Tania langsung melihat Karen. Amarah seketika menyelimuti hatinya. Dia masih ingat Karen menolak dengan tegas saat dia memintanya kembali ke Institusi Pendidikan Gleam. Jadi, bagaimana mungkin dia tidak marah saat melihat Karen yang muncul di hadapannya?Hamish juga melihat Karen sehingga ekspresinya menjadi sangat muram.Karen menggandeng tangan Lily sambil mengikuti Lena. Sekelompok orang itu pun segera memasuki lobi bandara.Ini pertama kalinya Karen naik pesawat sehingga merasa agak penasaran. Sesudah mengambil tiket pesawat, mereka melewati pemeriksaan keamanan dan masuk ke gerbang keberangkatan.Di kejauhan, Tania terus menatap mereka. Dia menarik Hamish dan bertanya, "Kamu tahu pesawat apa yang akan mereka naiki? Kalau aku nggak salah lihat, penerbangan kita sepertinya sama dengan mereka.""Ya, kamu benar," timpal Hamish seraya mengangguk."Dasar jalang, kamu masih ingin naik pesawat ke Kota Modu?" gumam Tania dengan ekspresi kejam. Menurutnya, dia tidak akan dipecat Andhika kal
"Wah!" Lily memandang luar jendela dengan gembira. Dia tampak sangat menikmati penerbangan ini, sedangkan Karen tampak agak ketakutan dan menggenggam sandaran tangan dengan gugup."Dasar kampungan!" maki Tania sembari menatapnya dengan tatapan menghina.Karen hanya menundukkan kepalanya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Lena tampak jengkel. Perjalanan kali ini dipimpin olehnya. Apabila terjadi sesuatu, dia yang akan kesulitan untuk memberi penjelasan nanti. Kalaupun tidak ada masalah, Institusi Pendidikan Gleam juga tidak boleh mengalah begitu saja."Urus dirimu sendiri, kenapa malah bicara omong kosong?" hardik Lena."Siapa yang kamu bicarakan?" Tania merasa kesal sehingga menunjuk Lena."Bu, tolong duduk dengan tenang. Pesawat sedang lepas landas. Pakai sabuk pengaman dan jangan lakukan hal yang berbahaya," nasihat pramugari melalui siaran radio.Tania pun terkekeh-kekeh sinis dan menunggu pesawat lepas landas."Karen, abaikan saja dia. Dia hanya anjing gila!" ujar Lena."Ya." Kare
Begitu mendengar perkataan pramugari itu, bahu Karen seketika gemetar. Kemudian, air matanya pun berlinang. Dia benar-benar merasa sedih."Kami nggak akan turun. Kami sudah membeli tiket, atas dasar apa harus turun?" timpal Lily dengan berani."Kami akan mengganti rugi uang tiketnya dan memberi kalian penjelasan. Tolong kerja samanya," ujar pramugari itu dengan sopan."Kenapa perusahaan kalian begini? Kami ini konsumen, bukannya seharusnya dilindungi? Kami sudah membeli tiket pesawat. Kalau kalian nggak mengantar kami ke Kota Modu, aku akan menuntut kalian!" ancam Lena dengan kesal."Maaf sekali. Ini hak istimewa yang dimiliki penumpang kartu gold. Kalau ada pertanyaan, silakan datangi departemen hukum perusahaan kami," balas pramugari itu dengan lirih."Huh. Siapa suruh kalian melawanku? Dia harus turun sesuai perintahku!" seru Tania sambil tersenyum mengejek."Gimana kalau kami menolak?" Howard yang duduk di sebelah akhirnya bersuara.Pramugari itu tertegun sejenak, lalu menjawab den
