Aarav mengemudikan mobil nya mengantar Aneska dalam perjalanan pulang.
“Kamu tadi sedang ngapain ada di sana Nes?” Tanya Aarav membuka obrolan.
“Ohh…. Itu ada sedikit kerjaan tadi. Tapi sekarang sudah selesai kok.” Jawab nya sambil tertawa kecil.
“Apa kamu lagi sibuk ya? Seperti nya sangat lelah sekali.” Tanya Aarav.
“Kelihatan ya?” Tanya Anes tersenyum.
“Iya, kelihatan sekali.” Ucap Aarav.
“Ya kau tahu sendiri lah, karena pindahan itu jadi banyak kerjaan yang harus di kerjakan.” Jawab nya dengan menatap jalan raya.
“Apa kau sudah makan? Aku ingin mentraktir mu makan malam.” Ajak Aarav.
“Makan malam? Mmmmm…. Sebenar nya aku juga lapar sih. Tapi….
“Kalau begitu ayo makan malam b
Beberapa hari kemudian setelah semua urusan sudah di selesaikan. Kedua belah pihak sudah sepakat menyetujui acara pernikahan.Walaupun terkesan mendadak dan terburu-buru. Pernikahan di adakan tertutup, jadi tidak semua yang tahu. Hanya beberapa perwakilan dari Anes dan Shakeel, di adakan pun di rumah keluarga besar Shakeel Zaferino.Shakeel melihat calon isteri nya dalam berpakaian pengantin, hanya biasa saja. Tidak terpesona atau kagum sedikit pun.Setelah mengucapkan janji pernikahan, mereka meminta restu dari kedua perwakilan.Santi memeluk Aneska. Dia terharu sekaligus bahagia karena akhir nya dia bisa menyaksikan pernikahan salah satu anak asuh nya.“Anes, selamat ya atas pernikahan kamu. Ibu harap pernikahan kalian langgeng dan bahagia. Sekarang kamu tidak sendiri lagi, sudah menjadi isteri dan memiliki suami.”nasihat ibu Santi.“Iya bu. Terimakasih
“Cepat juga kau menandatangani nya. Ingat, jangan pernah melanggar salah satu, termasuk hubungan asmara ku.” Shakeel mengingat kan kembali.“Iya, aku ingat. Tidak usah di peringati lagi. Bosan dengar nya.” Ucap Anes.“Di kira aku senang apa ya menikah dengan pria homo seperti mu? Untung saja sih kau homo, tidak tertarik dengan wanita. Jadi aku tidak perlu terlalu khawatir dengan kesucian ku.” Gumam Anes.***********Dan akhir nya mereka tiba di kediaman Shakeel. Tempat di mana Anes akan tinggal bersama nya.Anes takjub melihat ukuran rumah yang besar dan mewah.“Kenapa? Kau pasti belum pernah melihat atau bahkan masuk di rumah sebesar dn semewah ini kan?” Tanya Shakeel.“Lebih luas dari gubuk derita mu itu.” sindir nya lagi.Anes diam mengabaikan apa yang di ucapkan Shakeel.Shakeel berjalan tanpa mengajak Anes, karena dia pikir kal
Anes bangun pagi hari, turun ke dapur.“Apa dia pulang tadi malam?” tanya nya.Di lihat rumah yang begitu sepi, tanpa suara.“Seperti nya dia tidak pulang.” Ucap nya lagi.Ceklek…Aneska terkejut ada yang membuka pintu. Di lihat nya siapa yang masuk. Dan ternyata suami nya dengan pakaian dan wajah yang lesu.Shakeel melihat dengan tatapan tidak suka.Tanpa berkata, dia pergi mengabaikan Anes yang masih melihat nya.“Shakeel, apa kau mau….“Berisik…” teriak Shakeel sambil berjalan ke kamar nya.“Hhhmm…” gadis itu menghela nafas nya.Anes ke dapur, membuat makanan nya sendiri.Tidak ada kegiatan yang akan di lakukan. Masih ingin istirahat sesaat.Bahan-bahan di dapur sudah terisi. Sebelum nya dia membeli dan membuat stokkan.Shakeel sudah turun lagi dengan pakaian rapi. Masih memakai d
