Liany baru saja selesai cuci piring dan mengelap tangannya yang basah, teh yang ditunggunya menghangat sudah siap di meja dengan sepotong brownies yang dibuatnya tadi. Rangga masih tertidur pulas dan hanya dia sendiri di dapur. Setelah beraktifitas seharian dia bisa melepaskan sejenak lelahnya dengan meminum teh dan menikmati sensasi coklat di kue brownies itu. Tatapannya tertuju pada layar ponselnya untuk mencari lowongan pekerjaan atau bisnis yang tepat untuknya.“Liany, Om mau bicara,” ujar Om Rudy yang tiba-tiba saja sudah duduk di hadapannya.“Silakan, Om. Apa Om mau secangkir teh juga?” tawar Liany. Om Rudy hanya menggeleng untuk menolak tawaran perempuan itu.“Lia, aku tidak bermaksud untuk melecehkanmu, sungguh. Itu diluar kesadaranku, aku sudah jujur padamu jika aku benar-benar jatuh cinta padamu.” Om Rudy memandang lurus ke arah Liany.“Om, tolong kita tidak perlu bahas ini lagi. Posisiku sudah jelas, status Om pun sangat jelas, aku ini keponakan Tante Katrin, Om sudah berke
Liany menatap gedung yang ada di depannya, sangat jelas sekali tertulis jika salah satu dari kantor di dalam sana adalah gedung kantor Sparkling ADV dan dia belum lupa jika Satria Abimana adalah owner dan sekaligus CEO dari perusahaan periklanan itu. Dibacanya sekali lagi alamat yang dikirim oleh Dora lewat pesan obrolan, dan memang sudah benar itu adalah alamat yang harus ditujunya bahkan memang letak daycare tak jauh dari gedung itu. Walaupun ragu Liany tetap melangkahkan kakinya menuju lobi kantor.“Lia! Kesini!” seru Dora begitu gembira melihat Liany yang tiba tepat waktu.“Dora, apa kamu kerja di Sparkling?” tanya Liany ragu. Gadis tomboy itu mengiyakan dengan wajah ceria.“Pak Bos aku sendiri yang akan mewawancarai kamu, ayo aku antar ke ruangannya.” Dora melangkah cepat menuju lift dan mengantarkan mereka ke lantai lima belas kantor Sparkling.“Naah, ini ruangan Pak Bos, kamu yang tenang yaa, Pak Bos memang kadang galak tetapi percaya aku, dia sebenarnya laki-laki yang baik ba
Om Rudy duduk termenung di kursi kerjanya, dia menatap kamar Liany dari kejauhan yang tidak lagi berpenghuni. Rasa sesak dan sedih berusaha ditutupinya sekuat mungkin. Seminggu sejak kepindahan perempuan muda itu Om Rudy merasa separuh hatinya ikut terbawa. Di depan Tante Katrin dan Myla dia berusaha terlihat baik-baik saja. Namun, ketika dia masuk ke ruangan ini hatinya seperti diremas, kerinduan menusuknya tanpa ampun.“Andai saja kau tahu Lia, betapa aku menyayangimu, sepenuh hatiku. Aku tahu aku salah aku tak dapat mengontrol dirimu sehingga menciummu seperti itu, aku ingin memilikimu dan meletakkan kebahagiaan di genggamanmu,” gumam Om Rudy lirih. Dibukanya ponselnya dan mencari ruang folder yang disembunyikannya dengan sandi, ada foto-foto Liany yang diambilnya diam-diam.“Aku akan mengunjungimu dan melihat Rangga juga.” Om Rudy seakan sedang berbicara dengan Lia lewat foto perempuan itu. Bibir lelaki itu menyunggingkan senyum yang hambar, kini ruang hatinya bukan hanya milik Ta
