Home / Romansa / Di Balik Skandal Suami / Bab 9 Mendadak beli barang banyak

Share

Bab 9 Mendadak beli barang banyak

Author: Kom Komala
last update Last Updated: 2021-10-05 15:30:47

 

Siang ini aku baru saja pulang belanja bersama Dona. Niatnya seusai zuhur aku akan singgah ke rumah Ibu. Membawakannya makanan dan kue yang baru saja ku beli 

 

"Alhamdulillah, sampai juga di rumah ya, Nak," seruku pada Dona yang sedang memainkan boneka kecil di aisan kangguru.

 

Tadi aku belanja keluar karena disuruh Mas Dani, katanya aku harus membelikannya beberapa baju dan aksesoris-aksesoris pula. Dia memberikan uangnya.

 

Baju suamiku sekarang hampir penuh satu lemari. Baju-bajunya bagus dan menarik. Sekalian juga aku beli beberapa baju untuk Dona dan sisanya aku belikan untuk kebutuhan rumah tangga. Biar sekalian pergi. 

 

Sekarang pikiranku tentang suami tak lagi buruk, apalagi setelah aku mengikutinya kemarin. Bahkan sepertinya aku tak pantas untuk suudzon, yang harus aku lakukan adalah berpikir baik dan berdoa.

 

Tak lama kemudian setelah menunaikan sholat zuhur, aku segera pergi ke rumah Ibu. Membawa Dona sengaja supaya kami bisa bermain bersama.

 

Jarak rumahku dan rumah Ibu mertua sekarang hanya sekitar seratus lima puluh meter. Dari yang tadinya kami hanya berjumpa beberapa kali dalam setahun, sekarang kami bisa sering-sering berjumpa karena jarak rumah yang dekat.

 

Mas Dani katanya menyewa rumah itu untuk ditempati Ibu dan Bapak. Aku bangga, dia bisa berbuat hal itu pada bapak dan ibunya.

 

Entah kenapa Mas Dani memaksa Ibu untuk pindah ke kota. Mungkin supaya kami lebih dekat saja? Ya, mungkin begitu.

 

Mas Dani bilang mencicil rumah sewa itu dari keuntungan bisnisnya. Sedangkan untuk gaji bulanan dari kantor, ia kasih tiga perempatnya padaku.

 

Bapak mertua tidak bekerja. Entah karena ia malas atau apa. Usia Ibu dan Bapak mertua sekitar empat puluh sampai empat puluh lima tahunan. Dan menurutku, seusia bapak masih bisa bekerja. Tapi, entah apa alasannya. Entah Ibu dan Bapak dapat uang darimana selebihnya selain dikasih oleh Mas Dani. Berarti, cukup muda juga mereka saat menikah.

 

Aku tidak pernah melihat Bapak mertua bekerja sesuatu apapun. Setiap kali aku ke rumah Ibu, pasti bapak cuma asyik merokok dan ngopi sambil memainkan gawainya yang lumayan keren untuk seusianya. Mungkin itu pemberian dari Mas Dani.

 

Mas Dani bilang, ia memberi uang pada Ibu dan Bapak seperempat dari uang yang ia kasih padaku. Dan itu ia berikan setiap bulan sejak beberapa bulan terakhir ini. Aku sama sekali tak keberatan saat ia memberitahu hal itu. Dia adalah seorang laki-laki yang berhak memberikan uang pada orangtuanya dalam batas kewajaran.

 

Apalagi bapak juga tidak kerja menurutku.

 

Berbeda dengan ibu dan ayahku di kejauhan sana. Ibu dan ayah rajin sekali bekerja. Menggarap kebun dan menggeluti bisnis kecilnya sebagai pemilik susu sapi perah. Sampai Ibu dan Bapak bisa menguliahkanku sampai strata satu. Itupun aku masuk tanpa biaya karena nilaiku cukup tinggi. Intinya aku mendapatkan beasiswa.

 

Aku sempat bekerja kurang lebih tiga sampai empat bulan. Namun karena tuntutan sebagai istri, yang suaminya yaitu suamiku mas Dani tak mengizinkanku untuk bekerja, dengan terpaksa aku resign dari kantor. Ya, dengan harus menerima kenyataan kalau aku belum bisa membalas jasa Ibu dan Bapakku yang telah membiayaiku sampai sebesar ini.

