Beranda / Thriller / Devil's Scarecrow / Bab 5 Ada Sesuatu dalam Ladang Jagung

Share

Bab 5 Ada Sesuatu dalam Ladang Jagung

Penulis: Faiz Alkeren
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-04 11:41:29

Perasaan Tasya sama sekali sudah melupakan ketakutan seperti sebelumnya.Sekarang penuh keceriaan dan  gerai tawa bersama Hera. Diantara semua cewek, Tasya yang paling ahli dalam membuat makanan.  Mereka tidak mau melibatkan Anisa yang suka bersolek. Cewek itu hanya akan menambah masalah kalau dilibatkan. Namun Anisa sesekali butuh teman sesasama wanita. Jadi ia menemani Tasya dan Hera di dapur.

Sejak masuk ke dapur cewek norak itu hanya sibuk menghias diri.Membawa serta cermim kecil kesayangannya. Cermin itu sudah seperti separuh nyawanya. Kemanapun selalu dibawa. Bahkan saat tidur sekalipun!

“Anis, apa tidak ada rasa peduli sedikitpun pada kami?” kata Hera sambil mengiris daging sapi. “Kami merasakewalahan menyiapkan makan siang.

“Aduuuh Hera, apa kamu nggak tahu, aku juga lagi sibuk sendiri!” Anis menolak sambil menyisir rambut dengan sisir berwarna keperakan.  “Lagian aku nggak biasa masak.

“Dasar kamu!” Hera menggerutu kesal. “Paling tidak, kamu bantu  menyiapkan yang lain.” Ia kemudian menyerahkan potongan daging sapi kepada Tasya.

Disampingnya Tasya yang sedang membuat bumbu tidak terprovokasi.  Ia masih sibuk menghadapi wajan besar berisi potongan daging bercampur bumbu.

“Untung ya, Kakek Johan punya persediaan sayuran,” ujar Tasya mengalihkan pembicaraan. Kita tak perlu mencari toko sayuran.”

“Benar, aku rasa mereka sudah menyiapkan semuanya. Aku yakin mereka orang yang asyik.” Hera menimpali seraya mengaduk sambal dalam cobek berbahan tanah.

Jangan lupa tempenya digoreng.” Tasya mengingatkan. “Rendang sapi bagianku. Eh, jangan lupa kerupuknya juga.

“Siiip,” sahut Hera sambil sesekali melirik kearah Anisa.

“Jangan lupa, aku pesan roti bakar lapis keju.” Anisa berkata seenaknya. Seolah ia berlagak majikan.  “Aku  harus menjaga kulitku biar tetap halus.”

“Jangan seenaknya bicara!” semprot Hera seraya membanting serok untuk mengangkat tempe dari penggorengan. “Kalau nggak mau bantuin, sebaiknya diam saja.

Nada sinis Hera, membuat Anis ngambek

dan keluar meninggalkan dapur. Di ruang tamu cewek itu menemui Kevin  sedang asyik  bernyanyi.

Kevin menghentikan petikan gitarnya. Ia menyadari pacarnya sedang merajuk. Wajah cantik milik Anis terlihat muram ketika melayangkan punggungnya di sofa samping dirinya duduk.

“Kamu kenapa sayang?” katanya seraya melempar pelan gitarnya pada Jaki.

Bete banget disini,” Anis menggerutu kesal. “Dua cewek didapur itu bikin kesal saja.”

Jaki mengganggap keluhan Anis sebagai gurauan membuatnya tertawa terbahak-bahak.

“Kamu ini kayak anak baru kecil  saja, Nis!” gumannya.

“Kamu ini!” semprot Kevin sambil melotot pada Jaki.

Tenang

BroAku cuma bercanda,” kata Jaki sambil mengangkat kedua telapak tangannya didepan cowok itu.

Lagian kamu ini kenapa, Nis. Sensitif  banget sih.”

Kevin mendekati Anis sambil memegang kedua bahunya. Berusaha menenangkan. Lalu memeluknya bahunya dan membisikan sesuatu. Tanpa membuang waktu lagi, Kevin menariknya keluar untuk jalan-jalan menikmati suasana sore.

