Share

Bab 47

Penulis: Nainamira
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-26 06:19:25

Aku segera membuka dompet itu, ada cukup banyak lembaran biru, aku mengambil tiga lembar dan segera keluar kamar.

Di lobi motel kulihat beberapa pegawai motel yang tengah bersantai menonton tivi. Aku meminta tolong pada salah satu pegawai untuk membelikan nasi soto atau nasi sop daging dua porsi, aku yakin tuan Hasan belum makan malam, juga memintanya membelikan obat batuk dan flu serta obat pereda demam.

Pegawai hotel sepertinya profesional, mereka tidak terlalu kepo dengan hubungan kami, dia melayani kami dengan sangat baik sebagai tamu.

Aku kembali ke kamar selagi menunggu pesanan, kulihat tuan Hasan sudah tertidur, namun tidurnya tampak gelisah, suara dengkurannya terdengar tersendat, mungkin karena tenggorokannya berdahak dan hidungnya mampet sehingga tidurnya tidak bisa nyenyak.

Aku hanya memperhatikan dia dari tepi ranjang, kulihat di dahinya terdapat bintik keringat sebesar biji jagung, apakah dia benar-benar kesakitan? Aku hanya berani memandanginya, tidak berani menyentuhnya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Lenni Lenni
cerita yang sangat bagus
goodnovel comment avatar
Arif Zaif
sekedar empathy atau ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Di Balik Rupa Burukku   Bab 48

    Sepanjang jalan aku selalu memikirkan bagaimana jika sampai rumah besar? Apa yang akan terjadi jika bertemu dengan Mamak dan semua penghuni rumah besar? Apakah akan heboh? Mengharu biru atau bagaimana? Setelah sampai rumah, sebagian sesuai dengan prediksiku, Mamak memelukku dan menangis hingga meraung. Setiap bagian tubuhku dia teliti dengan seksama membuat dadaku semakin sesak, aku yakin dia pasti sangat kuatir, aku juga mendengar ketika aku hilang, Mamak sangat shock hingga harus di rawat di rumah sakit sampai empat hari. Mamak bahkan bersimpuh di hadapan tuan Hasan, mengucapkan terima kasih tak terhingga, membuat laki-laki itu terasa jengah, dia segera meraih tubuh Mamak agar berdiri. Bu Halimah, Ayuni dan pak Seno mengucapkan rasa syukur dengan tulus, mereka bahkan satu persatu memelukku. Tuan Burhan dan Haris hanya menontonku, sedangkan Wulan terlihat acuh tak acuh. Kudengar Sasya sudah pergi ke Jakarta selepas EBTANAS, dia akan melanjutkan kuliah di sana. Malam hari kami kumpu

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-26
  • Di Balik Rupa Burukku   Bab 49

    Sudah lima bulan aku berada di Kuala Tungkal, tempat ini sungguh bersahabat, aku memiliki banyak teman di sini, mereka welcome menerimaku dengan tangan terbuka. Mungkin karena daerah pinggir laut, sehingga kulit mereka eksotis satu server denganku, sehingga kami merasa tidak ada perbedaan. Selepas pulang sekolah, teman-temanku akan mengajakku ke pinggir hutan bakau, atau ke pantai yang pasirnya hitam untuk mencari kerang laut, kepiting atau gurita. Aku suka berada di sana, walau selalu berjemur matahari hingga warna rambutku yang hitam berubah kemerahan, serasa menyatu dengan alam. Walau rasanya ada yang sudut yang kosong di hati ini, entah itu apa, tapi ketika memandang garis pantai, aku seolah melihat seluet bayangan lelaki itu berdiri di tepi laut. Pak Seno juga sering membawaku memancing dengan kapal nelayan ke tengah laut, mendapatkan ikan kakap yang cukup besar membuatku ketagihan ingin melaut. Pak Seno orang yang mandiri, di rumah dia juga sering membantu mengerjakan pekerjaan

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-27
  • Di Balik Rupa Burukku   Bab 50

    Sesudah makan malam, Ayuni mengajakku ke kamarnya untuk mempersiapkan pakaian yang akan dibawa liburan ke rumah abangnya, aku membantunya menyusun pakaian di koper, dia dengan riang bercerita tentang prestasinya di kelas yang menduduki rangking 3. Dia menyayangkan aku sekolah jauh darinya sehingga tidak bisa lagi mengajari matematika.Ayuni memintaku tidur bersamanya malam ini, hingga Bu Halimah datang mengetuk pintu kamar."Ayuni, kau sudah tidur?""Belum, Bu. Ada apa?" katanya sambil membuka pintu kamar."Oh, ada Aina juga di sini?" kata Bu Halimah setelah melihatku ada di kamar Ayuni."Ayo, turun. Itu abangmu pulang," lanjut Bu Halimah."Abang? Abang siapa? Abang Haris?" Seru Ayuni dengan mata berbinar."Bang Hasan," jawab Bu Halimah."Ha?"Ayuni begitu terkejut, begitu juga denganku. Dia segera berlari ke lantai satu, aku dan Bu Halimah mengikutinya."Bang Hasan! Kenapa Abang pulang?" pekik anak itu sambil memeluk abangnya."Kenapa? Kau tidak suka Abang pulang?""Aku berencana aka

