Aku tidak mengira istri sepupu suamiku ini sangat pandai membuat drama dan memainkan peran untuk terlihat sedih dan seolah-olah dialah korban dari semua. Pandai sekali ia langsung bermain drama dan menangis berharap bahwa semua masalah ini akan tuntas dan aku bisa melunakkan hati. Apakah dia pikir semudah itu?Jadi kalau dia menangis dan mendapatkan simpati semua orang apa ia pikir dia akan menuai semua pembelaan?"Kau pikir tangisanmu berguna setelah kau merebut suamiku?" Saat aku bertanya seperti itu Sofia seakan disambar petir ia mendongak kepadaku dan air matanya langsung berhenti mengalir.Tentu saja tentu saja wanita cantik dan keturunan orang kaya itu dibela oleh nenek."Tunggu! ia tidak pernah merebut suamimu, tapi akulah yang memaksa mereka untuk menikah demi menyelamatkan perasaan cucuku yang kehilangan ayah. Apakah itu salah? lagi pula Nabil adalah seorang pria yang masih berhak menikah dan berpoligami. Apa kau tidak sadar dengan aturan agama sendiri?" Nenek yang sudah tua
Aku tak mampu lagi menangis, air mata ini kering dan hati ini seolah-olah sudah menjadi abu, karena begitu habis-habisannya diri ini dihajar dengan penghinaan dan celaan yang menyakitkan.Kini kusapu air mata terakhir yang ada di pipiku lalu tersenyum kemudian berkata."Sekarang puaslah Sofia, ambillah suamiku yang sudah tega menjandakan istrinya demi seorang janda. Jason putramu lebih penting dari kedua putriku, jadi peliharalah dia baik-baik dan jangan sampai dia menjadi lelaki brutal yang kerap merenggut kebahagiaan orang lain.""Jangan bawa-bawa anak...."Sepertinya Wanita itu sangat takut dengan kutukanku, sementara aku tergelap melihat betapa gemetarnya ia atas ancaman dan rutukan kekecewaanku."Anaklah sumber yang telah menghancurkan kehidupan kami. Karena anakmu lah Nenek mau ngambil keputusan untuk memisahkan aku dan suamiku memisahkan putri-putriku dari ayah yang mereka cintai. Jika aku harus memberi peringkat keji maka kaulah yang paling kecil di antara mereka semua karena
Selagi anak-anakku menangis aku tidak menyadari kedatangan Nabil yang sampai di rumah masih dalam balutan jubah yang ia kenakan dalam acara ngunduh mantu tadi.Tadinya ia mengenakan sorban dan peci melati tapi entah ke mana benda itu dari kepalanya sekarang."Kau?" Tanyaku kepada lelaki yang berdiri mematung dan mencengkeram tangannya itu."Anak-anak masuklah ke dalam," ucap Mas Nabil dengan rahang yang menegang dan terlihat tegas sekali."Nggak mau ayah... Pasti ayah dan bunda akan bertengkar lagi," ucap Arumi dengan suara gemetar dan ketakutan."Masuk ke dalam!" Kali ini intonasi suara suamiku sangat tinggi, dia berteriak dan membuat anak-anak terperanjat hingga mereka langsung berlari ke dalam kamar mereka dan menangis."Mas, Apa yang kau lakukan pada anakku!""Beraninya kau masih bertanya!"Lelaki itu langsung menghambur ke hadapanku dan memaksa diri ini yang duduk di lantai untuk berdiri dengan kasar, ia mencengkeram kedua lenganku lalu melayangkan sebuah tamparan yang begitu m
