Home / Romansa / Di Antara Dua Pilihan / Part 53 Keputusan Seorang Laki-laki 2

Share

Part 53 Keputusan Seorang Laki-laki 2

last update Last Updated: 2023-04-21 18:20:46

Diam sesaat. Marisa bicara sambil menunduk, karena tak sanggup menatap pria yang sangat dicintainya. Mungkin hari ini masih miliknya, entah dengan esok lusa.

"Aku nggak akan menghalangi jika Mas setuju. Jangan jadikan kehamilan ini untuk mengasihaniku. Kita bisa berpisah baik-baik. Daripada memaksakan diri berpoligami yang justru akan menyakiti suatu saat nanti. Mas, bisa saja jatuh cinta pada Mbak Hafsah dikemudian hari. Cinta bisa tumbuh seiring berjalannya waktu. Aku dan Mbak Hafsah bagai langit dan bumi. Kami bukan dari kalangan yang sama. Aku nggak akan menang darinya."

Aksara menatap wanitanya tanpa menyela ucapannya. Biar Marisa mengungkapkan dulu apa yang bersemayam dalam hati.

Tatapan mata Marisa menerawang, memandang langit dalam selimut awan putih laksana gumpalan kapas. Berarak pelan ke satu arah.

Mana pernah masalah poligami terpikirkan dalam hidupnya. Dia pernah menghindari menjadi istri kedua dari bos yang merayunya. Karena tidak ingin menyakiti hati wanita lain. Namu
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (27)
goodnovel comment avatar
Ariny arni
Egois sekali bu Haji, cuman mikirin kebahagiaan anaknya saja tanpa mikirin perasaan wanita lain yg akan terluka. Memang poligami tdk dilarang agama, tapi apakah merusak rumah tangga orang yg aman tentram juga dibolehkan dalam agama? Ga bisa maksain jg kalau yg cowoknya ga mau
goodnovel comment avatar
Kartini Sari
dari hari minggu sampe hari ini puluhan kali bolak balik kirain akan ada up date hehehe
goodnovel comment avatar
Mini Adae Jangkang
dari kemaren bolak balik cek siapa tau udah Up ternyata masih belum juga ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Di Antara Dua Pilihan    Part 54 Bertemu Pak Kyai 1

    "Maafkan Mas, karena membuatmu banyak pikiran dan mengalami pendarahan." Aksara menggenggam jemari istrinya. Sorot matanya penuh rasa bersalah. Marisa tersenyum samar. Bibirnya yang biasa merona terlihat pucat."Mas, udah ngasih tahu mama belum kalau kita berada di Malang sekarang?""Belum. Sebentar lagi mas telepon. Mas mau mastiin dulu kamu baik-baik saja.""Mas, kabari mama dulu. Nanti beliau nungguin kita pulang. Kan udah janji kalau malam ini Mas mau menemui Pak Kyai."Aksara mengangguk. Diambilnya ponsel dari dalam saku celana. Namun dua kali menelepon panggilannya tidak dijawab. Akhirnya dia mengetik pesan untuk mamanya dan langsung terlihat dua centang biru. Namun tidak langsung dijawab atau pun di telepon balik.Karena rumah mereka bukan di Malang, dokter menyarankan supaya Marisa rawat inap sampai ada kondisinya pulih dan pendarahannya berhenti. Khawatir jika dalam perjalanan pulang ke Surabaya nanti justru janinnya mengalami goncangan dan kembali mengalami pendarahan yang

    Last Updated : 2023-04-26
  • Di Antara Dua Pilihan    Part 55 Bertemu Pak Kyai 2