*****

Langkah Samy diperlambat ketika mendekati pintu gudang yang terbuat dari kayu pinus. Di bagian sisi slop pintu, terdapat goresan yang usang dimakan usia. Pintu tersebut  sudah berusia puluhan tahun.  Sesekali Samy menengok ke belakang untuk memastikan keberadaan Bagas. Berkali-kali cowok  gendut itu mengeluh perutnya sakit karena kecapaian.

Baru memasang telinga ke pintu gudang, sejenak jantung Samy berdegup kencang,

setelah mendengar suara berisik dalam gudang. Bagas melompat ke belakang sampai. Namun Samy berusaha menguasai rasa takut.  Perlahan, ia mendorong pintu yang tidak terkunci.

Samy mendorong kuat-kuat. Pintu terbuka lebar, memperlihatkan  ruang dalam yang berantakan. Bunyi cicit berhamburan meninggalkan tulang busuk di atas lantai. Rupanya sisa makanan membuat tikus-tikus berdatangan.

Samy menarik nafas panjang. Pandangannya melintasi seisi ruangan yang berisi barang-barang bekas seperti peralatan pertanian.   Bagas menguntit di belakang, layaknya seorang anak yang meminta perlindungan ayahnya.

Kemudian Samy bergerak ke sudut ruangan yang terpisah oleh sket kayu setinggi dua meter. Disana ia mendapati tumpukan pakaian bekas yang berserakan.  Di sisi dinding, bersandar dua orang-orangan sawah yang belum selesai pengerjaannya. Beberapa bagian masih belum terisi jerami.

Pandangan mata Samy selanjutnya tertuju pada sebuah benda berdebu berwarna hitam di atas meja kecil. Dia memastikan kalau apa yang dilihat hanyalah sebuah buku. Mungkin buku kuno dengan kertas berwarna kuning memudar. Dengan perlahan, tangannya menyentuh sampul buku dan mengusap butiran debu. Tidak ada judul dalam buku tersebut. Namun  Samy tahu kalau jenis buku seperti itu, sangat erat dengan buku mantra atau pemujaan. Hal itu membuat bulu kuduknya merinding.

Samy masih sibuk memperhatikan penemuannya. Bagas yang tidak tahu apa-apa hanya  terpaku di sampingnya. Mereka terlalu serius dan lengah pada sosok yang berjalan mendekatinya. Sosok dengan tubuh kurus dan tangan kasar. Sosok itu mengarahkan tangannya kearah keduanya.

Samy dan Bagas menjerit ketakutan. Jantungnya seolah lepas. Peluh membasahi wajah mereka.

“Siapa kamu?” Samy bertanya dengan mulut gemetaran.Di hadapannya seorang lelaki kurus jangkung dengan penampilan tak terurus.

“Aku pemilik tempat ini,” jawabnya marah.  Lalu dengan tatapan curiga ia balik bertanya. Siapa kalian? Untuk apa berada disini?

Samy mulai menunjukan rasa penyesalan telah masuk ke tempat orang seenaknya. Namun itu tidak penting, yang terpenting bahwa dihadapannya bukan hantu, seperti yang dipikirkan sebelumnya.

“Maaf, kami kemari cuma melihat-lihat,” jawab Samy.“Tadinya kami mengira ada sesuatu, tapi ternyata cuma  tikus.”

Lelaki bertampang kasar mendekati Samy dan Bagas dengan sikap mengancam.

“Kalian siapa?” bentaknya dengan nada galak “Untuk apa datang kesini?”

“Aku Samy dan ini temanku, Bagas,” jawabnya gemetaran. “Kami sedang liburan bersama  teman Devan. Katanya dia cucu dari....

“Devan?” Lelaki itu menunjukkan ekspresi heran sekaligus panik.

Lalu  wajah lelaki itu berubah menjadi wajar. Kemarahannya berangsur-angsur lenyap, berganti seringai yang lebih ramah.

“Oh, kalian tamu, ayahku,” katanya sambil tersenyum kaku dan penuh misteri. “Aku pikir kalian….” Seketika wajah lelaki itu membeku, lalu kembali lagi menunjukkan kewajarannya.