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-27
  • Di Balik Rupa Burukku   Bab 51

    "Bagaimana sekolahmu?" tanyanya mengawali obrolan kami."Baik," jawabku singkat."Apakah kau dapat ranking di sekolah?""Yah, Alhamdulillah dapat juara umum di sekolah," jawabku masih dalam mode malas, aku sebenarnya ingin sekali mengakhiri perbincangan ini agar perasaanku tidak terjebak terlalu jauh. Namun sisi hatiku yang lain menahanku agar selalu menempel dengan pria ini, merasa ini adalah kesempatan langka yang mungkin tidak akan aku dapati lagi di masa depan."Sudah kuduga, kau gadis yang pintar dan juga gadis yang mandiri, aku lega melihatmu hidup dengan baik," ujarnya dengan nada yang masih lembut, bibirnya tersenyum ceria, binar di matanya, membuatku tak kuasa menatap.Bibirku bergetar mendengar ucapannya yang seperti sebuah nada indah, ucapannya di teligaku terasa seperti sebuah pujian, sanjungan dan perhatian khusus. Hati, biarkan aku menikmati sebentar momen ini, tak mengapa jika di hati lelaki ini sama sekali tak tertulis namaku, seperti tekadku dulu waktu diselamatkannya

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-28
  • Di Balik Rupa Burukku   Bab 52

    Sejak malam itu aku memang tidak pernah lagi berkomunikasi dengan tuan Hasan, karena ternyata siangnya dia harus melapor ke kantor gubernur dan pulang sangat larut, aku juga kembali tidur di paviliun.Pagi-pagi sekali mereka pergi ke Jakarta diantar oleh pak Seno sampai bandara, aku hanya menyaksikan kepergian mereka dari balkon lantai atas, karena aku tengah membersihkan ruangan itu. Sebelum masuk mobil, kulihat tuan Hasan celingukan seperti mencari sesuatu, hingga ketika matanya mendongak ke atas, aku tak bisa mengelak dari tatapannya. Lama tatapan kami bertaut dari jauh, jika aku tidak menyadari statusku dan dia, mungkin aku akan menduga jika dia keberatan meninggalkan aku."Abang! Cepat nanti kita ketinggalan pesawat!"Hingga panggilan keras Ayuni menyadarkannya dan menaiki mobil, namun kaca jendelanya tetap dibuka, tatapannya masih mengarah padaku. Tanpa sadar aku melambaikan tangan padanya, hingga dia membalas melambaikan tangan dan tersenyum penuh misteri.Sebelum libur berakh

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-28
  • Di Balik Rupa Burukku   Bab 53

    POV Dimas Tiga tahun yang lalu ....Semalam aku tidak bisa tidur memikirkan kejadian tadi siang, benarkah apa yang kulihat? Aku benar-benar melihat dengan nyata, itu bukan mimpi ... wajah Aina yang di siram Laras menjadi putih bersih, walau sekilas aku melihatnya, karena dia segera menutupi wajahnya, aku bisa melihat betapa cantik sekali parasnya.Aku tidak berani menanyakan, takut dia tersinggung, takut kalau aku hanya salah lihat. Akan tetapi wajahnya yang sekilas itu malah melekat di kepalaku. Jam 2 tengah malam aku terbangun dan hati-hati menuju kamar Desi, di mana Aina juga tidur di sana. Akan kubuktikan kalau yang kulihat itu benar adanya. Kubawa sebuah singlet putih yang telah kubasahi ke sana, ternyata Aina tengah tertidur, aku hanya butuh melihat kulitnya walau secuil. Kuusap kain basah itu perlahan ke tangannya, hanya secuil, namun alangkah terkejutnya aku, warna hitam itu berubah menjadi putih, warna hitam itu lekat pada kain itu dengan jelas.Aku bergegas keluar kamarnya

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-29
  • Di Balik Rupa Burukku   Bab 54