    "Halo, Assalamu'alaikum, Ma.""Wa'alaikumsalam."Aksara berdiri dari bangku kantin, ia melangkah ke luar agar ucapannya tidak terdengar oleh pengunjung yang sedang ada di sana."Aku sekarang di Malang, Ma. Bersama Marisa.""Bagaimana keadaan Risa? Kandungannya gimana?" Nada khawatir terdengar dari ucapan sang mama. Aksara menceritakan kenapa dia dan Marisa bisa berada di Malang saat itu. Sang mama begitu sedih saat mendengar sang menantu mengalami pendarahan."Aku belum bisa pulang malam ini, Ma. Tapi setelah sampai rumah besok atau lusa, aku akan segera menyelesaikan permasalah ini dengan Pak Kyai.""Pastikan Marisa benar-benar sehat, Sa. Semoga kehamilannya bisa di selamatkan." Suara Bu Arum terdengar bergetar."Aamiin, doakan saja, Ma.""Pasti mama doakan."Selesai menerima telepon, Aksara mengambil pesanan dan kembali ke kamar perawatan. Saat masuk, ia melihat Marisa tengah memejam. Pelan-pelan diletakkannya kresek makanan di atas meja. Aksara duduk di kursi sebelah brankar.Keti

    Last Updated : 2023-04-26
  • Di Antara Dua Pilihan    Part 56 Harga Diri 1

    Bu Haji kaget melihat Aksara bersama suaminya di ruang tamu. Wanita itu duduk di sebelah Pak Kyai setelah menyambut uluran tangan Aksara.Hati bertanya-tanya dengan maksud kedatangan Aksara. Namun perasaannya juga tak enak saat melihat wajah sang suami dengan kening berlipat dan sorot mata tak bersahabat."Apa yang Ummi minta pada keluarganya Aksara beberapa hari yang lalu?" tanya Pak Kyai pada Bu Haji. Masih dengan nada sabar."Apa pantas Ummi nyodorin anak perempuan kita pada pria beristri yang nggak ada niat berpoligami?" sambung Pak Kyai sebelum Bu Haji menjawabnya.Bu Haji tampak kebingungan dan takut melihat suaminya. Aksara yang duduk di sana, tenang memperhatikan Pak Kyai yang berusaha meredam amarahnya. Berusaha tetap menjaga maruah istrinya di hadapan Aksara meski amarah meletup dalam dada. Supaya para pekerja di rumahnya juga tidak mendengar percakapan mereka."Aksara, tidak bersedia poligami. Dia menolak permintaan Ummi. Abah salut padanya, dia jujur nggak akan mampu berba

    Last Updated : 2023-04-27
  • Di Antara Dua Pilihan    Part 57 Harga Diri 2

    Saat hendak mengambil motor di bawah pohon Mangga, tanpa sengaja Aksara bersitatap dengan Hafsah yang berdiri di balik jendela kamarnya. Tatapan mata gadis itu sayu dan detik selanjutnya, Hafsah mundur ke belakang. Sedangkan Aksara segera menstater motor dan pergi dari sana.Di ruang tamu, Pak Kyai dan Bu Haji masih duduk dan diam. Wajah lelaki sepuh itu menampilkan guratan kemarahan."Abah nggak habis pikir dengan tindakan, Ummi. Sungguh memalukan. Bisa-bisanya menyodorkan anak gadis kita satu-satunya pada orang yang pernah menolaknya. Apa yang ada dipikiran kalian ini. Di mana harga diri dan martabat kita?" Pak Kyai berkata melampiaskan kekecewaannya. Wajahnya penuh rona amarah."Ummi nggak akan bertindak kalau nggak mendapatkan dorongan dan persetujuan dari Hafsah, Bah. Hafsah sangat mencintai Aksara dan ummi yakin kalau Hafsah nggak mungkin dzolim pada Marisa.""Tapi apa Ummi sadar kalau perbuatan kalian bisa menyakiti hati seorang istri? Ummi dengar, kan? Kalau Marisa mengalami p

    Last Updated : 2023-04-27
  • Di Antara Dua Pilihan    Part 58 Luka 1

    Marisa menarik tangannya dari genggaman Aksara. Dadanya terasa sesak mendengar pertanyaan singkat tadi. Satu kalimat laksana sayatan yang melukai. "Mas menuduhku?" tanya Marisa dengan suara serak."Nggak, Sayang. Maaf, mas mungkin salah bertanya." Aksara merasa bersalah.Marisa tersenyum getir. "Mas, sepertinya memang belum mengenaliku." Wanita itu beringsut ke belakang. Kakinya naik ke atas tempat tidur, kemudian berbaring miring membelakangi sang suami sambil menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Air mata mengalir tanpa henti membasahi bantal.Aksara serba salah. Dia bangkit, memutari ranjang, dan duduk tepat di depan istrinya. "Maafkan mas. Mas nggak bermaksud menuduhmu." Aksara bicara sambil mengusap air mata yang mengalir melewati pangkal hidung istrinya. "Aku mau tidur, Mas," tolak Marisa menepiskan tangan sang suami. Hatinya terasa sangat perih. Ingin rasanya dia marah, berteriak kenapa sampai hati Aksara memiliki pemikiran seperti itu padanya. Aksara tidak menuduh, tapi p