Hebat sekali suamiku sekarang ya...Jika kami sedang bertengkar maka semudah itu ia akan meninggalkan rumah. Tidak seperti sikapnya dulu, jika kami ada masalah, maka kami akan menyelesaikannya sampai bisa berdamai dan menemukan solusi. Tapi sekarang semuanya berubah, sejak ia memiliki Sofia, dia tidak pernah mau menyelesaikan masalah. Satu-satunya jalan keluar adalah membentak lalu kabur keluar.Lantas ke mana ia sekarang, tentu saja ia akan pergi ke rumah gundiknya, tidak mungkin dia akan pergi mengadu ke pangkuan ibu dan neneknya. Satu-satunya tempat lelaki mengadu adalah wanita lain di dalam hatinya dan sekarang Ia memiliki Sofia.Sampai kapanpun aku tidak akan pernah menerima wanita itu menjadi istri suamiku atau menganggapnya madu, tak sudi diri ini menganggap dan menerima pernikahan itu sah. Selamanya, bagiku dia hanyalah pelacur murahan dan gundik yang sudah merendahkan dirinya sendiri untuk merampas milik orang lain.Sampai kapanpun aku tidak akan pernah menerima Sofia meski
Entah apa yang ada di dalam pikiran Sofia hingga tiba-tiba ia kembali merangkul suamiku dan berusaha membuat Mas Nabil tidak menatap ke belakang untuk menyadari kehadiran diri ini."Mas, tenangkan hatimu Sayang.""Iya Sofia, terima kasih. Sekarang biarkan aku pergi mandi dan bersiap untuk berangkat kerja."Sofia meregangkan sedikit pelukannya tapi dia masih membingkai wajah suamiku dengan senyum dan lirikan mata yang seolah mengejek diriku. "Sayang... Terima kasih sudah menikahiku tadinya aku tidak mampu membuka hati tapi sekarang aku benar-benar jatuh cinta dan ingin bersamamu.""Astagfirullah..." Aku hanya bisa menggumam di dalam hati karena bisa-bisanya Wanita itu dengan cepatnya mengungkapkan cinta. Biasanya seorang wanita yang ditinggal mati oleh cinta sejatinya tidak akan semudah itu untuk membuka hati ke lelaki lain, tapi entah kenapa, Sofia benar-benar ajaib."Sayang, Apakah kau menerimaku menjadi istrimu dengan sepenuh hatimu!""Iya, tapi aku harus menenangkan iklima seperti
"Jadi, putra mau memanggil suamiku dengan sebutan papi?""Iya, selain karena Mas Nabil ayah sambungnya, dia juga ahli waris yang berhak atas asuhan dan perwalian, makanya seperti itu kami sepakat memanggilnya, apa kau terganggu dengan itu?""Tidak, sama sekali tidak," jawabku dingin."Aku sangat tidak berharap bahwa kau menyebarkan permusuhan antar saudara dan membuat Arumi dan kakaknya bermusuhan dengan Jason.""Tenang saja, aku tidak rendahan sepertimu," jawabku sambil menuju pintu keluar.Saat aku meninggalkan mereka, aku masih mendengar suamiku membujuk anak sambungnya, ia berjanji akan mengajak putranya itu untuk jalan jalan nanti sore. Tidak, aku tidak akan membiarkan dia meski kami harus berperang.Aku telah masuk ke dalam mobil Mas Nabil dan sekitar dua menit ia kemudian menyusulku.Saat masuk ke mobilnya suamiku hanya diam dan tak berani menatap diri ini."Kupikir kau masih punya perasaan serta menimbang perdebatan semalam, aku sampai rela dibunuh olehmu, tapi lagi sekali a
"Jadi, putra mau memanggil suamiku dengan sebutan papi?""Iya, selain karena Mas Nabil ayah sambungnya, dia juga ahli waris yang berhak atas asuhan dan perwalian, makanya seperti itu kami sepakat memanggilnya, apa kau terganggu dengan itu?""Tidak, sama sekali tidak," jawabku dingin."Aku sangat tidak berharap bahwa kau menyebarkan permusuhan antar saudara dan membuat Arumi dan kakaknya bermusuhan dengan Jason.""Tenang saja, aku tidak rendahan sepertimu," jawabku sambil menuju pintu keluar.Saat aku meninggalkan mereka, aku masih mendengar suamiku membujuk anak sambungnya, ia berjanji akan mengajak putranya itu untuk jalan jalan nanti sore. Tidak, aku tidak akan membiarkan dia meski kami harus berperang.Aku telah masuk ke dalam mobil Mas Nabil dan sekitar dua menit ia kemudian menyusulku.Saat masuk ke mobilnya suamiku hanya diam dan tak berani menatap diri ini."Kupikir kau masih punya perasaan serta menimbang perdebatan semalam, aku sampai rela dibunuh olehmu, tapi lagi sekali a
