Walau merasa kesal, Karen tetap tidak bersuara sama sekali karena sifatnya yang sangat baik."Masih nggak mau pergi? Masih mau malu-maluin di sini?" Wilson juga melambaikan tangannya dengan sikap merendahkan dan membuat gerakan mengusir. "Orang-orang zaman sekarang memang suka pamer. Padahal nggak punya banyak uang, tapi malah mengeklaim barang murahan seharga miliaran ....""Tunggu dulu ...."Pada saat ini, seorang pria berusia 40-an melangkah keluar dari kerumunan. Pria ini memiliki fitur wajah yang tajam, dengan sedikit kerutan di dahinya. Matanya juga tampak seolah-olah kelelahan.Pandangan semua orang beralih ke pria ini, termasuk Karen dan Lily yang menghentikan langkah mereka."Maaf, saya seorang penilai perhiasan. Kalau gelang itu benar-benar memiliki nilai yang tinggi, saya tidak akan salah menilainya! Nona, bisa saya lihat gelang di tanganmu? Jangan khawatir, kalau gelang itu benar-benar benda berharga, saya akan sangat berhati-hati!"Karen terdiam. Dia merasa agak enggan kar
Pria paruh baya itu terkejut sesaat dan memaksakan senyumannya. Setelah itu, dia menyerahkan gelangnya kepada Karen dan berkata, "Aku bukan orang suruhannya, aku adalah Jimmy Bachtiar dari Asosiasi Perhiasan Mano ....""Jimmy Bachtiar?""Dia itu Jimmy?"Seketika, orang-orang di sekitar mereka terkesiap. Bagaimanapun, nama Jimmy di kalangan Asosiasi Perhiasan Mano sangat terkenal. Konon, perhiasan semahal apa pun akan langsung ketahuan nilainya jika diperiksa oleh orang ini.Tiga tahun lalu, Jimmy pernah mengidentifikasi sebuah perhiasan palsu yang bernama "Liontin Samudera" di sebuah pameran perhiasan. Saat itu, penilaiannya ini menciptakan kehebohan besar di media. Namun, akhirnya hasil identifikasi menyatakan bahwa Liontin Samudera itu memang palsu."Anda benar-benar Jimmy?" tanya seseorang di belakangnya.Jimmy mengangguk dan menatap Ruby. "Sebenarnya, kalau aku nggak salah menilai, cincin di tanganmu itu nggak senilai 1,8 miliar!""Apa kamu bilang?" Ruby tertegun sejenak, dia langs
"Aku juga heran dengan hal ini. Aku sudah sering datang ke Toko Perhiasan Wangsa ini dan nggak pernah melihat ada barang palsu. Kenapa kamu malah bisa dapat perhiasan kaca?" ujar Jimmy sembari menggeleng."Wilson!" Pada saat ini, Ruby tiba-tiba langsung mengerti apa yang sedang terjadi!Jangan-jangan, cincinnya ini memang barang palsu. Namun, masalahnya bukan berada pada toko perhiasan itu, melainkan suaminya."Ruby, jangan percaya dengannya. Kuitansi ini tertulis jelas bahwa cincin ini dibeli dari toko perhiasan ini! Aku bersumpah, cincin ini barang asli. Jangan pedulikan orang ini, kita pulang saja ...," ujar Wilson sembari menarik pergelangan tangan Ruby.Ruby menepiskan tangannya dan menatap Wilson dengan galak. Dia sangat marah dan malu saat ini. Awalnya, dia bermaksud mengejek Karen, tetapi kenapa masalahnya menjadi seperti ini sekarang?Barang palsu? Bahkan 180 ribu saja kemahalan?Makin dipikirkan, Ruby merasa makin kesal. Sedari kecil hingga dewasa, memangnya sejak kapan dia p