"Kartu diamond? Apa katamu?" Kepala pramugari itu sontak membelalakkan matanya. Ekspresinya dan sikapnya pun berubah drastis. Dia tersenyum kepada Howard sambil berkata, "Pak, ternyata Anda pemilik kartu diamond maskapai kami.""Cari bandara terdekat, lalu lapor polisi dan usir dia! Kalian sudah menunda waktuku, memangnya kalian sanggup bayar?" hardik Howard seraya tersenyum sinis. Kemudian, dia bersandar di kursi dan tidak berbicara lagi.Pemilik kartu diamond? Menurut pedoman layanan maskapai ini, pemilik kartu diamond tidak lain adalah pemegang saham maskapai. Biasanya, orang-orang hanya membuat kartu platinum dan tidak pernah ada yang membuat kartu diamond, kecuali mereka adalah pemegang saham internal.Asal tahu saja, kartu ini mewakili kekuasaan yang mutlak!"Anggota diamond?" gumam Tania yang terbengong-bengong saat mendengarnya."Maaf, Nona. Kami tidak mungkin mengusir pemilik kartu diamond. Selain itu, menurut permintaan bapak itu, kami akan mendarat di bandara terdekat dan me
Xavier menengadah dan melirik sekilas, lalu menegur, "Perusahaan melakukan perjalanan bisnis, tapi kamu membawa kakakmu. Aku masih belum meminta penjelasan darimu tentang masalah ini. Sekarang, kamu masih berani meminta bantuanku?""Pak Xavier, kakakku juga terpaksa. Dia kehilangan pekerjaan di Kota Mano, suasana hatinya sangat buruk sekarang. Aku takut terjadi sesuatu padanya kalau sendirian," jelas Hamish dengan canggung."Terpaksa?" Xavier tersenyum sinis dan melanjutkan, "Urusan pekerjaan kali ini sangat penting, tapi kamu malah membuat kekacauan seperti ini. Apa yang sebenarnya kamu pikirkan?""Maafkan aku, Pak. Aku kurang cermat dalam mempertimbangkan masalah ini. Tugas kali ini sangat penting, aku juga tidak ingin menundanya. Kumohon, tolong bicara dengan kru kabin, jangan biarkan kakakku turun dari pesawat," mohon Hamish dengan rendah hati."Turun dari pesawat? Itu nggak akan terjadi." Xavier tersenyum tidak acuh, lalu melirik Hamish sekilas dan berkata, "Suruh kakakmu tunggu a
"Dengar baik-baik, aku dari Ventura Capital Finance ...," ujar Xavier dengan kesal."Siapa pun tidak bisa menghentikan kami," balas Jane dengan tegas.Xavier merasa jengkel dengan perlakuan ini sehingga ingin menyahut lagi. Namun, begitu teringat bahwa ada pemilik kartu diamond di pesawat ini, dia mulai ragu kembali. Bukankah waktunya akan terbuang jika pria tua itu juga ingin mengusirnya nanti? Apakah pantas baginya untuk menyinggung orang lain hanya untuk wanita yang baru ditemuinya?Setelah berpikir dengan cermat, Xavier berbalik dan kembali ke tempat duduknya."Pak Xavier, bagaimana?" tanya Hamish yang menghampirinya."Sudah aman. Pesawat akan langsung menuju ke Kota Modu," jawab Xavier."Baguslah." Hamish pun merasa senang. Sesudah kembali ke kursinya, dia berbisik untuk memberi tahu Tania.Tania tentu merasa gembira. Begitu teringat pada pemilik kartu diamond itu, dia seketika tersenyum menghina dalam hati. Apa hebatnya anggota diamond? Di hadapan Ventura Capital Finance, pria tu
Xavier juga ingin menunjukkan kehebatannya di depan Tania.Keduanya sama-sama mempercepat langkah kaki mereka. Setelah berjalan sekitar puluhan meter, Xavier seketika terperangah.Nicholas berdiri di pintu masuk dengan diikuti oleh Zeffrey dan Bella. Sepasang matanya pun menatap lekat-lekat Karen yang berada di depan.Karen terlihat seperti gadis kecil yang membuat kesalahan. Dia menunduk sembari mengusap ujung bajunya dengan gelisah."Aku ... aku kemari karena ingin melihat-lihat ...," ujar Karen dengan lirih.Nicholas merasa sangat tidak berdaya mendengar nada bicara Karen. Jika Karen belum naik ke pesawat, Nicholas pasti akan melarangnya datang. Bagaimanapun, Nicholas datang ke Kota Modu karena ada urusan penting dan bukan bertamasya.Risiko akibat perpecahan Keluarga Winata sudah mulai terlihat di Kota Modu. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya."Kak Nicholas, Kak Karen merindukanmu!" seru Lily sambil terkekeh-kekeh."Mana ada ...," bantah Karen yang tersipu dan ma
