"Dengar baik-baik, aku dari Ventura Capital Finance ...," ujar Xavier dengan kesal."Siapa pun tidak bisa menghentikan kami," balas Jane dengan tegas.Xavier merasa jengkel dengan perlakuan ini sehingga ingin menyahut lagi. Namun, begitu teringat bahwa ada pemilik kartu diamond di pesawat ini, dia mulai ragu kembali. Bukankah waktunya akan terbuang jika pria tua itu juga ingin mengusirnya nanti? Apakah pantas baginya untuk menyinggung orang lain hanya untuk wanita yang baru ditemuinya?Setelah berpikir dengan cermat, Xavier berbalik dan kembali ke tempat duduknya."Pak Xavier, bagaimana?" tanya Hamish yang menghampirinya."Sudah aman. Pesawat akan langsung menuju ke Kota Modu," jawab Xavier."Baguslah." Hamish pun merasa senang. Sesudah kembali ke kursinya, dia berbisik untuk memberi tahu Tania.Tania tentu merasa gembira. Begitu teringat pada pemilik kartu diamond itu, dia seketika tersenyum menghina dalam hati. Apa hebatnya anggota diamond? Di hadapan Ventura Capital Finance, pria tu
Xavier juga ingin menunjukkan kehebatannya di depan Tania.Keduanya sama-sama mempercepat langkah kaki mereka. Setelah berjalan sekitar puluhan meter, Xavier seketika terperangah.Nicholas berdiri di pintu masuk dengan diikuti oleh Zeffrey dan Bella. Sepasang matanya pun menatap lekat-lekat Karen yang berada di depan.Karen terlihat seperti gadis kecil yang membuat kesalahan. Dia menunduk sembari mengusap ujung bajunya dengan gelisah."Aku ... aku kemari karena ingin melihat-lihat ...," ujar Karen dengan lirih.Nicholas merasa sangat tidak berdaya mendengar nada bicara Karen. Jika Karen belum naik ke pesawat, Nicholas pasti akan melarangnya datang. Bagaimanapun, Nicholas datang ke Kota Modu karena ada urusan penting dan bukan bertamasya.Risiko akibat perpecahan Keluarga Winata sudah mulai terlihat di Kota Modu. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya."Kak Nicholas, Kak Karen merindukanmu!" seru Lily sambil terkekeh-kekeh."Mana ada ...," bantah Karen yang tersipu dan ma
"Kamu urus masalah ini sendiri," perintah Nicholas sambil melirik Tania dengan dingin. Dia sudah tahu kejadian di dalam pesawat.Wajah Xavier tampak pucat pasi. Dia bahkan bergidik ngeri untuk sesaat.Tania baru sadar apa yang telah terjadi. Dia bergegas menjelaskan, "Kak Xavier, dengarkan aku dulu.""Mendengarmu? Mendengar apanya? Kamu sengaja mempersulit Nyonya Muda di pesawat, sekarang masih ingin memberi penjelasan?" sahut Xavier yang benar-benar murka dengan tindakan bodoh Tania. Dia sudah mengangkat tangannya untuk menampar Tania lagi.Plak plak plak ....Nyonya Muda?Tamparan tersebut membuat Tania merasa pusing. Namun, dia segera menyadari bahwa Nicholas dan Karen ini bukanlah orang biasa. Jika tidak, Xavier tidak mungkin bersikap seperti ini kepadanya."Karen, Karen!" Tania buru-buru berbalik, lalu berlutut di tanah dan memohon, "Karen, aku sangat baik kepadamu dulu. Bantu aku. Aku nggak akan berani melawanmu lagi. Semua ini salahku. Tolong bantu aku ...."Karen terkejut hingg