*maaf tak sengaja double update sebelumnya, mohon maklum. 🙏Orientasi hidup itu adalah bisnis dan jika kau tidak melihat keuntungan dalam apa yang kau jalani maka sama sama saja dengan menjemput kerugian.Aku tidak bisa melihat keuntungan dalam rumah tangga dan hubunganku dengan Nabil. Jika aku bertahan, Sofia tidak akan pernah bersikap baik dan mau bekerja sama jadi aku akan makan hati dan lama-lama bisa bunuh diri. Hatiku yang terlalu mencintai Mas Nabil akan mudah dimanfaatkan untuk selalu cemburu dan terluka, jika sudah demikian, maka berat badanku akan turun dan rambutku mulai rontok karena depresi, jadi aku tidak akan membunuh diri sendiri dengan bertahan dalam kebodohan."Sudah berapa kali kau ucapkan kata cerai? Begitu seringnya kau mengatakan itu hingga jika wanita punya hak untuk menjatuhkan talak.. mungkin aku sudah menduda dua belas kali sehari."Lucu sekali, itu mengundang gelak tawa andai konteksnya hanya bercanda. Tapi aku sedang di mode serius."Aku serius, ayo kita b
Aku sadar bahwa jika kamu ini terus berkepanjangan maka sebentar lagi aku akan berada di ambang perceraian dengan mas Nabil. Jika aku bercerai dengannya maka sekali lagi semua usahaku untuk punya suami akan sia-sia aku terpaksa harus menjanda untuk kedua kalinya.Satu-satunya hal yang bisa kulakukan untuk menyelamatkan keluarga ini adalah berdamai dengan iklim serta mendukung pernikahannya dengan Hendra. Meski aku sakit hati dan ingin sekali balas dendam tapi aku tidak punya cara untuk melakukannya wanita itu terlampau cerdik ditambah Hendra ada di latar belakang untuk melindunginya. Sekali saja aku menginjakkan kaki ke butik iklima, maka kami semua akan berada di penjara.Ya, setegas itu Hendra memperlakukan orang. Juga ia yang kehilangan cinta pada Cici dan kini tergila-gila pada iklima pasti akan melakukan apapun untuk melindungi kekasih hatinya itu.Aku benar-benar berada di jalan buntu, aku terkena karma dan menjadi sangat pusing dengan begitu banyaknya masalah yang mendera. F
Selama berhari-hari aku berusaha mengambil hatinya dan membuat dia percaya serta yakin kalau aku memang beritikad baik untuk mengurus keluarganya dan berbaikan dengan ibu anak-anaknya.Tapi seminggu kemudian aku sudah tidak tahan lagi, kuputuskan untuk meminta bantuan keluargaku agar mereka mencarikan seorang asisten dan pengasuh untuk ibu mertua yang lumpuh serta membantunya membersihkan rumah. Aku mempekerjakan mereka dan membayar mereka dengan mahal, aku berjanji juga akan memberi bonus kalau mereka bisa bertahan.Kupikir semuanya akan beres, tapi dugaanku salah, ternyata nabil tidak menerima itu sebagai niat yang tulus, dia malah menganggapku menghindari tugas serta jijik dengan keluarganya."Apa kau mendatangkan pembantu rumah ibuku?" Dia bertanya padaku saat ia baru kembali ke rumah di malam hari, untuk apa yang dia lakukan dari pagi di luar sana sampai pulang kantor pun harus malam hari. Aku kesulitan menanyainya karena setiap kali bertanya dia pasti akan mengamuk. Ia bukanlah