Akhir nya Daviand memakai produk dari Sakhel, dan mereka sangat bahagia. Sementara itu Reno dan Lian saling bertatapan, karena tidak suka dengan pilihan atasan nya. Memang mereka pernah mendengar kabar kalau bos mereka adalah seorang pria yang menyukai sejenis nya. Dan Daviand adalah pasangan yang sudah lama menjalian hubungan dengan Shakel.Cekrek…cekrek…cekrek..Beberapa kali Daviand di potret dengan berbagai pose dan pakaian. Shakel hanya menunggu dan memperhatikan aktifitas kegiatan itu.*******“Bagaimana sayang? Apa foto ku cantik?” Tanya Daviand dengan manja memeluk Shakel.“Tentu saja, kau lihat sendiri kan. Kau sangat cantik.” Puji nya.“Tapi itu kan hanya karena pakaian dan makeup ini. Bukan karena wajah ku yang natural.” Daviand memonyongkan bibir nya.“Siapa yang bilang sayang? Tanpa pakaian dan makeup ini pun kau sudah sangat cantik loh
Daviand yang juga menyukai itu, merapatkan kedua kaki nya, bersiap-siap untuk menerima langkah selanjut nya dari Shakeel yang sudah mempersiapkan ‘senjata’ kenikmatan nya itu.Daviand yang sudah membungkukkan tubuh nya membelakangi Shakeel, dengan napas nya yang tersengal dan kelelahan. Di belakang nya Shakeel masih berdiri tegak, tangan kiri nya memegang bahu Daviand agar tetap pada posisi nya, sedangkan tangan kanan memegang senjata nya untuk di selipkan diantara selangka**an pasangan nya itu.Jleb…“Aaaakkhhh…aaahhh…” desahan dari Daviand yang sudah merasakan ‘benda’ itu diantara kedua kaki nya.Menarik, memasukkan, menarik dan memasukkan nya lagi, begitu berulang-ulang di lakukan Shakeel. Erangan dan napas mereka saling menyahut. Sesekali Shakeel menarik rambut kekasih terlarang nya itu, tapi tidak dirasa sakit oleh Daviand, karena dia juga menikmati.“Ceeeappatt&he
Shakeel melihat jelas kedekatan dan keakraban antara isteri dan seorang pria yang tidak di kenalnya. Tawa canda mereka mengganggu telinga Shakeel yang kesal.Tap…Tanpa sadar Aarav menyelipkan anak rambut Aneska di belakang telinga wanita itu, Aneska terkejut dengan pergerakan mendadak yang di lakukan Aarav.“Maafkan aku, rambutmu menutupi wajahmu, jadi tanpa sadar aku merapikannya. Jangan salah paham ya.” ucap Aarav yang merasa khawatir kalau Anes marah dengan ulahnya.“Oh, tidak apa-apa kok, aku memang sedikit terkejut.” Sahut Anes tersenyum dan kembali biasa saja.Sementara itu, suami Aneska mengepalkan tangan melihat aksi Aarrav, dia sangat tidak suka dengan pria itu.“Oh, jadi yang di lihat Shakeel adalah mereka berdua. Tapi, apakah wanita atau pria itu yang mengganggu pikirannya?” tanya Daviand dalam hati.“Tidak mungkin pada wanita itu kan? Shakeel k
