Jika dijelaskan secara gamblang, kasus Karen adalah sebuah kebetulan. Dia hanya tidak pernah menyangka akan menangkap ikan besar di baliknya. Sebuah petunjuk. Perempuan bermarga Winata!Nicholas menebak dari alas sepatu perempuan itu. Dia sudah pasti berasal dari Keluarga Winata. Lagi pula, suntikan dana dari Mondial Jewelry untuk klub malam Yordanius mungkin berhubungan juga dengan perempuan ini. Meski tidak yakin siapa sosok aslinya, dia tahu, sosok tak dikenal itu sudah berkali-kali berusaha menjegalnya.Peter mengamati Nicholas berhenti. Karena ragu, dia tetap diam di tempat tanpa mengejar atasannya.Setelah melewati Universitas Mano, Karen di belakang bergumam, "Nicholas ....""Aku di sini," balas Nicholas lembut, tersenyum lebar.Karen tetap diam, seolah-olah tertidur di pundak laki-laki itu.Ada cairan hangat yang terasa mengalir membasahi pundak Nicholas. Ini membuat hatinya yang keras dan dingin seketika itu juga meleleh. Karen menangis di pundaknya tanpa bersuara sedikit pun.
Nicholas bergeming di ambang pintu. Terkejut. Bukankah seluruh biaya perawatan Sandy sudah dibayar lunas olehnya? Mengapa Sandy membayarnya lagi? Untuk apa?"Van, aku cuma nggak mau saudaraku terbebani olehku ... membantuku membayar biaya rumah sakit. Tenang saja, aku akan mengembalikannya beberapa hari lagi ...." Pipi Sandy yang bengkak naik turun mengikuti gerakan mulutnya."Kamu nggak mau saudaramu itu terbebani? Berarti, kamu mau aku yang terbebani? Kamu nggak bisa memutuskan hubungan dengan 'saudara'-mu itu?" Mata Ferina melebar, memandang Sandy dengan ekspresi tidak percaya.Ekspresi Sandy berubah suram. "Ferina, aku berjanji, dalam seminggu, aku pasti akan mengembalikan uangnya padamu!""Seminggu? Kamu nggak tahu seberapa mahal biaya perawatan di sini? Keluargamu sudah bangkrut seperti ini masih bisa mencoba meminjam uangku?" Ferina menggeleng kecewa. Dia berdiri lalu berkata, "Sandy, maaf sekali, kalau kamu terus begini, kita benar-benar nggak cocok satu sama lain!""Ferina ...
"Akhirnya aku bertemu dengan orang yang bisa menyombongkan diri …." Chloe Ting tersenyum dengan dinginnya.Nicholas tersenyum sambil memiringkan kepalanya, "Aku nggak pernah menyombongkan diri, kakakku telah mendapatkan surat kerjanya di Grup Sunrise sebagai manajer … kamu harus berpikir lagi kalau ingin keluar dari sini .…"Wajah Chloe berubah ketika mendengar Grup Sunrise.Grup Sunrise adalah milik Peter, Grup ini telah menjadi sangat populer di Kota Mano, jadi bagaimana mungkin dia tidak pernah mendengarnya?"Ma .…" Ferina memanggil dengan nada memelas."Ayo … pulang bersamaku! Mendengar para baj*ngan ini berbicara dengan omong kosongnya, kita lebih baik pulang dan menonton drama saja! Kalau Sandy bisa lebih sukses, aku, mamamu ini bisa bekerja di PBB!" Chloe tersenyum dingin lalu menarik Ferina keluar dari kamar pasien. Melihat ini, Nicholas pun menghela napas.Bahkan ketika dia benar-benar bertindak sekalipun, ini tidak akan pernah mengubah apa pun. Ini jelas memaksa Sandy menjad
Nicholas melihat ke arah Sandy tanpa berkata-kata, mungkin saja luka yang sahabatnya alami kali ini telah menyebabkan rantai kejadian lainnya, tetapi tetap saja, akar dari beberapa permasalahan ini tetap terletak pada dirinya sendiri."Aku besar bersama Vania … bisa dibilang, dia cinta masa kecilku!" Sandy berkata rasa sakit di dada.Nicholas memiringkan kepalanya sambil menatap Sandy. Sulit merespons ucapan laki-laki itu. Terkadang, hanya diri sendiri yang bisa menyembuhkan luka semacam ini. Apa pun yang dikatakan orang lain belum tentu memengaruhi isi hati terdalam seseorang."Waktu umurku 10 tahun, papaku kecelakaan dan membuat keluargaku bangkrut .…" Sandy menghela napas sambil menggelengkan kepalanya. "Setelah itu, mamaku harus menjual rumah kami untuk membayar utang … sejak itu, kami pindah ke tempat yang kecil dan aku nggak pernah bertemu lagi dengan Vania! Tetapi beberapa hari yang lalu, aku melihat Vania di Universitas Bahasa Asing .…"Nicholas mengangguk mendengar cerita ini.
