Ekspresi Godric terlihat kaku. Dia berdiri secara perlahan-lahan, tenggorokannya terasa seperti dicekik sampai tidak bisa mengeluarkan suara."Tuan Nicholas ...." Peter membungkuk sambil beranjak mundur. Selain itu, Peter juga sempat melirik kecil ke arah Yasmine.Yasmine tidak memedulikan Peter, dia pergi sambil merangkul lengan Nicholas.Nicholas tersenyum sambil menatap Godric. "Pak Godric, bagaimana dengan mi-nya? Andri akan meminta chef untuk menyiapkannya sekarang juga. Setelah uangmu ada, aku akan memakannya."Wajah Godric memerah, dia merasa sangat frustasi. Nicholas bukanlah pemuda biasa ....Godric sangat menyesali ucapannya tadi. Itu sama seperti menggali kuburan sendiri."Tuan Nicholas, maaf, maaf!" kata Godric sambil tersenyum canggung.Mi? Godric merasa lebih baik mati tersedak mi daripada berada di situasi sekarang.Gawat, tamatlah riwayat Godric. Meskipun Nicholas memaafkannya, Peter tidak akan mengampuninya."Aku nggak lagi bercanda. Apakah aku terlihat sedang main-mai
Mario menoleh perlahan-lahan, dia sangat lelah melihat putranya ini.Mario termasuk orang yang hebat, dia bekerja keras untuk membangun Mondial Jewelry hingga sebesar sekarang. Setelah Mondial Jewelry dikenal, Keluarga Januar mulai mendapatkan posisi dan reputasi yang cukup tinggi di Kota Mano.Namun, sekarang Colin, putranya sendiri juga yang menghancurkan Mondial Jewelry secara perlahan-lahan. Mario sangat frustasi, sepertinya sudah tidak ada jalan lain ....Sebelum datang, Mario sudah mempersiapkan beberapa hal. Dia sudah menghubungi dokter terbaik di dalam negeri untuk mencari tahu beberapa informasi mengenai Asosiasi Pengobatan Modern. Sayangnya, Mario hanya sempat mencari tahu, dia tidak bisa menunjukkan bukti foto seperti yang dilakukan Nicholas.Seketika, ucapan Nicholas memberikan harapan kepada Tuan Kevin. Hanya saja, Tuan Kevin bukan berharap kepada Mario, melainkan Nicholas.Yang paling penting, Nicholas melakukan semua ini tanpa mengeluarkan uang sepeser pun. Hanya dengan
Yabin menganggukkan kepala. "Bagus. Kalau hari ini nggak bisa, besok aku akan memikirkan cara lain. Pokoknya Nicholas harus mati!""Em, tenang saja. Nicholas akan menyesali semua perbuatannya!"Yabin tersenyum dingin sambil menutup panggilannya. Memangnya Nicholas pantas bersanding dengan Karen?"Malam ini, aku akan membongkar semua kebusukanmu! Hanya aku yang pantas bersanding dengan Karen. Nicholas, kamu hanyalah seorang pecundang, kamu nggak pantas!" Yabin bergumam kecil.Ketika menyimpan ponselnya, Yabin sangat bersemangat begitu mengingat pembawa acara yang cantik. Dia bergegas merapikan pakaiannya dan kembali ke depan panggung.Sesampainya di lantai bawah, Nicholas menerima beberapa barang pelelangan. Seharusnya, malam ini dia memenangkan banyak barang, tapi karena insiden tadi,Nicholas pun berubah pikiran. Dia hanya memilih dua benda yang ingin dibeli, ada sebuah topeng yang tidak jelas dan juga Gelang Giok Darah.Meskipun kedua barang ini tidak spesial, setidaknya ada barang ya