"Kamu urus masalah ini sendiri," perintah Nicholas sambil melirik Tania dengan dingin. Dia sudah tahu kejadian di dalam pesawat.Wajah Xavier tampak pucat pasi. Dia bahkan bergidik ngeri untuk sesaat.Tania baru sadar apa yang telah terjadi. Dia bergegas menjelaskan, "Kak Xavier, dengarkan aku dulu.""Mendengarmu? Mendengar apanya? Kamu sengaja mempersulit Nyonya Muda di pesawat, sekarang masih ingin memberi penjelasan?" sahut Xavier yang benar-benar murka dengan tindakan bodoh Tania. Dia sudah mengangkat tangannya untuk menampar Tania lagi.Plak plak plak ....Nyonya Muda?Tamparan tersebut membuat Tania merasa pusing. Namun, dia segera menyadari bahwa Nicholas dan Karen ini bukanlah orang biasa. Jika tidak, Xavier tidak mungkin bersikap seperti ini kepadanya."Karen, Karen!" Tania buru-buru berbalik, lalu berlutut di tanah dan memohon, "Karen, aku sangat baik kepadamu dulu. Bantu aku. Aku nggak akan berani melawanmu lagi. Semua ini salahku. Tolong bantu aku ...."Karen terkejut hingg
"Tidak ada yang boleh hidup," kata Nicholas dengan suara teredam.Sekarang Sandy mengalami kelumpuhan, entah kapan kondisinya bisa pulih. Dia kesulitan menggerakkan tubuh maupun berjalan.Sandy masih berusia 20 tahun. Nicholas tidak tega melihat semua kesialan yang menimpa sahabatnya.Setelah menutup telepon, Nicholas menggenggam erat ponselnya sambil berpikir. Perasaan Nicholas terasa berkecamuk.Untungnya nyawa Sandy masih bisa diselamatkan. Jika tidak, Nicholas akan menyesal seumur hidup.Sandy sudah sadarkan diri, sedangkan Master Howard harus diamputasi dan Thalia memerlukan setengah tahun untuk bisa turun dari tempat tidur. Mereka semua adalah orang-orang terdekat Nicholas. Selain mereka, 123 orang juga meninggal di Vila Megawan.Nicholas tidak pernah melupakan nyawa 123 orang itu.Bella berdiri di samping Nicholas. Dia agak ketakutan melihat raut wajah Nicholas yang tampak begitu tegang."Menurutmu, bagaimana selanjutnya?" tanya Nicholas."Temui Ken dan habisi dia!" jawab Bella.
"Pak Zain, kamu sudah melihat ketulusanku, 'kan?" tanya Jesslyn."Hmm, terima kasih banyak atas bantuanmu. Aku juga berterima kasih kepada 'Tuan' yang menyokongmu," jawab Zain."Pak, kamu adalah orang yang pintar, aku rasa kita tidak perlu saling berterima kasih. Seluruh masyarakat Kota Modu tahu bagaimana sejarah berdirinya Clear Group. Kalian memiliki reputasi yang tinggi di kalangan mafia. Meskipun berhasil menutupi semua kejahatan, pengaruh kalian masih begitu besar." Jesslyn tertawa menyindir. "Kita menghadapi orang dan masalah yang sama. Aku telah membereskan masalah kalian, sekarang kalian harus membantuku untuk menyelesaikan masalah kami."Ekspresi Zain sontak berubah. Sama seperti dugaannya, Jesslyn tidak mungkin membantu secara cuma-cuma."Kami sudah menemukan keberadaan Nicholas. Bawa orang-orangmu untuk menghabisinya. Tidak ada masalah, 'kan?" tanya Jesslyn tanpa basa-basi."Menghabisi Nicholas bukan pekerjaan yang mudah. Ditambah, aku sudah lama meninggalkan dunia mafia. R
