Setelah membagi buah-buah itu, Shania melihat ke luar dan tiba-tiba menjadi marah.Sebenarnya, waktu Shania baru masuk ke kantor, Nicholas dan Karen pergi mencari tempat duduk dan duduk di sana. Lily yang terus menatap Karen dan Nicholas dengan mata lebar.Nicholas memiringkan kepalanya, tersenyum pada anak itu dan ingin mengulurkan tangan untuk menyapanya. Namun, dia teringat akan perkataan Shania barusan dan tidak melakukan apa-apa.“Kalian ….”Nicholas dan Karen tidak bergerak, tetapi Lily melangkah maju untuk mendekati mereka dan berkata dengan air mata berlinang, “Apa kalian benar-benar teman kakakku?”Nicholas kaget. Dia memaksakan senyum dan berkata, “Iya, kami temannya Hendri. Kami datang untuk menjemputmu pulang ke rumah hari ini!”“Menjemput aku?” Lily mengerjapkan matanya yang besar dan berkata, “Bagaimana dengan kakakku? Apa kakakku ada di rumah?”“Kakakmu ....” Nicholas tiba-tiba tidak tahu harus berkata apa.Air mata Karen langsung mengalir turun. Dia memegang pergelangan
Nicholas sangat marah melihat hal itu.“Apa yang kamu lakukan?” Nicholas sudah berdiri.“Menurutmu, apa yang kulakukan? Aku sedang mengajari anak ini. Apa kamu nggak melihatnya?” bentak Shania dengan tajam.“Kamu mengajari anak-anak dengan cara seperti itu? Memukul kepala mereka?” kata Nicholas marah.“Bagaimana aku mengajari anak-anak ini adalah urusanku. Kamu yang mau apa di sini? Aku curiga kamu mau menculik anak. Aku punya hak untuk mengusirmu keluar sekarang!” ujar Shania sambil menunjuk pintu sekolah TK tersebut.Ekspresi di wajah Nicholas sangat dingin. Dia menggendong Lily. Ketika dia hendak mengatakan sesuatu, dia melihat Lily terlihat kesakitan.“Apa yang mau kamu lakukan? Turunkan anak itu!” teriak Shania.Nicholas mengabaikan Shania, tetap membuka pakaian Lily dan melihat banyak kulit yang memar keungu-unguan, serta beberapa bekas cambukan. Dia merasa sangat sedih melihatnya.“Aku menyuruhmu untuk menurunkan anak itu. Apa kamu mendengarnya?” Shania melangkah maju dan menari
“Pak Bagas, aku dengar dari Bu Shania, katanya orang ini memiliki niat jahat, datang untuk menculik anak ini,” ujar Fajar.“Siapa kamu? Apa yang kamu lakukan di sekolah kami ini?” Bagas menunjuk Nicholas dan berkata, “Apa kamu nggak tahu ini melanggar hukum?”Nicholas mengangkat kepalanya dan menatap Bagas. “Apa kamu kepala sekolah di sini? Aku tanya padamu. Ada apa dengan punggung anak ini?”Bagas tertegun sejenak, lalu berkata dengan sedikit marah, “Lepaskan anak itu! Cepat panggil satpam. Orang ini datang ke sekolah kita dengan niat yang buruk!”“Aku sedang bertanya padamu. Ada apa dengan punggung anak ini?” Suara Nicholas terdengar lebih dingin.“Apa hubungannya denganmu? Apa kamu tahu ini tempat apa? Apa kamu nggak tahu siapa yang membuka sekolah TK kami ini? Aku sarankan padamu, melepaskan anak itu, atau kamu akan tahu akibatnya!” ujar Bagas dengan marah, sambil menunjuk Nicholas dengan satu jari.Nicholas menegapkan tubuhnya. Raut mukanya sangat dingin.“Panggil satpam!” Bagas s
