Setelah menutup telepon, Sandy menerobos kerumunan sambil berteriak, "Ada yang melihat Karen? Ada yang melihat Karen?"Saking paniknya, Sandy sampai berkeringat dingin.Karen benar-benar hilang! Padahal, Sandy cuma pergi sebentar ke toilet. Begitu Sandy kembali, Karen sudah hilang dan tidak ada yang melihatnya.Sebelum menghubungi Nicholas, Sandy sudah belasan kali menelepon Karen, tapi sama sekali tidak ada jawaban.Sandy yakin, pasti telah terjadi sesuatu! Sebelumnya, Nicholas sudah mengingatkan Sandy untuk mengawasi Karen. Belum juga sehari, Karen sudah hilang lagi.Sandy terlihat sangat murka, jangan-jangan semua ini adalah jebakan. Dia berjalan ke ruang karaoke, lalu menendang pintunya. Di tengah asyik bernyanyi, semua orang terkejut mendengar suara pintu yang ditendang."Sandy, kamu sudah gila? Kamu ngapain?" tanya salah seorang temannya.Sandy menarik napas panjang sambil berjalan masuk ke dalam ruang karaoke. Kemudian, dia mengambil sebotol bir dan melemparkannya ke atas meja.
Walaupun kesakitan, Sandy tetap berusaha bangun. Belasan pengawal tampak memasuki ruangan karaoke, mereka jelas bukanlah orang baik.Di tengah kerumunan pengawal, seorang pria berambut kuning muncul sambil mengisap cerutu. Pria berambut kuning adalah Ernest, dia adalah bos dari sekelompok preman ini.Awalnya, orang-orang mengira kalau belasan orang ini adalah pengawal bar. Tidak disangka, ternyata mereka adalah preman. Begitu mengetahuinya, semua orang langsung meringkuk ketakutan."Bocah, besar sekali nyalimu? Beraninya membuat onar di daerah kekuasaanku!" tanya Ernest sambil tersenyum merendahkan."Kak Ernest ...." Sesaat melihat kemunculan Ernest, Yenny langsung berlari dan bersembunyi di belakangnya."Sayangku, maaf sudah membuatmu ketakutan. Kali ini aku yang salah. Sini, biarkan aku melindungimu," kata Ernest sambil tersenyum manis."Kak, dia mau membunuhku." Yenny berusaha memprovokasi Ernest.Sandy menggertakkan gigi sambil menggenggam pecahan beling yang masih dipegangnya. San
"Aku akan menghabisimu!" kata Sandy sambil menggertakkan giginya."Menghabisiku? Hahahaha." Pernyataan Sandy terdengar sangat konyol. Ernest bahkan sampai tertawa terbahak-bahak.Setelah puas tertawa, Ernest menepuk-nepuk wajah Sandy dan melanjutkan ucapannya, "Kamu? Mau menghabisiku? Eh, kalian semua dengar, tidak? Katanya, dia mau membunuhku ....""Haha ....""Kak, jangan menghiraukannya. Dia cuma orang bodoh, haha ...." Para preman terus mentertawakan Sandy."Kak Ernest, habisi saja pecundang itu ...." Yenny tersenyum licik.Sandy sangat jijik muak melihat sikap Yenny. Sambil tersungkur, Sandy menatap Yenny dengan tatapan yang mengerikan."Kak Ernest, lihat wajahnya, mengerikan banget. Seperti mau menerkamku saja." Yenny merangkul lengan Ernest seperti seekor burung yang ketakutan. "Lihat wajah dan tatapannya! Kayaknya dia nggak terima ....""Hem, kalau begitu patahkan kedua kakinya dan hancurkan wajahnya!" kata Ernest sambil mencekik Sandy. "Panggil orang! Patahkan kakinya.""Baik!