“Maksudnyaaku  pikir kalian orang-orang yang sering membuat kekacauan di ladang  ini.”

“Maaf?” Samy merasa bingung pada penjelasan lelaki itu. “Apa maksudnya kekacauan yang anda katakan tadi?”

“Yah, akhir-akhir ini banyak sekali masalah dalam ladang ini. Binatang perusak selalu saja muncul seakan tidak ada habisnya,” ujar Lelaki itu. “Tapi kalian tidak usah khawatir, aku bisa menanganinya dengan baik.”

Kemudian lelaki itu teringat sesuatu.

Oh ya, perkenalkan. Aku Begi JohanPanggil saja Paman Begi.” Sekilas pandangan mata Begi terpaku pada Bagas, lalu meneruskan. “Ayo masuk ke rumah. Aku sudah ingin bertemu dengan  Devan.”

Samy dan Bagas mengikuti Begi berjalan keluar gudang. Sebelum benar-benar keluar, pandangan Samy kembali pada orang-orangan sawah yang tergeletak di dinding gudang. Ada hawa dingin yang menyeruak dalam punggungnya. Seolah wajah menyeramkan itu  terlihat hidup dan mengawasi.

****

Devan sedang duduk di ruang tamu bersama teman-temannya ketika Paman Begi Datang. Kedatangan sang Paman disambut girang keponakannya. Ia sangat senang setelah lama menunggu setelah seharian menunggu kabar dari Kakek dan neneknya, sekarang bisa bertanya langsung kemana sang kakek dan nenek berada.

“Halo Paman Begi, apa kabar,”kata Devan seraya memeluk lelaki itu.

“Baik.”

“Maaf Paman, kami masuk kemari tanpa menunggu Paman,” ujar Devan basa-basi. Ia  masih terlihat kecewa atas perlakuan Kakek dan Neneknya. 

Paman Begi  menyeringai lebar menyambut keponakannya. Ia dan Devan sudah terbiasa akrab. Sejak kecil Devan berada di desa sampai lulus sekolah Dasar. Baru menginjak SMP Devan pergi ke kota bersama ayahnya. Sekarang Pak Kusuma, ayah Devan menjadi seorang pengusaha perikanan yang sukes, sampai  dapat menanam saham di sekolah elite  Bahari. Tempat Devan dan teman-temannya menimba ilmu.

Maafkan Paman Juga.Seharian Paman harus mengerjakan ladang. Binatang perusak tidak terkendali menjelang musim panen.” Paman Begi berkata seraya duduk di hadapan anak-anak. “Serangan babi dan burung gagak menjelang panen cukup meresahkan para petani.”

“Aku kira, Paman marah kepada kami,” celetuk Jaki.

Paman Begi menggeleng.

“Oh ya, apa kalian sudah makan?” tanyanya perhatian.

“Kami baru selesai memasak Paman,” ujar Hera,  “Kami harap Paman berkenan mengizinkan kami masak.”

Paman Begi mengangguk.

“Paling masakan dia keasinan, Paman,” celetuk Jaki sambil tertawa.

“Muka kamu tuh yang asin, kayak garam laut!” balas Hera membuat semuan orang geli. Kecuali  Paman Begi tidak peduli. Sepertinya ia bukan sosok yang suka bergurau. Wajahnya saja masih muram, seperti tidak mandi berhari-hari.

“Sudah cukup!” sela Paman Begi serius. “Paman mau membersihkan diri. Silakan nikmati suasana pertanian sepuas kalian.”

Lalu lelaki berwajah tirus itu mendekati Devan dengan sikap kaku.

“Dimana kakek dan nenek?” tanya Devan.

“Mengenai Kakek dan Nenekmu, kamu tidak usah cemas,” kata Pamannya setengah berbisik. “Mereka pergi ke kota untuk membeli mesin penumbuk jagung. Kamu tahu kan, mesin yang lama, sudah tidak berfungsi lagi.”

“Kenapa mereka tidak memberi kabar? Juga tidak bisa dihubungi lewat handphone?”

Wajah Paman Begi yang kaku memancarkan sesuatu yang misterius.