 

Namun Ibu dan Bapak sama sekali tak keberatan, karena itulah tugas seorang istri. Harus menurut dan patuh pada suami. Padahal seperti apa yang telah kubilang dulu. Baru bekerja di kantor sebentar, aku sudah akan di promosikan naik jabatan oleh bos. Betapa gembiranya hati ini. Namun mungkin takdir berkata lain. Dan memang mengharuskanku menjadi seorang ibu rumah tangga saja.

 

"Mbak Diandra mau kemana?" tanya seorang wanita berusia sedikit lebih tua dariku. Namanya Mbak Tita.

 

Dia mengagetkanku yang sedang melamun dan bercerita dalam hati ini.

 

Akupun tersenyum dan sedikit kaget.

 

"Biasa, mau ke rumah ibu mertua, Mbak," jawabku sopan.

 

Kami berhenti sejenak saat ngobrol saling mengulas.

 

"Oh, mau ke rumah ibu mertua? Di rumah ibu mertua Mbak lagi ada orang yang kirim paket barang-barang baru, tuh. Ada kulkas baru, TV baru dan masih banyak lagi, deh. Wah kayaknya Mbak Diandra bakalan kecipratan juga, tuh!" serunya dengan mata sedikit dimainkan.

 

Keningku mengerut menanggapi ucapan Mbak Tita. Sedikit tersenyum pula padanya.

 

"Oh, begitu ya, Mbak? Ya sudah saya lanjut jalan dulu!" pamitku kembali melangkah. Tak ingin lama-lama ngobrol dengannya. Biasanya suka jadi panjang kali lebar dan menjadi luas. Kadang dia juga suka mengada-ada dan melebih-lebihkan.

 

"Astagfirullah, maaf ya Mbak!" ulasku setelah menanggapi apa kata mbak Tita dalam hati.

 

Beberapa meter lagi aku akan sampai di rumah Ibu. Memang aku tak memakai si roda dua. Karena ku fikir lebih baik jalan kaki saja. Toh dekat ini!

 

Kini rumah ibu mertua sudah ada di depan mataku. Sedikit lagi juga sampai.

 

Aku melihat sebuah mobil pickup baru saja pergi dari halaman rumah Ibu. Mungkin benar kata mbak Tita, kalau Ibu tadi membeli beberapa barang elektronik.

 

Kini aku sudah sampai di teras rumah. Dengan keadaan mengais Dona juga membawa sekantong kresek berisi makanan yang baru aku beli tadi.

 

"Assalammualaikum!" 

 

"Waalaikum salam," jawab ibu dengan cepat dari dalam.

 

Ibu menghampiriku keluar dan segera menyuruhku masuk ke dalam.

 

Ibu menyapa kadatanganku dengan Dona penuh kehangatan. Aku langsung di giring masuk lalu duduk.

 

Ternyata benar. Rumah Ibu telah kedatangan beberapa jenis elektronik yang lumayan mewah. Harganya menurutku lumayan fantastis.

 

Kalau bapak tidak kerja, pasti ibu mendapatkan uang itu dari suamiku.

 

Yang aku lihat sekarang pula bapak sedang menyeruput kopi sambil membenarkan televisi baru. Mungkin sedang memprogram chanel TV yang belum muncul.

 

Bapak sempat menoleh ke arahku. Menyapaku dan menyapa Dona.

 

Ibu pergi ke dapur membawa minuman untukku setelah menampan makanan yang aku bawa tadi.

 

Ibu kemudian menghampiriku kembali dengan membawa segelas minuman. Air putih dan segelas jus jeruk kelihatannya.

 

Ibu kemudian duduk di samping kursi yang aku duduki.

 

"Ibu baru belanja, ya?" gumamku.

 

Ibu tersenyum.

"Iya, Ibu punya uang lebih. Ya sisa-sisa uang yang Dani kasih sama Ibu. Jadi Ibu pikir lebih baik Ibu membeli barang-barang itu semua. Kan rumah ini masih kosong pula," jawab Ibu santai.

 

Akupun hanya mengangguk dan menanggapinya dengan senyuman.

 

"Wah, sisa belanja saja sebanyak ini?" ungkapku dalam hati.

 

Aku melihat sosok Ibu yang sangat baik dan keibuan. Tapi kok dibalik itu tingkah Ibu seperti orang yang ingin terlihat mewah-mewahan.