"Gelang ini milikku ...." Karen mulai merasa kesal."Nona, mungkin saja orang ini memang sudah membelinya?" ujar Jimmy kepada Dian dengan agak jengkel."Beli?" Dian menunjukkan ekspresi berlebihan ketika berkata, "Apa kamu tahu berapa harga gelang ini? Kamu bilang ini milikmu? Gelang ini hampir 8 miliar, tahu? Kamu berani bilang dia membelinya?"Melihat penampilan Dian, Jimmy jadi merasa agak ragu. Jika bukan karena melihat gelang itu secara langsung, Jimmy juga tidak berani percaya bahwa wanita ini mengenakan gelang seharga 8 miliar."Kenapa? Nggak berani bicara lagi? Kaget, 'kan? Sudah nggak punya uang, berani-beraninya kau memakai barang orang lain? Setelah kamu memakainya, siapa lagi yang mau beli barang itu? Ruby yang berdiri di sampingnya juga ikut menghasut untuk melampiaskan kekesalannya."Lepaskan gelang itu!" bentak Dian dengan wajah memerah."Gelang ini pemberian kakakku untuk Kak Karen ...," ucap Lily sambil mengadang di depan Karen dengan wajah sedih."Minggir kamu, bocah
Nicholas mengangkat tangannya dan menampar Dian.Dian terhuyung mundur karena tamparan tersebut. Dengan wajah penuh kemarahan, dia menatap Nicholas. "Kamu berani memukulku? Apa kamu tahu tempat apa ini? Tunggu saja .... Jangan pergi, aku akan panggil petugas keamanan sekarang juga!""Pria apaan kamu? Menampar orang hanya karena dia nggak mau menjual gelangnya?" sindir Ruby yang berdiri di samping."Benar ...," timpal Wilson untuk menutupi kecanggungan yang dialaminya tadi.Nicholas berdiri di tempat dengan ekspresi dingin. "Jangankan membelinya, kalaupun aku mau mengambil semua barang di toko ini juga siapa yang berani melarangnya?""Mengambil semuanya? Kamu kira kamu ini siapa?" Setelah berdiri stabil, Dian menunjuk Nicholas dengan marah. "Habislah kamu .... Nggak akan ada yang bisa menolongmu lagi kali ini ...."Nicholas menatap wanita itu dengan dingin. Emosi dalam hatinya masih menggebu-gebu."Siapa yang berani berbuat onar di tokoku?" Dari lantai atas, terdengar suara teguran yang
Banyak sekali orang yang menatap Wilson saat ini.Pecahan kaca yang tergeletak di lantai membuat semua orang langsung mengerti apa yang sedang terjadi. Nicholas mengerutkan dahinya menatap Wilson.Wilson langsung memarahinya, "Jelas-jelas toko kalian yang menjual barang palsu, kalian malah bilang aku yang menyogoknya? Coba kamu cari tahu saja sendiri, memangnya aku ini tipe pria yang bisa menipu istri sendiri? Asal tahu saja, kalau kamu masih terus memfitnahku, aku akan menuntutmu pencemaran nama baik!""Tuntut saja!" bentak Dian. Dia membalas, "Aku sudah merekam semua pembicaraan kita tadi, memangnya aku takut dengan gugatanmu itu? Kamu bilang, istrimu itu tukang iri, tidak terawat, dan galak seperti harimau betina. Kalau bukan karena usahamu kurang bagus akhir-akhir ini, kamu pasti sudah mendepaknya dari rumah!""Rayuanmu tadi juga aku masih ingat dengan jelas .... Kamu memberikanku uang 1 juta dan menyuruhku untuk menolak menjual barang ini kepada Bos. Semua ini gara-gara kamu ...."