“Mungkin mereka lupa mengisi baterai handphone-nya.” Kemudian ia berpaling ke teman-teman Devan.

Oke, anak-anak. Selamat bersenang-senang disini. Kalau butuh sesuatu, panggil saja Paman di ruang belakang,” katanya seraya bergegas menyelinap  ke ruang belakang, melalui dapur.

Devan mengangguk heran.Pikirannya tidak menentu. Ada yang aneh dengan sikapPaman Begi.Ada sesuatu yang terjadi. Paman Begi orang yang periang dan  banyak berbicara. Sekali lagi, Devan  merasa bukan  berhadapan dengan sang Paman. Namun pikiran seperti itu segera ditepisnya. Mungkin lelaki itu akhir-akhir ini dilanda kelelahan menjelang masa panen. Dan Devan tidak peduli dengan semua omong kosong itu.

*****

terterlihat mhidudan mengawasi.

****

Bab terkait

  • Devil's Scarecrow   Bab 6 Pesta Malam di Pinggir Ladang

    Tak terasa, malam pun tiba. Suasana sepi nan mencekam menyelimuti pertanian jagung maha luas. Membuat suasan dalam rumah itu nampak seperti pekuburan kono. Pukul tujuh, para remaja sudah menyelesaikan makan malam dengan meriah. Semua lauk ludes tanpa sisa. Mereka seperti tidak makan dalam beberapa hari. Perut mereka seperti lebih besar dan lebih banyak menampung makanan dari biasanya.Bagas tidak lupa mengambil dua kali lipat dari porsi teman-temannya. Permintaan Bagas, tidak gratis. Devan menuntut konpensasi, memijat punggungnya nanti malam. Seperti yang lain, Tasya juga makan dengan lahap. Ia terbawa suasana kelaparan seperti teman-temannya. Suasana yang sama sekali tidak bisa didapat didalam rumahnya, meski memiliki keluarga dan uang yang cukup. Kehidupan dalam rumah dirasakan begitu jenuh dan monoton. Tidak ada derai tawa keluarga saat berkumpul di ruang keluarga, yang tampak hanya sunyi seperti pekuburan. Kedua orang tuanya

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-06
  • Devil's Scarecrow   BAB 7 Kedatangan Tamu Tak diundang

    Pesta masih berlanjut. Tasya dan Hera muncul sambil membawa minuman Bajigur dalam teko logam yang besar dan sekotak biskuit. Bagas menyusul dibekangnya sambil membawa baki berisi gelas. Samy tengah sibuk mengumpulkan kayu bakar yang diambil dari teras belakang rumah.Kemudian ke delapan anak remaja itu duduk mengitari api unggun sambil sesekali bercanda. Kevin sudah memeluk gitarnya sambil sesekali beradu pandang dengan Anis. Lagi-lagi sang Vokalis Jaki menunjukkan penampilan buruknya. Namun mereka semua menjadi lebih bersemangat.“Pesta segera dimulai, kawan!” seru Devan sambil mengacungkan tangan. Ia berusaha menguasi keadaan. Meyakinkan diri sendiri, bahwa semuanya baik-baik saja.Mereka semua sorak kegirangan. Gelas-gelas diisi minuman penghangat. Aroma harum khas kelapa menyeruak hidung. Tasya sendiri sudah sama sekali melupakan firasat buruk dan pertemuanny

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-07
  • Devil's Scarecrow   Bab 8 Malam Mencekam

    Rasanya sudah bolak-balik melewati jalan yang berbeda. Namun tetap saja rombongan remaja itu tidak menemukan rumah Kakek Johan. Devan yang memimpin di depan pun tidak bisa berbuat banyak. Mereka seolah tersesat di dalam ladang. Lalu mereka berhenti di tengah ladang yang kosong dan berhenti sambil melepas lelah. “Kita tidak bisa keluar dari ladang sialan ini!” keluh Hera sambil mengatur nafas. “Ya, kenapa bisa begini,” sahut Kevin. “Aneh, kok bisa tersesat di ladang.” Tasya menimpali seraya duduk diatas tumpukan daun jagung kering yang terikat rapi. Ia meluruskan kedua kakinyayang kaku. “Coba cari sinyal!” ujar Samy, yang sudah mengayun-ayunkan handphone di udara. “Nihil. Tidak ada sinyal!” Tasya mengeluh sambil terus berjalan mencari sinyal. Remaja yang lain juga melakukan hal yang sama. Mereka mendengus k

