Tangan kanan Anton, atau orang kepercayaan Anton bernama William. William yang dulu tinggal di Amerika serikat, namun setelah mengenal Anton dia berniat untuk bekerja dengan Anton. Dengan amarah yang masih membara Caramel langsung saja pulang tanpa berpamitan kepada Anton. Dengan begitu Anton tidak mengejar Caramel karena pekerjaannya begitu penting, Anton besok pagi akan pergi ke Italia karena di Italia ada masalah yang harus dia selesaikan. Anton hanya menitip pesan kepada pegawainya untuk besok pagi pergi ke rumah Caramel, Anton menyuruh William untuk menyampaikan pesan kepada Caramel bahwa Caramel jangan dulu bekerja sebelum Anton pulang. Dengan bagitu besok pagi Anton langsung pergi ke Italia, dan William langsung pergi ke rumah Caramel. Tok... tok... tok... "Siapa?" "Pagi?!" "William, ada apa?" "Maaf tujuan saya kemari hanya ingin menyampaikan pesan dari tuan Anton, bahwa Caramel jangan dulu bekerja sebelum Anton pulang kemari." "Oke, emang Anton pergi ke mana?" "Italia
Caramel langsung mendudukan dirinya sendiri dengan sangat kasar, dia begitu emosi dan menangis sejadi-jadinya. Hingga akhirnya dia memecahkan gelas yang berisi kopi yang tadi dia minum, dia terus saja menangis dengan sangat frustasi. "Sial kopi Caramelku tumpah sekaligus dengan cangkir pemberian dari Anton! Aku benci gelas itu, dan aku benci juga kopi aroma Caramel namaku sendiri, karena pada hari ini aku sangat kecewa kepada Anton dan di menit tadi alasan aku kecewa dengan gelas dan kopi karena mereka pecah dan tumpah di hari mana aku sedang kecewa." umpat Caramel yang sedang menangis dan menghapus air matanya itu. Setelah dia tenang, dengan cepat Caramel membereskan barang-barangnya dan berniat akan pergi dari kantor Anton itu, dengan amarahnya Caramel sampai tidak menyadari bahwa tanggannya terluka karena goresan pecahan gelas yang tadi terjatuh. Kepala Caramel begitu pusing dan, di lantai sudah banyak darah bercucuran karena luka itu sangat dalam mengenai tangan mulusnya Caramel
Anton langsung saja pergi dan meninggalkan perawat tersebut, lalu Anton berjalan menuju ke arah parkiran berniat untuk pergi kembali ke kantornya. Dia akan menemui William, untuk memperbaiki semua hal yang sudah terjadi. 1 jam kemudian Anton sudah sampai di kantornya itu, dengan begitu dia langsung saja menemui William yang sedang bekerja. "William!" "Hah? Ada apa?!" ucap William dengan mata yang terpejam karena terkejut. "Gawat! Caramel mengetahui rahasia ini." "Maksudmu? 'ADR' berarti saat kemarin kita berbincang itu apakah Caramel mendengarnya, dan dia sampai terluka karena menangis?" "Bisa di simpulkan, kemungkinan besar memang iya. Dia kecewa kepadaku karena musuh keluargaku sebenarnya ialah Devano. Orang yanh Caramel banggakan selama ini, raga Caramel memang bersamaku namun hati Caramel masih teringat kepada Devano." "Histeris sekali alur cerita hidupmu, semangat! Aku akan tetap berada di sisimu Anton." "Terimakasih." "Selanjutnya? Hal apa yang ingin kamu lakukan saat in
Maksud dari Devano mengajak Emillio, dan Jack ke pegunungan bukan hanya untuk menjenguk Lauder namun Devano akan memberikan informasi yang sudah Caramel berikan kepadanya. Saat itu juga Devano berterimakasih banyak kepada Caramel, karena informasi tersebut sangat penting dan berarti. "Devano tumben sekali kamu mengajak kami ke pegunungan menemui ayahmu." "Jika kalian nanti berdua mengetahui apa maksud aku membawa kalian kemari, kalian harus berjanji akan mengikuti arahanku apapun yang terjadi harus kalian ingat!" "Baik-baik Devano, kami akan menurutinya." "Bagus-bagus sekali, paman-pamanku kompak sekali, HAHA." "Ya" ucap singkat. Akhirnya mereka berdua sudah samapi di pegunungan, dan mereka langsung saja masuk ke rumahnya Lauder. Namun saat mereka masuk Lauder tidak ada di ruang tamu, kamar, atau di halaman belakang tempat favoritenya juga tidak, ada. "Lhaa ayahku kemana?" tanya Devano. "Mungkin lagi sibuk Vano," ucap Jack. "Sibuk apaan, ayahku udah lama sekali tidak punya pek
