Share

Bab 93

Penulis: Nainamira
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-30 16:06:08

Sesampainya di lokasi acara, terlihat ballroom hotel bintang lima di kota ini begitu meriah. Tamu undangannya begitu banyak hingga tempat parkiran hampir penuh. Banyak petugas hotel yang diturunkan untuk mengatur parkiran mobil para tamu.

Bagaimana tidak meriah, yang menikah adalah tokoh agama yang sangat berpengaruh di kota ini, seorang pimpinan ormas besar dan seorang guru besar di sebuah perguruan tinggi Islam. Sedangkan pengantin prianya adalah seorang anak angkat seorang mantan wakil bupati dan anak tiri seorang pengusaha kayu ternama di kota ini. Mungkin jika Hasan dan Nurma jadi menikah, pernikahan mereka pasti akan lebih meriah dari pada pernikahan Syarif ini, secara Nurma adalah anak wakil bupati yang masih aktif.

Aina turun dari mobil, berjalan dengan pelan dan tertegun mengangumi kemeriahan pesta ini. Keadaan seperti ini membuatnya lebih minder untuk masuk ke keluarga ini. Dia menghela napas berat, berjalan melamun dengan tatapan wajah rumit, padahal teman-temannya memasuki
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
liza sarah
lanjuuut kak......
goodnovel comment avatar
Arifrahman Muhamma
ada yang cemburu lepas nih
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Di Balik Rupa Burukku   Bab 94

    "Eh, gimana maksud kalian tadi? Kalian kakak beradik? Apa sekarang Fendi sudah kau angkat jadi kakak kau, Ai?" ujar Dimas membuyarkan lamunan Aina."Fendi adalah kakak seayah lain ibu denganku," ujar Aina menatap datar ke arah Dimas."Ha? Jadi selama ini kalian akrab itu karena saudara? Bilang dong dari dulu, biar aku gak perlu buang energi cembokur sama kamu, Bro, ha ... ha ... ha ...," ujar Dimas tertawa bahagia sambil menepuk bahu Fendi dengan kuat."Hei, sakit. Yang sopan dikit sama Abang cewek yang kau taksir. Ingat, kalau aku gak setuju kalian pacaran, kamu gak bakal bisa memiliki Aina!" pekik Fendi "Oh, maaf ... Maaf, Abang ipar." Dimas menangkupkan kedua tangannya menatap Fendi dengan penuh hormat, sesuatu yang sangat jarang terjadi, biasanya mereka akan musuhan."Jangan panggil aku Abang ipar! Kau belum menjadi suami Aina, dengar itu!" Bentak Fendi."Aish, pelit nian. Aku cuma latihan saja."Aina yang melihat interaksi hanya tersenyum canggung, kedua anak ini dulu benar-ben

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-31
  • Di Balik Rupa Burukku   Bab 95

    Baru mau mengambil empek-empek yang sudah di siram cuka, tiba-tiba tangannya di tarik seseorang sehingga mangkuk plastik kecil itu terjatuh beserta isi-isinya, dia terkejut ingin memaki siapapun yang melakukan itu, ketika di dapatinya sebuah lengan besar telah mencengkeram pergelangan tangannya dan menyeretnya menjauh dari tempat itu."Bang ... Mau kau bawa ke mana aku?" pekik Aina mengikuti langkah lelaki itu dengan tunggang langgang."Hei, Bang. Tunggu dulu, Bang. Berhenti dulu, kita mau ke mana?" Aina terus melakukan protes terhadap lelaki yang terus menarik pergelangan tangannya.Lelaki itu tidak menjawab satupun pertanyaan yang diajukan Aina, dia membawa Aina keluar dari ballroom hotel, berjalan menuju lift, setelah lift terbuka, dia menekan angka empat dengan cepat."Abang mau membawaku ke mana?" keadaan lift yang sepi, suara Aina seperti menggema di dalamnya, namun lelaki itu masih diam seribu bahasa, dia berdiri tegak menatap pintu lift dengan tangan yang masih mencekal lengan

