Bayangan Karen yang menangis tersedu-sedu terus bermunculan di benak Nicholas.Tak hanya Karen yang menangis, Nicholas juga teringat dengan Samantha yang dilempar dan N1 yang disiksa sampai sekarat.Felix yang memprovokasi Nicholas! Felix yang memulai semuanya ….Nicholas mengayunkan pisaunya dan menikam bahu Felix. “Ah ….” Suara Felix bergema memenuhi seluruh ruangan.Nicholas mengerutkan alisnya sambil berjalan maju. Kemudian, Nicholas menendang Felix dan menginjak kepalanya.“Sakit, jangan … Nicholas, jangan! Solia, wanita itu yang menyuruhku untuk membunuhmu!” Felix tidak mau menderita sendirian, wanita itu harus bertanggung jawab.Nicholas mengangkat kepalanya, lalu melirik ke arah Peter.Peter mengangguk dan segera pergi.Tubuh Felix berkedut, dia kesakitan dan darah segar mengalir memenuhi lantai. Meskipun berlumuran darah, Felix tidak akan mati.Bukannya Nicholas berbelas kasihan, tetapi insiden malam ini sudah banyak menguras tenaganya. Kalau bukan karena amarah yang mendoro
Ketika sadarkan diri, Sella masih berada di dalam kondisi linglung. Selain ketakutan, dia tidak tahu harus berbuat apa.Meskipun Sella dan Felix berhasil kabur dari hotel, bukan berarti mereka bisa meloloskan diri dari cengkeraman Nicholas. Nicholas akan membalas 100 kali lipat lebih kejam daripada yang telah Felix dan Sella lakukan.“Nic ….” Suara Sella terdengar gemetaran. “Aku nggak ikut-ikutan, lepaskan aku! Semuanya ide Felix, dia dan Solia bekerja sama untuk membunuhmu. Dia melakukan semua itu untuk merebut toko milikmu ….”Felix tercengang mendengar ucapan Sella. Felix berusaha mengangkat kepalanya, lalu menjawab, “Nicholas, jangan percaya omongannya! Dia memaksaku untuk membunuhmu, justru dia yang lebih antusias untuk merebut tokomu ….”“Nggak, gak seperti itu ….” Sella langsung berlutut dan memegang kaki Nicholas. Dia menangis sambil memohon-mohon, “Nicholas, aku nggak kayak gitu. Tolong lepaskan aku, aku akan melakukan semua yang kamu minta ….”Felix memelototi Sella dan berk
"Aku tahu ... aku juga tahu!" Felix bergegas memanjat naik dan berkata panik," Solia itu sudah mengontak banyak orang untuk diam-diam mencelakaimu ....""Felix!" Sella berteriak dengan suara melengking. Matanya terlihat merah darah.Sella merasa ini satu-satunya cara untuk dirinya bisa bertahan. Siapa sangka Felix akan bersaing dengannya untuk hal ini? Seharusnya dia yang mengatakannya sendiri. Apakah Nicholas akan memaafkannya setelah mendengar dari mulut Felix?"Siapa lagi?" Wajah Nicholas seketika menggelap."Ada ... toko grosir, tokok batu giok, dan perusahaan keuangan kecil," jelas Sella cepat.Mata Nicholas memicing. Dia meremas erat pisau di tangannya."Tuan Muda Nicholas, saya yang mengatakannya lebih dulu ... saya yang mengatakannya lebih dulu ...." Sella bergegas menjelaskan dengan mata bergetar. Tanpa berpikir panjang, dia memasang wajah memelas sembari berlutut memohon pada Nicholas.....Pada saat yang sama, di penerbangan menuju Eropa, Solia merasa sedikit tidak tenang.M