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-09
  • Devil's Scarecrow   Bab 9 Misteri Gudang Tua

    “Sudah pukul dua belas!” seru Tasya beberapa saat kemudian. “Apa kalian tidak ngantuk?”“Ah, rasanya malam hari begitu cepat sih,” sahut Kevin kecewa.“Benar, harusnya waktu jangan terlalu cepat,” sahut Anisa sambil menggeliat malas.“Memangnya waktu punya nenek moyangmu!” protes Jaki.“Kita harus cepat tidur. Aku ngantuk banget, besok pekerjaan kita masih banyak,” ujar Hera sambil menguap. Lalu bergegas naik menyururi tangga menuju kamar. Begitu melihat bed cover ia langsung menerjunkan diri.Sebelum menyusul yang lain, Tasya memutuskan ke kamar mandi untuk buang air. Ia pelan-pelan menuju lorong menuju kamar kecil.Lampunya tidak seterang di ruang tamu atau ruang lainnya. Dalam lima menit, ia sudah keluar dari kamar mandi. Matanya masih belum ngantuk namun tidak ada kegiatan lag

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-10
  • Devil's Scarecrow   Bab 10 Mimpi Masa Lalu

    Suara itu berasal dari luar gudang. Samy bergegas berlari keluar. Hera mengikuti dibelakangnya. Mereka sempat melihatsesuatuberlari terburu-buru masuk ke ladang jagung. Sangat cepat sehingga sulit dipastikan orang atau apa.Samy menahan tangan Hera yang bermaksud mengejar.“Jangan dikejar,” katanya sambil memperhatikan selajur tanaman jagung yang masih bergoyang-goyang.“Aku penasaran Sam!” lirihnya sambil menahan geram.“Aku takut kalau itu pencuri,” ujar Samy. “Kita tidak mungkin menangkap pencuri berdua.”“Kamu takut?” tatapan mata Hera mengecam.“Bukan itu,” sahutnya. Namun cewek itu sudah melangkah ke dalam rerimbunan jagung.“Dasar keras kepala!” gumam Samy. Ia tidak tega melihat cewek itu sendirian. Akhirnya nekat masuk mengikutinya masu

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-11
  • Devil's Scarecrow   Bab 11 Ketegangan Dimulai

    Tasya muncul dari dapur dan memberitahu waktunya sarapan pagi. Saat itu di ruang tamu, semua teman-temannya tengah duduk malas-malasan. Sejak matahari mulai menunjukkan kecerahannya, Tasya dan Hera sudah sibuk di dapur. Mereka memasak tumis buncis, sosis goreng dan telur dadar.Sarapan pagi berjalan sempurna. Mereka melupakan teror-teror yang tidak jelas.Diatas meja, tidak tampak tekanan atau kesedihan. Tasya dan Hera pun terlihat tampak seperti biasanya, mencoba menikmati suasana sarapan seperti yang lain.“Ah, sambal ini terlalu pedas.” Komentar Kevin buru-buru mengambil air minum dan menenggaknya.“Salah sendiri ambil sambal terlalu banyak,” ujar Tasya yang merasa membuat sambal.“Kev, kamu cowok macam apa sih, baru makan sambal saja sudah kepedasan,” celoteh Jaki menggoda.Kevin yang merasa

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-13
  • Devil's Scarecrow   Bab 12 Vooting

