu
"Kali ini, aku benar-benar akan menghabisimu!" jawab Nicholas dengan ekspresi muram.Begitu melihat ekspresi Nicholas, Cindy yang awalnya bersikap angkuh pun langsung merinding. Cindy tidak pernah merasa seperti ini. Rasanya, dia seperti ditatap oleh binatang buas yang bersiap menerkam mangsanya."Ayah, dia ...." Cindy menoleh sambil menangis. Dia berusaha mengesampingkan ketakutannya dan menunjuk Nicholas. "Dia memukuliku ....""Siapa yang berani memukul putriku?" Iko sangat marah saat melihat anaknya yang menangis tersedu-sedu."Pak Iko, berandalan ini telah memukul putrimu. Tidak hanya Cindy, dia juga memukul gurunya sendiri. Orang seperti dia harus dikeluarkan!" Julia menunjuk Nicholas dengan marah.Iko berjalan ke arah Nicholas, lalu mengangkat tangannya dan ingin menampar Nicholas. Namun, belum sempat menyentuh wajah Nicholas, Khaliza menahan tangan Iko. Melihat kesempatan ini, Nicholas pun mengangkat tangannya dan hendak membalas Iko. Sesaat menyadari pergerakan Nicholas, Cindy
"Nicholas!" Raut wajah Khaliza langsung berubah. Dia ingin mengadang Iko, tapi tampaknya sudah terlambat.Nicholas mengernyit, lalu menarik pergelangan tangan Iko dan ingin memelintirnya. Namun, gerakan Iko sangat cepat, dia melepaskan cengkraman tersebut sehingga pisau yang dipegang mengenai lengan Nicholas.Lengan Nicholas pun berdarah, tangan kanannya langsung kehilangan tenaga."Nic ...." Wajah Khaliza memucat, tatapannya terlihat mematikan.Sialan!Edwin sudah tidak dapat menahan kekesalannya. "Berhenti!"Cindy pun cemas, dia maju dan berkata, "Pak Polisi, Nicholas yang mulai duluan. Cepat, tahan orang gila itu. Kalau dibiarkan, dia bisa membunuh orang. Dia sudah gila, mau membunuh orang.""Benar, benar, dia sudah gila. Pak Polisi, cepat tempat dia ...." Julia tampak ketakutan.Dua orang polisi sudah mengeluarkan pistol, tapi tidak ada yang mengarahkannya kepada Nicholas. Sebaliknya, mereka justru mengarahkan pistol ke arah Iko."Angkat tanganmu dan letakkan di atas kepala!" Ekspr
"Tidak ada yang boleh hidup," kata Nicholas dengan suara teredam.Sekarang Sandy mengalami kelumpuhan, entah kapan kondisinya bisa pulih. Dia kesulitan menggerakkan tubuh maupun berjalan.Sandy masih berusia 20 tahun. Nicholas tidak tega melihat semua kesialan yang menimpa sahabatnya.Setelah menutup telepon, Nicholas menggenggam erat ponselnya sambil berpikir. Perasaan Nicholas terasa berkecamuk.Untungnya nyawa Sandy masih bisa diselamatkan. Jika tidak, Nicholas akan menyesal seumur hidup.Sandy sudah sadarkan diri, sedangkan Master Howard harus diamputasi dan Thalia memerlukan setengah tahun untuk bisa turun dari tempat tidur. Mereka semua adalah orang-orang terdekat Nicholas. Selain mereka, 123 orang juga meninggal di Vila Megawan.Nicholas tidak pernah melupakan nyawa 123 orang itu.Bella berdiri di samping Nicholas. Dia agak ketakutan melihat raut wajah Nicholas yang tampak begitu tegang."Menurutmu, bagaimana selanjutnya?" tanya Nicholas."Temui Ken dan habisi dia!" jawab Bella.
