Plaza Yunda merupakan bangunan termegah dan paling populer di Kota Mano.Banyak anak muda yang suka berjalan-jalan di Plaza Yunda. Ada yang berbelanja, sekedar cuci mata, atau bermain wahana. Plaza Yunda dilengkapi berbagai hiburan yang lengkap.Dengan raut wajah yang dingin, Nicholas menarik pergelangan tangan Karen dan naik ke rooftop Plaza Yunda.Keberadaan Nicholas dan Karen berhasil menarik perhatian para pengunjung. Nicholas begitu tampan, sedangkan Karen sangat cantik. Mereka terlihat sangat cocok.Hanya saja, ekspresi Nicholas yang dingin membuat orang-orang merasa sungkan.Di rooftop hanya terdapat sebuah restoran mewah yang beroperasi di sana.Sebenarnya, hidangan di restoran ini biasa saja, tapi yang menjadi nilai jualnya adalah panggung besar yang berada di tengah sana. Panggung tersebut merupakan panggung termewah di Kota Mano. Tak hanya itu, puluhan kamera di panggung juga terkoneksi dengan beberapa papan layar terbesar di Kota Mano.Kamera di panggung akan merekam semua
"Em …." Karen menganggukkan kepala."Ini …." Tuan Kevin bertanya sambil menunjuk Karen."Oh, dia temannya Nicholas. Cuma berteman, tidak ada hubungan lain." Bella memperkenalkan Karen kepada Tuan Kevin. "Karen, ini Tuan Kevin, rekan bisnis Nicholas.""Salam kenal," sapa Karen sambil bangkit berdiri.Tuan Kevin tersenyum sambil menjabat tangan Karen."Tuan Kevin, silakan duduk …." Bella mengulurkan tangannya, lalu bertanya kepada Karen, "Oh iya, di mana NIcholas? Kenapa dia membawamu datang, lalu meninggalkanmu sendirian? Ah, anak itu …."Karen hanya menundukkan kepala."Bocah ini …." Bella menyeringai licik sambil bertanya, "Aku dengar kamu berasal dari keluarga yang miskin? Makanya kamu tinggal di rumah Nicholas? Mau aku bantu carikan rumah yang murah? Bukannya tinggal sendiri lebih enak, ya?"Karen mengangkat kepalanya, dia cukup tertarik dengan penawaran yang diberikan Bella.Meskipun tersenyum manis, aura Bella terasa menolak dan merendahkan Karen. "Kamu tahu sendiri, aku dan Nicho
"Hari ini, aku ingin memberi tahu kalian semua bahwa aku menyukai seorang gadis," kata Nicholas sambil tersenyum ke arah Karen.Nicholas melihat jelas setiap gerak-gerik Karen. Meskipun mengasihaninya, Nicholas terpaksa harus berbuat seperti ini. Setelah tahu rasanya sakit, kelak Karen tidak akan berani berasumsi sendiri dan mudah memercayai orang lain lagi."Gadis yang aku sukai sangat polos, bodoh …." Nicholas menggelengkan kepala sambil tersenyum tak berdaya. "Dia mudah dibohongi, mudah ditipu, tapi tetap saja berbuat baik …."Tak hanya orang-orang yang ada di restoran, puluhan kamera pun berputar dan menayangkan semuanya di layar besar Plaza Yunda.Para pengunjung yang berada di Plaza Yunda pun berhenti dan memperhatikan layar besar yang ada di sana. Pemuda yang ada di dalam layar terlihat tampan dan penyayang. Terutama saat membahas gadis yang disukai, ekspresinya dipenuhi kasih sayang dan cinta.Hampir semua wanita pasti ingin diperlakukan seperti itu …. Membuat iri saja.Felita