Ini jelas-jelas bukan membawa mobil, tapi membawa rombongan mobil!Lena merinding melihatnya. Dia langsung teringat pada Tania yang berada di area penjemputan. Ketika teringat pada kekasih Karen, dia akhirnya mengerti apa yang telah terjadi.Mungkin, Karen menelepon kekasihnya ini sehingga kekasihnya membawa orang-orang kemari untuk melampiaskan kekesalannya?Benar, seharusnya memang begitu!Raut wajah Lena seketika menjadi buruk setelah memikirkan ini. Dia membawa orang-orang masuk ke mobil dengan ekspresi datar.Karen ini benar-benar tidak bisa diusik!Seberapa kaya keluarga mereka sampai-sampai bisa membawa rombongan mobil seperti ini? Puluhan Mercedes-Benz dan satu Rolls-Royce ini jelas tidak bisa ditumpangi orang biasa.Faktanya, Lena sudah salah. Yang menelepon Nicholas bukanlah Karen, melainkan Lily. Ketika di tengah perjalanan, Lily diam-diam mengirim pesan kepada Nicholas. Jika tidak, Nicholas tidak akan tahu bahwa Karen datang ke Kota Modu.Setelah rombongan mobil pergi, Xavi
"Kita mungkin harus menunggu beberapa hari lagi untuk memastikan kondisi Sandy. Kalau dia bisa siuman dalam minggu ini, itu artinya dia masih bisa diselamatkan. Kalau nggak, dia mungkin akan terus berada dalam kondisi koma," jelas Howard.Nicholas mengangguk dengan ekspresi dingin."Kalau Keluarga Winata adalah dalang di balik semua ini, masalahnya akan menjadi lebih rumit. Selain itu, Nona Karen mungkin akan berada dalam bahaya," ujar Howard setelah berpikir dengan cermat.Nicholas mengangguk lagi, lalu memerintahkan, "Suruh Thalia kemari.""Ya, ada bagusnya juga," sahut Howard sambil mengangguk dan tidak berbicara terlalu banyak.Thalia adalah pengawal ibu Nicholas. Kelompok mereka terdiri dari Tabhita, Talisha, Tanisha, dan Thalia. Keempat orang ini bertanggung jawab untuk melindungi ibunya sehingga ibunya berani bersikap sombong dan semena-mena selama ini.Ibu Nicholas terkenal akan keangkuhannya. Tidak peduli di mana dan dengan siapa, ibunya ini selalu tak kenal takut. Sikapnya in
Bella berjalan keluar dari kamar dengan antusias. Dia kebetulan melihat Karen yang baru tiba di lantai atas sambil menggandeng Lily. Setelah bergegas mengangguk untuk menyapa, Bella pun mundur tanpa berniat melihat Karen lebih lama.Karen tentu mengenalnya. Waktu itu, Bella yang memfitnahnya dan membuat hubungannya dengan Nicholas menjadi buruk. Jika tidak ada Bella, mungkin tidak ada harta berharga toko giok tersebut.Saat ini, Karen merasa tidak nyaman saat melihat Bella mundur dan menundukkan kepalanya. Wajah Karen pun memerah. Dia ikut menunduk, lalu membawa Lily ke dalam kamar Nicholas.Lily masih kekanak-kanakan sehingga penasaran dengan semua yang dia lihat. Begitu melihat sofa di dalam, dia buru-buru berlari mendekati."Pelan sedikit," tegur Karen segera. Akan tetapi, tangannya ditarik oleh Lily sehingga Karen hampir menabrak Bella.Bella pun terkesiap. Dia bergegas mundur dan merasa agak kesal dengan kejadian ini."Ah!" teriak Karen. Tangannya tidak sengaja mendorong Bella hin
Menjelang malam hari, Howard memasuki Vila Megawan dan melapor, "Thalia sudah datang."Nicholas gembira mendengarnya. Dia buru-buru keluar, lalu melihat seorang wanita berpakaian hitam di pintu masuk.Wanita ini kira-kira berusia 38 tahun. Sudut matanya sudah agak berkeriput, tetapi dia masih terlihat anggun."Nicholas." Thalia mengulurkan satu tangannya untuk mengelus kepala Nicholas, lalu berkata, "Kamu sudah besar, ya? Kamu bahkan lebih tinggi dariku sekarang.""Nggak, nggak," sahut Nicholas sembari tersenyum. Penampilannya tampak sangat patuh.Nicholas memiliki kesan mendalam terhadap wanita ini. Ketika masih kecil, para pengawal wanita ini pernah menggendongnya.Pada saat yang sama, sebuah Lamborghini berhenti di puluhan meter dari Vila Megawan.Stefano keluar dari mobil, lalu tersenyum sinis dan berkata, "Hari ini, aku akan menunjukkan sesuatu yang menarik untukmu."Jesslyn mengenakan terusan berwarna hitam yang menampilkan lekukan tubuhnya dengan sempurna. Sesudah membuka pintu