Tiba-tiba, pesawat berguncang sesaat, seakan menembus pusaran udara.Solia memandang ke luar jendela. "Kamu merasa nggak, pesawatnya sedang turun?" tanyanya khawatir. "Turun?" Geno ikut terkejut. "Mungkin kita hanya akan berhenti sesaat. Jangan terlalu dipikirkan."Untuk sesaat, Solia merasa ragu, tapi dia jelas merasakan getaran pesawatnya. Mereka memang seperti sedang terbang mengarah ke tanah."Para penumpang sekalian, dikarenakan adanya faktor eksternal, pesawat terpaksa kembali ke Bandara Internasional Kota Mano ....""Apa-apaan ini?" Kenapa kita kembali?" Solia seketika berdiri. Raut wajahnya seketika berubah drastis. "Siapa yang menyuruhmu kembali? Kenapa kita kembali? Cepat terbangkan kembali, aku mau ke Eropa ....""Solia, tenang saja, jangan khawatir. Walaupun kita kembali ke Kota Mano, nggak akan ada siapa pun dan kita nggak akan kenapa-kenapa!" Geno menepuk-nepuk pundaknya dengan penuh percaya diri.Ekspresi Solia seketika berubah. Firasat buruk menghantui pikirannya.Gunc
Pria ini tinggi, tampan, dan tampangnya tidak menyebalkan. Namun ekspresinya terlihat tegas dan memancarkan gelombang dingin ke setiap orang yang melihatnya."Angkat tanganmu!""Aku Peter ...," ucap Peter sembari melirik mobil itu. Dia mengangkat tangannya."Kamu mau apa?""Aku hanya lewat saja," balas Peter. Perlahan melangkah mundur. "Maaf sekali, aku di sini ...."Sesudah itu, pintu mobil polisi yang membawa Geno dan Solia dibanting terbuka dari luar. Petugas polisi di dalam ditarik keluar secara paksa. Tak berapa lama, mobil itu meluncur cepat dan jauh."Siapa? Siapa yang berani menculik tersangka?!""Kejar!"Peter mengangkat tangannya, perlahan memundurkan mobil. Senyuman tipis tergambar di wajahnya. Dengan bangga dia mengejek para polisi.Geno dan Solia di dalam mobil merasa seolah mereka disiram air dingin.Mereka diculik!Geno akhirnya sadar, semua ucapannya barusan hanyalah bualan belaka. Dia sama sekali tidak menyangka dan tidak pernah membayangkan situasi ini. Mereka mungkin
Tubuh Solia bergetar hebat.Nicholas mengayunkan pedang di tangannya lalu menepuk-nepuk pipi perempuan itu lembut. "Kamu kelihatan ... sangat ketakutan?""Tuan Nicholas ...," panggil Solia gemetaran. Air mata mengalir membasahi wajahnya. "Tuan ... saya minta maaf sekali. Ini semua salah saya. Salah saya ... seharusnya saya nggak melakukan ini ...."Nicholas tersenyum. "Kamu tahu kamu salah?""Saya tahu, tolong beri saya satu kesempatan lagi ...." Solia bergegas membalikkan badan. Kakinya seketika lemas. Dalam sekejap dia berlutut di hadapan Nicholas.Nicholas terdiam sesaat, lalu tersenyum hangat. "Kamu tahu kamu salah, berarti tanganmu harus diberi hukuman, 'kan? Ulurkan tanganmu ...."Ekspresi Solia spontan berubah. "Tuan....""Ulurkan tanganmu ...." Suara Nicholas semakin dingin dan tegas.Solia menelan ludah. Perlahan-lahan mengulurkan tangannya.Sekelebat cahaya putih seketika lewat. Pedang itu terjatuh."Ah ...." Solia mengerang kesakitan. Wajahnya yang tertutupi riasan tebal sek
"Buat mereka terlihat seperti orang hilang."Yasmine mengangguk, memutar badannya, lalu menjelaskan sesuatu pada anak buahnya sebelum pergi dan menghilang di persimpangan koridor.Nicholas melangkah keluar dari ruangan hotel. Dia merenggangkan tubuhnya, merasa lelah setelah perjuangan yang panjang. Dia melihat di ujung koridor Peter sedang memandangnya dengan wajah memerah. Hati Nicholas seketika melembut. Perlahan, dia mendekati perempuan itu."Nicholas ...." Dengan perasaan bercampur aduk Yasmine menyokong tubuh Nicholas dengan tangan mungilnya.Nicholas terkekeh. "Mau bertemu dengan seseorang bersamaku?""Boleh!" Berat, Yasmine mengangguk. Sekuat tenaga dia menahan air matanya.Keduanya keluar dari lift. Tak berapa lama, mereka sampai di mobil dan meninggalkan hotel dengan meninggalkan suara raungan mesin di belakang.Nicholas tahu, semua ini masih belum berakhir. Masih ada orang lain yang perlu dia temui secara langsung. Laki-laki itu menyandarkan punggungnya di jok mobil. Matanya