Satria memalingkan wajahnya dari tatapan tajam Liany. Dia menengok ke dalam rumah untuk mencari sosok bayi yang dirindukannya.“Aku ingin bertemu dengan baby boy-ku,” ujar Satria melewati Liany yang masih penasaran dengan bungkamnya Satria.“Sat, kamu belum jawab aku, ada apa dengan Myla sampai kamu menolak dia? Kurang apa Myla, Sat? Dia pasangan yang ideal untukmu tapi—““Aku mencintaimu, Liany. Sebelum bertemu dengan Myla aku lebih dulu bertemu denganmu dan aku jatuh cinta padamu. Myla bukan pilihan untukku jadi jangan bertanya lagi tentangnya, mengerti?” Satria menegaskan pandangannya ke arah Liany yang membuat perempuan itu tak berkutik dengan pernyataan laki-laki itu.“Aku mau main sama Rangga dulu, tiga hari di luar kota bikin aku kangen banget, Mama Rangga gak boleh ganggu kami, sini … sini… My Boy, jagoan Papa Satria!” seru Satria yang kehadirannya seakan sudah ditunggu-tunggu oleh bayi itu. Rangga merespon dengan tawa dan teriakan kecilnya juga terlihat bergembira. Tangan mun
Myla mengantarkan Demian kembali ke kantor Satria setelah menemaninya makan siang. Gadis itu sangat menyesali kecerobohannya yang akhirnya banyak menyita waktunya untuk mengurus pria yang ditabraknya.“Dem?! Lho kamu kenapa?” Chico yang melihatnya lebih dulu terkejut ketika Demian tiba di kantor dengan lengan yang dibebat dan digantung.“Hanya sedikit kecelakaan saja, Myla membantuku ke rumah sakit. Presentasi dengan klien bagaimana?” tanya Demian yang mengingat tugasnya bersama Satria.“Pak Bos belum pulang tuh, Dora tadi nyusul di panggil sama Pak Bos. Beberapa hari ke depan kita akan semakin sibuk karena ada beberapa klien baru, aku harap kamu cepat sembuh, Dem.”“Ini hanya sedikit terkilir, paling beberapa hari sembuh. Seseorang berjanji akan menjagaku dengan baik,” ujar Demian sambil melirik Myla yang berpura-pura tidak mendengarnya.“Mas Demian saya—““Kita sudah sepakat saat makan siang tadi, bukan?” potong Demian cepat.“Ouh yaa, maaf saya lupa, Demian, saya akan kembali ke ka
Menjelang tengah malam Om Rudy baru pulang ke rumah, tampangnya kusut, jasnya hanya disampirkan di bahunya dan dasinya sudah tidak terpasang lagi di lehernya. Rumahnya sudah gelap, hanya lampu ruang tengah saja yang menyala. Om Rudy mengambil air dingin dari kulkasnya, segelas itu habis tetapi belum bisa menghilangkan rasa berat di kepalanya akibat minuman keras. Tante Katrin yang tahu suaminya pulang segera keluar kamar dan heran melihat tampang suaminya yang kusut masai.“Papa dari mana sampai pulang-pulang kayak gini?” tanya Tante Katrin lembut.“Tadi ada klien dari luar, kami berhasil membuat kesepakatan besar dan Papa diundang untuk merayakannya,” jawab Om Rudy sambil melepas dasinya. Tante Katrin bergerak pelan dan mendekati Om Rudy, diendusnya baju suaminya yang bau minuman keras.“Papa sepertinya minum banyak, ingat, Papa harus jaga kesehatan, jangan ikuti mereka yang terbiasa seperti itu.” Tante Katrin mengelus dada suaminya. Sesaat mereka saling bertatapan, Tante Katrin men
Liany terkejut ketika dua orang itu masuk ke ruangan Satria, segera ditariknya tangannya yang digenggam Satria kuat-kuat. Liany melotot ke arah Satria karena laki-laki itu tak mau juga melepaskan tangannya.“Kalian berdua udah lupa sopan santun ya sampai lupa ketuk pintu?” tanya Satria pada Demian dan Dora. Dora melirik ke arah Liany yang salah tingkah.“Kalian sudah tampak akrab sekali padahal Liany baru masuk kerja di sini, kok bisa Pak Bos?” tanya Dora tanpa basa basi, sebelum pikirannya dipenuhi oleh dugaan yang bukan-bukan Dora langsung menembak Satria dengan pertanyaan itu.“Apa kalian percaya jika saya sudah mengenal Liany setengah tahun lebih ini? Bahkan saya menemani proses kelahiran Rangga daaan … yang paling penting saat ini kalian sedang menginterupsi proses lamaran saya kepada Liany!” seru Satria berpura-pura kesal.Map di tangan Dora seketika terlepas bahkan Demian sampai mundur selangkah mendengar hal yang luar biasa mengejutkan mereka.“Kalian selama ini pacaran?” tan
