Begitu tiba di JW Company, Selena melangkahkan kakinya menuju ke perusahaan diikuti Carla dan Joe. Semua karyawan di JW Company mengetahui siapa Selena atau yang lebih dikenal dengan Amira. Amira yang mereka ketahui merupakan kekasih CEO JW Company. Banyak mata melihat Selena secara diam - diam, ada yang melihat dengan kagum kecantikan Selena, ada juga yang melihat dengan tak suka. Selena ingin secepatnya menemui Kevandra. Dia ingin membicarakan tentang promosi novelnya LOVE yang harus di jakarta. Dia tak ingin itu terjadi apalagi penyelenggaranya adalah perusahaan Devan, Johanson Grup. Saat dia akan di depan ruangan CEO terdengar suara seorang wanita berbicara dengan Kevandra. Selena mengurungkan niatnya dan bertanya pada Elizabeth sekretaris Kevandra. "Siapa di dalam?" tanya Selena dengan suara berbisik."Bu Regina," balas Elizabeth dengan berbisik juga."Aku ngumpet dulu yaa di ruangan rapat, nanti kalau udah pergi bilang sama Kevan aku menunggunya di sana.""Iya Bu Amira, sela
Kevandra masih sibuk memikirkan perkataan Ibunya, Regina. Elizabeth mengetuk pintunya membuatnya menoleh ke arah pintu."Masuk," ujar Kevandra."Maaf Pak ada Bu Amira menunggu Anda di ruang rapat," ucap Elizabeth dengan sopan."Ooh ok."Kevandra mengambil ponselnya menghubungi Selena."Masuk saja ruanganku," ujar Kevandra."Siap Bos." Selena melihat Carla dan Joe."Silahkan Bu... kamu nunggu di sini aja," ujar Carla yang mengerti tatapan mata Selena."Kamu memang hebat tanpa perlu aku berkata-kata udah langsung ngerti.""Iya Bu udah sana nanti Tuan Kevandra bisa marah-marah sama kami berdua."Selena dengan secepat mungkin masuk ke ruangan Kevandra."Kevaaaan," teriak Selena."Ada apa teriak-teriak," ujar Kevandra."Aku ga mau, aku ga mau," ujar Selena sambil menggelengkan kepalanya."Iya aku tahu, nanti aku akan cari alasan.""Kenapa bisa seperti itu, aku ga nyangka kalau harus seperti ini.""Maafkan aku karena aku kamu jadi terlibat""Bukan Kev ini bukan tentang—""Ini salahk
Kevandra melihat Joe yang masih berdiri mematung di dalam ruangannya. Dia berpikir pasti Joe harus extra sabar menghadapi Selena yang sering berubah - ubah pikirannya. Sifat Selena sudah berbeda tidak seperti Selena yang dulu lagi. Selena sekarang lebih ceria, lebih sering tertawa, dan suka marah - marah. "Ada apa dengan Selena, Joe? Apa ada masalah saat jumpa fansnya?" tanya Kevandra."Iya Tuan memang ada masalah," jawab Joe."Masalah apa?""Saat selesai jumpa fans dan penandatangan novelnya Bu Selena, Pak Gustav mengatakan kalau harus promosi dengan novel terbarunya di luar negeri.""Bagus sekali itu demi karirnya sebagai novelis.""Tapi, ada yang jadi masalah Tuan.""Masalah apa?""Saat Pak Gustav mengatakan salah satu negara yang harus di kunjungi adalah Indonesia Bu Selena tidak suka.""Selena harus profesional, dia sudah dikontrak kerja untuk mendistributorkan novelnya jadi harus mau mengikuti cara promosi para penerbit.""Tapi, perusahaannya itu Jo—""Sudahlah Joe. Selena sela