Nicholas tersenyum. Dia maju dua langkah ke depan, mengulurkan tangannya, lalu menepuk lembut pergelangan tangan Sadewa. "Jangan ikut campur dengan hal-hal yang nggak seharusnya dicampuri. Kalau nggak, kamu bisa saja mengalami hal yang sama. Kalau nggak percaya, silakan saja coba sendiri.Sadewa memandang Nicholas dengan tampang tenang.Nicholas tersenyum dingin. Dia berbalik badan lalu membuka pintu mobil.Yasmine menyalakan mesin, menginjak gas, membiarkan raungan mesin menggema. Dalam sekejap mobil itu melesat jauh.Sadewa bergeming di tempat, memandang kepergian Nicholas sesaat sebelum kemudian kembali ke dalam vila."Pak Sadewa," ucap bodyguard di belakangnya dengan tatap penuh pertanyaan. "Nggak masalah! Sebagai Sadewa Quail, walau aku nggak terhormat seperti Nicholas, dia nggak akan mampu menyentuhku!" Sadewa menggertakkan giginya. "Tunggu sampai kita dapat panggilan dari perempuan itu. Kita biarkan dia menari-nari selama beberapa hari ....""Oke!" Si bodyguard mengangguk, lalu
"Tidak ada yang boleh hidup," kata Nicholas dengan suara teredam.Sekarang Sandy mengalami kelumpuhan, entah kapan kondisinya bisa pulih. Dia kesulitan menggerakkan tubuh maupun berjalan.Sandy masih berusia 20 tahun. Nicholas tidak tega melihat semua kesialan yang menimpa sahabatnya.Setelah menutup telepon, Nicholas menggenggam erat ponselnya sambil berpikir. Perasaan Nicholas terasa berkecamuk.Untungnya nyawa Sandy masih bisa diselamatkan. Jika tidak, Nicholas akan menyesal seumur hidup.Sandy sudah sadarkan diri, sedangkan Master Howard harus diamputasi dan Thalia memerlukan setengah tahun untuk bisa turun dari tempat tidur. Mereka semua adalah orang-orang terdekat Nicholas. Selain mereka, 123 orang juga meninggal di Vila Megawan.Nicholas tidak pernah melupakan nyawa 123 orang itu.Bella berdiri di samping Nicholas. Dia agak ketakutan melihat raut wajah Nicholas yang tampak begitu tegang."Menurutmu, bagaimana selanjutnya?" tanya Nicholas."Temui Ken dan habisi dia!" jawab Bella.
"Pak Zain, kamu sudah melihat ketulusanku, 'kan?" tanya Jesslyn."Hmm, terima kasih banyak atas bantuanmu. Aku juga berterima kasih kepada 'Tuan' yang menyokongmu," jawab Zain."Pak, kamu adalah orang yang pintar, aku rasa kita tidak perlu saling berterima kasih. Seluruh masyarakat Kota Modu tahu bagaimana sejarah berdirinya Clear Group. Kalian memiliki reputasi yang tinggi di kalangan mafia. Meskipun berhasil menutupi semua kejahatan, pengaruh kalian masih begitu besar." Jesslyn tertawa menyindir. "Kita menghadapi orang dan masalah yang sama. Aku telah membereskan masalah kalian, sekarang kalian harus membantuku untuk menyelesaikan masalah kami."Ekspresi Zain sontak berubah. Sama seperti dugaannya, Jesslyn tidak mungkin membantu secara cuma-cuma."Kami sudah menemukan keberadaan Nicholas. Bawa orang-orangmu untuk menghabisinya. Tidak ada masalah, 'kan?" tanya Jesslyn tanpa basa-basi."Menghabisi Nicholas bukan pekerjaan yang mudah. Ditambah, aku sudah lama meninggalkan dunia mafia. R