Nicholas tersenyum, "Cari caranya dan lakukanlah sendiri! Kalau kamu merasa ini benar, aku akan berikan kesempatan, setelah tiga tahun keluargamu tidak hanya memiliki enam puluh miliar saja, tapi enam ratus miliar, bahkan enam triliun! Tapi kalau kamu merasa ini nggak perlu, itu juga terserah kamu, yang kamu perlu lakukan hanya mendukung dan mendoakan dia bahagia .…"Sandy menatap kosong Nicholas. Perasaannya campur aduk. Kedua tangannya terkepal erat."Jangan melihatku seperti itu .…" Nicholas tersenyum sambil meluruskan tangannya, "Ada rahasia yang sebaiknya kamu nggak tahu! Jangan sepenuhnya berharap padaku! Saranku satu, raih kesempatan yang datang, waktu gagal kamu mungkin akan kehilangan semuanya, tapi kamu masih bisa memulai kembali! Dan kalau sepenuhnya berharap padaku … saat gagal nanti, kamu bisa saja mati!"Sandy tercengang, dengan tatapan penuh kepada Nicholas lalu perlahan mengeraskan rahangnya.Nicholas menaikkan bahunya lalu keluar dari kamar pasien Sandy.Terkadang ada
Nicholas terkejut. “Kenapa tiba-tiba tanya ini?” tanyanya tersenyum.“Karena … karena Yasmine adalah adikku .…” Wajah Peter tampak tidak nyaman.Ekspresi Nicholas pun sebelas dua belas. “Adikmu … cantik!”Peter tertegun sejenak. Seketika dia bergumam dalam hati. Apakah Nicholas sedang memarahi dirinya? Pada saat ini Nicholas telah naik ke taksi, tak mampu berkata apa pun.Wajah Peter memang tidak buruk, tapi dengan wajah yang seperti orang mati itu membuatnya terlihat berbeda dari Yasmine!Apakah keduanya benar kakak-beradik?Nicholas berpikir, apakah Tuhan sedang mempermainkannya? Tanpa berpikir panjang dia berkata kepada sopir. “Jalan Golden Harmony .…”Sopir yang mengangguk lalu mempercepat laju mobil.Wajah Nicholas terlihat cemberut. Matanya memandang ke langit biru dengan pikiran melanglang buana entah ke mana..Area Golden Harmony penuh dengan gedung tinggi yang membuatnya terkesan cantik. Tempat ini seperti pusat kota di Kota Mano, sekaligus tempat industri yang paling berpeng
"Kelas E masih layak diberikan untukmu .…" Solia tersenyum dengan dingin lalu memutar badannya."Solia, cepat, sebentar lagi kita terlambat!" Dari kejauhan, seseorang pemuda yang turun dari mobil melambaikan tangannya ke arah Solia. "Buat apa bicara dengan orang miskin seperti dia? Mengapa menodai identitasmu?""Aku nggak senang melihatnya di sini .…" kata Solia, lalu memasuki lift sambil melihat ke arah Nicholas dengan dingin.Nicholas merasa sangat marah, tapi wanita itu sudah terlebih dulu masuk ke dalam lift."Tuan, silakan mengantre di ruang tunggu kelas E …." Resepsionis cantik itu tersenyum. Senyumannya jelas terlihat seperti sedang mengejek Nicholas.Nicholas berusaha untuk menahan amarahnya. Dia mengangguk lalu tersenyum dingin dan membalas, "Baiklah, aku akan mengantre di kelas E, yang aku harus mendengarkan kalian!"Pelayan yang tersenyum, memutar bola matanya, seolah malas menghiraukan laki-laki itu.Nicholas membalikkan badannya lalu melangkah menuju tempat antrean khusus