    Last Updated : 2023-04-28
  • Di Antara Dua Pilihan    Part 59 Luka 2

    Hingga jam istirahat untuk makan siang, Marisa tidak melihat Daniel datang ke kantor. "Ar, aku nggak lihat Pak Daniel masuk kantor hari ini?" tanya Marisa ketika mereka duduk di kantin dan menikmati makan siangnya."Kamu belum tahu, ya, kalau Pak Daniel hendak bercerai dengan istrinya," jawab Ari lirih. Membuat Marisa terperanjat. "Kamu serius?"Ari mengangguk."Kenapa cerai, selama ini mereka terlihat baik-baik saja.""Mana tahu kita permasalahan rumah tangga mereka, Ris.""Apa Pak Daniel selingkuh?" tebak Marisa. Dengan dasar karena lelaki itu pernah merayu dan hendak menjadikannya istri kedua.Ari mengangkat bahu tanda tidak tahu. "Alasannya masih menjadi rahasia. Nggak ada satu orang pun yang tahu. Tapi kalau Pak Daniel yang selingkuh, kenapa bukan istrinya yang menggugat cerai? Justru Pak Daniel sendiri yang lebih dulu mengajukan gugatan ke pengadilan. Apa mungkin istrinya yang selingkuh ya, Ris?""Masa', sih?""Bisa jadi. Kita nggak tahu permasalahan mereka. Walaupun punya sua

    Last Updated : 2023-04-28
  • Di Antara Dua Pilihan    Part 60 Home Sweet Home 1

    Daniel memperhatikan Marisa hingga wanita itu beranjak pergi dari sana setelah menerima telepon. Mungkin suaminya sudah menjemput. Kini ia masih diam menatap pada bangku semen yang telah kosong di bawah sana. Iri dengan kebahagiaan Marisa dan Aksara. Beruntung sekali laki-laki itu mendapatkan Marisa. Pasangan muda yang sebentar lagi menimang cahaya mata.Dulu ia dan Shela juga pernah merasakan fase yang sama. Mengecap kebahagiaan hingga beberapa tahun pernikahan. Ketika anak-anak mulai sekolah, dirinya sibuk dengan pekerjaan, dan Shela mulai bosan diam di rumah. Kemudian mencari kesibukan di luar, komunikasi yang lemah, perselingkuhan, dan akhirnya membuat hubungan mereka sekarang bagai berada di ujung tanduk.Ditariknya napas dalam-dalam. Meraih gagang cangkir disebelahnya dan meneguk habis kopi hitam yang tinggal separuh. Kalau bukan karena anak-anak, rasanya enggan dia pulang ke rumah. Kadang melihat wajah kedua anaknya timbul rasa bersalah. Kenapa dirinya tidak bisa memaafkan ma

    Last Updated : 2023-04-29
  • Di Antara Dua Pilihan    Part 61 Home Sweet Home 2

    Sambil mengemas pakaian, Marisa merasa berat hati meninggalkan sang mertua. Tidak enak juga pergi dari sana dalam situasi tegang begini. Di mana persolan penyebar berita belum terungkap. Sedangkan keluarga mereka difitnah sebagai pelakunya. Apa dia akan pergi sebagai seorang pengecut?Namun bertahan juga bukan pilihan yang tepat untuk kesehatan jiwanya. Tiap kali mengingatnya, menyebabkan perut terasa mulas dan menegang. Marisa tidak ingin kehilangan bayinya. Dia juga tidak ingin diuji dengan Aksara akan berpaling arah, iba, dan jatuh cinta pada Hafsah yang kini seolah menjadi korban.Marisa duduk di tepi pembaringan, menatap gerimis di luar sana lewat jendela kamar yang terbuka. Kalimat sang mertua masih terngiang di telinga. "Mama nggak apa-apa kalian pindah. Supaya kamu bisa menjalani kehamilanmu dengan tenang dan aman, Ris. Nggak usah pikirkan mama. Sejak dulu mama sudah terbiasa menghadapi semua ini. Kasusnya kakak iparmu malah lebih parah dari kejadian ini dan mama sanggup mela