Menurut rumor, "Cinta Abadi" adalah karya yang dipahat khusus oleh Tuan Kevin Shen untuk bos dan bos wanita Toko Perhiasan Wangsa. Kalau begitu, berarti karya itu adalah untuk kedua orang ini?Nicholas menggendong Lily tanpa memedulikan pandangan semua orang. Pandangannya hanya tertuju kepada harta berharga di toko itu.Lily menoleh dan membuat wajah jelek untuk mengejek Dian. Kemudian, dia tersenyum sambil merangkul leher Nicholas.Denise buru-buru memerintahkan orang untuk membawa pergi Dian. Selain membuat Denise malu, Nicholas juga mungkin akan kesal dengan keberadaan Dian. Denise tahu bahwa kemungkinan besar juga dia akan dipecat."Benda ini yang ingin kuberikan padamu ...." Nicholas memiringkan kepalanya dan menarik Karen untuk mendekat.Wajah Karen merah padam, tetapi hatinya merasa sangat gembira. Sejak mengenal Nicholas, entah sudah berapa kali Nicholas membantunya menyelesaikan masalah. Jika bukan karena Nicholas, mungkin Karen sudah mati tenggelam. Pria di hadapannya inilah
"Nicholas, aku nggak bisa begini terus!" ucap Karen dengan suara lirih. Namun, nada bicaranya terdengar sangat tegas, "Kesehatanku sudah membaik sekarang, aku ingin bekerja!""Bekerja?" Nicholas memiringkan kepalanya sambil menatap Karen dengan tatapan aneh.Karen mengangguk keras. "Ya! Aku nggak bisa seperti sekarang ini lagi. Aku harus ... harus punya kemampuan untuk bersanding denganmu!"Setelah mengucapkan perkataan ini, wajah Karen langsung merona merah, tetapi dia mendongak untuk menatap Nicholas.Sekarang nyalinya sudah sebesar ini? Nicholas tersenyum kecil, lalu berkata dengan suara berat, "Begitu, ya ....""Aku sudah dapat pekerjaan, kantornya ada di dekat sini. Aku bisa belajar sambil bekerja paruh waktu, nggak akan memengaruhi nilaiku!" Sambil berbicara, Karen menunduk dan menggosok-gosok ujung bajunya. "Mungkin ... mungkin aku akan pulang lebih larut!""Pulang larut? Pekerjaan apa?" tanya Nicholas agak terkejut."Tempat itu adalah sebuah lembaga pendidikan. Aku sudah hampir
"Tidak ada yang boleh hidup," kata Nicholas dengan suara teredam.Sekarang Sandy mengalami kelumpuhan, entah kapan kondisinya bisa pulih. Dia kesulitan menggerakkan tubuh maupun berjalan.Sandy masih berusia 20 tahun. Nicholas tidak tega melihat semua kesialan yang menimpa sahabatnya.Setelah menutup telepon, Nicholas menggenggam erat ponselnya sambil berpikir. Perasaan Nicholas terasa berkecamuk.Untungnya nyawa Sandy masih bisa diselamatkan. Jika tidak, Nicholas akan menyesal seumur hidup.Sandy sudah sadarkan diri, sedangkan Master Howard harus diamputasi dan Thalia memerlukan setengah tahun untuk bisa turun dari tempat tidur. Mereka semua adalah orang-orang terdekat Nicholas. Selain mereka, 123 orang juga meninggal di Vila Megawan.Nicholas tidak pernah melupakan nyawa 123 orang itu.Bella berdiri di samping Nicholas. Dia agak ketakutan melihat raut wajah Nicholas yang tampak begitu tegang."Menurutmu, bagaimana selanjutnya?" tanya Nicholas."Temui Ken dan habisi dia!" jawab Bella.
"Pak Zain, kamu sudah melihat ketulusanku, 'kan?" tanya Jesslyn."Hmm, terima kasih banyak atas bantuanmu. Aku juga berterima kasih kepada 'Tuan' yang menyokongmu," jawab Zain."Pak, kamu adalah orang yang pintar, aku rasa kita tidak perlu saling berterima kasih. Seluruh masyarakat Kota Modu tahu bagaimana sejarah berdirinya Clear Group. Kalian memiliki reputasi yang tinggi di kalangan mafia. Meskipun berhasil menutupi semua kejahatan, pengaruh kalian masih begitu besar." Jesslyn tertawa menyindir. "Kita menghadapi orang dan masalah yang sama. Aku telah membereskan masalah kalian, sekarang kalian harus membantuku untuk menyelesaikan masalah kami."Ekspresi Zain sontak berubah. Sama seperti dugaannya, Jesslyn tidak mungkin membantu secara cuma-cuma."Kami sudah menemukan keberadaan Nicholas. Bawa orang-orangmu untuk menghabisinya. Tidak ada masalah, 'kan?" tanya Jesslyn tanpa basa-basi."Menghabisi Nicholas bukan pekerjaan yang mudah. Ditambah, aku sudah lama meninggalkan dunia mafia. R