Sesaat menoleh, Ernest melihat seorang pemuda yang mengenakan celana jeans dan kaus berwarna biru. Pemuda itu berjalan masuk, dia terlihat sangat berkharisma.Sandy yang awalnya meringkuk dan ketakutan pun membuka matanya secara perlahan-lahan. Kemudian, dia menoleh ke arah pintu dan melihat kedatangan ... Nicholas!Akhirnya, Nicholas datang!Setibanya di dalam ruangan, hati Nicholas terasa seperti ditikam saat melihat Sandy yang tersungkur dalam kondisi babak belur dan berlumuran darah."Sandy, kamu nggak apa-apa?" Nicholas segera menghampiri Sandy dan menggenggam tangannya."Nggak apa-apa. Cepat, cari Karen ...." Wajah Sandy bengkak, sudut bibirnya terluka, dan matanya memar. Meskipun ucapannya terdengar tidak jelas, Sandy sudah berusaha semaksimal mungkin.Nicholas mengangkat kedua alisnya. "N1, cari Karen. N2, awasi orang-orang ini."N1 menganggukkan kepala dan pergi mendobrak setiap ruangan yang ada di bar untuk mencari Karen.Setelah memerintahkan N1 dan N2, Nicholas berdiri seca
"N2, jaga Sandy!" Setelah berpesan, Nicholas bergegas bangun dan berlari mengikuti N1.Ketika berlari, jantung Nicholas berdegup sangat kencang. Dia tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi kepada Karen.Setelah tinggal bersama, Nicholas dan Karen jadi lebih sering berinteraksi. Tanpa disadari, Nicholas pun mulai memiliki perasaan kepada Karen. Meskipun perasaan itu tidak menggebu-gebu, Karen memiliki tempat spesial di hati Nicholas.Seandainya terjadi sesuatu kepada Karen, Nicholas tidak tahu bagaimana harus melanjutkan hidupnya."Tuan, lewat sini," N1 berteriak.Nicholas masuk ke salah satu ruangan yang ditunjuk N1. Begitu memasuki ruangan, Nicholas melihat Karen yang pingsan dan berbaring di sofa sambil berselimutan. Wajah Karen agak bengkak, jejak air mata pun masih membekas di pipinya.Melihat kondisi Karen, sepertinya dia membangkang saat ingin dilecehkan.Nicholas benar-benar murka, dia pun langsung memeriksa kondisi Karen. Selain memar di wajah, tubuh Karen tidak terluka
Entah dari mana Yenny mendapatkan keberanian. Tiba-tiba, dia menunjuk Nicholas dan berteriak, "Nicholas, kamu sudah gila, ya? Ini namanya percobaan pembunuhan ...."Nicholas langsung menghampiri dan menampar Yenni. "Sebagai mahasiswi Universitas Mano, kamu malah bekerja sama dengan orang luar untuk mencelakai teman sendiri?""Aw ...." Yenny memegang wajahnya yang kesakitan.Karena belum puas, Nicholas menjambak rambut Yenny dan menamparnya berulang kali. "Plak, plak, plak.""Nicholas, kamu ... kamu ...." Suara Freddy terdengar gemetaran. Dia tidak menyangka Nicholas bisa berbuat sekejam ini.Nicholas tak banyak bicara, dia melepaskan Yenny, lalu berbalik dan menendang Freddy.Kemudian, Nicholas menarik kerah baju Freddy sambil menyeretnya. "Aku sudah berusaha bersabar, tapi kamu terus menantangku. Hari ini, kesabaranku benar-benar sudah habis. Kejam? Apa yang kamu lakukan saat preman-preman itu memukuli Sandy? Apa yang kamu lakukan saat mereka menjebak Karen?""Nicholas ...." Freddy ke
"Ernest!" Andre berteriak marah. Dia menatap Ernest dengan tatapan tajam dan berkata, "Kita memang preman, tapi preman pun punya aturan! Hari ini kamu sudah melanggar peraturan, masih tidak mau mengaku dan minta maaf?""Minta maaf? Hahaha ...." Ernest tertawa terbahak-bahak. "Andre, kamu mau memaksaku minta maaf? Kamu sudah gila, ya?""Kamu sudah bosan hidup, ya?" tanya Andre sambil mengerutkan alis."Kamu yang sudah bosan hidup!" Ernest tersenyum gusar. "Selama tiga tahun mengabdi padamu, apa yang aku dapatkan? Selama tiga tahun ini, kamu hidup seperti seorang pecundang. Aku sudah muak!""Bagus, bagus ...." Seorang pria yang mengenakan kemeja bercorak bunga, berjalan masuk sambil bertepuk tangan."Yordanius, apa maksudmu?" Andre terlihat kebingungan.Yordanius menyeringai, ekspresi wajahnya terlihat penuh sindiran. "Kak Andre, kamu memang udah tua. Kamu selalu melarang semua yang ingin aku lakukan, sama sekali nggak menghargai aku! Aku rasa Ernest lebih pintar daripada kamu, kami juga