Menggendong Ke Tempat TidurShakeel menggendong Daviand, kedua kaki Daviand juga sudah menjepit pinggang Shakeel. Mereka masih berciuman sebelum sampai di tempat tidurnya. Suara ciuman dan desahan masih terdengar jelas, yang keluar dari bibir mereka.Tap…Daviand sudah dibaringkan, tubuh Shakeel berada di atasnya. Sambil mereka berciuman, Daviand melepaskan kemeja yang masih dipakai Shakeel, sedangkan bajunya sudah dilepaskan.Setelah kemeja sudah lepas, lalu dilanjutkan untuk membuka celana Shakeel yang setengah terbuka. Dan akhirnya mereka berdua sudah sama-sama tidak memakai pakaian sehelai benang pun.Mereka bercumbu yang diawali dengan ciuman di seluruh tubuh hingga meninggalkan bekas tanda merah.“Aahh… Ahh.. ssshh…. Ahhh…”“Hhmm… nnggg… aahhh…”“Sayang… Sayang… mas….masukan sekarang… aku.. aku
Shakeel sudah meninggalkan Daviand yang masih ingin bermalasan di dalam kamar hotel. Shakeel yang keluar dengan alasan ingin pergi ke kantor, hanyalah bohong, sebenarnya dia ingin pulang kerumah untuk menemui isterinya, Aneska. Wajahnya sudah sangat kesal dan marah karena melihat wanita itu pergi dengan pria lain.“Selamat pagi tuan.” Sapa supirnya yang sudah menunggu di parkiran mobil.“Antar aku kerumah sekarang!” perintah Shakeel tanpa membalas sapaan dari pekerjanya.“Baik tuan.” Dengan cepat si pak supir segera masuk ke kursi kemudi setelah membuka dan menutup pintu mobil untuk atasannya.Mobilpun segera melaju menuju tempat yang diinginkan.Didalam mobil, Shakeel terlihat tidak sabar lagi untuk melampiaskan amarahnya. Kedua tangannya sudah dikepalkan. Si supir dapat merasakan suasana mencekam.“Tambahkan kecepatannya! Aku ingin segera sampai di sana!” teriak Shakeel dari bel
Tik…tik….tik…tik…tik…tik… Hentakan jarum jam di dinding kamar Shakeel. Sudah sangat malam, tapi Shakeel masih belum bisa memejamkan matanya, sedangkan Aneska sudah tertidur lelap dan masuk kedalam dunia mimpi. ‘Ada apa denganku? Biasanya aku tidak pernah deg-deg an kalau sedang tidur dengan wanita manapun, tidak… maksudku dengan wanita ini.’ Shakeel yang berbaring menghadap atap kamarnya menatap dengan tajam lampu kamar yang redup, yang khusus dinyalakan hanya untuk tidur saja. Dia melirik Anes, tidur dengan posisi wajahnya dan tubuhnya menghadap Shakeel. Tap… Pria itu semakin terkejut, karena Aneska meletakkan kakinya diatas pahanya. “Mmmm…” suara kecil yang keluar dari mulutnya sembari menggosok-gosok kakinya diatas paha Shakeel. Rasa menggelitik dirasakan Shakeel, dia ingin menurunkan kaki itu tapi tidak bisa karena isterinya malah memeluknya layaknya seperti guling. ‘Hah… apa yang harus aku lakukan padanya?’