    Last Updated : 2023-04-29

Latest chapter

  • Di Antara Dua Pilihan    Part 157 Anniversary 2

    Sebagian perempuan pasti suka barang kemas seperti itu. Disamping bisa mempercantik diri dan melengkapi penampilan, perhiasan juga bisa menjadi barang investasi."Tadi niatnya aku yang mau bikin kejutan. Tapi justru Mas yang bikin aku kaget. Malah aku nggak nyiapin kado. Mas, mau kado apa?" tanya Marisa. Kedua tangannya masih bergelayut manja di leher sang suami."Sayang, kamu serius ingin mas memilih sendiri kadonya?"Marisa mengangguk yakin. Apa yang ditakutkan? Toh biasanya mereka akan merayakan hari spesial dengan cara menghabiskan sepanjang malam dalam kemesraan."Pilih saja. Mas, mau kado apa?" Marisa menatap lekat wajah suaminya."Anak," jawab Aksara singkat tapi serius."Apa?""Anak ketiga. Katanya Mas harus milih sendiri. Makanya Mas pilih anak."Senyum Marisa masih bertahan, ia ingin merayu sang suami agar mengganti permintaan. "Coba minta yang lain?""Nggak bisa, Sayang. Mas disuruh milih kan tadi, ya udah mas pilih anak. Tapi kamu nggak boleh curang, nanti diam-diam pakai

  • Di Antara Dua Pilihan    Part 156 Anniversary 1

    Marisa tersenyum ramah dan menyalami Mahika dan keluarganya yang menunggu di meja panjang. Tempat yang telah di booking tadi siang. Aksara juga melakukan hal yang sama. Membimbing kedua anaknya untuk salim pada mereka."Maaf, Mama nunggu lama, ya?" Marisa mencium kedua pipi mertuanya."Enggak. Kami juga baru saja sampai," jawab Bu Arum lirih.Beberapa pelayan restoran menyuguhkan minuman.Aksara dan Marisa duduk bersebelahan. Sedangkan anak-anak duduk bersama Ubed di sebelah Mahika. Si centil Keisya sangat dekat dengan budhenya.Mbak Siti, Mbak Dwi, dan pengasuh Ubed juga ikut duduk bergabung di sana. Bu Arum mengajarkan pada putra-putranya agar tidak membedakan mereka. Makanya mereka pada betah bekerja. Marisa heran karena Aksara diam, tidak juga bertanya sebenarnya mereka ada acara apa. Mungkin sang suami mikirnya hanya makan malam biasa. Tak apalah, bukankah sudah lumrah kalau suami jarang yang ingat dengan momen-momen tertentu dalam hidupnya. Bahkan tanggal lahirnya pun terkadan

  • Di Antara Dua Pilihan    Part 155 Masa Depan 2

    "Mbak, aku mau ngajak Mbak Mahika dan Mas Johan bikin surprise untuk anniversary pernikahan kami yang ketujuh."Mahika menatap lekat Marisa. "Hari ini anniversary pernikahan kalian?"Marisa mengangguk. "Sepertinya Mas Aksa lupa sama hari ini. Makanya aku ingin mengajak kalian bikin surprise. Tadi aku sudah telepon Kafe Harmoni untuk booking tempat. Kita dinner malam ini. Aku sudah telepon Mama sehabis makan siang tadi.""Oke, jam berapa nanti?" tanya Mahika."Jam tujuh sampai kafe. Nanti Mbak sama Mas Johan yang jemput mama, ya. Aku langsung ngajak Mas Aksa dan anak-anak ke kafe. Ajak sekalian papa dan mamanya Mbak Mahika."Kebetulan Pak Raul dan Bu Raul memang berada di rumah Mahika sudah dua hari ini. Setelah pensiun, Pak Raul memang lebih sering datang ke Surabaya. Sebab cucu-cucunya di Jombang sudah pada besar-besar semua. Sibuk sendiri dengan kuliahnya. Jadi hanya Ubed yang menjadi hiburan tersendiri bagi mereka. Terlebih jika anak-anak Aksara ada di sana juga.Mahika mengangguk.