Seketika, ekspresi Nicholas pun terlihat masam. Apa maksud wanita ini? Mana mungkin tiba-tiba habis bensin?Yasmine meletakkan kedua tangannya di atas setir, raut wajahnya terlihat muram.Nicholas mendengus dingin, lalu membuka pintu dan pergi. "Nggak berperasaan."Yasmine menggertakkan giginya sambil sengaja menginjak pedal gas sampai mengeluarkan bunyi dan pergi dalam kecepatan tinggi.Nicholas terkejut, dia juga ikut kesal dan mengacungkan jari tengah. Sembari berjalan pulang, Nicholas terus bergumam, "Ada apa sama dia? Nggak jelas, tiba-tiba jadi marah sendiri."Di dalam mobil, Yasmine melirik ke arah spion sambil tertawa melihat reaksi Nicholas. Setidaknya, Yasmine merasa lebih lega setelah membalas perbuatan Nicholas.Tiba-tiba, "Kring, kring, kring ...."Yasmine bergegas mengangkat panggilan tersebut. "Ya?""Kamu suka?" tanya Peter."Suka apa?" Yasmine mengangkat kedua alisnya.Peter terdiam sebentar. Setelah beberapa detik, dia baru menjawab, "Kalau kamu suka, aku akan berusaha
"Karen ...." Raut wajah Nicholas berubah, kenapa Karen tidak menjawabnya?Nicholas melangkah mundur, lalu berlari dan mendobrak pintu kamar Karen."Bugh!" Pintu kamar terbuka.Nicholas melihat lampu kamar yang menyala, tapi tidak ada seorang pun di dalam.Kamar Karen sangat rapi, lantai kamar disapu dengan bersih dan semua perabotan tertata rapi. Karen pasti adalah orang yang sangat teliti.Namun, Nicholas tidak punya waktu untuk memedulikan itu. Dia bergegas mengambil ponselnya dan menelepon Karen. Ponsel Karen berdering, tapi tidak ada yang menjawabnya.Nicholas yakin, pasti telah terjadi sesuatu. Dia sudah menelepon belasan kali, tapi semuanya tidak ada jawaban. Setelah menutup panggilannya, Nicholas bergegas menghubungi Sandy. Suara Nicholas terdengar panik, "Kalian masih ada mata kuliah? Sudah pulang?""Sudah pulang, kok. Sudah dari satu jam yang lalu." Sandy kebingungan mendengar pertanyaan Nicholas. Sekarang sudah hampir jam 9, mana ada orang kuliah sampai semalam ini?"Kenapa s
[ Aku jemput, ya! ]Samantha membalas dengan cepat.Akhirnya, suasana hari Karen terasa lebih baik. Dia turun dari kasur tanpa memedulikan tatapan sinis teman-temannya. Kemudian, dia merapikan pakaiannya dan pergi sambil menunduk."Kunci pintunya! Jangan sampai dia pulang ke sini ....""Iya, kunci pintunya ...."Meskipun sudah keluar, Karen bisa mendengar omelan mereka. Seketika, hatinya terasa sangat pedih.Sesampainya di bawah, Samantha sudah menunggu Karen di halaman asrama.Ketika Karen membuka pintu, Samantha menyadari ekspresi Karen yang murung.Samantha menatapnya sambil bertanya, "Ada apa? Nicholas menindasmu?""Nggak, kok." Karen menggelengkan kepala.Samantha hanya tersenyum sambil menyetir mobil. Tak lama kemudian, mereka sampai di sebuah kafe yang terletak tidak jauh dari kampus.Setelah memesan dua cangkir kopi, Samantha menatap Karen dan bertanya, "Kamu ... ada masalah?""Nggak ...." Karen menyangkal."Kalau Nicholas menindasmu, aku akan menghajarnya!" jawab Samantha samb
"Oh?" Samantha mengerutkan alis, tatapannya terlihat dingin.Begitu merasakan tatapan Samantha yang mengerikan, Felita pun bergegas menjelaskan, "Serius, aku nggak bohong! Apa kalian tahu dulu Nicholas seperti apa? Untuk makan saja nggak sanggup, tapi dia berlagak punya uang, konyol banget! Aku pernah bertemu dengannya di Restoran Lanshire, dia mengusir semua orang yang ingin makan di sana dengan seenak hati. Entah cara apa yang dia pakai sampai manajer di restoran mau mematuhinya."Karen tidak senang mendengar ucapan Felita. Karen yakin, Nicholas bukanlah orang seperti itu.Tanpa disadari, Karen mengepalkan tangannya dan ingin memukul Karen. Hanya saja, Karen tidak memiliki keberanian untuk mengangkat tangannya."Waktu aku ulang tahun, dia nggak punya uang untuk membelikanku hadiah, dia malah memberikanku seribu bangau lipat yang nggak berguna! Sebenarnya, dia itu nggak punya apa-apa, cuma berlagak kaya saja untuk mendekati wanita." Felita terus menjelek-jelekkan Nicholas.Samantha me