Ketika melihat Nicholas dan Karen yang berpelukan, seluruh pengunjung Plaza Yunda turut senang dan ikut bersorak untuk mereka.Banyak wanita yang mendambakan pria seperti Nicholas, tak hanya tampan, tetapi juga lembut dan romantis.Felita menundukkan kepalanya dengan penuh penyesalan. Seandainya waktu itu dia tidak mengakui perselingkuhannya dengan Colin, pasti sekarang Felita yang berada di dalam pelukan Nicholas.Mengingat betapa dulu Nicholas sangat mencintai Felita, Nicholas bahkan mungkin rela memetik bintang untuknya. Nasi sudah menjadi bubur, tidak ada gunanya menyesali masa lalu ….Entah kenapa hati Felita terasa sangat pedih. Dia seolah sudah tidak memiliki keberanian untuk menjalani hidup.Di saat bersamaan, Sica berdiri di depan pintu toko sambil menatap layar besar yang ada di hadapannya dengan penuh kekaguman. Dia mengenal kedua orang yang ada di dalam layar itu.Tanpa Karen dan Nicholas, Sica tidak mungkin bisa menjadi manajer toko seperti sekarang.Sica selalu berharap p
Nicholas menarik kerah Bella dan berkata dengan tegas, "Kamu nggak ada apa-apanya dibanding dia. Sikapmu sangat menjijikkan, tidak ada bedanya sama sampah. Kamu merasa tindakanmu hebat? Apa hakmu mengusirnya dari rumahku? Apa hakmu merusak hubungan kami?"Bella menatap Nicholas sampai tercengang, dia tidak tahu harus menjawab apa."Em …." Tuan Kevin merasa serba salah, dia juga bingung harus bersikap bagaimana.Setelah mengingat keberadaan Tuan Kevin, Nicholas baru melepaskan Bella dan membalikkan badan.Nicholas berusaha menenangkan emosinya, lalu berkata, "Kemarin aku masih bingung mau mengukir giok apa. Sekarang aku sudah tahu, aku ingin meminta Anda untuk mengukir sebuah giok yang spesial.""Kamu ingin mengukir apa?" Suara Nyonya Safira terdengar gemetar.Aura Nicholas terlalu mengintimidasi, Nyonya Safira merasa tertekan dan gugup.Nicholas mengangkat kedua bahunya dan menjawab sambil tersenyum, "Mengukir momen hari ini. Aku rasa momen tadi harus diabadikan. Aku sengaja membiarkan
Bella menangis sambil memohon kepada Nicholas. "Nic, aku mohon, maafkan aku. Aku nggak akan mengulanginya lagi ….""Kamu gila, ya?" Nicholas mengusap keningnya sendiri, lalu menjambak rambut Bella dan berkata, "Pergi! Jangan pernah muncul di hadapanku ataupun mengganggu pacarku! Kalau tidak, kamu tanggung sendiri akibatnya …."Melihat sikap Nicholas yang semakin kasar, Bella ingin segera memberikan dirinya kepada Nicholas. Di mata Bella, Nicholas yang kasar terlihat sangat seksi."Aku sudah gila, aku memang sudah gila …." Bella meraung-raung."Minggir!" Nicholas menendang Bella, lalu menggandeng Karen dan segera beranjak pergi.Sesampainya di depan restoran, Nicholas memerintahkan para pelayan untuk menahan Bella. "Urus dia, aku muak!"Beberapa pelayan langsung bergegas mengadang Bella.Bella berteriak seperti orang gila. Kepergian Nicholas membuatnya merasa hampa dan kehilangan arah hidup. Bella tersungkur lemas dan tak berdaya, dia duduk sambil melamun dan menangis.Sesampainya di li
Nicholas tidak menghiraukan Felita. Nicholas merangkul Karen dan langsung beranjak pergi."Nic …." Suara Felita terdengar gemetar.Nicholas malas meladeni Felita, tapi Karen malah membujuknya, "Nggak apa-apa, siapa tahu ada yang penting."Nicholas tertegun sebentar, dia tersenyum pasrah dan berkata, "Nanti malah ada yang kabur ….""Nggak, aku janji," jawab Karen sambil tersipu malu.Karen melepaskan pelukan Nicholas, lalu pergi dan menunggunya di ujung jalan.Setelah Karen pergi, Nicholas menatap Felita dengan acuh tak acuh. Nicholas pernah sangat mencintai gadis ini, tetapi sekarang mereka hanyalah dua orang asing."Nic, ayo cari tempat duduk," kata Felita sambil tersenyum lembut."Ada apa? Cepat katakan! Aku nggak mau pacarku menunggu kelamaan." Nicholas bersikap sangat ketus."Baiklah." Felita terlihat gelisah, dia menyeka rambutnya ke belakang telinga dan berkata, "Nic, aku mau pergi ke luar negeri. Kebetulan ada kegiatan pertukaran pelajar, aku ingin memanfaatkan kesempatan itu. M