Sekretaris di samping Sadewa cepat mengangguk lalu bergegas menuju resepsionis.Solia yang mendengarkan di sampingnya, mengingat nama Nicholas dengan sangat jelas. Akhirnya dia sendiri tahu siapa sosok orang yang belum dan akan datang ini. Melihat ekspresi dari setiap orang yang hadir di ruangan itu, dapat dipastikan nama itu milik seseorang yang amat penting. Entah apa yang dimiliki sosok itu sampai bisa mendapatkan kehormatan seperti ini.Setelah beberapa saat, sekretaris datang dengan terburu-buru lalu berkata, "Resepsionis bilang di sana tidak ada orang bernama Nicholas!"Sadewa mengerutkan dahinya sambil menghela nafas. "Tunggu saja, tidak apa-apa terlambat! Kita sudah menunggu cukup lama, seharusnya tidak akan menjadi masalah kalau kita menunggu lebih lama lagi."Semua orang saling melihat sambil mengangguk. Awalnya semua orang diminta tiba pukul 9, tapi semuanya sudah tiba satu jam lebih awal agar dapat memberikan kesan yang lebih baik.Solia mungkin tidak tahu siapa yang sedang
"Tidak ada yang boleh hidup," kata Nicholas dengan suara teredam.Sekarang Sandy mengalami kelumpuhan, entah kapan kondisinya bisa pulih. Dia kesulitan menggerakkan tubuh maupun berjalan.Sandy masih berusia 20 tahun. Nicholas tidak tega melihat semua kesialan yang menimpa sahabatnya.Setelah menutup telepon, Nicholas menggenggam erat ponselnya sambil berpikir. Perasaan Nicholas terasa berkecamuk.Untungnya nyawa Sandy masih bisa diselamatkan. Jika tidak, Nicholas akan menyesal seumur hidup.Sandy sudah sadarkan diri, sedangkan Master Howard harus diamputasi dan Thalia memerlukan setengah tahun untuk bisa turun dari tempat tidur. Mereka semua adalah orang-orang terdekat Nicholas. Selain mereka, 123 orang juga meninggal di Vila Megawan.Nicholas tidak pernah melupakan nyawa 123 orang itu.Bella berdiri di samping Nicholas. Dia agak ketakutan melihat raut wajah Nicholas yang tampak begitu tegang."Menurutmu, bagaimana selanjutnya?" tanya Nicholas."Temui Ken dan habisi dia!" jawab Bella.
"Pak Zain, kamu sudah melihat ketulusanku, 'kan?" tanya Jesslyn."Hmm, terima kasih banyak atas bantuanmu. Aku juga berterima kasih kepada 'Tuan' yang menyokongmu," jawab Zain."Pak, kamu adalah orang yang pintar, aku rasa kita tidak perlu saling berterima kasih. Seluruh masyarakat Kota Modu tahu bagaimana sejarah berdirinya Clear Group. Kalian memiliki reputasi yang tinggi di kalangan mafia. Meskipun berhasil menutupi semua kejahatan, pengaruh kalian masih begitu besar." Jesslyn tertawa menyindir. "Kita menghadapi orang dan masalah yang sama. Aku telah membereskan masalah kalian, sekarang kalian harus membantuku untuk menyelesaikan masalah kami."Ekspresi Zain sontak berubah. Sama seperti dugaannya, Jesslyn tidak mungkin membantu secara cuma-cuma."Kami sudah menemukan keberadaan Nicholas. Bawa orang-orangmu untuk menghabisinya. Tidak ada masalah, 'kan?" tanya Jesslyn tanpa basa-basi."Menghabisi Nicholas bukan pekerjaan yang mudah. Ditambah, aku sudah lama meninggalkan dunia mafia. R
"Semoga jawabanmu memuaskanku." Raut wajah Ken terlihat sangat puas.Jesslyn merasa agak rendah diri saat menatap Ken. Namun mengingat Ken adalah cucu inti dari Kakek Winata, Jesslyn pun menyingkirkan semua perasaan tidak enaknya."Besok aku ingin mengajak kakekmu untuk bertemu kakekku. Saat itu, orang yang bisa bertahan hidup tidaklah banyak. Bagaimana menurutmu?" tanya Ken.Jesslyn tercengang melihat kedua mata Ken yang tampak berapi-api. "Maksud ... maksudmu ....""Kalau kakekmu mengunjungi kakekku, kakekmu bisa memujiku sedikit di hadapan kakekku. Siapa tahu pujian kakekmu bisa sedikit membantu rencanaku? Bila aku berhasil menjadi pewaris, kamu akan menjadi istri dari cucu inti Keluarga Winata. Jika saat itu tiba, kamu bisa mendapatkan semua yang kamu inginkan."Sekujur tubuh Jesslyn bergetar, dia tidak pernah menyangka hari seperti ini akan datang. Jika yang dikatakan Ken benar, Keluarga Chaw bisa berdiri kembali, sedangkan derajat Jesslyn akan memelesat tinggi.Menyandang status