Sekelompok orang melangkah maju dan akhirnya melihat Nicholas.Nicholas melihat orang-orang itu dan api amarah di hatinya semakin membara. Peter orangnya bisa dibilang cukup berkompeten, kenapa dia punya anak buah seperti orang-orang ini? Ini namanya bukan bodyguard di sekolah, tapi preman di jalanan.“Dia orangnya, Sayang. Dia menamparku tadi. Aku mau dia mati,” ujar Shania sambil menangis tersedu-sedu. Dia tidak pernah mengalami hal seperti ini sejak kecil.Raut muka Nicholas sangat masam. Matanya tertuju pada Orlando.“Hei, kamu sudah bosan hidup ….” Orlando tertawa galak, lalu mengeluarkan pisau kecil dari pinggangnya dan berkata, “Katakan padaku. Bagaimana kamu mau menyelesaikan masalah hari ini?”“Bagaimana kamu ingin menyelesaikannya?” Nicholas mengangkat kepalanya dan menyerahkan Lily kepada Karen. Anak kecil tidak boleh menonton hal seperti ini.Karen membawa Lily dan membawa Lily ke samping.“Patahkan satu tanganmu sendiri, lalu bersujud dan minta ampun pada pacarku. Kalau k
“Siapa yang berani ngomong besar di sini? Tanpa persetujuanku, siapa yang bisa menjadikannya manajer?” Denise mengerutkan kening, lalu menatap Nicholas.“Denise, kamu datang tepat waktu!” Bagas menepuk pahanya dan berkata sambil menangis kesakitan, “Pria ini datang ke sini untuk mencari masalah. Dia ingin membawa pergi satu anak TK. Dia bahkan mengancamku.”“Huh. Dasar nggak tahu diri,” ujar Denise, berbalik badan dan menatap Nicholas dengan angkuh. “Kamu masih ingin keluar dari tempat ini hari ini?”“Bagaimana kalau aku bisa keluar dari sini?” ujar Nicholas dengan dingin.Denise tertegun sejenak dan berkata, “Apa kamu benaran mengira kamu adalah tokoh besar sekarang? Di Kota Mano ini, kamu masih belum pantas.”“Denise, jangan biarkan dia pergi. Suruh orang untuk menghabisi dia sekarang juga!” Bagas kehilangan kesabarannya. Dia melihat putrinya datang dan tahu dirinya sudah punya dukungan dari belakang. Dia langsung bangkit dari tanah dan berkata, “Patahkan tangan dan kakinya. Dua oran
Setelah Nicholas mengatakan itu, suasana di sekolah TK tersebut tiba-tiba menjadi aneh.“Kenapa? Kalian masih nggak mau menjawab?” Abi menoleh dengan marah, menatap Bagas dan Denise dengan tajam.Bagas benar-benar tercengang. Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Dia tidak tahu mengapa Abi tiba-tiba menjadi seperti ini. Dia hanya tahu dia mungkin sedang menghadapi beberapa kesulitan hari ini.“Ini … bukan urusanku!” kata Bagas dengan panik. “Aku kepala sekolah. Aku kurang paham apa yang terjadi di bawahku. Kalian coba … coba tanya Shania!”Tubuh Shania gemetaran. Wajahnya sangat pucat.Nicholas menyipitkan matanya, mengalihkan pandangannya ke wanita itu.“Bukan... bukan aku yang melakukannya! Bukan aku yang melakukannya!” Shania tiba-tiba berteriak, “Guru-guru mereka! Iya, pasti guru mereka!”“Yang mana gurunya?” Nicholas mengepalkan tinjunya dengan wajah dingin.“Guru ....” Shania terkejut. Dia langsung menoleh ke arah Fajar dan berkata, “Dia … dia gurunya Lily. Dia orangnya! Dia y
“Tuan ... Tuan Nicholas ....” Bagas berlutut dan berkata dengan air mata berlinang, “Tuan, aku bodoh dan nggak tahu diri. Tolong beri aku satu kesempatan!”“Kalian semua bodoh atau apa? Masih mau menunggu Tuan Nicholas turun tangan memukulnya?” Abi menoleh dan berteriak pada anak-anak buah di belakangnya.Anak-anak buahnya itu akhirnya tersadar dan segera menyerbu Bagas.Bagas sudah berusia lima puluhan. Bagaimana mungkin dia sanggup melawan sekelompok pria kuat dan kekar itu? Setelah dipukul beberapa kali, tulangnya patah dan dia hampir kehabisan napas di tanah.Seluruh tubuh Denise gemetaran. Keangkuhannya sudah tidak terlihat lagi sekarang. Dia melangkah mundur dengan kepala menunduk. Ayahnya telah dipukuli seperti ini karena Nicholas. Dia bahkan tidak berpikir untuk melawan.Saat ini, dia benar-benar sangat ketakutan. Dia benar-benar tidak ingin menatap mata Nicholas.“Aku akan memberi tahu Peter tentangmu,” ujar Nicholas, melirik wanita itu dengan acuh tak acuh, lalu berbalik bada