Kevandra, Selena, dan Sean menuju ke rumah keluarga Wijaya. Selena sibuk memberitahukan pada Sean agar bersikap sopan, ramah, dan tidak seenaknya sendiri. Sean yang berusia 5 tahun tumbuh sebagai anak yang dingin dan sering berbuat sesuai keinginnya. "Sean ingat jaga sikap, jangan dingin-dingin empuk kaya gitu," ujar Selena memperingatkan putranya. "Mom bahasa mu selalu aneh, pasti kebanyakkan halusinasi dengan novelnya lagi nih," ujar Sean. "Kamu ini dinasehati orang tua itu di dengar bukannya membantah terus. Bantah-bantah terus sih anak ini." "Aku ga membantah Mom, aku hanya mengatakan apa yang aku dengar. Bahasa Mommy itu aneh bin ajaib susah dinalar oleh orang normal." "Maksudmu Mommy ga normal gitu?" "Mommy, siapa juga yang mengatakan gak normal. Makanya dengerin mom setiap perkataan aku bukannya mengambil kesimpulan sendiri." "Kev, lihat tuh si Sean sukanya membantah aku." "Boy, jangan suka membantah omongan Mommymu." Kevandra menegur Sean. "Iya daddy." "Nah.. nah
Selena, Kevandra, dan Sean kembali ke apartemen mereka. Kevandra merasa heran dengan Selena yang sedari tadi hanya diam membisu. Dia berpikir mungkin Selena masih marah dengan kejadian kemarin mereka bertengkar, tapi dia juga bersyukur Selena tidak menunjukkan kalau mereka bertengkar di depan dan orang tuanya. Selena selalu bisa menempatkan diri. "Mom, aku ngantuk," rengek Sean. "Idih anak Mommy yang manjanya minta ampun mau tidur yaa." "Iya." "Mau mom bacakan cerita?" "Ga mau sama Mommy, mau sama Daddy." Selena melihat Kevandra, dia memberi kode agar Kevandra mau membacakan "Daddy... bacakan cerita untuk aku, Daddy kan udah lama ga membacakan aku cerita," rengek Sean lagi pada Kevandra. "Besok aja gimana? Daddy lelah sekali, Boy." "Eheem." Selena berdehem menyindir Kevandra. Kevandra melihat ke arah Selena yang melihatnya dengan tatapan horor. "Oke lah kalau begitu, daddy juga resah dan gelisah sendiri di sini. Ada yang tatapan matanya horor." "Aku tahu pasti
Kevandra membawa Selena masuk ke dalam kamarnya dan membaringkan wanita yang memakai lingering berwarna merah itu di ranjang. Terlihat tubuh Selena di atas ranjang dengan gunung kembarnya membusung menantang di hadapan Kevandra. Paha Selena yang putih mulus menambah keseksiannya menjadi berkali-kali lipat menggairahkan Kevandra. Kevandra membuka bajunya membuat Selena terpanah dengan bentuk badan Kevandra yang atletis. Kevandra mendekati Selena, menjilati leher wanita yang dia cintai dengan lidahnya membuat Selena mengerang merasakan kenikmatan. Kevandra melihat wajah Selena yang sudah bergairah sama seperti dirinya lalu melumat bibir Selena dengan napsu, lidahnya masuk menerobos rongga-rongga mulut Selena. Selena membalas ciuman Kevandra, mereka saling berciuman dan melumat bibir masing-masing. Kevandra terlena dengan ciumannya bersama Selena. Tangannya tidak tinggal diam, ia meraba tubuh wanita yang ada di hadapannya. Tangan kanannya membelai punggung Selena dengan lembut, tan
Rumah keluarga Wijaya banyak orang keluar masuk mengurusi beberapa keperluan sang pemilik rumah. Regina Wijaya sangat memperhatikan semua detail untuk acara yang sudah ditunggu-tunggunya. Dia sangat bahagia akhirnya Kevandra dan Selena bertunangan walau bukan pernikahan yang seperti diharapkannya, tapi mereka mau bertunangan itu sudah lebih dari cukup.Regina masuk ke kamar Selena, dia melihat betapa cantiknya wanita yang dicintai anaknya, Kevandra. Dia tidak menyangka Selena mau menggunakan kebaya pada hari pertunangannya. Dia lah yang menyarankan agar Selena menggunakan kebaya walau mereka tinggal di Amerika. Selena terlihat sangat pas dengan kebaya model kerah sabrina lengan pendek berwarna peach. Kebaya model sabrina memiliki model yang khas memperlihatkan pundak yang cukup lebar sehingga memberi kesan anggun saat Selena mengenakannya.Di sana juga ada Sean yang menunggu Selena sambil melihat ponsel, dia yakin cucunya tersebut sedang bermain game online."Ibu, kenapa cuma di depa