Saat ini, terlihat 3 buah mobil melaju dengan perlahan di jarak 1,5 kilometer dari Vila Megawan.Begitu terdengar dentuman keras, api seketika membubung tinggi di Vila Megawan. Kobaran api ini tampak sangat mengerikan.Karen berada di dalam mobil. Ketika melihat api tersebut, wajahnya langsung menjadi pucat."Apa yang terjadi?" tanya Karen.Zeffrey yang mengemudikan mobil juga melihat kobaran api itu. Dia terkesiap, lalu menginjak pedal gas dan menyerbu ke lereng gunung di kejauhan dengan cepat."Vila! Nicholas masih berada di dalam vila!" teriak Karen dengan sekujur tubuh yang gemetaran."Cepat balik!" seru Bella sembari membelalakkan matanya.Lily juga terkejut. Dia mencebik sambil bergumam, "Kak Nicholas ...."Kecepatan mobil seketika meningkat. Mobil melaju ke Vila Megawan dengan kecepatan tinggi. Tidak sampai 3 menit, mereka sudah tiba di pintu masuk vila.Vila yang begitu besar diselimuti oleh si jago merah."Nicholas!" teriak Karen dengan panik. Air matanya berlinang dengan dera
"Tidak ada yang boleh hidup," kata Nicholas dengan suara teredam.Sekarang Sandy mengalami kelumpuhan, entah kapan kondisinya bisa pulih. Dia kesulitan menggerakkan tubuh maupun berjalan.Sandy masih berusia 20 tahun. Nicholas tidak tega melihat semua kesialan yang menimpa sahabatnya.Setelah menutup telepon, Nicholas menggenggam erat ponselnya sambil berpikir. Perasaan Nicholas terasa berkecamuk.Untungnya nyawa Sandy masih bisa diselamatkan. Jika tidak, Nicholas akan menyesal seumur hidup.Sandy sudah sadarkan diri, sedangkan Master Howard harus diamputasi dan Thalia memerlukan setengah tahun untuk bisa turun dari tempat tidur. Mereka semua adalah orang-orang terdekat Nicholas. Selain mereka, 123 orang juga meninggal di Vila Megawan.Nicholas tidak pernah melupakan nyawa 123 orang itu.Bella berdiri di samping Nicholas. Dia agak ketakutan melihat raut wajah Nicholas yang tampak begitu tegang."Menurutmu, bagaimana selanjutnya?" tanya Nicholas."Temui Ken dan habisi dia!" jawab Bella.
"Pak Zain, kamu sudah melihat ketulusanku, 'kan?" tanya Jesslyn."Hmm, terima kasih banyak atas bantuanmu. Aku juga berterima kasih kepada 'Tuan' yang menyokongmu," jawab Zain."Pak, kamu adalah orang yang pintar, aku rasa kita tidak perlu saling berterima kasih. Seluruh masyarakat Kota Modu tahu bagaimana sejarah berdirinya Clear Group. Kalian memiliki reputasi yang tinggi di kalangan mafia. Meskipun berhasil menutupi semua kejahatan, pengaruh kalian masih begitu besar." Jesslyn tertawa menyindir. "Kita menghadapi orang dan masalah yang sama. Aku telah membereskan masalah kalian, sekarang kalian harus membantuku untuk menyelesaikan masalah kami."Ekspresi Zain sontak berubah. Sama seperti dugaannya, Jesslyn tidak mungkin membantu secara cuma-cuma."Kami sudah menemukan keberadaan Nicholas. Bawa orang-orangmu untuk menghabisinya. Tidak ada masalah, 'kan?" tanya Jesslyn tanpa basa-basi."Menghabisi Nicholas bukan pekerjaan yang mudah. Ditambah, aku sudah lama meninggalkan dunia mafia. R