"Aku nggak suka berkelahi dan membunuh. Aku lebih menyukai jalan damai," kata Yordanius sambil berjalan mengamati ruangan yang kacau balau ini.Yordanius menatap dinding yang rusak, meja yang hancur, dan lantai yang berlumuran darah. "Ini adalah meja mahal yang aku impor dari luar negeri, harganya sekitar 6 miliar. Emm, cat dinding ini juga tidak murah, harganya berkisar 4 miliar. Hah, kamu sudah merusak tempat usahaku. Bagaimana kamu akan mengganti ruginya?"Ucapan Yordanius lebih terdengar seperti manipulasi. Dia ingin membuat Nicholas merasa bersalah, lalu memeras dan baru menghabisinya.Nicholas telah memprovokasi orang yang seharusnya dijauhi. Kalaupun tidak mati, Nicholas pasti akan cacat seumur hidup."Iya, dia harus ganti rugi ...." Yenny bangkit berdiri dan mengompori Yordanius. Walaupun wajahnya bengkak, Yenny masih tidak kapok juga. "Dia yang merusak semua barang di sini. Pokoknya dia harus ganti rugi!""Iya, aku berani bersaksi, dia yang menghancurkan semua ini," kata Fredd
"Tidak ada yang boleh hidup," kata Nicholas dengan suara teredam.Sekarang Sandy mengalami kelumpuhan, entah kapan kondisinya bisa pulih. Dia kesulitan menggerakkan tubuh maupun berjalan.Sandy masih berusia 20 tahun. Nicholas tidak tega melihat semua kesialan yang menimpa sahabatnya.Setelah menutup telepon, Nicholas menggenggam erat ponselnya sambil berpikir. Perasaan Nicholas terasa berkecamuk.Untungnya nyawa Sandy masih bisa diselamatkan. Jika tidak, Nicholas akan menyesal seumur hidup.Sandy sudah sadarkan diri, sedangkan Master Howard harus diamputasi dan Thalia memerlukan setengah tahun untuk bisa turun dari tempat tidur. Mereka semua adalah orang-orang terdekat Nicholas. Selain mereka, 123 orang juga meninggal di Vila Megawan.Nicholas tidak pernah melupakan nyawa 123 orang itu.Bella berdiri di samping Nicholas. Dia agak ketakutan melihat raut wajah Nicholas yang tampak begitu tegang."Menurutmu, bagaimana selanjutnya?" tanya Nicholas."Temui Ken dan habisi dia!" jawab Bella.
"Pak Zain, kamu sudah melihat ketulusanku, 'kan?" tanya Jesslyn."Hmm, terima kasih banyak atas bantuanmu. Aku juga berterima kasih kepada 'Tuan' yang menyokongmu," jawab Zain."Pak, kamu adalah orang yang pintar, aku rasa kita tidak perlu saling berterima kasih. Seluruh masyarakat Kota Modu tahu bagaimana sejarah berdirinya Clear Group. Kalian memiliki reputasi yang tinggi di kalangan mafia. Meskipun berhasil menutupi semua kejahatan, pengaruh kalian masih begitu besar." Jesslyn tertawa menyindir. "Kita menghadapi orang dan masalah yang sama. Aku telah membereskan masalah kalian, sekarang kalian harus membantuku untuk menyelesaikan masalah kami."Ekspresi Zain sontak berubah. Sama seperti dugaannya, Jesslyn tidak mungkin membantu secara cuma-cuma."Kami sudah menemukan keberadaan Nicholas. Bawa orang-orangmu untuk menghabisinya. Tidak ada masalah, 'kan?" tanya Jesslyn tanpa basa-basi."Menghabisi Nicholas bukan pekerjaan yang mudah. Ditambah, aku sudah lama meninggalkan dunia mafia. R