 

Padahal di rumah sudah ada televisi dan lemari yang masih bagus. Dan dia malah membeli lagi televisi baru dan lemari baru pula.

 

Ah, biarlah, itu kan suka-suka Ibu. 

 

Ibu juga tak bersikap buruk padaku.

 

Akupun tak lama singgah di rumah ibu. Langsung bergegas pulang karena harus memasak. Menyiapkan makanan untuk mas Dani karena sebentar lagi ia akan pulang.

 

Di perjalanan aku sempat berfikir. Apa jangan-jangan Ibu dan Bapak ingin poroti uang suamiku?

 

Aku jadi suudzon lagi.

 

Apalagi aku melihat tingkah bapak yang acuh tak acuh. Seperti seorang pemalas penikmat harta anaknya.

 

Tau, ah, aku bingung!

 

ā€“ā€“ā€“

 

Related chapters

  • Di Balik Skandal SuamiĀ Ā Ā Bab 10 Penelepon mencurigakan

    Seusai menunaikan kewajiban lima waktu empat rakaat di pukul tujuh malam, aku, Mas Dani dan Dona bersenda gurau di kamar.Bermain bersama Dona sebelum tidur.Dona anak kami yang cantik itu kini makin cerdas saja. Kami makin gemas dan bangga padanya.Tiba-tiba.[ Dering Panggilan ]Sebuah panggilan masuk terdengar dari gawai Mas Dani."Mas, ada telepon masuk ke hp kamu," ucapku.Dia langsung diam dan hengkang mengambil gawai barunya. Sebuah gawai yang sedang trendi dimasa kini.Aku lihat gelagat dan gerak-geriknya.Matanya menyorot ke arah sebuah nama yang tertampil di layar. Pandangannya nampak biasa saja namun seperti penting.Alisku meninggi bersikap acuh saja. Toh itu panggilan untuknya.Aku masih melanjutkan bercanda dengan Dona. Sekaligus mengajarkan Dona mengh

    Last Updated : 2021-10-05
  • Di Balik Skandal SuamiĀ Ā Ā Bab 11 Ibu keceplosan

    Siang ini Ibu datang ke rumah. Sekedar mampir dan bermain. Apalagi kan rumah kami sekarang sangat berdekatan.Ibu menghampiriku yang sedang duduk-duduk santai berdua dengan Dona."Aduh Cucu Nenek. Lagi ngapain nih?" katanya yang tiba-tiba datang.Aku sudah melihat langkah kakinya dari kejauhan. Namun aku belum menyapanya karena jaraknya masih belum terlalu dekat.Ibu membuka pagar dan mulai menginjak bagian teras rumah.Senyumku mulai keluar menyambutnya."Bu."Aku mencium punggung tangannya. Meskipun kami sering bertemu namun rasa hormat dengan mencium punggung tangan Ibu tak hilang dari akalku."Dona, ada Nenek, Sayang!" kataku manja pada Dona.Dona yang masih ada di pangkuanku perlahan berpindah ke pangkuan ibu.Kulihat ibu tidak habis pulang dari manapun. Dia mungkin sengaja mampir dan bermain ke rumah

    Last Updated : 2021-10-07
  • Di Balik Skandal SuamiĀ Ā Ā Bab 12 Ternyata Ibu dan Bapak satu kubu

    Aku masih bingung dan kelabakan dengan sifat Ibu yang sekarang.Ibu seperti bunglon.Saat pertama kesini Ibu sangat terlihat bijak dan baik. Makin ke sini aku makin sanksi dengan Ibu."Kamu kenapa?"Mas Dani menghampiri dan bertanya padaku yang sedang duduk di ranjang sendiri setelah menidurkan Dona.Nampaknya ia melihat lamunanku."Enggak, aku hanya sedikit lemas saja," jawabku singkat."Oh, mau aku pijat?" tawarnya manis.Aku hanya tersenyum yang dipaksakan. Menolak halus tawarannya."Enggak usah, kamu tahu kan aku geli kalau dipijit."Aku menjawab sambil tersenyum lalu mengalihkan pikiran dengan mengambil beberapa helai baju untuk dilipat.Kebetulan ada baju Dona yang belum sempat kulipat tadi.Mas Dani masih berada di kamar."Katanya lemas. Kok malah lipat baju?" ujarnya lembut.Tubuhku sengaja kulemas-lemaskan."Tak apa, ini kan cuma sedikit," jawabku lagi dengan tubuh lemas