Tanpa Kevandra dan Wijaya sadari ada orang yang mendengarkan pembicaraan mereka di luar pintu kamar Kevandra yang tidak tertutup. Wajahnya memucat tidak percaya dengan semua yang mereka katakan. Seorang anak kecil berusia 5 tahun sangat terkejut mendengar perkataan Daddy dan Kakeknya. Sean yang memiliki kepintaran dan kecerdasan di atas rata-rata usianya mengerti apa yang mereka katakan.Jadi aku bukan anak kandung Daddy, nama Mommy ternyata beneran Selena bukan Amira. Selena bukan nama panggilan kesayangan Daddy ke Mommy. Selena Johanson berarti itu nama belakang suami Mommy atau bisa dikatakan itu nama belakang Daddy kandungku itu Johanson. Sean berkata dalam batinnya."Sean... kamu ini dicariin Nenek dari tadi ternyata di sini." Suara Regina mengagetkan Sean yang berada di samping kamar Kevandra.Wijaya dan Kevandra sangat terkejut mendengar suara Regina memanggil Sean. Kevandara dan Wijaya saling melihat satu sama lain dengan khawatir Sean mendengar pembicaraan mereka. "Aduh Ne
Pernikahan Selena dan Devan sudah berjalan 2 tahun. Selama menjalani pernikahan untuk kedua kalinya mereka sangat mesra dan tak ada masalah berarti di keduanya selalu saja saling mengasihi dan menyayangi. Sean selalu saja bisa mendamaikan kalau Selena dan Devan bertengkar, apalagi saat Selena sedang stress dengan pekerjaannya sebagai penulis novel. “Jadi ini si tokoh pria harus pura-pura gak suka deh biar lebih masuk alur ceritanya,” ucap Selena pada dirinya sendiri sambil menatap layar laptop. Devan yang berada di sisi Selena melirik istrinya yang sudah seminggu ini sangat sibuk dengan novel barunya. “Apa aku buat si cowok selingkuh ya terus si cewek marah dan meninggalkannya.” Selena mengangguk-anggukan kepalanya sendiri. Devan kembali melirik Selena. Sudah 3 jam dia menunggu sang istri yang tak memperdulikannya. Dia ingin Selena memperhatikannya bukan hanya sibuk dengan novelnya saja. Apalagi sudah 3 hari dia tidak mendapatkan jatah harinya di atas ranjang. Adik kecilnya sudah
KISAH ANDI Di saat bulan madu Devan menghubungi Andi. Devan merasa sepi juga tanpa Andi yang setiap hari selalu berada di sampingnya, lebih tepatnya mengganggunya. Dia pun menghubungi Andi. Andi yang sedang sibuk dengan pekerjaannya, tiba - tiba dikejutkan dengan dering ponselnya. Melihat nama BOS dilayar ponsel, dia sangat bahagia saat Devan menghubungi. Dia tak menyangka bos nya begitu perhatian padanya. Rasa kebahagiaan Andi berubah menjadi rasa kecewa. Devan menghubungi Andi bukan untuk berkangen - kangenan, tapi untuk menanyakan apakah semua pekerjaan Andi beres atau tidak. "Tuan, apa ga ada rasa - rasa merindukan saya gitu," ujar Andi dengan kecewa. "Hmm, siapa? Apa kamu bertanya ke aku?""Iya Tuan. Apa ga ada sedikitpun rasa rindu di dalam hati Tuan untuk saya.""Ada sih sedikit," balas Devan dengan dingin. "Benarkah Tuan? Tuan kangen sama saya? Yaa ampun mimpi apa saya semalam. Tuan, saya juga kangen sama Tuan. Bahkan sangat - sangat rindu, rasa kangen dan rindu