Dua mobil melaju dengan gila-gilaan di jalanan Kota Mano.Nicholas memandangi mobil di depannya, merasakan butir-butir keringat menetes dari telapak tangannya.Siapa mereka?Siapa yang ada di mobil depan?Nicholas sangat ingin tahu, memikirkan hal ini ribuan kali dalam pikirannya, tapi masih tidak bisa memikirkan siapa yang tiba-tiba muncul tadi. Untung saja, meskipun mobil itu melaju cepat, dia juga membawa mobil sport. Jadi, jarak antara kedua mobil bisa diperkecil dalam waktu yang sangat singkat.Ciiit.Mobil itu berbelok tajam dan masuk ke gang kecil.Nicholas menginjak rem. Mobilnya sedikit melayang di jalan, lalu dia terus mengikuti mobil itu.Gang itu tidak terlalu lebar dan ada banyak barang bertumpuk di kedua sisinya. Mobil itu melaju kencang sepanjang jalan, membuat orang seisi gang menjadi liar.Brum ….Mobil itu keluar dari gang.Nicholas mengikuti dari dekat. Pada saat ini, dia bisa melihat mobil itu di kejauhan, menikung tajam dan masuk ke sebuah daerah perumahan.Nichola
"Tidak ada yang boleh hidup," kata Nicholas dengan suara teredam.Sekarang Sandy mengalami kelumpuhan, entah kapan kondisinya bisa pulih. Dia kesulitan menggerakkan tubuh maupun berjalan.Sandy masih berusia 20 tahun. Nicholas tidak tega melihat semua kesialan yang menimpa sahabatnya.Setelah menutup telepon, Nicholas menggenggam erat ponselnya sambil berpikir. Perasaan Nicholas terasa berkecamuk.Untungnya nyawa Sandy masih bisa diselamatkan. Jika tidak, Nicholas akan menyesal seumur hidup.Sandy sudah sadarkan diri, sedangkan Master Howard harus diamputasi dan Thalia memerlukan setengah tahun untuk bisa turun dari tempat tidur. Mereka semua adalah orang-orang terdekat Nicholas. Selain mereka, 123 orang juga meninggal di Vila Megawan.Nicholas tidak pernah melupakan nyawa 123 orang itu.Bella berdiri di samping Nicholas. Dia agak ketakutan melihat raut wajah Nicholas yang tampak begitu tegang."Menurutmu, bagaimana selanjutnya?" tanya Nicholas."Temui Ken dan habisi dia!" jawab Bella.
"Pak Zain, kamu sudah melihat ketulusanku, 'kan?" tanya Jesslyn."Hmm, terima kasih banyak atas bantuanmu. Aku juga berterima kasih kepada 'Tuan' yang menyokongmu," jawab Zain."Pak, kamu adalah orang yang pintar, aku rasa kita tidak perlu saling berterima kasih. Seluruh masyarakat Kota Modu tahu bagaimana sejarah berdirinya Clear Group. Kalian memiliki reputasi yang tinggi di kalangan mafia. Meskipun berhasil menutupi semua kejahatan, pengaruh kalian masih begitu besar." Jesslyn tertawa menyindir. "Kita menghadapi orang dan masalah yang sama. Aku telah membereskan masalah kalian, sekarang kalian harus membantuku untuk menyelesaikan masalah kami."Ekspresi Zain sontak berubah. Sama seperti dugaannya, Jesslyn tidak mungkin membantu secara cuma-cuma."Kami sudah menemukan keberadaan Nicholas. Bawa orang-orangmu untuk menghabisinya. Tidak ada masalah, 'kan?" tanya Jesslyn tanpa basa-basi."Menghabisi Nicholas bukan pekerjaan yang mudah. Ditambah, aku sudah lama meninggalkan dunia mafia. R