"Kamu mau apa sih?""Paman Harlem, maaf …." Suara Sandy terdengar memelas."Maaf?" Harlem menunjuk Sandy yang sedang terbaring di rumah sakit. "Apa gunanya minta maaf? Kamu mau apa, hah?""Pa …." Ferina sudah tidak tahan melihat sikap ayahnya. Dia menarik Harlem sambil menangis. "Pa, aku salah. Ayo, pulang!""Pulang? Nanti kamu juga kabur ke sini lagi. Apa gunanya pulang?" Harlem mendorong Ferina, lalu kembali memarahi Sandy, "Sandy, aku ingatkan sekali lagi, kamu tidak pantas bersanding dengan putriku! Jangan pernah menghubunginya lagi! Memangnya kamu punya apa? Kamu nggak punya apa-apa! Putriku mau dikasih makan apa? Sudah miskin, cuma bisa berkelahi …. Rumah nggak punya, yang nggak punya, pintar juga nggak. Aku sudah menjodohkan putriku dengan orang lain, jangan mendekatinya lagi! Ini adalah peringatan terakhir. Kalau sampai terjadi lagi, aku tidak akan segan-segan menghabisimu."Sandy hanya bisa terdiam …."Pa, ayo, pulang …." Ferina sedikit ketakutan.Setelah mendengar pembicaraan
"Tidak ada yang boleh hidup," kata Nicholas dengan suara teredam.Sekarang Sandy mengalami kelumpuhan, entah kapan kondisinya bisa pulih. Dia kesulitan menggerakkan tubuh maupun berjalan.Sandy masih berusia 20 tahun. Nicholas tidak tega melihat semua kesialan yang menimpa sahabatnya.Setelah menutup telepon, Nicholas menggenggam erat ponselnya sambil berpikir. Perasaan Nicholas terasa berkecamuk.Untungnya nyawa Sandy masih bisa diselamatkan. Jika tidak, Nicholas akan menyesal seumur hidup.Sandy sudah sadarkan diri, sedangkan Master Howard harus diamputasi dan Thalia memerlukan setengah tahun untuk bisa turun dari tempat tidur. Mereka semua adalah orang-orang terdekat Nicholas. Selain mereka, 123 orang juga meninggal di Vila Megawan.Nicholas tidak pernah melupakan nyawa 123 orang itu.Bella berdiri di samping Nicholas. Dia agak ketakutan melihat raut wajah Nicholas yang tampak begitu tegang."Menurutmu, bagaimana selanjutnya?" tanya Nicholas."Temui Ken dan habisi dia!" jawab Bella.
"Pak Zain, kamu sudah melihat ketulusanku, 'kan?" tanya Jesslyn."Hmm, terima kasih banyak atas bantuanmu. Aku juga berterima kasih kepada 'Tuan' yang menyokongmu," jawab Zain."Pak, kamu adalah orang yang pintar, aku rasa kita tidak perlu saling berterima kasih. Seluruh masyarakat Kota Modu tahu bagaimana sejarah berdirinya Clear Group. Kalian memiliki reputasi yang tinggi di kalangan mafia. Meskipun berhasil menutupi semua kejahatan, pengaruh kalian masih begitu besar." Jesslyn tertawa menyindir. "Kita menghadapi orang dan masalah yang sama. Aku telah membereskan masalah kalian, sekarang kalian harus membantuku untuk menyelesaikan masalah kami."Ekspresi Zain sontak berubah. Sama seperti dugaannya, Jesslyn tidak mungkin membantu secara cuma-cuma."Kami sudah menemukan keberadaan Nicholas. Bawa orang-orangmu untuk menghabisinya. Tidak ada masalah, 'kan?" tanya Jesslyn tanpa basa-basi."Menghabisi Nicholas bukan pekerjaan yang mudah. Ditambah, aku sudah lama meninggalkan dunia mafia. R