"Pak Zain, kamu sudah melihat ketulusanku, 'kan?" tanya Jesslyn."Hmm, terima kasih banyak atas bantuanmu. Aku juga berterima kasih kepada 'Tuan' yang menyokongmu," jawab Zain."Pak, kamu adalah orang yang pintar, aku rasa kita tidak perlu saling berterima kasih. Seluruh masyarakat Kota Modu tahu bagaimana sejarah berdirinya Clear Group. Kalian memiliki reputasi yang tinggi di kalangan mafia. Meskipun berhasil menutupi semua kejahatan, pengaruh kalian masih begitu besar." Jesslyn tertawa menyindir. "Kita menghadapi orang dan masalah yang sama. Aku telah membereskan masalah kalian, sekarang kalian harus membantuku untuk menyelesaikan masalah kami."Ekspresi Zain sontak berubah. Sama seperti dugaannya, Jesslyn tidak mungkin membantu secara cuma-cuma."Kami sudah menemukan keberadaan Nicholas. Bawa orang-orangmu untuk menghabisinya. Tidak ada masalah, 'kan?" tanya Jesslyn tanpa basa-basi."Menghabisi Nicholas bukan pekerjaan yang mudah. Ditambah, aku sudah lama meninggalkan dunia mafia. R
"Semoga jawabanmu memuaskanku." Raut wajah Ken terlihat sangat puas.Jesslyn merasa agak rendah diri saat menatap Ken. Namun mengingat Ken adalah cucu inti dari Kakek Winata, Jesslyn pun menyingkirkan semua perasaan tidak enaknya."Besok aku ingin mengajak kakekmu untuk bertemu kakekku. Saat itu, orang yang bisa bertahan hidup tidaklah banyak. Bagaimana menurutmu?" tanya Ken.Jesslyn tercengang melihat kedua mata Ken yang tampak berapi-api. "Maksud ... maksudmu ....""Kalau kakekmu mengunjungi kakekku, kakekmu bisa memujiku sedikit di hadapan kakekku. Siapa tahu pujian kakekmu bisa sedikit membantu rencanaku? Bila aku berhasil menjadi pewaris, kamu akan menjadi istri dari cucu inti Keluarga Winata. Jika saat itu tiba, kamu bisa mendapatkan semua yang kamu inginkan."Sekujur tubuh Jesslyn bergetar, dia tidak pernah menyangka hari seperti ini akan datang. Jika yang dikatakan Ken benar, Keluarga Chaw bisa berdiri kembali, sedangkan derajat Jesslyn akan memelesat tinggi.Menyandang status
Pada sore hari, lampu-lampu di Vila Lacosta bersinar terang.Ken duduk di kursi sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan menyeringai jahat."Barusan Warren menelepon, dia bersedia bekerja saja," kata Jesslyn yang berdiri di samping Ken.Ken menjawab, "Kalau begitu ... kita bereskan dulu Clear Group.""Em." Jesslyn mengangguk."Semakin hari, kamu semakin menawan." Ken tertawa terbahak-bahak sambil menatap Jesslyn.Di saat Jesslyn tersipu malu, Ken mengulurkan tangan dan langsung menarik Jesslyn ke dalam dekapannya. Sembari memeluk Jesslyn, Ken menelepon Zara dan berkata, "Sudah tiga hari, aku ingin mendengar jawabanmu."Tidak terdengar suara di ujung telepon. Zara sedang memikirkan cara untuk menjawab pertanyaan Ken."Kali ini, kubu Keluarga Winata tidak serumit sebelumnya. Aku dan para sepupuku telah mencapai kesepakatan bersama. Kamu mengerti maksudku, 'kan?" tanya Ken."Kalian bekerja sama untuk menghabisi Nicholas?" Zara menarik napas panjang."Benar! Paman Dean terlalu kuat
Setelah setengah jam kemudian, Karen melarikan diri dan pergi ke ruangan Nicholas."Nicholas, Bella ... kasihan banget!" kata Karen dengan ekspresi sedih.Nicholas tersenyum kecut, dia hanya bisa menganggukkan kepala. Nicholas tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada Karen."Ba-bagaimana kalau aku pergi?" Karen mengangkat kepalanya."Kalau kamu pergi, dia harus menahannya," jawab Nicholas."Hmm, bagaimana kalau kamu saja yang membantunya?" tanya Karen.Nicholas tertegun. "Gadis bodoh. Bagaimana kalau terjadi sesuatu di antara kami?""Tidak boleh," Karen bergumam sambil memalingkan wajah.Nicholas tertawa terbahak-bahak sambil mengelus kepala Karen. "Jadi orang jangan terlalu baik. Yang ada malah dibohongi.""Bella sangat baik kepadaku, dia membelikanku baju. Oh ya, katanya dia mau mengajakku menonton konser," jawab Karen."Konser?" Nicholas mengerutkan alis."Iya, beberapa hari lagi ada konser. Bella sudah memesan tiketnya." Karen menatap Nicholas dengan mata berbinar-binar. "Kamu ma