POV Sofia Setelah seharian berjuang jadi babu, menangis frustadi karena harus pegang sapu dan alat lap, aku membersihkan semua kotoran dan debu-debu, membersihkan kotoran dan najis serta memandikan ibu mertua yang bertubuhnya nyaris membuat punggungku patah.Tanganku lecet karena terkena cairan pencuci piring, kulitnya melepuh dan perih, kuku yang kurawat dengan mahal juga patah. Ya ampun, aku menangis memperhatikan diriku yang menyedihkan. Setelah semua pekerjaan selesai dan aku berhasil memberi makan kedua tua renta itu dengan makanan pesanan, aku memilih untuk pulang. Sebelum meninggalkan tempat itu aku menelepon ayah mertua dan memintanya pulang untuk menemani ibu mertua. Aku bilang aku ada acara jadi tidak bisa menjaganya sampai pagi. Untungnya ayah mertua mau."Ah lagi pula kenapa sih sudah tua bangka begitu masih menikah? Kenapa tidak fokus aja mengurus rumah dan cucu! Dasar centil." Aku menggerutu sendiri sampai hampir melempar sepatu yang aku kenakan."Sofia...." Aku hen
"Maksudku baik Mas ... Aku ingin punya waktu untuk diri sendiri , kamu dan merawat tubuhku, Aku ingin tetap terlihat cantik di hadapanmu dan santai dengan waktuku. Bisakah kau bayar orang lain saja?""Astaghfirullah teganya kau Sofia. Itu ibuku sofia, dia merendahkan iklima demi membelamu, dia melakukan apapun yang kau inginkan serta selalu berada di pihakmu. Teganya kau. Setelah dia dalam keadaan sakit dan tak berdaya, kau memintaku untuk membayar perawat, sementara kau akan menghabiskan waktu untuk merawat kukumu?""Aku tidak ahli mengurus orang tua, Sayang""Tapi tetap saja, setidaknya kau menghargai mereka sebagai orang tuaku."Ah, gawat, Kalau kami berdebat dia pasti akan membandingkanku dengan istrinya pertamanya."Maaf, sayang, aku benar-benar bingung, lagi pula ini semua bukan salahku. Ini salahnya Iklima, dia yang sudah membuat bencana dan menimbulkan banyak masalah. Dia yang sudah menjodohkan Ayah dengan teman sekolahnya, hingga ibu syok dan sakit, harusnya dialah yang harus
Biar kuceritakan kenapa aku sampai akhirnya pergi minta maaf dan bersikap baik kepada iklima. Biar ku beritahu yang sebenarnya.*Aku telah resah sejak awal, kupikir pernikahan kami akan berlangsung lancar dan bisa diterima oleh semua orang tapi ternyata itu tidak semudah yang kupikirkan. Iklima, dia membalas dendam dengan seburuk-buruknya pembalasan. Dia membuat adikku bercerai, menimbulkan keraguan dalam diri suamiku serta kerenggangan hubungan kami, lalu memisahkan ayah dan ibu mertua. Bola panas ini harus segera dihentikan sebelum menghancurkan segalanya.Aku tahu dan dari lubuk hatiku terdalam aku menyadari kesalahanku, aku tahu aku sangat keliru telah menyetujui perjodogan dari ibu mertua yang meminta aku untuk menikahi Nabil.Saat itu pikiranku sedang tidak jernih, aku terlalu sedih dengan kematian Mas Faisal. Kupikir aku tidak bisa menjalani semua ini sendirian, hidup menjanda dan menjadi stigma buruk di antara masyarakat. Aku tidak suka direndahkan, hanya karena tidak puny
Seminggu kemudian.Setelah peristiwa yang terjadi di rumah mantan mertua kujalani hari-hariku seperti biasa, berusaha bersikap dan berpikir normal sambil berusaha menutupi luka-luka dan lubang di hatiku. Ruang hampa dan rasa kehilangan, tetap ada mengingat aku pernah begitu mencintai Mas Nabil. Tapi, aku sudah berdamai dengan kenyataan, sudah ikhlas bahwa inilah kehendak tuhan.Memang tidak mudah melupakan orang yang pernah mengukir namanya di hati, terlebih Aku punya dua orang putri, yang setiap kali menatap mereka, aku pasti akan teringat pada ayahnya. Aku teringat setiap detail peristiwa pahit dan manis dalam hidupku begitu memandang Arumi dan Novia. Tapi, mereka juga motivasi agar aku tetap bertahan dan menjadi kuat, aku punya motivasi untuk sukses dan tetap bekerja keras demi mereka. Aku bertekad untuk memperbaiki hidupku dan menemukan orang yang tepat di suatu hari nanti, insya Allah, aaamiin.*Suasana rumah kami jauh lebih tenang sekarang, karena orang-orang yang sering mente