Karena kesal dan marah pada Shakeel, Daviand mencari hiburan di club malam. Dengan segelas minuman keras ditangannya. Hentakkan musik yang keras, orang-orang yang menari erotis di lantai dansa, mereka berciuman, berpelukan tanpa malu dengan sekitarnya. “Hah…. Seandainya Shakeel ada disini, pasti akan lebih menyenangkan.” Ucapnya yang sudah mulai mabuk. Sesekali dia juga melirik pria-pria tampan yang bisa mengisi malamnya. “Hai, apa aku boleh duduk disini?” tanya seorang pria yang menghampiri Daviand. Daviand menoleh dan melihat asal suara. ‘Oh my god… tampan sekali. Yah… meskipun masih lebih tampan Shakeelku sih.’ Gumam Daviand terpesona. “Boleh, silahkan, disini kan bebas, siapapun bisa duduk dimana saja, selama kursi itu kosong.” Daviand mengijinkan pria itu duduk disampingnya. “Terima kasih, ngomong-ngomong, aku Riyan,” pria dengan nama Riyan itu mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan Daviand. “Aku Daviand.” Dia
“Maafkan saya tuan, tapi tuan Presdir sedang tidak ingin menerima tamu darimana pun. Tolong anda mengerti.” ucap sekretaris Shakeel, Reno.“Minggir! Apa kau tidak tahu siapa aku aku adalah kekasihnya Shakeel, apa kau mau dipecat karena melarangku masuk?” teriak Daviand yang berusaha masuk keruangan Shakeel.Semua pegawai mendengar dan melihat adegan itu, mereka juga terkejut, karena mendengar pengakuan Daviand yang mengatakan dia adalah kekasih dari atasannya.Daviand yang sudah gerah dan marah, dengan sekuat tenaga berusaha untuk masuk menerobos masuk, dia tidak perduli diusir.Ceklek…“Shakeel…” panggil Daviand yang akhirnya bisa masuk dan membuka pintu dengan kasar.“Ma.. Maafkan saya tuan Presdir, saya sudah melarangnya untuk tidak masuk.” Reno memohon maaf, dia berdiri dibelakang Daviand.Shakeel yang sebelumnya sedang merenung dengan perasaannya, berpikir apa yang ter
MULAI SEKARANG KAU JANGAN BERTEMU DENGAN SEMBARANG PRIATidak lama mereka berada di pantiasuhan, langsung pulang setelah memberikan hadiah bingkisan dan uang untuk keperluan mereka.Dan sekarang mereka dalam perjalanan pulang kerumah. Shakeel yang masih bertanya-tanya dan penasaran, dengan sosok Aarav yang muncul dari mulut anak-anak panti.“Anes.” Panggil Shakeel memecah keheningan.“Iya?” Anes menjawab dengan fokus pada ponselnya.“Siapa Arav itu?” tanyanya melirik Aneska.“Oh, dia temanku.”“Teman? Teman bagaimana?”“Waktu itu dia menolong kami, saat kami dikeluarkan dari rumah panti sebelumnya, lalu bertemu dengannya, dan menawarkan bantuan dengan tinggal dirumahnya, kalau tidak salah dua atau tiga hari. Tapi sebelumnya kami pernah bertemu saat dia membeli banyak koran dariku.” Jawab Anes tanpa curiga.“Beli koran? Maksudnya?”
Karena Shakeel yang meminta untuk ikut bersama Aneska, dan dia juga tidak bisa menolak karena melihat kesungguhan Shakeel. Mereka berdua sekarang dalam perjalanan menuju pantiasuhan, saat ini mereka sedang dalam mobil, Anes duduk disamping Shakeel, di depan. Tidak ada pembicaraan diantara mereka, sama-sama diam dan canggung. “Shakeel, nanti kita mampir ke minimarket ya, aku ingin membeli beberapa cemilan untuk anak-anak.” Pinta Anes. “Oh, iya.” Setelah itu tidak ada pembicaraan lagi, mereka kembali diam lagi. Hingga mereka tiba disalah satu minimarket dan berhenti. Aneska turun, dan Shakeel juga ikut setelah menutup kembali pintu mobilnya. Mereka bersama masuk, dan langsung menuju rak yang berisi makanan-makanan jajanan. Anes memilih-milih, dan Shakeel masih mengikutinya sambil memperhatikan Anes. Sesekali dia mempertimbangkan mana yang akan dibeli, membanding-bandingkan jenis jajanan yang baik. Tanpa di