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-01
  • Di Balik Rupa Burukku   Bab 96

    "Sini biar Abang sisir," ujar lelaki itu sambil menyisir rambut Aina dengan lembut.Benar saja, pakaian mereka sangat serasi, Aina menatap takjub di depan cermin."Kita berpakaian seperti ini mau ke mana, Bang?""Kita akan ke pesta," jawabnya sambil membalik tubuh Aina untuk menghadapnya."Pesta di bawah? Pesta bang Syarif?""Yah, ke sana sebentar, aku ada undangan juga di tempat lain.""Oh? Abang yakin akan mengajakku? Bukankah kita sudah tidak ada hubungan apa-apa?""Apa maksudmu? Kau mengambil keputusan sendiri? Aku tidak pernah menyetujuinya bukan? Kau benar-benar ingin mengakhiri hubungan denganku? Kalau kau serius dengan hal itu, kau hanya bisa bermimpi saja," ujar Hasan dengan nada rendah, namun suaranya tetap mengintimidasi."Abang, aku sudah bilang, aku tidak layak menjadi pasanganmu," ujar Aina menatap mata lelaki itu dengan lekat."Jadi kau layaknya untuk siapa? Untuk bujang tanggung yang dari tadi memanggilmu sayang itu? Hmmm, sepertinya kau sangat menyukainya, ya?" Hasan

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-02
  • Di Balik Rupa Burukku   Bab 97

    Ayuni memaksa mereka berfoto kembali, kali ini bersama Fendi dan kedua mempelai, setelah berfoto bersama, gadis itu meminta fotografer mengabadikan momen kakak sulungnya bersama kekasihnya. Hasan tampak berseri wajahnya, menambah ketampanannya, memang jatuh cinta bisa sampai sebegitunya, lelaki itu difoto tiga kali jepretan dengan pose berbeda, tapi setiap momennya dia selalu memeluk gadisnya dengan mesra."Wah, gak perlu foto prewed lagi kayaknya ya?" goda Syarif sambil tertawa gembira membuat dua sejoli itu tersipu malu.Halimah yang melihat semua adegan romantis itu tersenyum bahagia, bagi wanita ini, setiap kebahagiaan putra putrinya adalah kebahagiaanya. Berbeda sekali dengan lelaki paruh baya di sebelahnya, yang terus memasang wajah masam. Setelah berfoto, Hasan langsung mengambil lengan Aina menuruni panggung pelaminan."Kok gak Salim sama ayah dan ibu Abang dulu?" bisik Aina."Gak perlu, kau lihat wajah masam lelaki itu? Aku gak mau kau dipermalukan lagi."Burhan yang melihat

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-04
  • Di Balik Rupa Burukku   Bab 98

    "Apakah kau tidak ingat denganku, Hasan?" ujar wanita itu sambil duduk di sebelah Aina menghadap Hasan. "Melanie," jawab Hasan dengan nada datar terkesan acuh tak acuh. "Wah, dasar lelaki es. Begitu kesannya bertemu dengan teman lamaku semasa SMA? Kita sudah sepuluh tahun tidak bertemu loh?" ujar Melanie sambil mengerucutkan bibir, gerakan yang imut itu sama sekali tidak menggerakkan tatapan Hasan, padah Aina yang disampingnya saja merasa jika wanita ini tengah menggoda kekasihnya. "Aku di sini menghadiri ulang tahun perusahaan kakakku," ujar Melanie lagi. "Pak Agung kakakmu?" Kini Hasan bertanya sedikit tertarik. "Iya, kamu gimana kabarnya?" tanya Melanie. "Aku baik, sangat baik." "Aku dengar kau kerja di kantor pemerintahan ya? Aku sudah lama tinggal di luar negeri. Aku baru pulang dari mengambil spesialis di Jerman," ucap wanita itu. Cara Melanie berbicara dengan penuh kebanggaan membuat Aina sedikit tenggelam, wanita ini memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Wajar saja, k