    Last Updated : 2021-10-07
  • Di Balik Skandal SuamiĀ Ā Ā Bab 13 Minta ditalak

    Aku tak habis fikir, suami yang selama ini menjadi imam hidupku telah tega melakukan hal memalukan di belakangku.Aku menangis di samping Dona. Meratapi nasibnya yang memiliki Ayah semurahan suamiku.Tidak, aku tidak bisa hidup lama-lama dengan laki-laki dan keluarga macam mereka.Dada ini makin lama makin sesak.Itulah pekerjaan suamiku setiap keluar malam. Menjadi santapan para wanita-wanita kaya kesepian.Bodohnya aku selama ini.Bisa-bisanya aku tertipu olehnya. Pasti Mas Dani sudah sedari dulu menjadi laki-laki jalang seperti itu.Astaghfirullah, kenapa batinku terus menerus berkecamuk membayangkan sikap suamiku yang sudah benar-benar tak pantas untuk ditangisi dan dirindukan lagi.Sifatnya macam hewan saja. Benar-benar di luar nalar.Tubuh ini benar-benar makin lemas, apalagi saat kedua bola mataku meneteskan air mata di samping Dona yang sedang terlelap tidur.Kuusap dengan penuh emosi air mata yang sudah t

    Last Updated : 2021-10-12
  • Di Balik Skandal SuamiĀ Ā Ā Bab 14 Sifat suamiku

    Tangis pedih dengan tubuh gemetar masih kurasakan sembari menatapi Dona yang masih tertidur pulas."Aku akan jelaskan sama kamu. Aku hanya ingin merubah nasib kita saja!" katanya.Mulutku mencengkram sambil menggelengkan kepala."Oh, jadi benar, kamu telah menjadi seorang laki-laki ....""Sungguh aku benar-benar tak habis fikir. Otak kamu dimana, Mas Dani!" Emosiku kembali meluap menatapi seluruh tubuhnya yang sekarang mulai tak indah lagi karena noda yang telah ia torehkan.Dan dengan jawabannya tadi membuktikan, kalau dia benar-benar melakukan apa yang aku tuduhkan padanya."Tapi itu semua Aku lakukan demi kita!" ulasnya. Tanpa rasa malu sedikitpun.Kalimatnya mengundang emosi yang benar-benar menggejolak sejak tadi."Astaghfirullah! Apa tidak bisa kamu bekerja semampu kamu, kerja yang halal dan tekun, Mas! Kamu itu, arkh! Aku benar-benar kecewa berat sama kamu!"Wajahnya makin dibuat bingung dan serba salah. Dia telah

    Last Updated : 2021-10-12
  • Di Balik Skandal SuamiĀ Ā Ā Bab 15 Amplop tersembunyi

    Ya Tuhan, kenapa imam yang selama ini kudambakan malah menjadi sesuatu yang tak kuharapkan sama sekali.Aku malah merasa takut olehnya.Apalagi dia telah memperlihatkan sifat asli dirinya yang sebenarnya.Dia mengurungku dan Dona di kamar.Entah ke mana ia pergi sekarang.Ibu dan Bapak, ternyata mereka berdua ikut andil dengan apa yang suamiku lakukan.Orang tua macam apa mereka.Sejak tadi Dona terus menangis setelah ia melihat perlakuan ayahnya padaku yang kasar dan membuatnya takut.Kini Dona perlahan menjadi lebih tenang setelah aku bujuk ia untuk istirahat kembali dan mencoba berbagai cara supaya ia tak merasa ketakutan.Kini Dona sudah tertidur pulas kembali.Dadaku benar-benar sesak memikirkan semuanya.Aku layaknya wanita bodoh yang hanya bisa diperdaya dan dibohongi oleh mereka.Air mata yang sempat kuhapus tadi kini keluar kembali. Tak tahan rasanya meratapi nasib diriku dan juga Dona yang

    Last Updated : 2021-10-12
  • Di Balik Skandal SuamiĀ Ā Ā Bab 16 Foto dan Video tak senonoh