"Ayah ibu, Caramel pergi ya." "Hati-hati, ibu akan selalu merindukanmu." "See you." "Kenapa see you, nanti juga bakal bertemu lagi." ucap Devano. "Biarin aku maunya see you." "Ya sudah hati-hati saja." ucap orang tuanya Caramel. Saat di perjalanan, "Devan setelah sekian lama baru kali ini lagi aku berduaan denganmu." "Ha ha ha, iya. Mungkin aturan waktunya sekarang kita di pertemukan kembali." "Memang unik ya, pertemuan kita tidak direncanakan dan perpisahan kita dulu juga tidak direncanakan, itu semua sudah menjadi bagian dari alur cerita kita." ucap Caramel. "Kita sebagai makhluk sosial hanya bisa menjalani, menikmati, dan bertahan dengan semua yang menjadi catatan takdir ini." "Benar sekali, Caramel yang sedang saat ini bersama denganku Caramel versi dewasa. Tidak seperti dulu, Caramel suka caper, marah-marah tidak jelas. Dan akhirnya kamu yang mengajarkanku bagaimana berteman dengan baik, kamu yang sudah mengubah semua perilaku dan sikapku yang dulunya dingin." "Tidak, b
Tanpa di sadari Anton dan Caramel saat ini sedang diambang kematian, keadannya yang begitu kritis mereka berdua mengalami koma. Saat ini yang menemani Anton ialah ibunya dan adik perempuannya. Sedangkan Caramel di tunggu oleh orang-orang Devano, terkadang Devano juga menjenguk Caramel ketika pekerjaannya sudah selesai. Keesokan paginya Devano berinisiatif untuk pergi ke taman, tempat di mana Caramel tertembak oleh sosok pria yang sudah maju tua. Devano tidak melihat jelas karena dia langsung panik, dan langsung membawa Caramel ke rumah sakit. Saat Devano pergi ke taman, dia mengamati ternyata tempat pada saat dia memparkirkan mobil ternyata ada kamera CCTV, dengan cepat Devano langsung menghampiri penjaga taman itu untuk mengecek keadaan saat Caramel tertembak. "Pak maaf, bolehkah saya melihat CCTV pada saat kejadian seorang perempuan yang tertembak? Dia adalah teman saya, kondisinya saat ini dia koma." "Ah iya sebenarnya saya sedang mencari Anda. Saya ingin melaporkan orang itu, ka
"Kalian apakah sudah siap dengan apa yang akan kita lakukan, untuk melawan keluarga Lauder?" "Ya aku siap, alasan aku ingin melawan bukan karena Lauder. Tapi karena Emillio! Aku benci kepada Emillio, dia memperlakukanku seperti sampah." ucap Jesica. "Sedangkan aku? Aku hanya mengikuti kalian saja." ucap Charllate. "Bodoh, tidak punya pendirian." umpat Jesica. "Bukan, aku hanya terlanjur saja. Jika aku balik ke keluarga Lauder yang ada aku akan di maki-maki oleh orang sana, terutama dengan adikku sendiri." "Aku jadi merasa bersalah kepadamu, kamu orang yang menolong aku dari siksaan Aurora! Waktu itu aku di suruh Emillio untuk mengawasi keluarga Lauder ternyata ah sudahlah, malah aku yang tertembak dan apesnya di siksa oleh Aurora." "Ya aku tahu, aku bodoh malah menyelamatimu dan berkhianat kepada keluarga Lauder, dan lebih parahnya aku meninggalkan adik semata wayangku." "Sudah tidak guna menyesali, perbaiki saja." tegas Jordan suami dari Jesica. Saat mereka semua sedang berbin
Charllate, Mayang, dan Onexs sudah di bawa ke mansion Lauder untuk di kuburkan dengan layak. Miya tidak bisa lagi menahan air matanya, dia melihat sekaligus menyaksikan bagaimana 3 orang tersebut meninggal dengan bidikan pistol. Apalagi Charllate yang seluruh tubuhnya berwarna hijau karena racunnya sudah menyebar ke seluruh tubuhnya, dia sangat sedih sudah membunuh kakaknya sendiri. Namun dia tidak menyesal, dia akan menyesal jika kakaknya menembak Devano. Jadi lebih baik Kakaknya saja yang meninggal, Miya tidak ingin Kakaknya menanggung dosa lebih banyak lagi. Akhirnya Miya berpikir lebih baik berbagi dosa, entah apa yang ada dalam pikiran Miya pada saat itu. Aurora datang karena mendapatkan kabar dari Devano, bahwa Mayang dan Onexs meninggal bisa di sebut patnernya Aurora pada saat masih tinggal di mansion Lauder. Aurora sudah mengetahui penyebab kematiannya mereka, Aurora menangis dan memeluk Miya. Dengan begitu Aurora juga menyampaikan berita dukanya. "Setelah kepergian kak Maxs,