"Semuanya, selamat malam! Tuan Nicholas sedang mencari ....""Semuanya ....""Zzz ...." Di saat bersamaan, ponsel Felita berdering.Kemudian, Felita bergegas membuka ponselnya dan membaca pesan mengenai Tuan Nicholas yang mencari Karen. Dalam waktu sesingkat ini, Nicholas sudah menaikkan nilai hadiahnya menjadi 4 miliar.Siapa pun yang menemukan Karen akan mendapatkan imbalan sebesar 4 miliar!Tak hanya Felita, semua orang yang ada di dalam kafe juga sibuk melihat ponsel mereka.Pencarian Karen!Karen menatap ponselnya dengan tidak percaya."Bagaimana? Aku nggak bohong, 'kan?" Samantha tersenyum iri.Karen menundukkan kepala, wajahnya terlihat tersipu. Dia tidak tahu harus berkata apa ...."Lihat ke luar!" teriak salah seorang pengunjung kafe.Karen mengangkat kepalanya dan menatap ke luar. Seketika, dia langsung tercengang.Semua papan iklan di luar menayangkan wajah Karen yang diberi judul "Pencarian Karen"! Tak hanya itu, layar iklan pada mobil-mobil taksi yang lewat juga menayangka
"Tidak ada yang boleh hidup," kata Nicholas dengan suara teredam.Sekarang Sandy mengalami kelumpuhan, entah kapan kondisinya bisa pulih. Dia kesulitan menggerakkan tubuh maupun berjalan.Sandy masih berusia 20 tahun. Nicholas tidak tega melihat semua kesialan yang menimpa sahabatnya.Setelah menutup telepon, Nicholas menggenggam erat ponselnya sambil berpikir. Perasaan Nicholas terasa berkecamuk.Untungnya nyawa Sandy masih bisa diselamatkan. Jika tidak, Nicholas akan menyesal seumur hidup.Sandy sudah sadarkan diri, sedangkan Master Howard harus diamputasi dan Thalia memerlukan setengah tahun untuk bisa turun dari tempat tidur. Mereka semua adalah orang-orang terdekat Nicholas. Selain mereka, 123 orang juga meninggal di Vila Megawan.Nicholas tidak pernah melupakan nyawa 123 orang itu.Bella berdiri di samping Nicholas. Dia agak ketakutan melihat raut wajah Nicholas yang tampak begitu tegang."Menurutmu, bagaimana selanjutnya?" tanya Nicholas."Temui Ken dan habisi dia!" jawab Bella.
"Pak Zain, kamu sudah melihat ketulusanku, 'kan?" tanya Jesslyn."Hmm, terima kasih banyak atas bantuanmu. Aku juga berterima kasih kepada 'Tuan' yang menyokongmu," jawab Zain."Pak, kamu adalah orang yang pintar, aku rasa kita tidak perlu saling berterima kasih. Seluruh masyarakat Kota Modu tahu bagaimana sejarah berdirinya Clear Group. Kalian memiliki reputasi yang tinggi di kalangan mafia. Meskipun berhasil menutupi semua kejahatan, pengaruh kalian masih begitu besar." Jesslyn tertawa menyindir. "Kita menghadapi orang dan masalah yang sama. Aku telah membereskan masalah kalian, sekarang kalian harus membantuku untuk menyelesaikan masalah kami."Ekspresi Zain sontak berubah. Sama seperti dugaannya, Jesslyn tidak mungkin membantu secara cuma-cuma."Kami sudah menemukan keberadaan Nicholas. Bawa orang-orangmu untuk menghabisinya. Tidak ada masalah, 'kan?" tanya Jesslyn tanpa basa-basi."Menghabisi Nicholas bukan pekerjaan yang mudah. Ditambah, aku sudah lama meninggalkan dunia mafia. R