    Tanganku kini sudah menggenggam sebuah amplop yang dengan susah payah kucapai menggunakan lidi yang kurantai.Aku masih heran.Entah kenapa sampai ada amplop putih yang tidak berlogokan apapun terjatuh di belakang lemari.Aku benar-benar berharap isi di amplop itu hanyalah sesuatu yang tidak penting. Sesuatu yang tidak membuat bara api di dalam hati ini menyala.Aku menelan ludah. Berharap isi amplop itu adalah sebuah bukti apakah aku harus tetap bersama mas Dani atau bahkan aku harus segera pergi.Kutarik nafas ini sedalam mungkin. Lalu aku menghempaskannya perlahan.Sebelum membuka isi amplop mataku sempat memutar dan menengok ke arah jam dinding.Jam dinding ternyata sudah menunjukkan pukul setengah tiga dinihari.Aku benar-benar tak menyangka. Mas Dani benar-benar mengurungku selama ini. Bahkan ia telah menyekapku disini.Dia telah mempersulit jalanku untuk keluar dari rumah ini.Kembali pandanganku menuju seb

    Last Updated : 2021-10-12
  • Di Balik Skandal SuamiĀ Ā Ā Bab 17 Mencari jalan keluar

    Aku segera mencari sebuah alat pembuka jaringan seluler. Kuharap menemukan sebuah modem dan kartu. Aku ingat dulu itu ada. Semoga saja dalam kesempitan seperti ini memang akan muncul.Semoga saja ada di dalam kamar, bukan berada di tengah rumah.Kalau benar ada diluar, bagaimana aku mengambilnya?Kuharap ia menyimpannya di laci kamar.Laptop kusimpan terlebih dahulu, takutnya Mas Dani datang dan tahu kalau aku akan mempergunakan Laptop itu.Aku terus mencari alat komunikasi apapun. Siapa tahu suamiku punya gawai lain. Gawai jadulnya dulu.Nihil.Tak ada apapun kutemukan di dalam kamar.Di rumah tak ada wifi tersambung. Tapi modem yang selalu ia gunakan di laptop pasti ada di ruang televisi.Bagaimana cara aku meraihnya.Akh, sial.Aku benar-benar sudah pengap sekali.Kulih

    Last Updated : 2021-10-15

Latest chapter

  • Di Balik Skandal SuamiĀ Ā Ā Pernikahan Diandra dan Rizki Di Bali

    "Mbak, selamat ya, sebentar lagi Mbak akan menikah. Tinggal beberapa jam lagi." Nessia memberiku ucapan kala aku baru saja selesai di make up oleh Mbak Intan. Tukang make up profesional yang semuanya di rekomendasi oleh Nessia dan Radit."Makasih ya, Ness. Dan maaf. Mungkin Mbak terkesan mengkhianati kakak kamu." Bagaimanapun juga Nessia adalah adik almarhum suamiku. Tapi dia yang mendukungku, menyiapkan segalanya untukku. Tak terkecuali."Mbak, enggak, gak ada pengkhianatan disini. Aku tahu, Mbak wanita yang baik. Dan aku tahu gimana cinta Mbak pada mereka. Tapi, aku juga ingin Mbak mendapatkan pria yang bisa menemani Mbak, yang bisa lindungi, Mbak. Aku gak mau Mbak terus-menerus menjanda. Masa depan Mbak itu masih panjang. Dan aku yakin, mas Rizky bisa jadi jodoh Mbak sampai akhir nanti. Sampai kalian kakek nenek. Sampai maut sendiri yang memisahkan kalian." Nessia kembali mengungkapkan. Telapak tangannya sedari tadi me

  • Di Balik Skandal SuamiĀ Ā Ā Reza Dan Dani Hadir

    "Mas Dani? Mas Reza? Kalian mau kemana?" Aku melihat dua pria bersaudara itu bergandengan tangan mengenakan pakaian serba putih. Lalu mereka diam dan berbalik badan menyemai senyuman."Diandra, aku pergi. Kamu jangan lupa bahagia. Jaga anak kita," kata Mas Reza. Jelas air mataku menetes."Ta, tapi kalian mau kemana?" Aku mulai menangis. Air mata ini menghujan. Mas Dani mendekat. Dan Mas Reza diam tetap di tempatnya. Mas Dani makin mendekat ke arahku berdiri. Senyuman dan lesung pipinya amat membuat syahdu penglihatanku. Mereka tampan sekali."Diandra. Kamu jangan nangis. Kamu harus ingat, kamu punya dua anak. Dan kamu harus menjaganya." Kalimat Mas Dani. Dia juga meraih telapak tangan kiriku. Ia memberiku sebuah benda. Benda berwujud sepasang merpati. Ia berikan padaku. Dan ia simpan di telapak tanganku.Mas Dani menatapku. "Jangan lupa pula, kamu itu seorang wanita yang butuh pelindung. Kembalilah, kamu j