"Semoga jawabanmu memuaskanku." Raut wajah Ken terlihat sangat puas.Jesslyn merasa agak rendah diri saat menatap Ken. Namun mengingat Ken adalah cucu inti dari Kakek Winata, Jesslyn pun menyingkirkan semua perasaan tidak enaknya."Besok aku ingin mengajak kakekmu untuk bertemu kakekku. Saat itu, orang yang bisa bertahan hidup tidaklah banyak. Bagaimana menurutmu?" tanya Ken.Jesslyn tercengang melihat kedua mata Ken yang tampak berapi-api. "Maksud ... maksudmu ....""Kalau kakekmu mengunjungi kakekku, kakekmu bisa memujiku sedikit di hadapan kakekku. Siapa tahu pujian kakekmu bisa sedikit membantu rencanaku? Bila aku berhasil menjadi pewaris, kamu akan menjadi istri dari cucu inti Keluarga Winata. Jika saat itu tiba, kamu bisa mendapatkan semua yang kamu inginkan."Sekujur tubuh Jesslyn bergetar, dia tidak pernah menyangka hari seperti ini akan datang. Jika yang dikatakan Ken benar, Keluarga Chaw bisa berdiri kembali, sedangkan derajat Jesslyn akan memelesat tinggi.Menyandang status
Pada sore hari, lampu-lampu di Vila Lacosta bersinar terang.Ken duduk di kursi sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan menyeringai jahat."Barusan Warren menelepon, dia bersedia bekerja saja," kata Jesslyn yang berdiri di samping Ken.Ken menjawab, "Kalau begitu ... kita bereskan dulu Clear Group.""Em." Jesslyn mengangguk."Semakin hari, kamu semakin menawan." Ken tertawa terbahak-bahak sambil menatap Jesslyn.Di saat Jesslyn tersipu malu, Ken mengulurkan tangan dan langsung menarik Jesslyn ke dalam dekapannya. Sembari memeluk Jesslyn, Ken menelepon Zara dan berkata, "Sudah tiga hari, aku ingin mendengar jawabanmu."Tidak terdengar suara di ujung telepon. Zara sedang memikirkan cara untuk menjawab pertanyaan Ken."Kali ini, kubu Keluarga Winata tidak serumit sebelumnya. Aku dan para sepupuku telah mencapai kesepakatan bersama. Kamu mengerti maksudku, 'kan?" tanya Ken."Kalian bekerja sama untuk menghabisi Nicholas?" Zara menarik napas panjang."Benar! Paman Dean terlalu kuat
Setelah setengah jam kemudian, Karen melarikan diri dan pergi ke ruangan Nicholas."Nicholas, Bella ... kasihan banget!" kata Karen dengan ekspresi sedih.Nicholas tersenyum kecut, dia hanya bisa menganggukkan kepala. Nicholas tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada Karen."Ba-bagaimana kalau aku pergi?" Karen mengangkat kepalanya."Kalau kamu pergi, dia harus menahannya," jawab Nicholas."Hmm, bagaimana kalau kamu saja yang membantunya?" tanya Karen.Nicholas tertegun. "Gadis bodoh. Bagaimana kalau terjadi sesuatu di antara kami?""Tidak boleh," Karen bergumam sambil memalingkan wajah.Nicholas tertawa terbahak-bahak sambil mengelus kepala Karen. "Jadi orang jangan terlalu baik. Yang ada malah dibohongi.""Bella sangat baik kepadaku, dia membelikanku baju. Oh ya, katanya dia mau mengajakku menonton konser," jawab Karen."Konser?" Nicholas mengerutkan alis."Iya, beberapa hari lagi ada konser. Bella sudah memesan tiketnya." Karen menatap Nicholas dengan mata berbinar-binar. "Kamu ma
"Apa?" Nicholas tersentak."Aku ...." Bella menggigit bibirnya dan menjawab, "Aku ingin mengajak Karen untuk mengobrol di kamarku ...."Nicholas mengerutkan alis saat mendengar permintaan Bella."Tenang saja, aku tidak akan menyakiti maupun membohongi Karen. Aku hanya, aku ...." Bella langsung berlutut dan memohon kepada Nicholas.Nicholas menghela napas sambil melambaikan tangannya. "Aku tidak masalah asalkan Karen tidak keberatan. Tapi kalau kamu memanfaatkannya, nasibmu akan berakhir mengenaskan!""Tidak, aku tidak akan memanfaatkannya." Bella tersenyum, dia bangkit berdiri dan pamit meninggalkan ruangan Nicholas.Nicholas memijat keningnya, kondisi Bella terlihat semakin parah. Nicholas telah mencari 7 hingga 8 dokter untuk mengobati Bella, tetapi tidak ada hasil yang memuaskan. Takutnya, Bella akan terjerumus semakin jauh.Bella kembali ke kamarnya untuk mengambil sehelai gaun yang telah disiapkan, lalu bergegas pergi menemui Karen."Ini ... untukku?" Karen melirik Bella dengan ti