  • Di Antara Dua Pilihan    Part 154 Masa Depan 1

    Hafsah tersenyum dengan gaunnya yang menerawang. Hadiah dari Kholifah. Beberapa saat dia mematung di kamar mandi. Memperhatikan penampilan barunya. Cantik juga dia memakai gaun kurang bahan itu."Pakailah nanti di malam pengantinmu. Membahagiakan suami pahalanya besar. Kamu pun tahu hal itu. Jadi nggak perlu Mbak perjelas," pesan Kholifah kemarin sore. Ketika baru tiba dari Jember dan menemuinya di kamar.Kholifah lah yang berhasil membuka minda Hafsah. Memarahi juga menasehati. Kholifah berceramah panjang lebar, banyak pandangan, hadist nabi yang di sampaikan dengan segala pemahaman. Baru dengan sepupunya itu hati Hafsah terbuka.Sedangkan dengan Latifa, sepupunya yang paling dekat di Surabaya, juga teman-temannya, justru malah sering mengompori untuk membenci Marisa. Mendukungnya merebut Aksara dari istrinya. Namun tidak dengan Kholifah yang sangat menentang keras dan menyebutnya perempuan tidak punya harga diri. Terkadang di tampar berkali-kali baru membuat seseorang sadar dengan

  • Di Antara Dua Pilihan    Part 153 Merajut Asa 2

    Sarah beserta suami dan bapaknya juga bergabung dan bersalaman dengan keluarga Bu Arum.Wanita itu menggendong bayi lelaki yang tertidur pulas. Sedangkan ketiga anak yang lain tidak ikut. Sambil melangkah, Daniel mengajak ngobrol Johan dan Aksara. Apalagi kalau bukan bicara mengenai dunia bisnis. Daniel berencana hendak mengajak mereka bekerjasama. Marisa sendiri sudah resign satu bulan yang lalu. Disamping usaha suami dan iparnya mulai butuh tenaga ekstra, kehamilannya juga agak rewel. Namun masih sering bertemu, kalau Daniel datang ke kantor mereka.Mahika juga resign dari perusahaan Omnya. Sekarang fokus di kantor mereka sendiri. Alhamdulillah, perkembangan usaha mereka sangat bagus. Johan dan Aksara memang jenius membawa perusahaan ke arah yang lebih cemerlang. Mereka kompak dan saling melengkapi."Jangan lupa kabarin kalau kamu lahiran," ucap Sarah yang melangkah di sebelah Marisa."Pasti dong, Mbak," jawab Marisa sambil tersenyum.Pak Kyai, Bu Haji, Alim, dan Mifta yang menyam

  • Di Antara Dua Pilihan    Part 152 Merajut Asa 1

    Marisa terkejut. Begitu pun dengan Mahika. Johan membaca undangan warna abu-abu itu, sedangkan Aksara meladeni Kenzi dan Ubed bermain. Sebenarnya dia mendengar, hanya saja memilih tidak menanggapi."Syukurlah, akhirnya memutuskan nikah juga ustadzah Hafsah, Ma," ujar Mahika seraya memperhatikan undangan yang tengah dibaca sang suami."Haikal Ahmad. Apa dia ustadz juga, Ma?" "Mama kurang paham, Ka. Katanya duda anak satu. Kakaknya yang jodohin sama laki-laki itu. Yang mama dengar, Haikal itu teman kuliahnya Mas Alim."Teman Alim? Pasti usia mereka terpaut lumayan jauh, karena Alim kakak sulungnya Hafsah. Mungkin Hafsah punya pertimbangan tersendiri kenapa menyetujui perjodohan dengan temannya Alim. Bisa jadi, dialah yang sanggup merobohkan keteguhan hati gadis itu."Hari Minggu depan ini, 'kan, Ma?" tanya Marisa."Iya, Ris. Habis akad nikah langsung resepsi. Seperti kamu dan Aksa dulu. Undangannya juga terbatas. Hanya kerabat dekat dan tetangga saja yang di undang."Meski mama, istri,