"Semoga jawabanmu memuaskanku." Raut wajah Ken terlihat sangat puas.Jesslyn merasa agak rendah diri saat menatap Ken. Namun mengingat Ken adalah cucu inti dari Kakek Winata, Jesslyn pun menyingkirkan semua perasaan tidak enaknya."Besok aku ingin mengajak kakekmu untuk bertemu kakekku. Saat itu, orang yang bisa bertahan hidup tidaklah banyak. Bagaimana menurutmu?" tanya Ken.Jesslyn tercengang melihat kedua mata Ken yang tampak berapi-api. "Maksud ... maksudmu ....""Kalau kakekmu mengunjungi kakekku, kakekmu bisa memujiku sedikit di hadapan kakekku. Siapa tahu pujian kakekmu bisa sedikit membantu rencanaku? Bila aku berhasil menjadi pewaris, kamu akan menjadi istri dari cucu inti Keluarga Winata. Jika saat itu tiba, kamu bisa mendapatkan semua yang kamu inginkan."Sekujur tubuh Jesslyn bergetar, dia tidak pernah menyangka hari seperti ini akan datang. Jika yang dikatakan Ken benar, Keluarga Chaw bisa berdiri kembali, sedangkan derajat Jesslyn akan memelesat tinggi.Menyandang status
Pada sore hari, lampu-lampu di Vila Lacosta bersinar terang.Ken duduk di kursi sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan menyeringai jahat."Barusan Warren menelepon, dia bersedia bekerja saja," kata Jesslyn yang berdiri di samping Ken.Ken menjawab, "Kalau begitu ... kita bereskan dulu Clear Group.""Em." Jesslyn mengangguk."Semakin hari, kamu semakin menawan." Ken tertawa terbahak-bahak sambil menatap Jesslyn.Di saat Jesslyn tersipu malu, Ken mengulurkan tangan dan langsung menarik Jesslyn ke dalam dekapannya. Sembari memeluk Jesslyn, Ken menelepon Zara dan berkata, "Sudah tiga hari, aku ingin mendengar jawabanmu."Tidak terdengar suara di ujung telepon. Zara sedang memikirkan cara untuk menjawab pertanyaan Ken."Kali ini, kubu Keluarga Winata tidak serumit sebelumnya. Aku dan para sepupuku telah mencapai kesepakatan bersama. Kamu mengerti maksudku, 'kan?" tanya Ken."Kalian bekerja sama untuk menghabisi Nicholas?" Zara menarik napas panjang."Benar! Paman Dean terlalu kuat
Setelah setengah jam kemudian, Karen melarikan diri dan pergi ke ruangan Nicholas."Nicholas, Bella ... kasihan banget!" kata Karen dengan ekspresi sedih.Nicholas tersenyum kecut, dia hanya bisa menganggukkan kepala. Nicholas tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada Karen."Ba-bagaimana kalau aku pergi?" Karen mengangkat kepalanya."Kalau kamu pergi, dia harus menahannya," jawab Nicholas."Hmm, bagaimana kalau kamu saja yang membantunya?" tanya Karen.Nicholas tertegun. "Gadis bodoh. Bagaimana kalau terjadi sesuatu di antara kami?""Tidak boleh," Karen bergumam sambil memalingkan wajah.Nicholas tertawa terbahak-bahak sambil mengelus kepala Karen. "Jadi orang jangan terlalu baik. Yang ada malah dibohongi.""Bella sangat baik kepadaku, dia membelikanku baju. Oh ya, katanya dia mau mengajakku menonton konser," jawab Karen."Konser?" Nicholas mengerutkan alis."Iya, beberapa hari lagi ada konser. Bella sudah memesan tiketnya." Karen menatap Nicholas dengan mata berbinar-binar. "Kamu ma
"Apa?" Nicholas tersentak."Aku ...." Bella menggigit bibirnya dan menjawab, "Aku ingin mengajak Karen untuk mengobrol di kamarku ...."Nicholas mengerutkan alis saat mendengar permintaan Bella."Tenang saja, aku tidak akan menyakiti maupun membohongi Karen. Aku hanya, aku ...." Bella langsung berlutut dan memohon kepada Nicholas.Nicholas menghela napas sambil melambaikan tangannya. "Aku tidak masalah asalkan Karen tidak keberatan. Tapi kalau kamu memanfaatkannya, nasibmu akan berakhir mengenaskan!""Tidak, aku tidak akan memanfaatkannya." Bella tersenyum, dia bangkit berdiri dan pamit meninggalkan ruangan Nicholas.Nicholas memijat keningnya, kondisi Bella terlihat semakin parah. Nicholas telah mencari 7 hingga 8 dokter untuk mengobati Bella, tetapi tidak ada hasil yang memuaskan. Takutnya, Bella akan terjerumus semakin jauh.Bella kembali ke kamarnya untuk mengambil sehelai gaun yang telah disiapkan, lalu bergegas pergi menemui Karen."Ini ... untukku?" Karen melirik Bella dengan ti