SARAPAN BERSAMAAneska masih sibuk didapur menyiapkan sarapan. Dia tidak pernah dan tidak bisa kalau telat makan pagi atau sarapan, pasti perutnya akan terus berbunyi dan pandangannya juga akan kabur.Bau harum dari bumbu yang sedang di goreng Anes tercium sampai kamar, saat itu Shakeel sudah bangun dan baru saja selesai mandi.“Baunya enak banget, siapa yang masak?” tanyanya sendiri sambil terus menikmati bau masakan itu.Kkruuyuukkk…. Kkkruuyuuukk…Shakeel memegang perutnya yang berbunyi karena sudah lapar.“Hm.. ternyata aku sudah lapar ya, tapi biasanya aku sudah terbiasa melewatkan sarapan.”Dia cepat-cepat memakai pakaian biasanya, karena hampir setiap Sabtu dan Minggu dia libur kerja. Setiap dia libur, dia akan menghabiskan waktu dengan Daviand didalam kamar seharian, lalu makan dan tidur lagi. Tapi Sabtu ini, terasa b
Pukul delapan malam, Shakeel baru saja keluar dari kantor perusahaannya. Wajah dan penampilannya berantakan karena kelelahan bekerja. Hanya ada dirinya seorang dalam gedung itu, karena yang lainnya sudah pulang.Seharian juga tidak ada panggilan dari Daviand, dan dia juga tidak berniat untuk menghubunginya, karena sudah sangat lelah dan ingin segera beristirahat.Di ruang sedikit gelap, karena beberapa lampu yang di padamkan, dengan suara langkah kakinya juga menuju lift untuk turun dan menemui supirnya yang juga menunggu di parkiran mobil.Ting…Dan dia sudah turun dari lift, sekarang dia terus berjalan sampai didepan mobil.“Selamat malam tuan.” Sapa Hery, sang supir.Shakeel diam mengabaikannya.Dia langsung masuk setelah pintunya dibuka, lalu Hery pun masuk di kursi kemudi, mobilpun bergerak meninggalkan gedung tinggi itu.
Anes yang hobi memasak itu melihat stock di dalam lemari es yang sudah mulai habis.“Hmm… sepertinya aku harus keluar untuk belanja deh.” Ucapnya memegang dagu dan pintu kulkasnya.Dia berjongkok dan memeriksa apa saja yang harus di beli dan tidak.Beberapa menit kemudian dia berdiri, karena sudah tahu apa yang akan dibelinya.“Baiklah, aku mandi dulu, lalu pergi keluar.” Ucapnya menutup pintu kulkas dan pergi kekamar mandi yang ada di dalam kamarnya.Rumah besar itu sangat sepi dan tenang. Apalagi kalau malam hari, karena Shakeel, si pemilik rumah jarang pulang, lebih sering tidur di luar, bersama dengan pasangan sejenisnya.30 menit kemudian, Anes keluar dari kamar, sudah lengkap dengan pakaian dan semua yang di perlukannya.Anes yang hanya memakai celana sebatas lutut, dengan kaos tanpa lengan berwarna putih, tas sandang berwarna hitam, dan sepatu sneakers hitamnya. Dibiarkan rambut panjangnya terurai
Shakeel sudah meninggalkan Daviand yang masih ingin bermalasan di dalam kamar hotel. Shakeel yang keluar dengan alasan ingin pergi ke kantor, hanyalah bohong, sebenarnya dia ingin pulang kerumah untuk menemui isterinya, Aneska. Wajahnya sudah sangat kesal dan marah karena melihat wanita itu pergi dengan pria lain.“Selamat pagi tuan.” Sapa supirnya yang sudah menunggu di parkiran mobil.“Antar aku kerumah sekarang!” perintah Shakeel tanpa membalas sapaan dari pekerjanya.“Baik tuan.” Dengan cepat si pak supir segera masuk ke kursi kemudi setelah membuka dan menutup pintu mobil untuk atasannya.Mobilpun segera melaju menuju tempat yang diinginkan.Didalam mobil, Shakeel terlihat tidak sabar lagi untuk melampiaskan amarahnya. Kedua tangannya sudah dikepalkan. Si supir dapat merasakan suasana mencekam.“Tambahkan kecepatannya! Aku ingin segera sampai di sana!” teriak Shakeel dari bel