"Semoga jawabanmu memuaskanku." Raut wajah Ken terlihat sangat puas.Jesslyn merasa agak rendah diri saat menatap Ken. Namun mengingat Ken adalah cucu inti dari Kakek Winata, Jesslyn pun menyingkirkan semua perasaan tidak enaknya."Besok aku ingin mengajak kakekmu untuk bertemu kakekku. Saat itu, orang yang bisa bertahan hidup tidaklah banyak. Bagaimana menurutmu?" tanya Ken.Jesslyn tercengang melihat kedua mata Ken yang tampak berapi-api. "Maksud ... maksudmu ....""Kalau kakekmu mengunjungi kakekku, kakekmu bisa memujiku sedikit di hadapan kakekku. Siapa tahu pujian kakekmu bisa sedikit membantu rencanaku? Bila aku berhasil menjadi pewaris, kamu akan menjadi istri dari cucu inti Keluarga Winata. Jika saat itu tiba, kamu bisa mendapatkan semua yang kamu inginkan."Sekujur tubuh Jesslyn bergetar, dia tidak pernah menyangka hari seperti ini akan datang. Jika yang dikatakan Ken benar, Keluarga Chaw bisa berdiri kembali, sedangkan derajat Jesslyn akan memelesat tinggi.Menyandang status
Pada sore hari, lampu-lampu di Vila Lacosta bersinar terang.Ken duduk di kursi sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan menyeringai jahat."Barusan Warren menelepon, dia bersedia bekerja saja," kata Jesslyn yang berdiri di samping Ken.Ken menjawab, "Kalau begitu ... kita bereskan dulu Clear Group.""Em." Jesslyn mengangguk."Semakin hari, kamu semakin menawan." Ken tertawa terbahak-bahak sambil menatap Jesslyn.Di saat Jesslyn tersipu malu, Ken mengulurkan tangan dan langsung menarik Jesslyn ke dalam dekapannya. Sembari memeluk Jesslyn, Ken menelepon Zara dan berkata, "Sudah tiga hari, aku ingin mendengar jawabanmu."Tidak terdengar suara di ujung telepon. Zara sedang memikirkan cara untuk menjawab pertanyaan Ken."Kali ini, kubu Keluarga Winata tidak serumit sebelumnya. Aku dan para sepupuku telah mencapai kesepakatan bersama. Kamu mengerti maksudku, 'kan?" tanya Ken."Kalian bekerja sama untuk menghabisi Nicholas?" Zara menarik napas panjang."Benar! Paman Dean terlalu kuat
Setelah setengah jam kemudian, Karen melarikan diri dan pergi ke ruangan Nicholas."Nicholas, Bella ... kasihan banget!" kata Karen dengan ekspresi sedih.Nicholas tersenyum kecut, dia hanya bisa menganggukkan kepala. Nicholas tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada Karen."Ba-bagaimana kalau aku pergi?" Karen mengangkat kepalanya."Kalau kamu pergi, dia harus menahannya," jawab Nicholas."Hmm, bagaimana kalau kamu saja yang membantunya?" tanya Karen.Nicholas tertegun. "Gadis bodoh. Bagaimana kalau terjadi sesuatu di antara kami?""Tidak boleh," Karen bergumam sambil memalingkan wajah.Nicholas tertawa terbahak-bahak sambil mengelus kepala Karen. "Jadi orang jangan terlalu baik. Yang ada malah dibohongi.""Bella sangat baik kepadaku, dia membelikanku baju. Oh ya, katanya dia mau mengajakku menonton konser," jawab Karen."Konser?" Nicholas mengerutkan alis."Iya, beberapa hari lagi ada konser. Bella sudah memesan tiketnya." Karen menatap Nicholas dengan mata berbinar-binar. "Kamu ma