"Semoga jawabanmu memuaskanku." Raut wajah Ken terlihat sangat puas.Jesslyn merasa agak rendah diri saat menatap Ken. Namun mengingat Ken adalah cucu inti dari Kakek Winata, Jesslyn pun menyingkirkan semua perasaan tidak enaknya."Besok aku ingin mengajak kakekmu untuk bertemu kakekku. Saat itu, orang yang bisa bertahan hidup tidaklah banyak. Bagaimana menurutmu?" tanya Ken.Jesslyn tercengang melihat kedua mata Ken yang tampak berapi-api. "Maksud ... maksudmu ....""Kalau kakekmu mengunjungi kakekku, kakekmu bisa memujiku sedikit di hadapan kakekku. Siapa tahu pujian kakekmu bisa sedikit membantu rencanaku? Bila aku berhasil menjadi pewaris, kamu akan menjadi istri dari cucu inti Keluarga Winata. Jika saat itu tiba, kamu bisa mendapatkan semua yang kamu inginkan."Sekujur tubuh Jesslyn bergetar, dia tidak pernah menyangka hari seperti ini akan datang. Jika yang dikatakan Ken benar, Keluarga Chaw bisa berdiri kembali, sedangkan derajat Jesslyn akan memelesat tinggi.Menyandang status
Pada sore hari, lampu-lampu di Vila Lacosta bersinar terang.Ken duduk di kursi sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan menyeringai jahat."Barusan Warren menelepon, dia bersedia bekerja saja," kata Jesslyn yang berdiri di samping Ken.Ken menjawab, "Kalau begitu ... kita bereskan dulu Clear Group.""Em." Jesslyn mengangguk."Semakin hari, kamu semakin menawan." Ken tertawa terbahak-bahak sambil menatap Jesslyn.Di saat Jesslyn tersipu malu, Ken mengulurkan tangan dan langsung menarik Jesslyn ke dalam dekapannya. Sembari memeluk Jesslyn, Ken menelepon Zara dan berkata, "Sudah tiga hari, aku ingin mendengar jawabanmu."Tidak terdengar suara di ujung telepon. Zara sedang memikirkan cara untuk menjawab pertanyaan Ken."Kali ini, kubu Keluarga Winata tidak serumit sebelumnya. Aku dan para sepupuku telah mencapai kesepakatan bersama. Kamu mengerti maksudku, 'kan?" tanya Ken."Kalian bekerja sama untuk menghabisi Nicholas?" Zara menarik napas panjang."Benar! Paman Dean terlalu kuat
Setelah setengah jam kemudian, Karen melarikan diri dan pergi ke ruangan Nicholas."Nicholas, Bella ... kasihan banget!" kata Karen dengan ekspresi sedih.Nicholas tersenyum kecut, dia hanya bisa menganggukkan kepala. Nicholas tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada Karen."Ba-bagaimana kalau aku pergi?" Karen mengangkat kepalanya."Kalau kamu pergi, dia harus menahannya," jawab Nicholas."Hmm, bagaimana kalau kamu saja yang membantunya?" tanya Karen.Nicholas tertegun. "Gadis bodoh. Bagaimana kalau terjadi sesuatu di antara kami?""Tidak boleh," Karen bergumam sambil memalingkan wajah.Nicholas tertawa terbahak-bahak sambil mengelus kepala Karen. "Jadi orang jangan terlalu baik. Yang ada malah dibohongi.""Bella sangat baik kepadaku, dia membelikanku baju. Oh ya, katanya dia mau mengajakku menonton konser," jawab Karen."Konser?" Nicholas mengerutkan alis."Iya, beberapa hari lagi ada konser. Bella sudah memesan tiketnya." Karen menatap Nicholas dengan mata berbinar-binar. "Kamu ma
"Apa?" Nicholas tersentak."Aku ...." Bella menggigit bibirnya dan menjawab, "Aku ingin mengajak Karen untuk mengobrol di kamarku ...."Nicholas mengerutkan alis saat mendengar permintaan Bella."Tenang saja, aku tidak akan menyakiti maupun membohongi Karen. Aku hanya, aku ...." Bella langsung berlutut dan memohon kepada Nicholas.Nicholas menghela napas sambil melambaikan tangannya. "Aku tidak masalah asalkan Karen tidak keberatan. Tapi kalau kamu memanfaatkannya, nasibmu akan berakhir mengenaskan!""Tidak, aku tidak akan memanfaatkannya." Bella tersenyum, dia bangkit berdiri dan pamit meninggalkan ruangan Nicholas.Nicholas memijat keningnya, kondisi Bella terlihat semakin parah. Nicholas telah mencari 7 hingga 8 dokter untuk mengobati Bella, tetapi tidak ada hasil yang memuaskan. Takutnya, Bella akan terjerumus semakin jauh.Bella kembali ke kamarnya untuk mengambil sehelai gaun yang telah disiapkan, lalu bergegas pergi menemui Karen."Ini ... untukku?" Karen melirik Bella dengan ti