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-05
  • Di Balik Rupa Burukku   Bab 99

    Hasan tidak berpamitan dengan Agung, dia langsung pergi keluar hotel. Dia tidak ingin menghabiskan waktu lebih lama lagi di tempat itu. Dia tahu maksud Melanie menyebut Aina hanya calon istri. Dia bukannya bodoh, dia tahu persis bagaimana tingkah laku Melanie waktu SMA dulu, semua orang tahu bagaimana perasaan suka Melanie kepadanya, walau dia tidak pernah menanggapinya, gadis itu suka mengaku-ngaku sebagai pacarnya, walaupun semua itu tidak terbukti. "Kayaknya wanita bernama Melanie itu suka sama Abang," kata Aina ketika dalam perjalanan."Abang gak bisa mengontrol perasaan orang lain, yang penting perasaan Abang sama Aina gak pernah berbohong," jawab Hasan.Aina mendelik mendengar perkataan Hasan. Sepertinya dia familiar dengan kata-kata seperti itu, ah ya bukankah itu perkataannya? Pintar sekali lelaki ini sekarang membalikkan kata-kata itu untuk dirinya."Abang, kreatif dikit lah bikin kata-kata, sepertinya itu kata-kataku dulu," sungut Aina.Hasan tertawa mendengar perkataan gad

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-05
  • Di Balik Rupa Burukku   Bab 100

    "Bagaimana, Bang?""Bagaimana apanya? Ya sudah, tidak usah kita tanda tangani. Batalkan saja kalau begitu.""Cuma, Bang ... CEO PT persada itu bukan orang sembarangan, koneksinya orang-orang penting, dia bisa saja dengan mudah melibas usaha kita yang masih bayi ini.""Memangnya ini jaman penjajahan? Apa kepentingan koneksinya itu pada pengusaha kecil seperti kita? Memangnya kita tidak memiliki institusi yang melindungi?" Hasan mencebik kesal dengan kenyataan ini."Tidak ada untung-untungnya kita bekerjasama dengan mereka, apa-apaan itu? Mereka akan menjadi pemegang saham 65 persen dengan modal yang sama," lanjut Hasan masih dengan mode kesal."Lagi pula, tanah pembangunan pabrik kita yang menyediakan." Hasan masih saja menggerutu, dia benar-benar marah."Tapi di poin berikutnya, semua saham bisa menjadi milik kita, mereka memberikan modal cuma-cuma, Bang.""Tapi kau lihat syaratnya? Syarat apaan itu? CEO PT Intisari, itu aku. Harus menjalin hubungan keluarga dengan pemberi modal. Apa

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-06
  • Di Balik Rupa Burukku   Bab 101

    Setelah satu minggu berlalu, Hasan menerima telepon dari profesor Kuncoro Hadi, bahwa email yang dikirimkan ke temannya telah mendapat jawaban. Calon investor itu meninggalkan nomor telepon kantornya dan meminta Hasan untuk menghubungi. Tidak membuang waktu lagi, Hasan langsung menghubunginya, beliau adalah seorang keturunan Australia yang sudah menjadi warga negara Indonesia bernama Duke Horrison, berusia lima puluh empat tahun. Duke meminta Hasan untuk mengirimkan proposalnya, namun karena masalah ini cukup urgent bagi Hasan, dia akan menemui mister Duke sendiri ke Bandung. Di akhir pekan, Hasan pergi menemui mister Duke sendirian dengan persiapan materi presentasi yang lengkap, biasanya mister Duke tidak ingin mengurusi pekerjaan di akhir pekan, namun karena pengaruh perkataan dan bujukan Kuncoro teman lamanya, maka mister Duke tertarik dan menyediakan waktu di kediamannya. Setelah sampai bandara, Hasan langsung mencari taksi untuk mengantarkan ke alamat yang sudah dicatatnya dal