"Semoga jawabanmu memuaskanku." Raut wajah Ken terlihat sangat puas.Jesslyn merasa agak rendah diri saat menatap Ken. Namun mengingat Ken adalah cucu inti dari Kakek Winata, Jesslyn pun menyingkirkan semua perasaan tidak enaknya."Besok aku ingin mengajak kakekmu untuk bertemu kakekku. Saat itu, orang yang bisa bertahan hidup tidaklah banyak. Bagaimana menurutmu?" tanya Ken.Jesslyn tercengang melihat kedua mata Ken yang tampak berapi-api. "Maksud ... maksudmu ....""Kalau kakekmu mengunjungi kakekku, kakekmu bisa memujiku sedikit di hadapan kakekku. Siapa tahu pujian kakekmu bisa sedikit membantu rencanaku? Bila aku berhasil menjadi pewaris, kamu akan menjadi istri dari cucu inti Keluarga Winata. Jika saat itu tiba, kamu bisa mendapatkan semua yang kamu inginkan."Sekujur tubuh Jesslyn bergetar, dia tidak pernah menyangka hari seperti ini akan datang. Jika yang dikatakan Ken benar, Keluarga Chaw bisa berdiri kembali, sedangkan derajat Jesslyn akan memelesat tinggi.Menyandang status
Pada sore hari, lampu-lampu di Vila Lacosta bersinar terang.Ken duduk di kursi sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan menyeringai jahat."Barusan Warren menelepon, dia bersedia bekerja saja," kata Jesslyn yang berdiri di samping Ken.Ken menjawab, "Kalau begitu ... kita bereskan dulu Clear Group.""Em." Jesslyn mengangguk."Semakin hari, kamu semakin menawan." Ken tertawa terbahak-bahak sambil menatap Jesslyn.Di saat Jesslyn tersipu malu, Ken mengulurkan tangan dan langsung menarik Jesslyn ke dalam dekapannya. Sembari memeluk Jesslyn, Ken menelepon Zara dan berkata, "Sudah tiga hari, aku ingin mendengar jawabanmu."Tidak terdengar suara di ujung telepon. Zara sedang memikirkan cara untuk menjawab pertanyaan Ken."Kali ini, kubu Keluarga Winata tidak serumit sebelumnya. Aku dan para sepupuku telah mencapai kesepakatan bersama. Kamu mengerti maksudku, 'kan?" tanya Ken."Kalian bekerja sama untuk menghabisi Nicholas?" Zara menarik napas panjang."Benar! Paman Dean terlalu kuat
Setelah setengah jam kemudian, Karen melarikan diri dan pergi ke ruangan Nicholas."Nicholas, Bella ... kasihan banget!" kata Karen dengan ekspresi sedih.Nicholas tersenyum kecut, dia hanya bisa menganggukkan kepala. Nicholas tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada Karen."Ba-bagaimana kalau aku pergi?" Karen mengangkat kepalanya."Kalau kamu pergi, dia harus menahannya," jawab Nicholas."Hmm, bagaimana kalau kamu saja yang membantunya?" tanya Karen.Nicholas tertegun. "Gadis bodoh. Bagaimana kalau terjadi sesuatu di antara kami?""Tidak boleh," Karen bergumam sambil memalingkan wajah.Nicholas tertawa terbahak-bahak sambil mengelus kepala Karen. "Jadi orang jangan terlalu baik. Yang ada malah dibohongi.""Bella sangat baik kepadaku, dia membelikanku baju. Oh ya, katanya dia mau mengajakku menonton konser," jawab Karen."Konser?" Nicholas mengerutkan alis."Iya, beberapa hari lagi ada konser. Bella sudah memesan tiketnya." Karen menatap Nicholas dengan mata berbinar-binar. "Kamu ma
"Apa?" Nicholas tersentak."Aku ...." Bella menggigit bibirnya dan menjawab, "Aku ingin mengajak Karen untuk mengobrol di kamarku ...."Nicholas mengerutkan alis saat mendengar permintaan Bella."Tenang saja, aku tidak akan menyakiti maupun membohongi Karen. Aku hanya, aku ...." Bella langsung berlutut dan memohon kepada Nicholas.Nicholas menghela napas sambil melambaikan tangannya. "Aku tidak masalah asalkan Karen tidak keberatan. Tapi kalau kamu memanfaatkannya, nasibmu akan berakhir mengenaskan!""Tidak, aku tidak akan memanfaatkannya." Bella tersenyum, dia bangkit berdiri dan pamit meninggalkan ruangan Nicholas.Nicholas memijat keningnya, kondisi Bella terlihat semakin parah. Nicholas telah mencari 7 hingga 8 dokter untuk mengobati Bella, tetapi tidak ada hasil yang memuaskan. Takutnya, Bella akan terjerumus semakin jauh.Bella kembali ke kamarnya untuk mengambil sehelai gaun yang telah disiapkan, lalu bergegas pergi menemui Karen."Ini ... untukku?" Karen melirik Bella dengan ti