Pada sore hari, lampu-lampu di Vila Lacosta bersinar terang.Ken duduk di kursi sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan menyeringai jahat."Barusan Warren menelepon, dia bersedia bekerja saja," kata Jesslyn yang berdiri di samping Ken.Ken menjawab, "Kalau begitu ... kita bereskan dulu Clear Group.""Em." Jesslyn mengangguk."Semakin hari, kamu semakin menawan." Ken tertawa terbahak-bahak sambil menatap Jesslyn.Di saat Jesslyn tersipu malu, Ken mengulurkan tangan dan langsung menarik Jesslyn ke dalam dekapannya. Sembari memeluk Jesslyn, Ken menelepon Zara dan berkata, "Sudah tiga hari, aku ingin mendengar jawabanmu."Tidak terdengar suara di ujung telepon. Zara sedang memikirkan cara untuk menjawab pertanyaan Ken."Kali ini, kubu Keluarga Winata tidak serumit sebelumnya. Aku dan para sepupuku telah mencapai kesepakatan bersama. Kamu mengerti maksudku, 'kan?" tanya Ken."Kalian bekerja sama untuk menghabisi Nicholas?" Zara menarik napas panjang."Benar! Paman Dean terlalu kuat
Setelah setengah jam kemudian, Karen melarikan diri dan pergi ke ruangan Nicholas."Nicholas, Bella ... kasihan banget!" kata Karen dengan ekspresi sedih.Nicholas tersenyum kecut, dia hanya bisa menganggukkan kepala. Nicholas tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada Karen."Ba-bagaimana kalau aku pergi?" Karen mengangkat kepalanya."Kalau kamu pergi, dia harus menahannya," jawab Nicholas."Hmm, bagaimana kalau kamu saja yang membantunya?" tanya Karen.Nicholas tertegun. "Gadis bodoh. Bagaimana kalau terjadi sesuatu di antara kami?""Tidak boleh," Karen bergumam sambil memalingkan wajah.Nicholas tertawa terbahak-bahak sambil mengelus kepala Karen. "Jadi orang jangan terlalu baik. Yang ada malah dibohongi.""Bella sangat baik kepadaku, dia membelikanku baju. Oh ya, katanya dia mau mengajakku menonton konser," jawab Karen."Konser?" Nicholas mengerutkan alis."Iya, beberapa hari lagi ada konser. Bella sudah memesan tiketnya." Karen menatap Nicholas dengan mata berbinar-binar. "Kamu ma
"Apa?" Nicholas tersentak."Aku ...." Bella menggigit bibirnya dan menjawab, "Aku ingin mengajak Karen untuk mengobrol di kamarku ...."Nicholas mengerutkan alis saat mendengar permintaan Bella."Tenang saja, aku tidak akan menyakiti maupun membohongi Karen. Aku hanya, aku ...." Bella langsung berlutut dan memohon kepada Nicholas.Nicholas menghela napas sambil melambaikan tangannya. "Aku tidak masalah asalkan Karen tidak keberatan. Tapi kalau kamu memanfaatkannya, nasibmu akan berakhir mengenaskan!""Tidak, aku tidak akan memanfaatkannya." Bella tersenyum, dia bangkit berdiri dan pamit meninggalkan ruangan Nicholas.Nicholas memijat keningnya, kondisi Bella terlihat semakin parah. Nicholas telah mencari 7 hingga 8 dokter untuk mengobati Bella, tetapi tidak ada hasil yang memuaskan. Takutnya, Bella akan terjerumus semakin jauh.Bella kembali ke kamarnya untuk mengambil sehelai gaun yang telah disiapkan, lalu bergegas pergi menemui Karen."Ini ... untukku?" Karen melirik Bella dengan ti