Semua orang menatap padaku saat tiba-tiba aku sudah berdiri di ambang pintu. Dalam perdebatan sengit dan pertengkaran itu tiba-tiba mereka terbelalak karena pendapatku yang mengejutkan."Semuanya salah termasuk siapapun yang mendukung dan ikut dalam keputusan itu.""Kalau begitu kau salah juga, terutama kau! Kaulah biangnya yang membuat Ayah berpaling dari ibu?""Anggap saja impas karena ibu lah yang membuat Nabil berpaling dariku?""Oh jadi sampai sekarang kau masih tergila-gila pada Nabil dan terobsesi untuk balas dendam, padahal kau sendiri yang minta cerai darinya?""Tidak juga, aku tidak pernah benar-benar berusaha sekuat mungkin untuk membalasnya tapi alam mendukungku untuk memberi balasan. Ayah sendiri yang menginginkan tante Elvira, sementara aku hanya mengikuti keinginannya. Sebagai anak yang baik aku membantunya.""Sejak kapan kau jadi anaknya, kau hanya mantan menantu.""Darah ayah dan nabil mengalir dalam nadi anakku, secara tidak langsung kami sudah terikat sebagai kelua
"Kenapa Anda berkata sejauh itu tante Stefani?""Karena faktanya begitu," jawab wanita modis itu sambil mendelik."Anakku mengorbankan semuanya demi adikmu bahkan dia rela ikut agama kalian, tapi tapi Cici tidak benar-benar memberinya cinta. Sudah cukup sekarang!""Jadi kalian akan menjodohkanmu dengan wanita ini, alih alih mencarikan istri yang lebih baik?""Iya, kenapa, apa masalahnya? Ini adalah pilihannya dan dia bahagia dengan itu."Merasa kesal karena dipermalukan, Sophia langsung bersurut mundur sambil memegang tangan Nabil dan mengajaknya pergi. Di sisi lain ekspresi ayahnya Arumi dan Novia, tatapannya terus lekat padaku yang kini menyuapi bubur kepada Hendra. Dia sepertinya kecil hati dan tidak terima kalau pelayanan dan perhatianku, kini berpindah kepada lelaki lain.Yang namanya masih cinta pasti ada rasa cemburu."Pergi dan jangan datang lagi, beraninya keluarga kalian yang sudah menyakiti anakku datang kemari! Apa kalian hanya ingin memastikan kalau dia benar-benar me
"Tolong jangan membahas tentang kesalahan kami. Tolong bukalah hatimu, demi ibu mertua.""Tumben Sofia yang jahat dan kasar memelas Dan memohon di hadapanku..." Aku sinis padanya.Wanita itu menggigit bibirnya seolah tidak suka harga dirinya disentil. Dia berusaha tetap tersenyum meski getir."Aku sedang pusing dengan banyaknya masalah yang mendarah hidupku jadi tolong pulanglah, aku yakin ponsel ayah sudah dinyalakan jadi kalian langsung saja menghubunginya.""Dia tidak mau menjawabnya.""Aku akan mencobanya, jadi pulanglah.""Terima kasih ya, aku sangat menghargai bantuanmu," ucap mas Nabil dengan mata berbinar, sementara aku hanya memutar bola mata dan malas sekali mendengar dia yang pura-pura manis padaku."Ayo Sayang, kita pulang, biar iklima hubungi ayah mertua," ucap Sofia yang terdengar sangat pamer kemesraan di hadapanku, aku hanya tersenyum karena tidak terpengaruh.Enak saja, dia seakan-akan menyerahkan semua masalah keluarga pada diriku. Hanya karena aku mau menghubungi ay