Amanda menikmati angin laut yang menerpa tubuhnya membuat segala pikirannya menjadi lebih tenang. Masalah hidupnya terasa begitu menyiksa sanubari, melepaskan segala keegoisan, dan merelakan orang yang dicintai membuat hatinya terluka. Secara perlahan Amanda pun berjalan sendirian di atas pasir. Ia menundukkan badannya mengambil pasir pantai di dalam genggamnya, tapi semakin erat di genggamnya membuat pasir secara perlahan jatuh dari tangannya. Mungkin seperti ini lah cinta, semakin ia menggenggam erat, akan membuatnya lepas. Tanpa terasa air mata menetes di pipinya, terasa sangat sakit di dalam hatinya. Tak hanya Amanda saja yang merasakan kegundahan hati. Ada seorang pria yang tak jauh dari Amanda melihat lautan dengan pandangan terluka. Seandainya hati yang dimilikinya seluas samudera yang bisa menerima segala rasa sakit di dalam batinnya mungkin ia tak akan merasakan hatinya sesakit ini. Kenangan indahnya bersama Selena terus saja menghantuinya. Kenangan yang seharusnya K
Kisah Devan dan Amira saat pertama bertemu. Suara seorang anak lelaki kecil berteriak dengan bahagia saat Theo datang, Devan menyambut Theo langsung memeluknya. Terlihat seorang anak perempuan bersembunyi dibelakang Papanya. "Siapa adik kecil ini Papa?" tanya Devan. "Ini adikmu, Devan, namanya Amira Putri Angkasa dan umurnya 3 tahun," ujar Theo dengan lembut. "Asyiiik aku punya adik," ucap Devan dengan semangat. Amira melihat Theo. Dia takut, dia belum pernah bertemu dengan Devan. "Jangan takut Amira. Itu kakakmu, Devan. Saat kamu sudah besar Kakakmu yang akan melindungi dan menjaga kamu," ucap Theo memberi pengertian pada Amira. "Benalkah Papa?" tanya Amira yang masih celat. "Iya sayang. Devan sini dulu, Nak." Theo memanggil Devan. Theo berjongkok melihat Devan dan Amira. Dia yakin Devan nanti akan menjaga Amira, putri kecilnya. Dia tak ingin menyembunyikan keberadaan Amira lagi baik itu dari Devan ataupun Debby. Dia menyayangi Devan juga Amir
Sudah tiga hari Devan dan Selena menghabiskan hari - hari penuh gairah di dalam kamar Villa. Mereka hanya menggunakan service room untuk memesan makanan dan lanjut kembali dalam aktifitas kegiatan suami istri. Setiap hari Selena dan Devan menghubungi Sean, Marlina, dan Emilia. Tak ketinggalan Andi juga dihubungi Devan memberi kabar pada keluarganya. Selena yang baru selesai mandi keluar dari kamar mandi dengan wajah kesal dan sambil berbaring di ranjang merasakan bagian sensitifnya yang melebar. Devan masuk ke dalam kamar setelah selesai menghubungi Andi balkon. Devan memperhatikan raut wajah Selena yang tampak kesal. "Sayang, kamu kenapa?" tanya Devan penasaran. "Sayang, aku capek bercinta terus. Lihat nih sampai jember begini," keluh Selena sambil menunjuk bagian sensitif miliknya. "Masa sih." Devan melihat tak percaya. "Iya, lihat ini loh." Selena membuka kedua pahanya memperlihatkan bagian intinya ke arah Devan. Devan menelan salivanya. Entah mengapa m
Malam ini malam pertama setelah pernikahan kedua Selena dan Devan. Mereka akan menginap di salah satu hotel bintang lima yang di hadiahkan lagi oleh Marlina. Hanya untuk malam ini saja mereka di Jakarta, esok hari mereka akan berangkat bulan madu ke Italia. Devan mengikuti permintaan Selena yang ingin ke Amalfi Coast yang terletak di Italia bagian barat daya, tepatnya di Provinsi Salerno, Campania, Roma, ibukota Italia. Walau asing di telinga Devan, tapi demi Selena dia rela melakukan apapun. Mereka akan berbulan madu ke sana selama satu minggu. Sudah terbayang di benak Devan kegiatan apa yang akan dilakukannya. Dia ingin bercinta dengan Selena sampai puas lahir dan batin, secara dia sudah 5 tahun lebih bahkan hampir 6 tahun ga pernah lagi merasakan surga dunia. "Akh bentar lagi bisa ena - ena. Asyik - asyik," ujar Devan dengan semangat.Setelah resepsi pernikahan mereka selesai, Sean ingin ikut dengan Selena dan Devan ke hotel. Marlina, Emilia sudah mencoba menahan Sean agar t