    Setelah semua remaja menentukan pilihannya, kini tinggal Bagas dan Devan. Kubu Tasya meletakan nasib pilihannya pada cowok gendut itu. Setidaknya kalauia memilih pulang, paling tidak harapan terakhir ada pada Devan. Mungkin saja, Devan yang sudah mencurigai keanehan Pamannya mau berpihak pada kubunya. “Bagas,” kata Tasya penuh perhatian. “Kamu harus tentukan pilihanmu.” “Ayolah, Bagas.” Hera menimpalinya dengan nada geram. “Kita akan pulang hari ini juga.” Bagas membisu dalam duduknya yang gugup. Sesekali ia menatap Kevin disebrang meja lalu berganti menatap pada Samy. Dua orang ini seperti penentu pilihannya. Kevin memberikan segala kebutuhan dirinya meski sering kali menyakitinya. Sementara Samya, memberikan kenyamanan layaknya teman sejati. Namun ia sangat takut akan kemarahan Kevin. Membuatnya harus mengikuti kehendakinya. “Bagas,” kata Kevin menuntut. “Kamu

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-13
  • Devil's Scarecrow   Bab 13 Permainan Berujung Petaka

    Samy, Tasya dan Hera memilih pergi menyurusi jalan beraspal. Mereka menolak ajakan Anisa yang mengatakan ada pertunjukkan menarik di tengah ladang. Entah itu pertunjukkan apa, yang jelas mereka tidak tertarik dengan sesuatu yang dilakukan oleh Kevin, Anisa dan Jaki. Samy kecewa, karena Bagas memilih bergabung bersama mereka ke ladang. Mereka tidak pergi tanpa rencana. Tasya mendesak Samy untuk pergi mencari informasi tentang desa yang aneh itu. Menurut Tasya, biarpun tidak bisa keluar dari desa itu, paling tidak bisa mencari tahu rahasia di dalamnya. Mungkin mereka sudah berjalan, sepanjang tiga kilo meter. Tepat di tikungan, Hera melihat ada rumah bercat putih. Samy memimpin jalan menuju ke rumah yang terbuat dari kayu jati itu. Mereka melewati selokan air yang hampir kering dengan sekali lompatan pendek. Lalu menapakkan kakinya di jalan setapak yang dikelilin

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-15

Bab terbaru

  • Devil's Scarecrow   Bab 30 ( Season II ) : Euforia Menuju Farm Johan

    Bab nektEuforia Menuju Farm JohanSebuah mobil jepp warna biru meluncur meninggalkan kota Kranviile. Terdapat enam penumpang dengan wajah penuh keceriaan. Mereka tak lain adalah Linda, Jean dan Farah. Sementara tiga lelaki, Roy dan tua temannya, Jo dan Kim. Mereka nekad berangkat ke Farm Sriwilli tanpa Tasya dan Hera. Sudah berbagai cara membujuk dan memaksa kedua cewek itu tetapi tak berhasil. Awalnya Linda memaksa Tasya dan Hera ikut serta sebagai pemangu perjalanan karena keduanya memiliki pengalaman banyak Farm Sriwilli.Setelah melewati hampir dua jam, mereka berhenti di sebuah kedai makan. Hal itu dikarenakan Jim ingin buang air kecil.Sambil menunggu cowok bertubuh gempal itu, Linda dan yang lain melihat-lihat area sekitar ladang jagung yang masih hijau segar. Mereka tak membeli perbekalan, karena Jean sud

  • Devil's Scarecrow   Bab 24 ( Seaon II ) : Situasi Tak  Terduga

    Tak berapa lama seorang polisi lokal yang sedang berpatroli menemukan mobil terbengkalai. Dia memeriksa mobil dengan cup yang masih terbuka. Sesaat dia meneliti di sekitar ladang kering tapi tak menemukan siapa-siapa. Lalu polisi berusia setengah abad itu masuk ke ladang kering berisi semak. Dia berinisiatif mencari sumber mata air, karena sudah dipastikan pemilik mobil mencari air untuk mengisi radiator.Beberapa saat polisi itu melihat sungai kecil. Secara perlahan dan penuh waspada dia menelusuri sungai tersebut. Di sana dia agak kecewa karena tak menemukan siapa-siapa. Namun saat dia hendak berbalik, polisi itu secara tak sengaja terkatuk sesuatu yang menyebabkannya jatuh. Dia memekik tertahan, saat melihat seseorang tergeletak dengan mulut terbuka. Di bagian leher terdapat bekas jeratan atau cekikan kuat. Dia yakin, orang tak bernyawa itu adalah pemilik mobil yang terbengkalai di jalan.Se