Liany tersentak kaget sehingga tidak dapat berpikir sejenak, air dingin dan es batu yang mengenai wajahnya membuatnya tersedak dan terbatuk. Satria melindunginya dari seorang perempuan yang cantik dengan pakaian yang kekurangan bahan. Wajah Satria memerah menahan amarah sampai tangannya terkepal gemetar.“Jangan gila kamu, Isabel! Kita tidak punya hubungan apapun, kau sudah mendapatkan apa yang kamu mau, jangan buat aku melaporkan ke polisi karena perbuatan tidak menyenangkan kepada calon istriku!” bentak Satria.“Aku gak terima kau pergi gitu aja, Sat, menghilang tiba-tiba, aku udah bilang kalau aku bersedia melakukan apa saja untuk tetap bersama kamu, Sat!” Perempuan muda bernama Isabel itu, mendekati Satria. Liany yang menjadi pusat perhatian orang berdiri dari tempat duduknya, mengambil tasnya dan segera pergi. Satria yang melihat itu segera mengejar Liany.“Lia, tunggu!” Satria ingin mengejar Liany tetapi Isabel menahan tangan Satria dengan kuat.“Aku belum selesai, Satria!” tuka
Setahun kemudian …Lilis membuka kembali album foto-foto kenang-kenangannya setahun yang lalu saat keluarga majikannya mengantarkan Yelena kembali ke Inggris. Suasana haru terjadi saat Tuan Clark awalnya menolak kepulangan putrinya tetapi Satria berhasil meyakinkan ayah angkatnya itu dan membuat ayah dan anak kembali berdamai. Di sana juga mereka merayakan ulang tahun pertama Rangga dengan sangat istimewa. Lilis sungguh tak menyangka jika majikannya kali ini memperlakukan dirinya dan Lastri seperti anggota keluarga, bukan hanya sekedar majikan dan bawahan mereka.Liany dan Satria benar-benar majikan yang sangat baik dan murah hati, bahkan anak sulung Lastri diberikan beasiswa oleh perusahaan Karisma agar bisa melanjutkan pendidikannya di bangku perkuliahaan. Liany juga memberikan hadiah mesin jahit untuknya dan mengizinkan kapanpun Lilis hendak mandiri setelah menamatkan Kursus menjahitnya. Namun, Lilis masih menganggap Rangga masih kecil dan Liany masih membutu
Yelena akhirnya dilepaskan juga oleh anak buah Mike dan menjauhkan diri hingga ke sudut ruangan. Demian melangkah mendekat dengan tatapan mata yang berkilat, aura ingin membunuhnya terasa kuat.“Kau … kau keluarga korban kecelakaan itu? Waaahh … kejutan besar kita bertemu kembali, Yelena, apa kau sudah tahu ini Sayang?” Mike menoleh ke arah Yelena yang memandang takut-takut kepada Demian.“Jangan mengalihkan perhatian bangsat!” hardik Demian yang membuat Mike sedikit gentar. Moncong pistol itu sudah sangat dekat jaraknya dengan kepalanya.“Apa kau ingin membalaskan dendammu sekarang?” Mike memamerkan seringainya yang mengejek Demian. Darah Demian bergejolak hebat, ingin rasanya dia segera melesatkan satu peluru tepat ke jantung Mike, tetapi keinginannya itu ditahannya, dia tidak ingin jadi pembunuh dan merusak masa depannya sendiri. Dia hanya ingin memberikan Mike pelajaran.Demian menumbuk kepala Mike den