Tanpa terasa waktu terus berlalu. Selena dan Devan akan mengikat janji suci mereka kembali, sudah tak ada lagi dendam dan rasa sakit hati di dalam hati mereka. Memaafkan dan menerima segala kekurangan pasangan adalah yang terbaik bagi mereka. Pernikahan mereka dulu dilandasakan oleh rasa sakit hati, tapi pernikahan mereka sekarang sangat berbeda tak seperti dulu. Sudah tak ada lagi rahasia di antara mereka, sudah tak ada lagi salahpaham. Semua masalah sudah mereka selesaikan dan saling memaafkan. Selena mencoba gaun pengantin yang akhirnya dia pilih sendiri bukan seperti dulu dibelikan Devan. Devan dan Sean menunggu Selena mencoba gaun pengantin duduk bersama di sofa butik. "Mami lama amat sih, Pi," keluh Sean. "Sabar Nak. Inilah cobaan kita kaum pria, wanita kalau sudah mencoba berbagai macam pakaian bisa sampai satu semester," ucap Devan. "Ini baru gaun pengantin gimana kalau make up yaa Pi. Banyak amat deh yang di pake, dempul ini lah, dempul itu lah. Melelahkan." "
Hari ini Sean dan Selena ke Dufan. Selena mengerti bagaimanapun Sean masih anak - anak walau dia memiliki kepintaran melebihi anak - anak seusianya. Saat mereka tiba di Dufan Sean sangat bahagia, dia melirik ke samping sudah ada Devan di sana dan berpura - pura kaget ada Devan. "Mami, itu Papi bukan?" tanya Sean. "Papi? Maksudmu, Devan?" ujar Selena mengedarkan pandangannya ke sana ke sini. "Kamu mencariku," ucap Devan tiba - tiba berada di samping Selena. "Kamu kenapa bisa ke sini? Apa kamu mengikutiku? Bukannya perjanjian kita itu seminggu lagi baru bisa ketemu. Ini baru 2 hari." "Lena, aku tidak mengikutimu. Kamu aja yang terlalu percaya diri, naluri sebagai seorang Ayah tergugah. Aku mimpi tadi malam kalau Sean berada di sini jadilah aku ke Dufan." "Modus!" "Jangan terlalu berpikiran negatif sayang tak baik untuk kesehatanmu dan kecantikanmu."Selena hanya mendengus kesal, dia tak percaya Devan mengatakan alasan yang tak masuk akal. Devan melirik ke arah Sean sambi
Devan menghubungi Sean, dia harus menanyakan pada putranya yang pintar itu harus bagaimana melamar Selena. "Halo anak paling ganteng sedunia," sapa Devan. "Hai Papi paling ganteng sedunia," balas Sean. "Sudah makan belum, Nak?" "Sudah dong Papi." "Ooh iya Sean, besok pulang sekolah jam berapa?" tanya Devan. "Jam 12 Pi." "Besok Papi jemput ke sekolah yaa." "Okey dokey Papi." "Papi love Sean." "Sean love Papi." Keesokan paginya Selena akan mengantarkan Sean ke sekolah. Saat dia akan mengeluarkan mobil dari garasi Devan datang ke rumah Selena. Penampilan sangat santai, hanya memakai celana pendek, sendal jepit, topi, dan kacamata hitam melengkapi ketampannya. Devan tersenyum ke arah Selena, memperlihatkan barisan gigi putih hasil dia rajin sikat gigi dengan teratur. Hari ini dia memang sengaja datang pagi - pagi ke rumah Selena untuk mengantarkan Sean ke sekolah sekalian dia bisa bertemu dengan Selena. "Ngapain ke sini? Bukannya kita ga boleh k