  • Di Antara Dua Pilihan    Part 151 Undangan 2

    Johan tertawa lepas berderai sambil memperhatikan lalu lintas di hadapan. "Kamu ada-ada saja, sih, Yang.""Mas, malah ngakak. Sudah kubilang aku hanya penasaran.""Setelah banyak hal terjadi dan aku mendapatkan pasangan sepertimu, apa yang ingin kucari lagi. Di usia kita yang sekarang ini, apa yang ingin kita ambisikan lagi? Aku sangat bersyukur memilikimu dan Ubed. Kamu yang mau menerimaku apa adanya, membuatku bangkit dan sanggup menatap dunia. Memberikan support baik moril maupun materiil. Yang, mikir aneh-aneh itu hanya bikin timbulnya penyakit hati dan masalah."Yang. Ini panggilan spesial dari Johan untuk Mahika. "Iya, aku tahu. Kadang hal-hal begini bisa jadi itermezo percakapan kita. Tapi jujur saja, nggak ada maksud apapun selain sekedar ingin tahu." Mahika tersenyum seraya merangkul lengan suaminya."Aku paham. Kita sudah terlalu tua untuk menciptakan drama.""Tapi Sarah baik, Mas. Nggak seperti Hafsah yang cinta mati ke Aksara.""Memang sejak dulu dia suka Aksa. Hanya saja

  • Di Antara Dua Pilihan    Part 150 Undangan 1

    "Kenzi masih tidur. Nggak usah khawatir. Mas sudah lihat tadi." Aksara menahan tubuh istrinya.Marisa urung bangkit dari atas pembaringan. Dia menatap sang suami yang mendadak sakau. Pagi ini Aksara berada pada titik kulminasi kesabarannya. Marisa kasihan dan merasa berdosa jika menghindari, karena dokter pun sebenarnya tidak melarang.Kamar kembali hening. Bisik lirih dan deru nafas yang terdengar di telinga masing-masing. Pengalaman beberapa bulan yang lalu membuat Aksara sangat berhati-hati. Meski dikuasai 'keinginan tingkat tinggi', tapi ia tidak ingin mengulang kesalahan yang pernah dilakukannya. Sebab dia pun sangat menginginkan anak itu. Semoga saja Marisa akan memberinya bayi perempuan yang cantik dan lucu. Pagi yang berakhir manis. Terbayar tunai hutang Marisa pada sang suami. Aksara tersenyum bahagia, secerah mentari pagi."I love you," bisiknya.Marisa mengeratkan pelukan. Perutnya yang sudah mulai membuncit di usia kehamilan sepuluh minggu, bersinggungan dengan tubuh Aks

  • Di Antara Dua Pilihan    Part 149 Kabar Gembira 2

    Diam. Aksara memerhatikan jalanan yang ramai kendaraan dihadapan. Tak menyangka saja, keharmonisan yang tercipta tiga bulan ini ada sisi lain yang disembunyikan istrinya. Bahkan sangat rapi hingga dirinya tidak menyadari. Marisa memang pandai bermain rasa. Senyumnya merekah sepanjang hari. Melayani dirinya dan Kenzi dengan baik. Urusan ranjang yang tidak pernah diabaikan. Bahkan lebih membara dari sebelumnya. Marisa sangat pintar memang. Bagaimana sang istri meyakinkannya saat ia cemburu karena Marisa sering bertemu Hugo untuk urusan pekerjaan. Padahal batin Marisa sendiri masih perlu diyakinkan oleh urusan tentang Hafsah. "Tapi itu kisah selama tiga bulan kemarin, Mas. Kalau sekarang aku memutuskan untuk hamil, berarti semua keraguan itu bisa kuatasi sendiri." Marisa bicara sambil tersenyum. Aksara menarik lengannya pelan hingga Marisa bersandar di bahunya, sedangkan tangan kanannya fokus pegang kemudi. "Makasih, Sayang. Semoga sampai kapan pun kita bisa mengatasi ujian rumah tan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status