“Tolong ambilkan aku air minum, Sayang,” pinta Satria lirih ketika dia terbangun dari tidurnya. Bergegas Liany mengambil segelas air minum dan membantu suaminya untuk duduk. Satria terbatuk kecil, dia masih kesulitan untuk bernapas panjang. Perlahan diminumnya air pemberian istrinya. Dia menolak saat Liany ingin membantunya berbaring, Satria hanya ingin duduk saja sambil bersandar.“Yelena, apa dia pulang?” tanya Satria setelah memperhatikan jika di ruangan itu hanya ada dia dan Liany.“Iya, aku menyuruhnya pulang untuk istirahat, dia sedang hamil muda tak baik jika kelelahan.” Liany memperbaiki selimut Satria dan merapatkannya.“”Bagaimana keadaanmu, Sayang? Apa masih sakit?” tanya Liany sambil memandangi wajah suaminya.“Aku sudah merasa lebih baik, kau jangan khawatir, Sayang.” Satria meraih tangan Liany dan menggenggamnya erat. Namun, sesaat ekspresi Satria berubah dan Liany bisa membac
Demian mengantarkan Myla pulang, berbagai perasaan berkecamuk di dalam kepalanya. Keselamatan calon istrinya, Liany dan putranya serta keselamatan Satria atasannya.“Ingat jangan jauh-jauh dari ponselmu, jika ada hal yang mencurigakan segera telpon aku, mengerti?” Tak bosannya Demian memperingatkan Myla agar tetap waspada.“Dem, apa kau tak mau menjelaskan kepadaku apa yang sebenarnya terjadi atau apa yang sebenarnya kau ketahui. Sikapmu pada Yelena mencurigakan!” Myla menatap tajam kepada lelaki muda itu yang tampaknya berpikir keras untuk menjawab todongan Myla.Demian sepertinya tak bisa berkelit lagi dan Myla berhak tahu kaitan antara dirinya dan Yelena. Myla menunggu sambil melipat tangan di dadanya. Mereka duduk berhadapan di sofa tamu, sesaat Demian menghela napasnya panjang.“Kamu masih ingat ketika ketika pemakaman ibumu aku mengatakan jika aku pernah merasakan kehilangan yang pedih itu?” Demian memandang Myla
Lamat-lamat suara ambulans terdengar, Satria berusaha membuka matanya dan mencari tahu di mana dirinya sedang terbaring. Seluruh tubuhnya terasa remuk sepertinya ada beberapa tulang rusuknya yang patah akibat perkelahian tadi. Pandangan matanya kabur dan hanya mampu menangkap beberapa bayangan yang ada di dalam ambulans yang tengah melarikannya ke rumah sakit.Satria mengerang pelan, suaranya tertahan oleh masker oksigen yang digunakannya untuk membantunya bernapas. Meskipun dia merasa sangat buruk tetapi rasa bersyukurnya lebih besar karena Mike dan para begundal itu tidak menikamnya dengan senjata tajam atau menembaknya seperti yang ada di dalam pikirannya sebelum dia pingsan. Hal terakhir yang didengarnya adalah raungan Dora yang ketakutan, mungkin karena wajahnya yang sudah berlumuran darah dan terkulai seperti tanpa nyawa lagi.“Pak Bos…! Bertahan yaa Pak Bos … sedikit lagi kita tiba di rumah sakit,” ujar Dora dengan suara yang terdengar
“What the hell are you doing?!” maki Yelena yang terkejut dengan sikap kasar Myla kepadanya.“Myla?!” seru Demian dan Liany yang tak percaya dengan apa yang dilakukan Myla barusan.“Kenapa? Apa karena kau dan keluargamu telah mengadopsi kakakku dan memberikannya kehidupan yang lebih baik kau merasa berhak untuk mengacak-acak rumah tangga kakakku, hah?! Kau tak akan pernah bisa jadi istri kedua kakakku!” bentak Myla yang benar-benar murka dengan kelakuan Yelena.“Myla … Myla… kamu salah paham, Yelena tidak…”“Lia, Please, jangan membela dia, akar busuk harus segera diamputasi sebelum dia menyebar kebusukannya!” sergah Myla yang melihat Liany masih berbaik hati kepada Yelena.“Myla, tenang sedikit, aku tidak mau kamu bersikap bar-bar seperti ini,” ujar Demian sambil merengkuh bahu gadis itu dan membawanya sedikit menjauh.Satria membereskan berkas yang