"Semoga jawabanmu memuaskanku." Raut wajah Ken terlihat sangat puas.Jesslyn merasa agak rendah diri saat menatap Ken. Namun mengingat Ken adalah cucu inti dari Kakek Winata, Jesslyn pun menyingkirkan semua perasaan tidak enaknya."Besok aku ingin mengajak kakekmu untuk bertemu kakekku. Saat itu, orang yang bisa bertahan hidup tidaklah banyak. Bagaimana menurutmu?" tanya Ken.Jesslyn tercengang melihat kedua mata Ken yang tampak berapi-api. "Maksud ... maksudmu ....""Kalau kakekmu mengunjungi kakekku, kakekmu bisa memujiku sedikit di hadapan kakekku. Siapa tahu pujian kakekmu bisa sedikit membantu rencanaku? Bila aku berhasil menjadi pewaris, kamu akan menjadi istri dari cucu inti Keluarga Winata. Jika saat itu tiba, kamu bisa mendapatkan semua yang kamu inginkan."Sekujur tubuh Jesslyn bergetar, dia tidak pernah menyangka hari seperti ini akan datang. Jika yang dikatakan Ken benar, Keluarga Chaw bisa berdiri kembali, sedangkan derajat Jesslyn akan memelesat tinggi.Menyandang status
Pada sore hari, lampu-lampu di Vila Lacosta bersinar terang.Ken duduk di kursi sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan menyeringai jahat."Barusan Warren menelepon, dia bersedia bekerja saja," kata Jesslyn yang berdiri di samping Ken.Ken menjawab, "Kalau begitu ... kita bereskan dulu Clear Group.""Em." Jesslyn mengangguk."Semakin hari, kamu semakin menawan." Ken tertawa terbahak-bahak sambil menatap Jesslyn.Di saat Jesslyn tersipu malu, Ken mengulurkan tangan dan langsung menarik Jesslyn ke dalam dekapannya. Sembari memeluk Jesslyn, Ken menelepon Zara dan berkata, "Sudah tiga hari, aku ingin mendengar jawabanmu."Tidak terdengar suara di ujung telepon. Zara sedang memikirkan cara untuk menjawab pertanyaan Ken."Kali ini, kubu Keluarga Winata tidak serumit sebelumnya. Aku dan para sepupuku telah mencapai kesepakatan bersama. Kamu mengerti maksudku, 'kan?" tanya Ken."Kalian bekerja sama untuk menghabisi Nicholas?" Zara menarik napas panjang."Benar! Paman Dean terlalu kuat
Setelah setengah jam kemudian, Karen melarikan diri dan pergi ke ruangan Nicholas."Nicholas, Bella ... kasihan banget!" kata Karen dengan ekspresi sedih.Nicholas tersenyum kecut, dia hanya bisa menganggukkan kepala. Nicholas tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada Karen."Ba-bagaimana kalau aku pergi?" Karen mengangkat kepalanya."Kalau kamu pergi, dia harus menahannya," jawab Nicholas."Hmm, bagaimana kalau kamu saja yang membantunya?" tanya Karen.Nicholas tertegun. "Gadis bodoh. Bagaimana kalau terjadi sesuatu di antara kami?""Tidak boleh," Karen bergumam sambil memalingkan wajah.Nicholas tertawa terbahak-bahak sambil mengelus kepala Karen. "Jadi orang jangan terlalu baik. Yang ada malah dibohongi.""Bella sangat baik kepadaku, dia membelikanku baju. Oh ya, katanya dia mau mengajakku menonton konser," jawab Karen."Konser?" Nicholas mengerutkan alis."Iya, beberapa hari lagi ada konser. Bella sudah memesan tiketnya." Karen menatap Nicholas dengan mata berbinar-binar. "Kamu ma
"Apa?" Nicholas tersentak."Aku ...." Bella menggigit bibirnya dan menjawab, "Aku ingin mengajak Karen untuk mengobrol di kamarku ...."Nicholas mengerutkan alis saat mendengar permintaan Bella."Tenang saja, aku tidak akan menyakiti maupun membohongi Karen. Aku hanya, aku ...." Bella langsung berlutut dan memohon kepada Nicholas.Nicholas menghela napas sambil melambaikan tangannya. "Aku tidak masalah asalkan Karen tidak keberatan. Tapi kalau kamu memanfaatkannya, nasibmu akan berakhir mengenaskan!""Tidak, aku tidak akan memanfaatkannya." Bella tersenyum, dia bangkit berdiri dan pamit meninggalkan ruangan Nicholas.Nicholas memijat keningnya, kondisi Bella terlihat semakin parah. Nicholas telah mencari 7 hingga 8 dokter untuk mengobati Bella, tetapi tidak ada hasil yang memuaskan. Takutnya, Bella akan terjerumus semakin jauh.Bella kembali ke kamarnya untuk mengambil sehelai gaun yang telah disiapkan, lalu bergegas pergi menemui Karen."Ini ... untukku?" Karen melirik Bella dengan ti