    POV Aina Ha! Ini lucu, siapa yang barusan bilang dia sangat merindukanku? Sepertinya Dimas tidak bisa melupakan pacar cantiknya ini. Lihatlah gadis itu? Sekarang ada di sana, duduk berdekatan dengan Bu Arumi, keduanya tampak akrab.Gadis itu menatap kami dengan tercengang, mungkin dia merasa tidak yakin siapa yang berdiri di samping kekasihnya kini, atau dia tidak percaya bahwa aku mengenal keluarga Dimas, bukankah selama ini dia terlalu meremehkanku? Aku sebenarnya tidak membencinya, juga tidak ingin berurusan dengannya, namun melihat tingkahnya yang pura-pura polos seperti putri salju, sementara teman-temannya bertingkah seperti kawanan serigala membuatku sedikit muak."Wah, ada Aina di sini? Tante, beneran ya Aina itu sepupu Dimas?" Suara yang mencicit sok lugu itu membuatku sedikit muak."Oh, bukan. Aina itu anak sahabat Ayah Haikal, dia putrinya om Seno," jawab Bu Arumi membuatku sedikit lega, Bu Arumi tidak mengungkapkan jika aku hanya putri angkatnya."Duh, senangnya di datang

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-29
  • Di Balik Rupa Burukku   Bab 55

    Aku memperhatikan pemuda yang tengah tersenyum dengan kalem, wajahnya mirip Bu Halimah, karena Bu Halimah perempuan yang cantik, pemuda itu juga tampan. Pasti ini yang dibilang pak Seno anak angkatnya. "Halo, Tuan. Saya Aina, pembantu di sini," ujarku sambil mengulurkan tangan. Pemuda itu tidak membalas salamku, dia justru menangkupkan kedua tangannya di depan dada. "Assalamualaikum, Aina. Aku Syarif Fasha. Panggil saja aku bang Syarif." Aku segera menarik tanganku yang menggantung, rasanya malu tanganku tidak disambut. Pemuda ini sungguh alim, aku tidak menyangka anak yang tamat dari perguruan tinggi negeri bisa sangat alim seperti baru saja keluar dari pondok pesantren. "Oh, walaikumsalam, Bang." "Oh ya, Ai. Kudengar dari mamakmu, kau tengah mencari pekerjaan untuk biaya kuliah?" tanya Bu Halimah. "Iya, Bu." "Sudah dapat?" "Belum sih, Bu. Cuma ada panggilan jadi SPG di Ramayana plaza, Bu." "Em, bagaimana kalau kau kerja sama Syarif saja? Dia tengah mencari orang untuk menja

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-30

Bab terbaru

  • Di Balik Rupa Burukku   Bab 263

    "Abang, apakah ibu kandung Abang sudah menghubungi?" tanya Ayuni Mereka akan segera kembali ke Jambi untuk melangsungkan pernikahan satu Minggu lagi. "Tidak, kau lihat ... Wanita itu hanya akan menuruti perkataan suaminya, mana mungkin dia mau membelaku, dari dulu seperti itu, dia bucin banget sama suaminya itu, sampai-sampai menelantarkan anak kandungnya sendiri." Fendi menatap langit dengan wajah datar dari jendela apartemennya, dia juga malas sebenarnya menemui wanita yang sudah melahirkannya itu, kalau bukan uwaknya yang menyuruh menemui ibu kandungnya, dia tidak akan pernah pergi ke sana, ke tempat yang selalu membuatnya traumatis tersebut. "Bagaimana dengan ayah kandung Abang? Apakah dia akan datang ke pernikahan kita?" "Lelaki itu tidak bisa diharapkan, apalagi kondisinya sekarang sedang dipenjara. Cukup saja dari pihakku keluarga uwakku dan keluarga Aina." Yah, sudah tiga tahun yang lalu Sardan ditangkap polisi karena mengedarkan narkoba, hukumannya juga tidak main-main,

  • Di Balik Rupa Burukku   Bab 262

    Kurang dari dua puluh menit, kedua suami istri itu pulang dari sawah, bajunya sudah kotor terkena lumpur sawah. Melihat mobil bagus di halaman rumah mereka, Aminah begitu gugup dan panik."Siapa to lek, tamunya?""Ya, nggak tahu, Min. Dua orang laki-laki sama perempuan muda. Sepertinya mereka suami istri, atau pasangan kekasih, yang perempuan ayu banget, yang laki-laki juga bagus banget. Cepat temui mereka.""Badanku masih kotor Lek, aku mau besihkan badan dulu di belakang," ujar Mardi suami Minah.Mereka buru-buru membersihkan tubuh mereka, mengganti pakaiannya dengan pakaian yang menurut mereka layak.Dengan gugup, suami istri itu datang ke ruang tamu, mereka mendapati sepasang anak muda dengan gaya anak kota yang begitu klimis dan rapi yang sangat asing dipandangan mereka."Eh, ada tamu ... Monggo-monggo, maaf ini tamu dari mana ya?" ujar Mardi dengan gugup.Lelaki paruh baya itu mengulurkan tangan pada Fendi yang dibalas Fendi dengan tatapan dingin. Tangan lelaki itu begitu kasar,