  • Di Balik Skandal SuamiĀ Ā Ā Jawaban Diandra

    "Maaf, Ky. Tapi, nyatanya aku belum bisa melupakan almarhum suami aku. Aku belum bisa terima cinta kamu." Itulah jawabanku. Yang kujawab dengan penuh kesenduan. Aku bukan tahan harga, tapi inilah kenyataannya.Rizky yang tadinya bersimpuh. Kini ia bangkit perlahan dan duduk lagi di sampingku. Raut wajahnya amat datar. Namun lebih condong ke kecewa. Tarikan nafasnya pun lemas sekali. Baru kali ini aku melihat Rizky yang energik menampakkan wajah seperti ini."Tapi kenapa?" selidiknya lirih.Kami terdiam. Dan aku mulai mengatur nafas untuk menjawab pertanyaan Rizky. Aku tak mau dia tersinggung dan merasa di rendahkan. Hingga kutolehkan tubuh ini menghadap ke arahnya."Aku minta maaf. Bukan maksud aku merendahkan kamu dengan menolak niat baik kamu. Jujur, kamu itu pria yang tampan, mapan, baik. Kamu bisa mendapatkan wanita single terutama gadis. Bukan seorang janda yang sudah memiliki putra dan putri sepertik

  • Di Balik Skandal SuamiĀ Ā Ā Pertama Dan Akhirnya

    "Mbak, saya mau pelamiannya nanti bernuansa putih bak musim salju. Dan putih itu melambangkan kesucian." Aku memberi masukan."Enggak bisa. Saya mau pelaminan adik saya bernuansa rustic. Keren kan, Mbak, Mas. Apalagi pas malam dipakaikan lampu-lampu terang natural. Pokoknya semuanya sudah tergambar di otak saya." Rizky memberi masukan.Entah mengapa, hati ini tak merasa setuju dengan apa yang ia katakan."Gak bisa, Mbak. Menurut saya, nuansa putih itu lebih keren. Kesannya itu simple tapi modern. Tidak terlalu full color, tapi satu warna itu sudah mewakilkan keindahan." Aku kembali mengusulkan. Mas dan Mbak yang kini menghadapi kami lumayan agak bingung. Tapi mereka mencatat apa yang kami inginkan."Oh, sekalian saja semuanya putih. Gak usah ada warna lain. Kayak kain kafan," cetus Rizky. Dia malah membuatku kesal. Tapi aku tak menghiraukannya."Ah, dasar! Gak tahu indah sok-sokan bilang i

  • Di Balik Skandal SuamiĀ Ā Ā Terbangun

    PoV Diandra***"Non? Non? Bangun, Non. Ini sudah adzan Maghrib." Suara terdengar samar-samar. Mataku mulai membuka. Kukucek sebentar."Mbok?"Aku terperanjat melihat si Mbok membangunkanku dari mimpi buruk tadi. Aku memimpikan hal buruk yang pernah kualami."Maaf, Non. Udah Maghrib. Bukan tak sopan Mbok bangunin," kata si Mbok. Aku masih sedikit pusing. Namun aku memang tadi seusai pulang dari kantor langsung menonoton televisi dan ketiduran ternyata."Ya ampun, makasih ya, Mbok. Fathan sama Dona mana?" tanyaku mencari kedua anakku."Non Dona lagi di kamarnya belajar. Den Fathan lagi main mobil-mobilan. Tuh!" tunjuk Mbok Arum ke arah anakku Fathan."Ibu?" Dia memanggilku. Karena dia sudah bisa bicara. Bahkan sudah bisa bicara sempurna di usianya yang ke-dua tahun ini."Sayang, Ibu tidur ya!" ujarku padanya sambil mendekat. Dia