"Semoga jawabanmu memuaskanku." Raut wajah Ken terlihat sangat puas.Jesslyn merasa agak rendah diri saat menatap Ken. Namun mengingat Ken adalah cucu inti dari Kakek Winata, Jesslyn pun menyingkirkan semua perasaan tidak enaknya."Besok aku ingin mengajak kakekmu untuk bertemu kakekku. Saat itu, orang yang bisa bertahan hidup tidaklah banyak. Bagaimana menurutmu?" tanya Ken.Jesslyn tercengang melihat kedua mata Ken yang tampak berapi-api. "Maksud ... maksudmu ....""Kalau kakekmu mengunjungi kakekku, kakekmu bisa memujiku sedikit di hadapan kakekku. Siapa tahu pujian kakekmu bisa sedikit membantu rencanaku? Bila aku berhasil menjadi pewaris, kamu akan menjadi istri dari cucu inti Keluarga Winata. Jika saat itu tiba, kamu bisa mendapatkan semua yang kamu inginkan."Sekujur tubuh Jesslyn bergetar, dia tidak pernah menyangka hari seperti ini akan datang. Jika yang dikatakan Ken benar, Keluarga Chaw bisa berdiri kembali, sedangkan derajat Jesslyn akan memelesat tinggi.Menyandang status
Pada sore hari, lampu-lampu di Vila Lacosta bersinar terang.Ken duduk di kursi sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan menyeringai jahat."Barusan Warren menelepon, dia bersedia bekerja saja," kata Jesslyn yang berdiri di samping Ken.Ken menjawab, "Kalau begitu ... kita bereskan dulu Clear Group.""Em." Jesslyn mengangguk."Semakin hari, kamu semakin menawan." Ken tertawa terbahak-bahak sambil menatap Jesslyn.Di saat Jesslyn tersipu malu, Ken mengulurkan tangan dan langsung menarik Jesslyn ke dalam dekapannya. Sembari memeluk Jesslyn, Ken menelepon Zara dan berkata, "Sudah tiga hari, aku ingin mendengar jawabanmu."Tidak terdengar suara di ujung telepon. Zara sedang memikirkan cara untuk menjawab pertanyaan Ken."Kali ini, kubu Keluarga Winata tidak serumit sebelumnya. Aku dan para sepupuku telah mencapai kesepakatan bersama. Kamu mengerti maksudku, 'kan?" tanya Ken."Kalian bekerja sama untuk menghabisi Nicholas?" Zara menarik napas panjang."Benar! Paman Dean terlalu kuat
Setelah setengah jam kemudian, Karen melarikan diri dan pergi ke ruangan Nicholas."Nicholas, Bella ... kasihan banget!" kata Karen dengan ekspresi sedih.Nicholas tersenyum kecut, dia hanya bisa menganggukkan kepala. Nicholas tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada Karen."Ba-bagaimana kalau aku pergi?" Karen mengangkat kepalanya."Kalau kamu pergi, dia harus menahannya," jawab Nicholas."Hmm, bagaimana kalau kamu saja yang membantunya?" tanya Karen.Nicholas tertegun. "Gadis bodoh. Bagaimana kalau terjadi sesuatu di antara kami?""Tidak boleh," Karen bergumam sambil memalingkan wajah.Nicholas tertawa terbahak-bahak sambil mengelus kepala Karen. "Jadi orang jangan terlalu baik. Yang ada malah dibohongi.""Bella sangat baik kepadaku, dia membelikanku baju. Oh ya, katanya dia mau mengajakku menonton konser," jawab Karen."Konser?" Nicholas mengerutkan alis."Iya, beberapa hari lagi ada konser. Bella sudah memesan tiketnya." Karen menatap Nicholas dengan mata berbinar-binar. "Kamu ma
"Apa?" Nicholas tersentak."Aku ...." Bella menggigit bibirnya dan menjawab, "Aku ingin mengajak Karen untuk mengobrol di kamarku ...."Nicholas mengerutkan alis saat mendengar permintaan Bella."Tenang saja, aku tidak akan menyakiti maupun membohongi Karen. Aku hanya, aku ...." Bella langsung berlutut dan memohon kepada Nicholas.Nicholas menghela napas sambil melambaikan tangannya. "Aku tidak masalah asalkan Karen tidak keberatan. Tapi kalau kamu memanfaatkannya, nasibmu akan berakhir mengenaskan!""Tidak, aku tidak akan memanfaatkannya." Bella tersenyum, dia bangkit berdiri dan pamit meninggalkan ruangan Nicholas.Nicholas memijat keningnya, kondisi Bella terlihat semakin parah. Nicholas telah mencari 7 hingga 8 dokter untuk mengobati Bella, tetapi tidak ada hasil yang memuaskan. Takutnya, Bella akan terjerumus semakin jauh.Bella kembali ke kamarnya untuk mengambil sehelai gaun yang telah disiapkan, lalu bergegas pergi menemui Karen."Ini ... untukku?" Karen melirik Bella dengan ti