  • Di Balik Rupa Burukku   Bab 261

    Lima tahun kemudian ....Aina bergegas keluar dari aula gedung Balairung kampus, wajahnya sangat sumringah, dia segera mencari keberadaan keluarganya. Di lihat kedua anaknya yang sangat imut itu berlari ke arahnya."Bunda ...."Aina menangkap dan memeluk kedua anak kembarnya dengan bahagia "Bunda ... Bunda tampak hebat dengan baju ini," kata Amira sambil memainkan rumbai yang menjuntai di bajunya."Ini namanya baju toga, bunda kita sudah jadi sarjana," ujar Ammar kepada adik kembarnya."Jadi ini yang dinamakan baju toga? Topinya sangat bagus," cicit Amira."Anak-anak ... Minggir dulu, ayah belum kebagian pelukan bunda kalian."Kedua anaknya melepaskan pelukan pada ibunya dengan cemberut, ayahnya memang begitu, selalu saja mendominasi bundanya dengan arogan."Ayah! Aku mau sama Bunda!" pekik Ammar."Iya, baru sebentar sama bunda," keluh Amira."Sudah, sana ikut nenek ... Itu nenek mau beli es krim loh," bujuk lelaki itu yang sukses membuat kedua anaknya berlari menghampiri neneknya."

  • Di Balik Rupa Burukku   Bab 260

    Laura mendesah dengan kuat, menarik napas kuat-kuat. Kenangan berhubungan badan delapan tahun yang lalu masih menggema di telinganya, walaupun pandangannya kabur kala itu, tetapi telinganya masih nangkap suara desahan dan ceracauan dari bibir lelaki itu. "Hmmm, kamu tidak mandi?" Suara itu menyentak Laura, menyadarkannya dari lamunan yang tengah bermain dipikirannya. Lelaki itu sudah selesai mandi, memakai kaos oblong hitam dan celana training. Rambutnya yang basah tengah dikeringkan dengan handuk. Laura tergagap, dia begitu gugup karena mendapati lelaki asing tengah sekamar dengannya. "I ... Iya, saya mau mandi," sambarnya langsung menuju kamar mandi. "Saya mau keluar dulu, sebaiknya kau buka pakaianmu itu di sini, kebaya itu membuatmu ribet kayaknya, setengah jam lagi saya akan kembali," ujar Andika. Lelaki itu langsung keluar kamar, Laura yang tengah mematung memandang kepergian lelaki itu dibalik pintu bergegas membuka pakaian kebayanya dan buru-buru masuk kamar mandi, seten

  • Di Balik Rupa Burukku   Bab 259

    Laura tidak bisa berkata-kata lagi, dia hanya memandang wajah anaknya dengan tatapan rumit, namun Arsen menatapnya dengan tatapan tajam, dengan mulut kecilnya anak itu menangih janji kepada ibunya dengan tegas seperti rentenir menangih hutang. "Mommy, penuhi Janjimu. Kata guru Arsen, seseorang itu yang dipegang omongannya, berani berjanji, harus bisa memenuhi." Semua orang terkesima mendengar perkataan Arsen, Andika sendiri berdiri dengan takjub, putranya ini ... Benar-benar cerdas dan bijaksana. Laura bingung mendengar permintaan anaknya yang tiba-tiba dan dikatakan di depan umum, dia melihay Dave meminta pembelaan, namun Dave malah mendukung Arsen. Situasi yang begitu canggung tidak bisa dihindari. Karena semua itu juga disaksikan oleh semua orang yang berada di sana. "Laura ... maukah kau menikah denganku? Demi Arsen, dia sangat membutuhkan seorang ayah," ujar Andika mendekati Laura. Laura hanya terdiam, dia tidak tahu harus menjawab apa, ini terlalu mendadak. Dia menatap Dav