  • Di Balik Skandal SuamiĀ Ā Ā Adilkah Ini

    PoV Diandra***"Nessia? Kamu kenapa?" tanyaku pada Nessia dengan cemas saat Nessia mengangakan mulut seusai melacak lokasi Mas Dani."Mbak, Mah, Mas Dani udah deket. Tapi kayaknya dia kena macet di jalan satu arah dekat rumah sakit," jelas Nessia dengan terharu. Wajah Nessia sumringah.Alhamdulillah, aku tenang.Pecah sudah rasa khawatir terhadap Mas Dani. Syukurlah dia sudah sampi lagi. Ini sudah dinihari. Dan kami bahagia Mas Dani telah kembali."Kamu beneran?" tanyaku memastikan. Aku akan berterima kasih banyak pada Mas Dani. Karena dia berhasil kembali dengan membawa kantung darah untuk Mas Reza.Tiba-tiba pintu ruangan Mas Reza membuka lagi.Krek.Aku, mama dan Nessia panik namun penuh harap. Aku menyergap dokter. Kuharap ada kabar baik untukku."Dokter? Gimana suami saya?" sergapku pada

  • Di Balik Skandal SuamiĀ Ā Ā Stok Darah Habis

    PoV Diandra***"Maaf, Pak, Bu, stok darah untuk saudara Reza sudah habis." Ujar Dokter yang tiba-tiba membuka pintu ruangan."Ya Allah, lalu gimana Dokter? Apa yang harus kami lakukan?" Aku sangat panik."Dokter, dokter bisa ambil darah saya. Sebanyak yang kakak saya butuhkan, Dokter," ujar Mas Dani lantang. Bola matanya pun masih terus berkaca-kaca. Aku sangat terharu."Kami bisa saja mengambil darah dari anda," jawab dokter atas usulan Mas Dani."Tapi, rasanya tak mungkin bila kami harus mengambil terlalu banyak darah untuk pasien. Karena itu bisa membahayakan kesehatan anda," imbuh dokter lagi.Aku, Mama dan Nessia hanya bisa diam dalam kegelisahan. Karena diantara kami tak ada darah yang cocok. Selain Mas Dani, tak ada lagi di keluarga kami. Apalagi darah mereka terbilang langka. Tapi aku yakin, dokter pasti bisa menangani seperti sebelum-sebelumnya."Dok, ambil saja darah saya. Saya rela walau nyawa saya taruhannya,"

  • Di Balik Skandal SuamiĀ Ā Ā Mereka Sudah Kembali

    PoV Author***"Toloooong! Toloooong!"Dani terus melambaikan tangan sambil berteriak. Dimana Reza saat itu sudah pingsan kembali."Haaaarkh! Toloooong!"Akhirnya, cahaya itu makin mendekat. Dan mereka adalah tim SAR yang mencari keberadaan korban kecelakaan pesawat."Toloooong! Toloooong! Kami disini, Pak!" Dani terus berteriak meminta bantuan. Dan mereka pun mendekat.Tubuh Dani bukan tak sakit. Tapi dia masih mampu berusaha meminta pertolongan."Pak, tolong, Pak, Kakak saya sudah kehabisan banyak darah sejak tadi. Tolong kami, Pak!" Dani beteriak histeris pada beberapa orang yang sudah datang dalam dua perahu karet."Ayok, ayok bantu!" Para tim SAR sibuk di posisi masing-masing. Yang menangani Reza dan menangani Dani. Mareka juga tak lupa memasangkan alat pelampung. Karena mereka akan menaiki perahu untuk sampai di dermaga.

  • Di Balik Skandal SuamiĀ Ā Ā Dani dan Reza

    PoV 3***"Ness!" Diandra meraih lembaran yang Nessia baca. Ia menyelidik cemas. Pipinya sudah basah kuyup sejak tadi.Mata Diandra menyidik setiap nama korban yang sudah ditemukan. Dan banyak dari mereka yang sudah tak bernyawa. Dan itu makin membuat Diandra putus harapan. Tapi dia terus berdoa. Semoga ada keajaiban bagi korban-korban pesawat itu."Nessia? Kedua Abang kamu dimana?" tanya Diandra. Karena dia tak menemukan nama Reza ataupun Dani di daftar korban yang sudah ditemukan. Ia yakin, mereka benar-benar tidak ada di daftar korban ditemukan."Iya, Mbak. Beberapa korban masih dinyatakan hilang," jawab Nessia dengan sendu.Diandra hanya bisa menganga dengan penuh doa. Penumpang pesawat yang berjumlah 132 orang itu baru 123 orang yang ditemukan. Dan 70% sudah tak bernyawa akibat ledakan pesawat di udara.Astaghfirullah aladzim!"M-Mah, mas Reza dan mas Dani, mereka belum ditemukan, Mah. Aku yakin, mereka masih h

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status