Jansen sontak mengangkat kepalanya, dia menghela napas panjang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Di sebuah klub malam yang terletak tak jauh dari perusahaan Clear Group.Warren memanggil belasan gadis muda untuk menemaninya. Sembari memandang Gordon yang mencekoki diri dengan bir, Warren tersenyum dan berkata, "Kak Gordon, kalau kami bekerja sama dengan Jesslyn, apakah kamu akan membantu kami? Kamu tahu sendiri kemampuan Jesslyn, siapa tahu kita bisa menarik simpati anggota Keluarga Winata yang misterius itu? Aku membutuhkan bantuanmu, jangan sampai Jesslyn berkhianat dan menghabisi kami.""Tidak masalah." Gordon tersenyum kecil."Kak Gordon memang paling baik!" Warren tersenyum sambil memberikan tatapan misterius dan berbicara dengan suara teredam, "Barusan aku sudah menelepon adikku, dia sedang di dalam perjalanan kemari. Aku rasa masalah ini harus dibicarakan dengannya juga, bagaimana menurut Kak Gordon?"Gordon menatap Warren sambil menyeringai dingin. "Sebagai saudara yang baik
"Nona Jesslyn, sepertinya kamu belum mengetahui identitas Nicholas ...." Zain terlihat agak ragu."Aku tidak tahu?" Jesslyn tertawa mendengar ucapannya. "Di Kota Modu, aku adalah orang yang paling mengenal Nicholas. Keluarga Winata bukanlah keluarga sembarangan, orang seperti kamu dan aku tidak akan sanggup menumbangkannya. Tapi untungnya Nicholas berbeda dengan anggota keluarganya yang lain, dia lembek dan payah. Asalkan kamu mendengarkan perintahku, kita pasti bisa menghancurkan Nicholas. Selama Nicholas dihabisi di Kota Modu, tidak akan ada yang mempersulit kita. Sebaliknya, kita malah mendapatkan keuntungan.""Sebenarnya apa maumu?" tanya Zain."Apa mauku? Hahaha." Jesslyn tertawa terbahak-bahak, sorotan matanya dipenuhi kebencian. "Aku ingin Nicholas berlutut dan memohon kepadaku. Aku ingin semua orang yang berpihak kepada Nicholas mati satu per satu," jawab Jesslyn dengan tatapan kejam.Tatapan Zain tampak berkecamuk, dia tegang melihat wanita yang begitu kejam ini.Beberapa wakt
Ketika menjelang malam hari, sekelompok mobil berhenti di depan lobi perusahaan Clear Group.Belasan pengawal keluar dari mobil dan berjaga di sekitar. Ketika seorang pengawal membuka pintu mobil, Jesslyn beranjak keluar dengan mengenakan balutan gaun berwarna hitam.Jesslyn adalah wanita yang sangat cantik. Dandanan serta gaun yang dikenakan, membuatnya tampak seperti boneka cantik yang hidup.Gaun ini menonjolkan lekukan tubuhnya yang indah. Dari kejauhan, punggungnya indah berhasil memikat siapa pun yang menatapnya."Apakah penanggung jawab Clear Group berada di tempat? Jesslyn menghentikan langkah kakinya sambil menatap ke arah gedung perusahaan Clear Group."Ada. Kami telah menghubungi mereka, seharusnya semua sudah disiapkan." Jawab salah seorang pengawal.Jesslyn mengangguk dan melangkah masuk ke dalam perusahaan.Felixton Group pernah berurusan dengan Clear Group. Tumpang tindih di antara kedua belah pihak membuatnya sulit menghindari konflik yang ada. Setelah Jesslyn kembali,