Share

Amarah Ovan

Fajar di langit sebentar lagi menampakkan hidupnya. Bintang tak lagi berkelap-kelip. Kabut menyelimuti. Bahkan senyum sabit yang tadi cerah hanya tampak remang-remang di balik kabut. Embun-embun di dedaunan perlahan meneteskan butir-butirnya ke bumi. Malam sebentar lagi berakhir, tapi mengapa waktu tak mengizinkan luka di batin Ovan tersembuhkan. Di tempat itu, berhadapakan dengan tanaman-tanaman. Dia, mengadu perasaannya berteman kabut di langit. Airmatanya menitik satu butir, dua butir, lalu jutaan butir. Di belakangnya berdiri Adelia yang sesenggukannya tak usai pula. Ke dua saudara itu telah terkubur dalam emosi. Saling merindu, namun sepihak menyimpan luka. Ingin memeluk, tapi... apakah iya Ovan mau dipeluk? 

 "Maaf! Maafkan Mama dan Papa yang tidak bisa menemukanmu, tapi kami sudah berusaha, Ovan!" rintih Adelia dengan suara parau. 

 "Kami sangat merindukanmu, Ovan..." pelan Adelia menarik lengan Ovan. Dia menggenggam ke dua-duanya. 

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status