"Semoga jawabanmu memuaskanku." Raut wajah Ken terlihat sangat puas.Jesslyn merasa agak rendah diri saat menatap Ken. Namun mengingat Ken adalah cucu inti dari Kakek Winata, Jesslyn pun menyingkirkan semua perasaan tidak enaknya."Besok aku ingin mengajak kakekmu untuk bertemu kakekku. Saat itu, orang yang bisa bertahan hidup tidaklah banyak. Bagaimana menurutmu?" tanya Ken.Jesslyn tercengang melihat kedua mata Ken yang tampak berapi-api. "Maksud ... maksudmu ....""Kalau kakekmu mengunjungi kakekku, kakekmu bisa memujiku sedikit di hadapan kakekku. Siapa tahu pujian kakekmu bisa sedikit membantu rencanaku? Bila aku berhasil menjadi pewaris, kamu akan menjadi istri dari cucu inti Keluarga Winata. Jika saat itu tiba, kamu bisa mendapatkan semua yang kamu inginkan."Sekujur tubuh Jesslyn bergetar, dia tidak pernah menyangka hari seperti ini akan datang. Jika yang dikatakan Ken benar, Keluarga Chaw bisa berdiri kembali, sedangkan derajat Jesslyn akan memelesat tinggi.Menyandang status
Pada sore hari, lampu-lampu di Vila Lacosta bersinar terang.Ken duduk di kursi sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan menyeringai jahat."Barusan Warren menelepon, dia bersedia bekerja saja," kata Jesslyn yang berdiri di samping Ken.Ken menjawab, "Kalau begitu ... kita bereskan dulu Clear Group.""Em." Jesslyn mengangguk."Semakin hari, kamu semakin menawan." Ken tertawa terbahak-bahak sambil menatap Jesslyn.Di saat Jesslyn tersipu malu, Ken mengulurkan tangan dan langsung menarik Jesslyn ke dalam dekapannya. Sembari memeluk Jesslyn, Ken menelepon Zara dan berkata, "Sudah tiga hari, aku ingin mendengar jawabanmu."Tidak terdengar suara di ujung telepon. Zara sedang memikirkan cara untuk menjawab pertanyaan Ken."Kali ini, kubu Keluarga Winata tidak serumit sebelumnya. Aku dan para sepupuku telah mencapai kesepakatan bersama. Kamu mengerti maksudku, 'kan?" tanya Ken."Kalian bekerja sama untuk menghabisi Nicholas?" Zara menarik napas panjang."Benar! Paman Dean terlalu kuat
Setelah setengah jam kemudian, Karen melarikan diri dan pergi ke ruangan Nicholas."Nicholas, Bella ... kasihan banget!" kata Karen dengan ekspresi sedih.Nicholas tersenyum kecut, dia hanya bisa menganggukkan kepala. Nicholas tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada Karen."Ba-bagaimana kalau aku pergi?" Karen mengangkat kepalanya."Kalau kamu pergi, dia harus menahannya," jawab Nicholas."Hmm, bagaimana kalau kamu saja yang membantunya?" tanya Karen.Nicholas tertegun. "Gadis bodoh. Bagaimana kalau terjadi sesuatu di antara kami?""Tidak boleh," Karen bergumam sambil memalingkan wajah.Nicholas tertawa terbahak-bahak sambil mengelus kepala Karen. "Jadi orang jangan terlalu baik. Yang ada malah dibohongi.""Bella sangat baik kepadaku, dia membelikanku baju. Oh ya, katanya dia mau mengajakku menonton konser," jawab Karen."Konser?" Nicholas mengerutkan alis."Iya, beberapa hari lagi ada konser. Bella sudah memesan tiketnya." Karen menatap Nicholas dengan mata berbinar-binar. "Kamu ma
"Apa?" Nicholas tersentak."Aku ...." Bella menggigit bibirnya dan menjawab, "Aku ingin mengajak Karen untuk mengobrol di kamarku ...."Nicholas mengerutkan alis saat mendengar permintaan Bella."Tenang saja, aku tidak akan menyakiti maupun membohongi Karen. Aku hanya, aku ...." Bella langsung berlutut dan memohon kepada Nicholas.Nicholas menghela napas sambil melambaikan tangannya. "Aku tidak masalah asalkan Karen tidak keberatan. Tapi kalau kamu memanfaatkannya, nasibmu akan berakhir mengenaskan!""Tidak, aku tidak akan memanfaatkannya." Bella tersenyum, dia bangkit berdiri dan pamit meninggalkan ruangan Nicholas.Nicholas memijat keningnya, kondisi Bella terlihat semakin parah. Nicholas telah mencari 7 hingga 8 dokter untuk mengobati Bella, tetapi tidak ada hasil yang memuaskan. Takutnya, Bella akan terjerumus semakin jauh.Bella kembali ke kamarnya untuk mengambil sehelai gaun yang telah disiapkan, lalu bergegas pergi menemui Karen."Ini ... untukku?" Karen melirik Bella dengan ti