  • Devil's Scarecrow   Bab 32 ( Season 2) : Bangkitnya Kutukan Farm Sriwilli

    Tidak membuang banyak waktu lagi bagi Samy untuk segera sampai di pertanian Sriwilli. Dengan menumpang angkutan yang membawa jerami kering, Samy menuju pertanian milik Johan Farm. Hanya membutuhkan waktu dua jam, dia sampai di rumah tua bekas kediaman keluarga Johan itu. Setelah turun, Samy menebarkan pandangan ke pertanian kering itu. Sekilas memorinya mengenang ladang jagung Johan Farm yang penuh dengan monster kutukan yang meninggalkan ceceran darah dari teman-temannya.Suasana panas, membawa Samy untuk segera masuk ke rumah tua milik Kakek Johan. Perlahan Samy melintasi pelataran luas itu. Kondisi rumah sepertinya sudah jauh berbeda dari tiga tahun yang lalu. Area sekitar rumah juga sudah lapang. Hanya menyisakan bekas batang jagung kering. Jadi pertanian tersebut terlihat tidak seseram dulu. Hanya saja Samy masih terus waspada karena bagaimanapun juga tempat itu masih

  • Devil's Scarecrow   Bab 31 ( Season) Petunjuk Mata Penglihatan Samy

    Suasana masih sore, ketika Samy berada dalam perjalanan bus menuju Sriwilli. Dia masih cemas ketika turun di perbatasan kota sudah malam. Karena jika malam, kendaraan umum menuju Sriwilli Farm sangat sulit. Jarang ada angkutan yang mau menuju ke desa kecil itu. Terlebih setelah tragedi mengerikan tiga tahun yang lalu.Samy mendengus kesal, ketika kekhawatirannya terjadi. Dia sampai di batas kota ketika malam turun. Itu artinya dia tidak bisa kemana-mana di tempat itu. Akhirnya dia memilih untuk mengingap di motel tersebut dan melanjutkan perjalananan esok harinya.Setelah memesan kamar, Samy langsung memutuskan istirahat. Rasa lelah benar-benar menyergap dirinya. Bukan lelah dari fisik saja, melainkan dari pikiran yang sepanjang perjalanan terus menyelimutinya. Terutama, saat dalam perjalanan tadi. Samy terus mendapat penglihatan Sriwilli Farm banjir darah. Darah dan mayat seperti lautan yang menggenang. Penglihatan itu sangat menger

  • Devil's Scarecrow   Bab 30 ( Season II) : Firasat Buruk Sriwilli

    Meskipun sudah lebih baik dan terbiasa hidup dengan pernglihatan masa depan, Samy masih sering dihantui mimpi-mimpi aneh dalam tidurnya. Dalam mimpi tersebut dia tiba-tiba berada di sebuah ladang jagung yang luas. Tempat asing itu nampak begitu mengerikan dengan ratusan burung gagak berterbangan di langit ladang tersebut. Sehingga ladang itu terlihat gelap seperti malam. Samy semakin terkejut begitu mendapati dirinya sedang terikat di tiang pemancang. Semakin meronta melepaskan diri, semakin kuat lilitan tali itu mengeratnya. Samy hanya bisa menjerit dalam belenggu yang mengerikan. Dan pada detik berikutnnya burung gagak lenyap entah kemana.Seolah ada dorongan kuat dalam hati, Samy kepikiran tempat mengerikan itu. Sehingga dia memutuskan untuk pergi kesana. Samy yang sudah tidak bisa menahan diri lagi, pergi ke Sriwilli keesokan harinya dengan berbekal uang yang diberikan Tasya tanpa sepengetahuan Hera.&