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-07

Bab terbaru

  • Di Balik Rupa Burukku   Bab 263

    "Abang, apakah ibu kandung Abang sudah menghubungi?" tanya Ayuni Mereka akan segera kembali ke Jambi untuk melangsungkan pernikahan satu Minggu lagi. "Tidak, kau lihat ... Wanita itu hanya akan menuruti perkataan suaminya, mana mungkin dia mau membelaku, dari dulu seperti itu, dia bucin banget sama suaminya itu, sampai-sampai menelantarkan anak kandungnya sendiri." Fendi menatap langit dengan wajah datar dari jendela apartemennya, dia juga malas sebenarnya menemui wanita yang sudah melahirkannya itu, kalau bukan uwaknya yang menyuruh menemui ibu kandungnya, dia tidak akan pernah pergi ke sana, ke tempat yang selalu membuatnya traumatis tersebut. "Bagaimana dengan ayah kandung Abang? Apakah dia akan datang ke pernikahan kita?" "Lelaki itu tidak bisa diharapkan, apalagi kondisinya sekarang sedang dipenjara. Cukup saja dari pihakku keluarga uwakku dan keluarga Aina." Yah, sudah tiga tahun yang lalu Sardan ditangkap polisi karena mengedarkan narkoba, hukumannya juga tidak main-main,

  • Di Balik Rupa Burukku   Bab 262

    Kurang dari dua puluh menit, kedua suami istri itu pulang dari sawah, bajunya sudah kotor terkena lumpur sawah. Melihat mobil bagus di halaman rumah mereka, Aminah begitu gugup dan panik."Siapa to lek, tamunya?""Ya, nggak tahu, Min. Dua orang laki-laki sama perempuan muda. Sepertinya mereka suami istri, atau pasangan kekasih, yang perempuan ayu banget, yang laki-laki juga bagus banget. Cepat temui mereka.""Badanku masih kotor Lek, aku mau besihkan badan dulu di belakang," ujar Mardi suami Minah.Mereka buru-buru membersihkan tubuh mereka, mengganti pakaiannya dengan pakaian yang menurut mereka layak.Dengan gugup, suami istri itu datang ke ruang tamu, mereka mendapati sepasang anak muda dengan gaya anak kota yang begitu klimis dan rapi yang sangat asing dipandangan mereka."Eh, ada tamu ... Monggo-monggo, maaf ini tamu dari mana ya?" ujar Mardi dengan gugup.Lelaki paruh baya itu mengulurkan tangan pada Fendi yang dibalas Fendi dengan tatapan dingin. Tangan lelaki itu begitu kasar,

  • Di Balik Rupa Burukku   Bab 261

    Lima tahun kemudian ....Aina bergegas keluar dari aula gedung Balairung kampus, wajahnya sangat sumringah, dia segera mencari keberadaan keluarganya. Di lihat kedua anaknya yang sangat imut itu berlari ke arahnya."Bunda ...."Aina menangkap dan memeluk kedua anak kembarnya dengan bahagia "Bunda ... Bunda tampak hebat dengan baju ini," kata Amira sambil memainkan rumbai yang menjuntai di bajunya."Ini namanya baju toga, bunda kita sudah jadi sarjana," ujar Ammar kepada adik kembarnya."Jadi ini yang dinamakan baju toga? Topinya sangat bagus," cicit Amira."Anak-anak ... Minggir dulu, ayah belum kebagian pelukan bunda kalian."Kedua anaknya melepaskan pelukan pada ibunya dengan cemberut, ayahnya memang begitu, selalu saja mendominasi bundanya dengan arogan."Ayah! Aku mau sama Bunda!" pekik Ammar."Iya, baru sebentar sama bunda," keluh Amira."Sudah, sana ikut nenek ... Itu nenek mau beli es krim loh," bujuk lelaki itu yang sukses membuat kedua anaknya berlari menghampiri neneknya."