Jansen sontak mengangkat kepalanya, dia menghela napas panjang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Di sebuah klub malam yang terletak tak jauh dari perusahaan Clear Group.Warren memanggil belasan gadis muda untuk menemaninya. Sembari memandang Gordon yang mencekoki diri dengan bir, Warren tersenyum dan berkata, "Kak Gordon, kalau kami bekerja sama dengan Jesslyn, apakah kamu akan membantu kami? Kamu tahu sendiri kemampuan Jesslyn, siapa tahu kita bisa menarik simpati anggota Keluarga Winata yang misterius itu? Aku membutuhkan bantuanmu, jangan sampai Jesslyn berkhianat dan menghabisi kami.""Tidak masalah." Gordon tersenyum kecil."Kak Gordon memang paling baik!" Warren tersenyum sambil memberikan tatapan misterius dan berbicara dengan suara teredam, "Barusan aku sudah menelepon adikku, dia sedang di dalam perjalanan kemari. Aku rasa masalah ini harus dibicarakan dengannya juga, bagaimana menurut Kak Gordon?"Gordon menatap Warren sambil menyeringai dingin. "Sebagai saudara yang baik
"Nona Jesslyn, sepertinya kamu belum mengetahui identitas Nicholas ...." Zain terlihat agak ragu."Aku tidak tahu?" Jesslyn tertawa mendengar ucapannya. "Di Kota Modu, aku adalah orang yang paling mengenal Nicholas. Keluarga Winata bukanlah keluarga sembarangan, orang seperti kamu dan aku tidak akan sanggup menumbangkannya. Tapi untungnya Nicholas berbeda dengan anggota keluarganya yang lain, dia lembek dan payah. Asalkan kamu mendengarkan perintahku, kita pasti bisa menghancurkan Nicholas. Selama Nicholas dihabisi di Kota Modu, tidak akan ada yang mempersulit kita. Sebaliknya, kita malah mendapatkan keuntungan.""Sebenarnya apa maumu?" tanya Zain."Apa mauku? Hahaha." Jesslyn tertawa terbahak-bahak, sorotan matanya dipenuhi kebencian. "Aku ingin Nicholas berlutut dan memohon kepadaku. Aku ingin semua orang yang berpihak kepada Nicholas mati satu per satu," jawab Jesslyn dengan tatapan kejam.Tatapan Zain tampak berkecamuk, dia tegang melihat wanita yang begitu kejam ini.Beberapa wakt
Ketika menjelang malam hari, sekelompok mobil berhenti di depan lobi perusahaan Clear Group.Belasan pengawal keluar dari mobil dan berjaga di sekitar. Ketika seorang pengawal membuka pintu mobil, Jesslyn beranjak keluar dengan mengenakan balutan gaun berwarna hitam.Jesslyn adalah wanita yang sangat cantik. Dandanan serta gaun yang dikenakan, membuatnya tampak seperti boneka cantik yang hidup.Gaun ini menonjolkan lekukan tubuhnya yang indah. Dari kejauhan, punggungnya indah berhasil memikat siapa pun yang menatapnya."Apakah penanggung jawab Clear Group berada di tempat? Jesslyn menghentikan langkah kakinya sambil menatap ke arah gedung perusahaan Clear Group."Ada. Kami telah menghubungi mereka, seharusnya semua sudah disiapkan." Jawab salah seorang pengawal.Jesslyn mengangguk dan melangkah masuk ke dalam perusahaan.Felixton Group pernah berurusan dengan Clear Group. Tumpang tindih di antara kedua belah pihak membuatnya sulit menghindari konflik yang ada. Setelah Jesslyn kembali,