  • Devil's Scarecrow   Bab 29 (Season II) : Sentuhan Hati Nasya

    Tak menyangka sama sekali kalau nasib Samy perlahan berubah. Hal itu diawali dengan kekuatan penglihatan yang tiba-tiba muncul dalam dirinya. Kekuatan yang awalnya membuatnya takut, perlahan mulai membawa keberuntungan. Setidaknya, Samy sudah mulai diharagai di kota Kranville. Sesuatu yang tak pernah dapatkan di tempat tinggal paman dan bibinya selama ini.Malam ini tak seperti biasanya, Tasya berkunjung ke tempat kosnya. Kunjungan cewek itu sontak membuat Samy salah tingkah. Terlebih ketika teringat pelukannya saat menolongnya dari kecelakaan itu.“Pastinya kamu belum makan malam?” tanya Tasya sambil menyodorkan kue kering yang sempat di toko seberang jalan.Samy mengangguk malu-malu. Sikapnya tak pernah berubah sejak dulu. Pemalu dan mudah salah tingkah.“Terima kasih,” jawabnya sambil mulai makan.Tasya memperhatikan cara makan Samy yang seperti k

  • Devil's Scarecrow   Bab 28 ( Season II) Aksi  Pahlawan Kranville

    Ternyata rencana ketiga cewek super tengil di kampus Kranville tidak main-main. Mereka memiliki tekad bulat untuk pergi ke pertanian Sriwili. Tentunya rencana itu tanpa sepengetahuan`pihak kampus karena jelas tidak akan disetujuinya. Mendengar rencana gila itu, Roy si berandal kampus serta dua temannya antusias saat Linda memberitahunya. “Kapan kita berangkat?” tanya Roy sambil membenarkan ikat kepalanya dari kain slayer. “Rencananya akhir pekan ini.” Jean memberitahu. “So, apa kita cuma berenam kesana?” tanya Roy lagi. “Siapa lagi?” sahut Linda. Roy tersenyum nakal. “Bagaimana dua cewek aneh itu?” Linda langsung tahu siapa yang dimaksud. “Mereka akan menentang rencana kita.” “Kok bisa?” Roy penasaran. “Kalau mereka ikut, tentu lebih

  • Devil's Scarecrow   Bab 27 Penglihatan Mengerikan

    Sepulang acara karnaval membuat Tasya gelisah. Dia merasa harus segera membantu Samy secepatnya. Selain kasihan, dia juga masih merasa memiliki harapan cintanya kepada pria itu. Meskipun sekarang Samy tak memiliki pesona apapun. Hera memberikan usul supaya Samy mengontrak tempat dekat dengan kampus. Dengan syarat jangan sampai Linda dan kawan-kawannya tahu. Bisa gawat urusannya kalau sampai mereka tahu ada cowok simpanan. Mereka pasti akan mengira yang aneh-aneh dan bisa cepat viral di kampus. Keesokan harinya, Tasya dan Lindan menemui Samy di pasar Kranville. Awalnya mereka dibuat putus asa karena tak menjumpai pria tersebut. Namun ketika mereka hendak pulang, Samy muncul di depannya. “Aku akan membantumu. Ikutlah kami, Sam!” ujar Hera. Samy mengangguk. Tanpa sepatah kata sedikit pun. “Sam, apa yang terjadi denganmu. Kita sudah lama sekali tak bertemu... Akhirnya Ta

  • Devil's Scarecrow   Bab 26 Season II : Fisarat Samy

    Sepulang acara karnaval membuat Tasya gelisah. Dia merasa harus segera membantu Samy secepatnya. Selain kasihan, dia juga masih merasa memiliki harapan cintanya kepada pria itu. Meskipun sekarang Samy tak memiliki pesona apapun.Hera memberikan usul supaya Samy mengontrak tempat dekat dengan kampus. Dengan syarat jangan sampai Linda dan kawan-kawannya tahu. Bisa gawat urusannya kalau sampai mereka tahu ada cowok simpanan. Mereka pasti akan mengira yang aneh-aneh dan bisa cepat viral di kampus.Keesokan harinya, Tasya dan Lindan menemui Samy di pasar Kranville. Awalnya mereka dibuat putus asa karena tak menjumpai pria tersebut. Namun ketika mereka hendak pulang, Samy muncul di depannya.“Aku akan membantumu. Ikutlah kami, Sam!” ujar Hera.Samy mengangguk. Tanpa sepatah kata sedikit pun.“Sam, apa yang

DMCA.com Protection Status