Jansen sontak mengangkat kepalanya, dia menghela napas panjang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Di sebuah klub malam yang terletak tak jauh dari perusahaan Clear Group.Warren memanggil belasan gadis muda untuk menemaninya. Sembari memandang Gordon yang mencekoki diri dengan bir, Warren tersenyum dan berkata, "Kak Gordon, kalau kami bekerja sama dengan Jesslyn, apakah kamu akan membantu kami? Kamu tahu sendiri kemampuan Jesslyn, siapa tahu kita bisa menarik simpati anggota Keluarga Winata yang misterius itu? Aku membutuhkan bantuanmu, jangan sampai Jesslyn berkhianat dan menghabisi kami.""Tidak masalah." Gordon tersenyum kecil."Kak Gordon memang paling baik!" Warren tersenyum sambil memberikan tatapan misterius dan berbicara dengan suara teredam, "Barusan aku sudah menelepon adikku, dia sedang di dalam perjalanan kemari. Aku rasa masalah ini harus dibicarakan dengannya juga, bagaimana menurut Kak Gordon?"Gordon menatap Warren sambil menyeringai dingin. "Sebagai saudara yang baik
"Nona Jesslyn, sepertinya kamu belum mengetahui identitas Nicholas ...." Zain terlihat agak ragu."Aku tidak tahu?" Jesslyn tertawa mendengar ucapannya. "Di Kota Modu, aku adalah orang yang paling mengenal Nicholas. Keluarga Winata bukanlah keluarga sembarangan, orang seperti kamu dan aku tidak akan sanggup menumbangkannya. Tapi untungnya Nicholas berbeda dengan anggota keluarganya yang lain, dia lembek dan payah. Asalkan kamu mendengarkan perintahku, kita pasti bisa menghancurkan Nicholas. Selama Nicholas dihabisi di Kota Modu, tidak akan ada yang mempersulit kita. Sebaliknya, kita malah mendapatkan keuntungan.""Sebenarnya apa maumu?" tanya Zain."Apa mauku? Hahaha." Jesslyn tertawa terbahak-bahak, sorotan matanya dipenuhi kebencian. "Aku ingin Nicholas berlutut dan memohon kepadaku. Aku ingin semua orang yang berpihak kepada Nicholas mati satu per satu," jawab Jesslyn dengan tatapan kejam.Tatapan Zain tampak berkecamuk, dia tegang melihat wanita yang begitu kejam ini.Beberapa wakt
Ketika menjelang malam hari, sekelompok mobil berhenti di depan lobi perusahaan Clear Group.Belasan pengawal keluar dari mobil dan berjaga di sekitar. Ketika seorang pengawal membuka pintu mobil, Jesslyn beranjak keluar dengan mengenakan balutan gaun berwarna hitam.Jesslyn adalah wanita yang sangat cantik. Dandanan serta gaun yang dikenakan, membuatnya tampak seperti boneka cantik yang hidup.Gaun ini menonjolkan lekukan tubuhnya yang indah. Dari kejauhan, punggungnya indah berhasil memikat siapa pun yang menatapnya."Apakah penanggung jawab Clear Group berada di tempat? Jesslyn menghentikan langkah kakinya sambil menatap ke arah gedung perusahaan Clear Group."Ada. Kami telah menghubungi mereka, seharusnya semua sudah disiapkan." Jawab salah seorang pengawal.Jesslyn mengangguk dan melangkah masuk ke dalam perusahaan.Felixton Group pernah berurusan dengan Clear Group. Tumpang tindih di antara kedua belah pihak membuatnya sulit menghindari konflik yang ada. Setelah Jesslyn kembali,