Jansen sontak mengangkat kepalanya, dia menghela napas panjang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Di sebuah klub malam yang terletak tak jauh dari perusahaan Clear Group.Warren memanggil belasan gadis muda untuk menemaninya. Sembari memandang Gordon yang mencekoki diri dengan bir, Warren tersenyum dan berkata, "Kak Gordon, kalau kami bekerja sama dengan Jesslyn, apakah kamu akan membantu kami? Kamu tahu sendiri kemampuan Jesslyn, siapa tahu kita bisa menarik simpati anggota Keluarga Winata yang misterius itu? Aku membutuhkan bantuanmu, jangan sampai Jesslyn berkhianat dan menghabisi kami.""Tidak masalah." Gordon tersenyum kecil."Kak Gordon memang paling baik!" Warren tersenyum sambil memberikan tatapan misterius dan berbicara dengan suara teredam, "Barusan aku sudah menelepon adikku, dia sedang di dalam perjalanan kemari. Aku rasa masalah ini harus dibicarakan dengannya juga, bagaimana menurut Kak Gordon?"Gordon menatap Warren sambil menyeringai dingin. "Sebagai saudara yang baik
"Nona Jesslyn, sepertinya kamu belum mengetahui identitas Nicholas ...." Zain terlihat agak ragu."Aku tidak tahu?" Jesslyn tertawa mendengar ucapannya. "Di Kota Modu, aku adalah orang yang paling mengenal Nicholas. Keluarga Winata bukanlah keluarga sembarangan, orang seperti kamu dan aku tidak akan sanggup menumbangkannya. Tapi untungnya Nicholas berbeda dengan anggota keluarganya yang lain, dia lembek dan payah. Asalkan kamu mendengarkan perintahku, kita pasti bisa menghancurkan Nicholas. Selama Nicholas dihabisi di Kota Modu, tidak akan ada yang mempersulit kita. Sebaliknya, kita malah mendapatkan keuntungan.""Sebenarnya apa maumu?" tanya Zain."Apa mauku? Hahaha." Jesslyn tertawa terbahak-bahak, sorotan matanya dipenuhi kebencian. "Aku ingin Nicholas berlutut dan memohon kepadaku. Aku ingin semua orang yang berpihak kepada Nicholas mati satu per satu," jawab Jesslyn dengan tatapan kejam.Tatapan Zain tampak berkecamuk, dia tegang melihat wanita yang begitu kejam ini.Beberapa wakt
Ketika menjelang malam hari, sekelompok mobil berhenti di depan lobi perusahaan Clear Group.Belasan pengawal keluar dari mobil dan berjaga di sekitar. Ketika seorang pengawal membuka pintu mobil, Jesslyn beranjak keluar dengan mengenakan balutan gaun berwarna hitam.Jesslyn adalah wanita yang sangat cantik. Dandanan serta gaun yang dikenakan, membuatnya tampak seperti boneka cantik yang hidup.Gaun ini menonjolkan lekukan tubuhnya yang indah. Dari kejauhan, punggungnya indah berhasil memikat siapa pun yang menatapnya."Apakah penanggung jawab Clear Group berada di tempat? Jesslyn menghentikan langkah kakinya sambil menatap ke arah gedung perusahaan Clear Group."Ada. Kami telah menghubungi mereka, seharusnya semua sudah disiapkan." Jawab salah seorang pengawal.Jesslyn mengangguk dan melangkah masuk ke dalam perusahaan.Felixton Group pernah berurusan dengan Clear Group. Tumpang tindih di antara kedua belah pihak membuatnya sulit menghindari konflik yang ada. Setelah Jesslyn kembali,