  • Di Balik Rupa Burukku   Bab 260

    Laura mendesah dengan kuat, menarik napas kuat-kuat. Kenangan berhubungan badan delapan tahun yang lalu masih menggema di telinganya, walaupun pandangannya kabur kala itu, tetapi telinganya masih nangkap suara desahan dan ceracauan dari bibir lelaki itu. "Hmmm, kamu tidak mandi?" Suara itu menyentak Laura, menyadarkannya dari lamunan yang tengah bermain dipikirannya. Lelaki itu sudah selesai mandi, memakai kaos oblong hitam dan celana training. Rambutnya yang basah tengah dikeringkan dengan handuk. Laura tergagap, dia begitu gugup karena mendapati lelaki asing tengah sekamar dengannya. "I ... Iya, saya mau mandi," sambarnya langsung menuju kamar mandi. "Saya mau keluar dulu, sebaiknya kau buka pakaianmu itu di sini, kebaya itu membuatmu ribet kayaknya, setengah jam lagi saya akan kembali," ujar Andika. Lelaki itu langsung keluar kamar, Laura yang tengah mematung memandang kepergian lelaki itu dibalik pintu bergegas membuka pakaian kebayanya dan buru-buru masuk kamar mandi, seten

  • Di Balik Rupa Burukku   Bab 259

    Laura tidak bisa berkata-kata lagi, dia hanya memandang wajah anaknya dengan tatapan rumit, namun Arsen menatapnya dengan tatapan tajam, dengan mulut kecilnya anak itu menangih janji kepada ibunya dengan tegas seperti rentenir menangih hutang. "Mommy, penuhi Janjimu. Kata guru Arsen, seseorang itu yang dipegang omongannya, berani berjanji, harus bisa memenuhi." Semua orang terkesima mendengar perkataan Arsen, Andika sendiri berdiri dengan takjub, putranya ini ... Benar-benar cerdas dan bijaksana. Laura bingung mendengar permintaan anaknya yang tiba-tiba dan dikatakan di depan umum, dia melihay Dave meminta pembelaan, namun Dave malah mendukung Arsen. Situasi yang begitu canggung tidak bisa dihindari. Karena semua itu juga disaksikan oleh semua orang yang berada di sana. "Laura ... maukah kau menikah denganku? Demi Arsen, dia sangat membutuhkan seorang ayah," ujar Andika mendekati Laura. Laura hanya terdiam, dia tidak tahu harus menjawab apa, ini terlalu mendadak. Dia menatap Dav

  • Di Balik Rupa Burukku   Bab 258

    "Boy ... Perlu teman untuk bermain?" Arsen menghentikan kakinya yang akan menendang bola, beberapa saat dia terpaku menatap lelaki yang ada di hadapannya. Ouh? Is it a dream? Laura yang tengah menenggak minuman spontan tersedak, dia segera menyemburkan minuman yang berada di mulutnya. "DADDY !!" Setelah menyadari siapa yang berada di dekatnya, Arsen berteriak sekencangnya bahkan berlari sekencangnya menghampiri sosok lelaki yang kini tengah berlutut dengan satu kaki, ta ranselnya masih bersandar di bahunya. Keluarga Laras dan keluarga Dodi telah selesai pertemuannya, mereka mengantar orang tua Dodi ke halaman. Ketika mendengar jeritan Arsen yang begitu kencang, semua orang menoleh ke halaman samping di mana ada lapangan futsal. Dave terkejut melihat pemandangan tersebut, seorang lelaki yang telah membuatnya kuatir selama ini tengah memeluk cicitnya, bahkan bocah lelaki itu menangis tersedu-sedu dipelukan lelaki itu. Tanpa pikir panjang, Dave langsung menghampiri ayah dan ana