Jansen sontak mengangkat kepalanya, dia menghela napas panjang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Di sebuah klub malam yang terletak tak jauh dari perusahaan Clear Group.Warren memanggil belasan gadis muda untuk menemaninya. Sembari memandang Gordon yang mencekoki diri dengan bir, Warren tersenyum dan berkata, "Kak Gordon, kalau kami bekerja sama dengan Jesslyn, apakah kamu akan membantu kami? Kamu tahu sendiri kemampuan Jesslyn, siapa tahu kita bisa menarik simpati anggota Keluarga Winata yang misterius itu? Aku membutuhkan bantuanmu, jangan sampai Jesslyn berkhianat dan menghabisi kami.""Tidak masalah." Gordon tersenyum kecil."Kak Gordon memang paling baik!" Warren tersenyum sambil memberikan tatapan misterius dan berbicara dengan suara teredam, "Barusan aku sudah menelepon adikku, dia sedang di dalam perjalanan kemari. Aku rasa masalah ini harus dibicarakan dengannya juga, bagaimana menurut Kak Gordon?"Gordon menatap Warren sambil menyeringai dingin. "Sebagai saudara yang baik
"Nona Jesslyn, sepertinya kamu belum mengetahui identitas Nicholas ...." Zain terlihat agak ragu."Aku tidak tahu?" Jesslyn tertawa mendengar ucapannya. "Di Kota Modu, aku adalah orang yang paling mengenal Nicholas. Keluarga Winata bukanlah keluarga sembarangan, orang seperti kamu dan aku tidak akan sanggup menumbangkannya. Tapi untungnya Nicholas berbeda dengan anggota keluarganya yang lain, dia lembek dan payah. Asalkan kamu mendengarkan perintahku, kita pasti bisa menghancurkan Nicholas. Selama Nicholas dihabisi di Kota Modu, tidak akan ada yang mempersulit kita. Sebaliknya, kita malah mendapatkan keuntungan.""Sebenarnya apa maumu?" tanya Zain."Apa mauku? Hahaha." Jesslyn tertawa terbahak-bahak, sorotan matanya dipenuhi kebencian. "Aku ingin Nicholas berlutut dan memohon kepadaku. Aku ingin semua orang yang berpihak kepada Nicholas mati satu per satu," jawab Jesslyn dengan tatapan kejam.Tatapan Zain tampak berkecamuk, dia tegang melihat wanita yang begitu kejam ini.Beberapa wakt
Ketika menjelang malam hari, sekelompok mobil berhenti di depan lobi perusahaan Clear Group.Belasan pengawal keluar dari mobil dan berjaga di sekitar. Ketika seorang pengawal membuka pintu mobil, Jesslyn beranjak keluar dengan mengenakan balutan gaun berwarna hitam.Jesslyn adalah wanita yang sangat cantik. Dandanan serta gaun yang dikenakan, membuatnya tampak seperti boneka cantik yang hidup.Gaun ini menonjolkan lekukan tubuhnya yang indah. Dari kejauhan, punggungnya indah berhasil memikat siapa pun yang menatapnya."Apakah penanggung jawab Clear Group berada di tempat? Jesslyn menghentikan langkah kakinya sambil menatap ke arah gedung perusahaan Clear Group."Ada. Kami telah menghubungi mereka, seharusnya semua sudah disiapkan." Jawab salah seorang pengawal.Jesslyn mengangguk dan melangkah masuk ke dalam perusahaan.Felixton Group pernah berurusan dengan Clear Group. Tumpang tindih di antara kedua belah pihak membuatnya sulit menghindari konflik yang ada. Setelah Jesslyn kembali,