Demian melonggarkan dasinya, pertemuannya dengan Yelena di rumah Satria calon kakak iparnya sungguh membuatnya gelisah. Bingung, entah bagaimana nanti cara Demian untuk memberitahukan kepada Satria jika adiknya yang satu lagi adalah gadis berandalan yang terlibat dengan kecelakaan besar keluarganya. Setumpuk file di meja kerjanya tentang ekspansi bisnis yang tengah dilakukannya sudah habis dibaca. Dia sedang memperjuangkan sebuah mega proyek yang saingannya adalah perusahaan besar milik keluarga Mike Dewangga. Kali ini Demian lah yang akan mengibarkan panji perang kepada keluarga laki-laki itu, tak akan ada ampun bagi mereka, tekad Demian.Di bawah tangan Demian, Karisma bergerak lebih cepat karena pada dasarnya Demian sendiri adalah pebisnis ulung dan punya banyak koneksi. Selama ini dia hanya bersembunyi dari bayang-bayang rasa bersalahnya atas kematian ibu, kakak ipar dan Brian kecil. Saat itu dia tengah mengantarkan mereka untuk ke sebuah perayaan ulang tahun anak salah seorang k
Lilis segera mengambil lap, mengisi ulang tekonya dan bergegas meninggalkan dapur. Satria dan mengambil botol Rangga yang terjatuh dari tangan Liany sementara Yelena membereskan mangkok bekas mie mereka.“Lia, aku dan Yelena…,”“Sat? Apa kamu mau menikahi Yelena untuk perlindungan dan bayi dalam kandungannya?” tanya Liany yang masih berdiri di tempatnya. Satria menoleh kepada Yelena yang seakan tidak terjadi apa-apa.“Tidak! Aku tidak akan menikahi perempuan lain dengan alasan apapun, aku tidak akan melakukan itu,” ucap Satria penuh penegasan. Yelena yang mendengar itu hanya tersenyum kecil, dia sedang mencuci mangkuk dan peralatan masak yang tadi dipakainya.“Biar aku yang membuatkan Rangga susu kau kembali lah ke kamar. Aku akan bicarakan hal ini dengan Yelena, itu adalah ide gila yang tidak akan kusetujui. Kembali lah ke kamar,” pinta Satria sekali lagi. Liany tidak berkata lagi, dia hanya menatap punggung Yelena yang masih berdiri di dapur lalu dia berbalik menuju kamarnya sendiri
Sepanjang perjalanan pulang Demian lebih banyak diam, dengan sabar dia mendengarkan Myla berceloteh tentang kelucuan Rangga dan Yelena si gadis urakan di mata Myla. Adik Satria yang ini benar-benar tidak menyukai adik Satria yang satunya lagi meskipun mereka menyayangi kakak yang sama.“Dem, dari tadi kok kamu diam saja, ada apa?” tanya Myla yang akhirnya menyadari kesenyapan Demian.“Tidak ada apa-apa,” jawab Demian pelan yang tatapannya fokus pada jalan raya.“Ooh ayolah, kamu jangan kayak cewek yang ditanya kenapa cuma jawab tidak apa-apa,” sindir Myla pada lelaki di sampingnya itu. Demian menarik seulas senyum di bibirnya, setelah bertemu dengan Yelena berbagai perasaan berkecamuk di dalam dirinya.“Sungguh, aku tidak ada apa-apa, aku masih sama terkejutnya melihat Yelena di tengah-tengah mereka.” Demian mencengkram erat setir mobilnya hingga buku-buku jarinya memutih rasa kesal dan sesal itu menyerbu be