  • Di Balik Rupa Burukku   Bab 257

    Kejutan demi kejutan membuat hidup Hasan dan Aina bertambah tambah rasanya, baru saja Dodi Rosadi, teman akrab Hasan ketika SMA dulu mengungkapkan lamaran kepada ibu dan pakdenya Laras di depan keluarga besar, hal itu tentu saja membuat Hasan memeluk temannya itu dengan erat. "Akhirnya kita sodaraan juga, Bro." "Ingat, tambah lagi satu kakaknya Aina, biarpun kakak sepupu, jadi jangan macam-macam kau ya?" ancam Dodi membuat semua orang tertawa. "Sayang, Fendi gak ada di momen indah seperti ini, harusnya kita punya formasi yang lengkap," ujar Syarif. "Iya, ini ayah. Member tugas kakak Aina kok begitu amat," Jawab Steven. "Aish, gak usah kuatir. Nanti Fendi kupanggil ke sini, dijamin besok pagi sudah ada di sini," jawab Dave sambil mencebikkan bibirnya Ayuni yang mendengar itu wajahnya langsung tersenyum sumringah, Duh ... Jadi ingat waktu momen pernikahan Steven dulu, saat itu ciuman pertamanya bersama kekasihnya itu. "Besok pernikahan akan digelar di mana?" tanya Nur kepada Lar

  • Di Balik Rupa Burukku   Bab 256

    Lelaki itu buru-buru keluar dari pesawat yang membawanya hingga ke daerah ini, tempat yang dia tandangi hampir dua puluh tahun yang lalu, namun dia tidak akan lupa di mana alamat kakak kandungnya itu berada walau sang kakak kini sudah tiada. Dia sengaja mencari penerbangan paling pagi dari Singapura ke Jakarta, dilanjutkan dari Jakarta ke Jambi, karena memang belum ada penerbangan langsung dari Singapura ke Jambi.Dia tidak bisa menunda lagi untuk bertemu seseorang yang begitu penting dalam hidupnya, pertemuannya dengan Fendi tadi malam sungguh merupakan pertemuan yang sangat mengejutkan. Andika sebenarnya enggan bertemu secara pribadi dengan pemuda itu, jika Fendi tidak setengah memaksanya. Pemuda itu mengajaknya ke taman Merlion, duduk di bangku taman sambil memandangi patung kepala singa di hadapannya. "Senang bisa bertemu dengan orang yang saya kenal di negeri asing seperti ini," ujar Fendi mengawali percakapan."Sedang apa kamu di sini?" tanya Andika."Ada urusan bisnis. Pak D

  • Di Balik Rupa Burukku   Bab 255

    "Good morning, Profesor." Sebuah sapaan bersahutan di dalam gedung itu ketika seseorang memakai kemeja putih dan celana bahan hitam datang menuju ke sebuah ruangan, kaca mata berbingkai emas yang bertengger di atas hidung lelaki itu menambah kesan dingin dan sulit untuk didekati."Morning," jawab lelaki itu singkat."In here, Prof," seru seseorang dengan seragam security menunjukkan jalan pada lelaki itu.Beberapa pria berjas hitam berjalan tegap di belakang lelaki itu, kaca mata hitam yang bertengger di setiap lelaki berjas hitam itu menambah seram penampilannya."Halo, profesor Andika Ibrahim Luthfi. Welcome, welcome," ujar seorang pria berkepala plontos memakai kemeja biru polos."Apa ini yang dimaksud dengan ruangan rahasia? Kenapa tidak terlihat rahasia sama sekali?" tanya lelaki itu dengan bahasa Inggris."Tentu rahasia yang dimaksud bukan rahasia tidak terlihat, semua ruangan ini adalah penyamaran, tidak ada yang tahu apa yang terjadi di dalamnya.""Oke, tunjukkan aku."Pria b

DMCA.com Protection Status