Jansen sontak mengangkat kepalanya, dia menghela napas panjang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Di sebuah klub malam yang terletak tak jauh dari perusahaan Clear Group.Warren memanggil belasan gadis muda untuk menemaninya. Sembari memandang Gordon yang mencekoki diri dengan bir, Warren tersenyum dan berkata, "Kak Gordon, kalau kami bekerja sama dengan Jesslyn, apakah kamu akan membantu kami? Kamu tahu sendiri kemampuan Jesslyn, siapa tahu kita bisa menarik simpati anggota Keluarga Winata yang misterius itu? Aku membutuhkan bantuanmu, jangan sampai Jesslyn berkhianat dan menghabisi kami.""Tidak masalah." Gordon tersenyum kecil."Kak Gordon memang paling baik!" Warren tersenyum sambil memberikan tatapan misterius dan berbicara dengan suara teredam, "Barusan aku sudah menelepon adikku, dia sedang di dalam perjalanan kemari. Aku rasa masalah ini harus dibicarakan dengannya juga, bagaimana menurut Kak Gordon?"Gordon menatap Warren sambil menyeringai dingin. "Sebagai saudara yang baik
"Nona Jesslyn, sepertinya kamu belum mengetahui identitas Nicholas ...." Zain terlihat agak ragu."Aku tidak tahu?" Jesslyn tertawa mendengar ucapannya. "Di Kota Modu, aku adalah orang yang paling mengenal Nicholas. Keluarga Winata bukanlah keluarga sembarangan, orang seperti kamu dan aku tidak akan sanggup menumbangkannya. Tapi untungnya Nicholas berbeda dengan anggota keluarganya yang lain, dia lembek dan payah. Asalkan kamu mendengarkan perintahku, kita pasti bisa menghancurkan Nicholas. Selama Nicholas dihabisi di Kota Modu, tidak akan ada yang mempersulit kita. Sebaliknya, kita malah mendapatkan keuntungan.""Sebenarnya apa maumu?" tanya Zain."Apa mauku? Hahaha." Jesslyn tertawa terbahak-bahak, sorotan matanya dipenuhi kebencian. "Aku ingin Nicholas berlutut dan memohon kepadaku. Aku ingin semua orang yang berpihak kepada Nicholas mati satu per satu," jawab Jesslyn dengan tatapan kejam.Tatapan Zain tampak berkecamuk, dia tegang melihat wanita yang begitu kejam ini.Beberapa wakt
Ketika menjelang malam hari, sekelompok mobil berhenti di depan lobi perusahaan Clear Group.Belasan pengawal keluar dari mobil dan berjaga di sekitar. Ketika seorang pengawal membuka pintu mobil, Jesslyn beranjak keluar dengan mengenakan balutan gaun berwarna hitam.Jesslyn adalah wanita yang sangat cantik. Dandanan serta gaun yang dikenakan, membuatnya tampak seperti boneka cantik yang hidup.Gaun ini menonjolkan lekukan tubuhnya yang indah. Dari kejauhan, punggungnya indah berhasil memikat siapa pun yang menatapnya."Apakah penanggung jawab Clear Group berada di tempat? Jesslyn menghentikan langkah kakinya sambil menatap ke arah gedung perusahaan Clear Group."Ada. Kami telah menghubungi mereka, seharusnya semua sudah disiapkan." Jawab salah seorang pengawal.Jesslyn mengangguk dan melangkah masuk ke dalam perusahaan.Felixton Group pernah berurusan dengan Clear Group. Tumpang tindih di antara kedua belah pihak membuatnya sulit menghindari konflik yang ada. Setelah Jesslyn kembali,