  • Di Balik Rupa Burukku   Bab 258

    "Boy ... Perlu teman untuk bermain?" Arsen menghentikan kakinya yang akan menendang bola, beberapa saat dia terpaku menatap lelaki yang ada di hadapannya. Ouh? Is it a dream? Laura yang tengah menenggak minuman spontan tersedak, dia segera menyemburkan minuman yang berada di mulutnya. "DADDY !!" Setelah menyadari siapa yang berada di dekatnya, Arsen berteriak sekencangnya bahkan berlari sekencangnya menghampiri sosok lelaki yang kini tengah berlutut dengan satu kaki, ta ranselnya masih bersandar di bahunya. Keluarga Laras dan keluarga Dodi telah selesai pertemuannya, mereka mengantar orang tua Dodi ke halaman. Ketika mendengar jeritan Arsen yang begitu kencang, semua orang menoleh ke halaman samping di mana ada lapangan futsal. Dave terkejut melihat pemandangan tersebut, seorang lelaki yang telah membuatnya kuatir selama ini tengah memeluk cicitnya, bahkan bocah lelaki itu menangis tersedu-sedu dipelukan lelaki itu. Tanpa pikir panjang, Dave langsung menghampiri ayah dan ana

  • Di Balik Rupa Burukku   Bab 257

    Kejutan demi kejutan membuat hidup Hasan dan Aina bertambah tambah rasanya, baru saja Dodi Rosadi, teman akrab Hasan ketika SMA dulu mengungkapkan lamaran kepada ibu dan pakdenya Laras di depan keluarga besar, hal itu tentu saja membuat Hasan memeluk temannya itu dengan erat. "Akhirnya kita sodaraan juga, Bro." "Ingat, tambah lagi satu kakaknya Aina, biarpun kakak sepupu, jadi jangan macam-macam kau ya?" ancam Dodi membuat semua orang tertawa. "Sayang, Fendi gak ada di momen indah seperti ini, harusnya kita punya formasi yang lengkap," ujar Syarif. "Iya, ini ayah. Member tugas kakak Aina kok begitu amat," Jawab Steven. "Aish, gak usah kuatir. Nanti Fendi kupanggil ke sini, dijamin besok pagi sudah ada di sini," jawab Dave sambil mencebikkan bibirnya Ayuni yang mendengar itu wajahnya langsung tersenyum sumringah, Duh ... Jadi ingat waktu momen pernikahan Steven dulu, saat itu ciuman pertamanya bersama kekasihnya itu. "Besok pernikahan akan digelar di mana?" tanya Nur kepada Lar

  • Di Balik Rupa Burukku   Bab 256

    Lelaki itu buru-buru keluar dari pesawat yang membawanya hingga ke daerah ini, tempat yang dia tandangi hampir dua puluh tahun yang lalu, namun dia tidak akan lupa di mana alamat kakak kandungnya itu berada walau sang kakak kini sudah tiada. Dia sengaja mencari penerbangan paling pagi dari Singapura ke Jakarta, dilanjutkan dari Jakarta ke Jambi, karena memang belum ada penerbangan langsung dari Singapura ke Jambi.Dia tidak bisa menunda lagi untuk bertemu seseorang yang begitu penting dalam hidupnya, pertemuannya dengan Fendi tadi malam sungguh merupakan pertemuan yang sangat mengejutkan. Andika sebenarnya enggan bertemu secara pribadi dengan pemuda itu, jika Fendi tidak setengah memaksanya. Pemuda itu mengajaknya ke taman Merlion, duduk di bangku taman sambil memandangi patung kepala singa di hadapannya. "Senang bisa bertemu dengan orang yang saya kenal di negeri asing seperti ini," ujar Fendi mengawali percakapan."Sedang apa kamu di sini?" tanya Andika."Ada urusan bisnis. Pak D

  • Di Balik Rupa Burukku   Bab 255

    "Good morning, Profesor." Sebuah sapaan bersahutan di dalam gedung itu ketika seseorang memakai kemeja putih dan celana bahan hitam datang menuju ke sebuah ruangan, kaca mata berbingkai emas yang bertengger di atas hidung lelaki itu menambah kesan dingin dan sulit untuk didekati."Morning," jawab lelaki itu singkat."In here, Prof," seru seseorang dengan seragam security menunjukkan jalan pada lelaki itu.Beberapa pria berjas hitam berjalan tegap di belakang lelaki itu, kaca mata hitam yang bertengger di setiap lelaki berjas hitam itu menambah seram penampilannya."Halo, profesor Andika Ibrahim Luthfi. Welcome, welcome," ujar seorang pria berkepala plontos memakai kemeja biru polos."Apa ini yang dimaksud dengan ruangan rahasia? Kenapa tidak terlihat rahasia sama sekali?" tanya lelaki itu dengan bahasa Inggris."Tentu rahasia yang dimaksud bukan rahasia tidak terlihat, semua ruangan ini adalah penyamaran, tidak ada yang tahu apa yang terjadi di dalamnya.""Oke, tunjukkan aku."Pria b

DMCA.com Protection Status