"Apa?" Nicholas tersentak."Aku ...." Bella menggigit bibirnya dan menjawab, "Aku ingin mengajak Karen untuk mengobrol di kamarku ...."Nicholas mengerutkan alis saat mendengar permintaan Bella."Tenang saja, aku tidak akan menyakiti maupun membohongi Karen. Aku hanya, aku ...." Bella langsung berlutut dan memohon kepada Nicholas.Nicholas menghela napas sambil melambaikan tangannya. "Aku tidak masalah asalkan Karen tidak keberatan. Tapi kalau kamu memanfaatkannya, nasibmu akan berakhir mengenaskan!""Tidak, aku tidak akan memanfaatkannya." Bella tersenyum, dia bangkit berdiri dan pamit meninggalkan ruangan Nicholas.Nicholas memijat keningnya, kondisi Bella terlihat semakin parah. Nicholas telah mencari 7 hingga 8 dokter untuk mengobati Bella, tetapi tidak ada hasil yang memuaskan. Takutnya, Bella akan terjerumus semakin jauh.Bella kembali ke kamarnya untuk mengambil sehelai gaun yang telah disiapkan, lalu bergegas pergi menemui Karen."Ini ... untukku?" Karen melirik Bella dengan ti
Jansen sontak mengangkat kepalanya, dia menghela napas panjang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Di sebuah klub malam yang terletak tak jauh dari perusahaan Clear Group.Warren memanggil belasan gadis muda untuk menemaninya. Sembari memandang Gordon yang mencekoki diri dengan bir, Warren tersenyum dan berkata, "Kak Gordon, kalau kami bekerja sama dengan Jesslyn, apakah kamu akan membantu kami? Kamu tahu sendiri kemampuan Jesslyn, siapa tahu kita bisa menarik simpati anggota Keluarga Winata yang misterius itu? Aku membutuhkan bantuanmu, jangan sampai Jesslyn berkhianat dan menghabisi kami.""Tidak masalah." Gordon tersenyum kecil."Kak Gordon memang paling baik!" Warren tersenyum sambil memberikan tatapan misterius dan berbicara dengan suara teredam, "Barusan aku sudah menelepon adikku, dia sedang di dalam perjalanan kemari. Aku rasa masalah ini harus dibicarakan dengannya juga, bagaimana menurut Kak Gordon?"Gordon menatap Warren sambil menyeringai dingin. "Sebagai saudara yang baik
"Nona Jesslyn, sepertinya kamu belum mengetahui identitas Nicholas ...." Zain terlihat agak ragu."Aku tidak tahu?" Jesslyn tertawa mendengar ucapannya. "Di Kota Modu, aku adalah orang yang paling mengenal Nicholas. Keluarga Winata bukanlah keluarga sembarangan, orang seperti kamu dan aku tidak akan sanggup menumbangkannya. Tapi untungnya Nicholas berbeda dengan anggota keluarganya yang lain, dia lembek dan payah. Asalkan kamu mendengarkan perintahku, kita pasti bisa menghancurkan Nicholas. Selama Nicholas dihabisi di Kota Modu, tidak akan ada yang mempersulit kita. Sebaliknya, kita malah mendapatkan keuntungan.""Sebenarnya apa maumu?" tanya Zain."Apa mauku? Hahaha." Jesslyn tertawa terbahak-bahak, sorotan matanya dipenuhi kebencian. "Aku ingin Nicholas berlutut dan memohon kepadaku. Aku ingin semua orang yang berpihak kepada Nicholas mati satu per satu," jawab Jesslyn dengan tatapan kejam.Tatapan Zain tampak berkecamuk, dia tegang melihat wanita yang begitu kejam ini.Beberapa wakt
Ketika menjelang malam hari, sekelompok mobil berhenti di depan lobi perusahaan Clear Group.Belasan pengawal keluar dari mobil dan berjaga di sekitar. Ketika seorang pengawal membuka pintu mobil, Jesslyn beranjak keluar dengan mengenakan balutan gaun berwarna hitam.Jesslyn adalah wanita yang sangat cantik. Dandanan serta gaun yang dikenakan, membuatnya tampak seperti boneka cantik yang hidup.Gaun ini menonjolkan lekukan tubuhnya yang indah. Dari kejauhan, punggungnya indah berhasil memikat siapa pun yang menatapnya."Apakah penanggung jawab Clear Group berada di tempat? Jesslyn menghentikan langkah kakinya sambil menatap ke arah gedung perusahaan Clear Group."Ada. Kami telah menghubungi mereka, seharusnya semua sudah disiapkan." Jawab salah seorang pengawal.Jesslyn mengangguk dan melangkah masuk ke dalam perusahaan.Felixton Group pernah berurusan dengan Clear Group. Tumpang tindih di antara kedua belah pihak membuatnya sulit menghindari konflik yang ada. Setelah Jesslyn kembali,