"Apa?" Nicholas tersentak."Aku ...." Bella menggigit bibirnya dan menjawab, "Aku ingin mengajak Karen untuk mengobrol di kamarku ...."Nicholas mengerutkan alis saat mendengar permintaan Bella."Tenang saja, aku tidak akan menyakiti maupun membohongi Karen. Aku hanya, aku ...." Bella langsung berlutut dan memohon kepada Nicholas.Nicholas menghela napas sambil melambaikan tangannya. "Aku tidak masalah asalkan Karen tidak keberatan. Tapi kalau kamu memanfaatkannya, nasibmu akan berakhir mengenaskan!""Tidak, aku tidak akan memanfaatkannya." Bella tersenyum, dia bangkit berdiri dan pamit meninggalkan ruangan Nicholas.Nicholas memijat keningnya, kondisi Bella terlihat semakin parah. Nicholas telah mencari 7 hingga 8 dokter untuk mengobati Bella, tetapi tidak ada hasil yang memuaskan. Takutnya, Bella akan terjerumus semakin jauh.Bella kembali ke kamarnya untuk mengambil sehelai gaun yang telah disiapkan, lalu bergegas pergi menemui Karen."Ini ... untukku?" Karen melirik Bella dengan ti
Jansen sontak mengangkat kepalanya, dia menghela napas panjang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Di sebuah klub malam yang terletak tak jauh dari perusahaan Clear Group.Warren memanggil belasan gadis muda untuk menemaninya. Sembari memandang Gordon yang mencekoki diri dengan bir, Warren tersenyum dan berkata, "Kak Gordon, kalau kami bekerja sama dengan Jesslyn, apakah kamu akan membantu kami? Kamu tahu sendiri kemampuan Jesslyn, siapa tahu kita bisa menarik simpati anggota Keluarga Winata yang misterius itu? Aku membutuhkan bantuanmu, jangan sampai Jesslyn berkhianat dan menghabisi kami.""Tidak masalah." Gordon tersenyum kecil."Kak Gordon memang paling baik!" Warren tersenyum sambil memberikan tatapan misterius dan berbicara dengan suara teredam, "Barusan aku sudah menelepon adikku, dia sedang di dalam perjalanan kemari. Aku rasa masalah ini harus dibicarakan dengannya juga, bagaimana menurut Kak Gordon?"Gordon menatap Warren sambil menyeringai dingin. "Sebagai saudara yang baik
"Nona Jesslyn, sepertinya kamu belum mengetahui identitas Nicholas ...." Zain terlihat agak ragu."Aku tidak tahu?" Jesslyn tertawa mendengar ucapannya. "Di Kota Modu, aku adalah orang yang paling mengenal Nicholas. Keluarga Winata bukanlah keluarga sembarangan, orang seperti kamu dan aku tidak akan sanggup menumbangkannya. Tapi untungnya Nicholas berbeda dengan anggota keluarganya yang lain, dia lembek dan payah. Asalkan kamu mendengarkan perintahku, kita pasti bisa menghancurkan Nicholas. Selama Nicholas dihabisi di Kota Modu, tidak akan ada yang mempersulit kita. Sebaliknya, kita malah mendapatkan keuntungan.""Sebenarnya apa maumu?" tanya Zain."Apa mauku? Hahaha." Jesslyn tertawa terbahak-bahak, sorotan matanya dipenuhi kebencian. "Aku ingin Nicholas berlutut dan memohon kepadaku. Aku ingin semua orang yang berpihak kepada Nicholas mati satu per satu," jawab Jesslyn dengan tatapan kejam.Tatapan Zain tampak berkecamuk, dia tegang melihat wanita yang begitu kejam ini.Beberapa wakt
Ketika menjelang malam hari, sekelompok mobil berhenti di depan lobi perusahaan Clear Group.Belasan pengawal keluar dari mobil dan berjaga di sekitar. Ketika seorang pengawal membuka pintu mobil, Jesslyn beranjak keluar dengan mengenakan balutan gaun berwarna hitam.Jesslyn adalah wanita yang sangat cantik. Dandanan serta gaun yang dikenakan, membuatnya tampak seperti boneka cantik yang hidup.Gaun ini menonjolkan lekukan tubuhnya yang indah. Dari kejauhan, punggungnya indah berhasil memikat siapa pun yang menatapnya."Apakah penanggung jawab Clear Group berada di tempat? Jesslyn menghentikan langkah kakinya sambil menatap ke arah gedung perusahaan Clear Group."Ada. Kami telah menghubungi mereka, seharusnya semua sudah disiapkan." Jawab salah seorang pengawal.Jesslyn mengangguk dan melangkah masuk ke dalam perusahaan.Felixton Group pernah berurusan dengan Clear Group. Tumpang tindih di antara kedua belah pihak membuatnya sulit menghindari konflik yang ada. Setelah Jesslyn kembali,