Jansen sontak mengangkat kepalanya, dia menghela napas panjang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Di sebuah klub malam yang terletak tak jauh dari perusahaan Clear Group.Warren memanggil belasan gadis muda untuk menemaninya. Sembari memandang Gordon yang mencekoki diri dengan bir, Warren tersenyum dan berkata, "Kak Gordon, kalau kami bekerja sama dengan Jesslyn, apakah kamu akan membantu kami? Kamu tahu sendiri kemampuan Jesslyn, siapa tahu kita bisa menarik simpati anggota Keluarga Winata yang misterius itu? Aku membutuhkan bantuanmu, jangan sampai Jesslyn berkhianat dan menghabisi kami.""Tidak masalah." Gordon tersenyum kecil."Kak Gordon memang paling baik!" Warren tersenyum sambil memberikan tatapan misterius dan berbicara dengan suara teredam, "Barusan aku sudah menelepon adikku, dia sedang di dalam perjalanan kemari. Aku rasa masalah ini harus dibicarakan dengannya juga, bagaimana menurut Kak Gordon?"Gordon menatap Warren sambil menyeringai dingin. "Sebagai saudara yang baik
"Nona Jesslyn, sepertinya kamu belum mengetahui identitas Nicholas ...." Zain terlihat agak ragu."Aku tidak tahu?" Jesslyn tertawa mendengar ucapannya. "Di Kota Modu, aku adalah orang yang paling mengenal Nicholas. Keluarga Winata bukanlah keluarga sembarangan, orang seperti kamu dan aku tidak akan sanggup menumbangkannya. Tapi untungnya Nicholas berbeda dengan anggota keluarganya yang lain, dia lembek dan payah. Asalkan kamu mendengarkan perintahku, kita pasti bisa menghancurkan Nicholas. Selama Nicholas dihabisi di Kota Modu, tidak akan ada yang mempersulit kita. Sebaliknya, kita malah mendapatkan keuntungan.""Sebenarnya apa maumu?" tanya Zain."Apa mauku? Hahaha." Jesslyn tertawa terbahak-bahak, sorotan matanya dipenuhi kebencian. "Aku ingin Nicholas berlutut dan memohon kepadaku. Aku ingin semua orang yang berpihak kepada Nicholas mati satu per satu," jawab Jesslyn dengan tatapan kejam.Tatapan Zain tampak berkecamuk, dia tegang melihat wanita yang begitu kejam ini.Beberapa wakt
Ketika menjelang malam hari, sekelompok mobil berhenti di depan lobi perusahaan Clear Group.Belasan pengawal keluar dari mobil dan berjaga di sekitar. Ketika seorang pengawal membuka pintu mobil, Jesslyn beranjak keluar dengan mengenakan balutan gaun berwarna hitam.Jesslyn adalah wanita yang sangat cantik. Dandanan serta gaun yang dikenakan, membuatnya tampak seperti boneka cantik yang hidup.Gaun ini menonjolkan lekukan tubuhnya yang indah. Dari kejauhan, punggungnya indah berhasil memikat siapa pun yang menatapnya."Apakah penanggung jawab Clear Group berada di tempat? Jesslyn menghentikan langkah kakinya sambil menatap ke arah gedung perusahaan Clear Group."Ada. Kami telah menghubungi mereka, seharusnya semua sudah disiapkan." Jawab salah seorang pengawal.Jesslyn mengangguk dan melangkah masuk ke dalam perusahaan.Felixton Group pernah berurusan dengan Clear Group. Tumpang tindih di antara kedua belah pihak membuatnya sulit menghindari konflik yang ada. Setelah Jesslyn kembali,