Jansen sontak mengangkat kepalanya, dia menghela napas panjang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Di sebuah klub malam yang terletak tak jauh dari perusahaan Clear Group.Warren memanggil belasan gadis muda untuk menemaninya. Sembari memandang Gordon yang mencekoki diri dengan bir, Warren tersenyum dan berkata, "Kak Gordon, kalau kami bekerja sama dengan Jesslyn, apakah kamu akan membantu kami? Kamu tahu sendiri kemampuan Jesslyn, siapa tahu kita bisa menarik simpati anggota Keluarga Winata yang misterius itu? Aku membutuhkan bantuanmu, jangan sampai Jesslyn berkhianat dan menghabisi kami.""Tidak masalah." Gordon tersenyum kecil."Kak Gordon memang paling baik!" Warren tersenyum sambil memberikan tatapan misterius dan berbicara dengan suara teredam, "Barusan aku sudah menelepon adikku, dia sedang di dalam perjalanan kemari. Aku rasa masalah ini harus dibicarakan dengannya juga, bagaimana menurut Kak Gordon?"Gordon menatap Warren sambil menyeringai dingin. "Sebagai saudara yang baik
"Nona Jesslyn, sepertinya kamu belum mengetahui identitas Nicholas ...." Zain terlihat agak ragu."Aku tidak tahu?" Jesslyn tertawa mendengar ucapannya. "Di Kota Modu, aku adalah orang yang paling mengenal Nicholas. Keluarga Winata bukanlah keluarga sembarangan, orang seperti kamu dan aku tidak akan sanggup menumbangkannya. Tapi untungnya Nicholas berbeda dengan anggota keluarganya yang lain, dia lembek dan payah. Asalkan kamu mendengarkan perintahku, kita pasti bisa menghancurkan Nicholas. Selama Nicholas dihabisi di Kota Modu, tidak akan ada yang mempersulit kita. Sebaliknya, kita malah mendapatkan keuntungan.""Sebenarnya apa maumu?" tanya Zain."Apa mauku? Hahaha." Jesslyn tertawa terbahak-bahak, sorotan matanya dipenuhi kebencian. "Aku ingin Nicholas berlutut dan memohon kepadaku. Aku ingin semua orang yang berpihak kepada Nicholas mati satu per satu," jawab Jesslyn dengan tatapan kejam.Tatapan Zain tampak berkecamuk, dia tegang melihat wanita yang begitu kejam ini.Beberapa wakt
Ketika menjelang malam hari, sekelompok mobil berhenti di depan lobi perusahaan Clear Group.Belasan pengawal keluar dari mobil dan berjaga di sekitar. Ketika seorang pengawal membuka pintu mobil, Jesslyn beranjak keluar dengan mengenakan balutan gaun berwarna hitam.Jesslyn adalah wanita yang sangat cantik. Dandanan serta gaun yang dikenakan, membuatnya tampak seperti boneka cantik yang hidup.Gaun ini menonjolkan lekukan tubuhnya yang indah. Dari kejauhan, punggungnya indah berhasil memikat siapa pun yang menatapnya."Apakah penanggung jawab Clear Group berada di tempat? Jesslyn menghentikan langkah kakinya sambil menatap ke arah gedung perusahaan Clear Group."Ada. Kami telah menghubungi mereka, seharusnya semua sudah disiapkan." Jawab salah seorang pengawal.Jesslyn mengangguk dan melangkah masuk ke dalam perusahaan.Felixton Group pernah berurusan dengan Clear Group. Tumpang tindih di antara kedua belah pihak membuatnya sulit menghindari konflik yang ada. Setelah Jesslyn kembali,