Husein tertegun untuk beberapa saat. Senyuman gadis kecil itu sepertinya langsung menyentuh hatinya. Hatinya yang keras dan dingin itu seketika melunak.Gadis kecil itu dengan hati-hati bergerak ke arahnya dan menyodorkan wajahnya ke arah Husein, dia bermaksud agar Husein membersihkannya.Pria yang biasanya tenang itu sekarang menjadi sedikit bingung.Dia berbicara dengan ekspresi yang tidak wajar, “Kamu bersihkan sendiri.”Gadis kecil itu dengan canggung meletakkan kotak kue itu, mengambil tisu basah dari tangan Husein, dan perlahan-lahan membersihkan krim yang menempel di wajahnya. Namun, dia tidak bisa melihat di mana letak krimnya. Dia belum menyeka semua krim yang ada di wajahnya, sehingga masih kotor. Husein mengerutkan kening dengan kuat. Dia mengambil tisu basah lagi untuk menyekanya hingga bersih.Saat ini, Gilang akhirnya membuka pintu dan masuk, “Kak Husein, mengapa kamu memanggilku dengan terburu-buru? Eh… Siapa anak kecil di sebelahmu?”“Kamu lah biang masalahnya!”Gadis
Husein juga sedikit terkejut sampai dia menoleh karena ingin tahu siapa ibu dari gadis kecil itu.Apakah dia juga mirip dengan perempuan itu?Gadis kecil itu mengedipkan matanya, “Nama ibuku adalah Peri Kecil.”Ruangan itu seketika hening.Bibir Husein sedikit mengerut, dia benar-benar anak cengeng yang bisa mengejutkan orang. Kalian tidak akan pernah bisa menebak apa yang akan dia katakan selanjutnya.Gilang seketika juga sangat kesal hingga dia kehilangan kesabarannya dan berkata dengan putus asa, “Aku menanyakan nama asli ibumu.”“Itu nama asli ibuku.”Gilang seketika menghela napas pasrah lalu menatap Husein lagi, “Bagaimana menurutmu?”Orang normal mana yang bernama Peri Kecil?Husein menatap gadis kecil itu, “Apakah ini juga diajarkan oleh ibumu?”Gadis kecil itu mengangguk dengan manis.Gilang sedikit tak berdaya, “Tapi jika kamu tidak memberitahuku siapa nama ibumu, bagaimana bisa aku menemukannya?”“Ayah apakah kamu tidak mengingat ibu?”Gilang menatap mata lebar gadis kecil i
Husein menatap sekretaris Lia, “Bawa dia ke kamar mandi untuk membersihkan diri.”Sekretaris Lia sudah ingin membantu dari awal, tetapi takut menjadi sasaran dari gadis kecil itu. Setelah mendapatkan perintah, dia segera membawa Gilang ke kamar mandi.Gadis kecil itu sedikit tidak terima ketika melihat pria itu melarikan diri. Tubuh kecilnya memberontak, “Kak Husein, turunkan aku! Aku ingin memberi pelajaran pada pria sampah itu!”Husein menurunkan gadis itu, tetapi mengambil ranselnya.Dia berdiri dan melihat barang-barang di dalam ranselnya, dia ingin mengecek apakah bisa menemukan informasi tentang keluarga anak cengeng itu.“Kak Husein, kembalikan ranselku!”Gadis kecil itu melompat beberapa kali, tetapi sayangnya dia terlalu pendek bahkan tidak sampai mencapai pahanya.Dia berdiri di atas sofa dengan sangat marah. Berjinjit dengan jari-jari kakinya, dia mengulurkan tangannya yang kecil dan gemuk untuk mengambil ranselnya kembali.Namun, tingginya masih belum cukup!Gadis kecil itu
Gadis kecil itu memutar bola matanya dan menjawab dengan percaya diri, “Ibuku bilang bahwa sering menyikat gigi tidak akan membuat gigi berlubang!”Gilang keluar dengan pincang dan bersumpah bahwa dia tidak pernah dipermalukan seperti ini dalam hidupnya.Dia berjalan dan duduk di sofa dengan ekspresi dingin. Dia menatap gadis kecil itu, “Siapa yang menyuruhmu kemari?”“Tuhan yang mengirimku ke sini!”“Siapa nama ibumu?”“Aku sudah bilang jika nama ibuku adalah Peri Kecil.”....Setelah mengajukan beberapa pertanyaan, Gilang mengelus dadanya dengan sabar, “Aku tidak menyangka benar-benar bertemu denganmu!”“Hmm, bertemu denganku adalah bencana yang harus kamu hadapi seumur hidupmu!”Setelah mendengar hal itu, Husein langsung melihat gadis kecil itu, tatapannya tertuju pada wajah bulatnya yang mirip dengan almarhum. Sita juga pernah mengatakan hal yang sama.Sedikit keraguan muncul di dalam matanya, tetapi perempuan itu mengalami keguguran dan meninggal karena pendarahan yang hebat empa
Setelah mendengar itu, Husein berdiri dan meninggalkan kamar.Dia melirik sekretaris Lia, “Suruh pengawal berjaga di kamar itu 24 jam dan bawakan dia makanan.”Gilang mengikutinya keluar dan berkata dengan nada pelan, “Kak Husein, harus aku katakan, dari mana kamu menemukan anak itu?”Husein menatapnya dengan tajam, “Bukankah dia anakmu?”“Sialan, kamu tidak melihat anak itu mirip siapa? Bagaimana mungkin dia putriku? Dia putrimu, dia mirip sekali dengan Sita.”Setelah nama Sita disebut, suasana seketika menjadi jauh lebih dingin.Wajah Husein langsung berubah masam, dan dia berkata dengan dingin, “Lebih baik kamu diam.”“Kak Husein, aku tahu kamu tidak ingin siapa pun menyebutkan nama itu. Tapi apa kamu berani mengakui jika kamu membawanya dari pinggir jalan karena wajah itu?”Husein mengulurkan tangan untuk meraih kerah Gilang, “Apa maksudmu?”“Maksudku, sebuah kebetulan karena dia orang Manado. Keluarga Syailendra juga berada di Manado. Nama belakangnya kebetulan juga adalah Syailen
Husein bertemu dengan pemilik Carlton Hotel, dan dia langsung mengajukan tawaran, “Rumput Ganoderma akan saya beli.”“Ehem, Tuan Husein tidak bisa membeli ini sampai acara pelelangan.”Husein sedikit menyipitkan matanya, “Apa syaratnya?”“Tuan Husein, ini bukan masalah persyaratan.”Gilang melanjutkan, “Tidak ada satu pun di dunia ini yang tidak dapat dibeli, adanya hanyalah harga yang tidak bisa dibayar. Batam selalu suka berbisnis, apakah anda akan menolak kesempatan bisnis yang datang ke anda kali ini?”Bos Carlton Hotel itu tampak gelisah, “Alasannya adalah Rumput Ganoderma Glossy bukan dari Batam, tetapi dilelang secara pribadi. Jadi itu tidak ada di dalam daftar lelang.”Husein angkat bicara, “Berikan aku kontaknya.”“Tuan Husein, anda juga harus memahami peraturan di Batam. Kami tidak diizinkan mengungkapkan informasi klien kami.”Husein menatapnya dan bibirnya sedikit terbuka, “Hari ini, adikmu dengan sengaja menculik seorang gadis kecil. Bagaimana kamu akan menjelaskan hal ini
“Kak Husein, lagipula ini masih sore, kenapa kita tidak pergi bermain di lantai basement? Kamu sudah bekerja selama bertahun-tahun tapi tidak pernah bersantai. Apakah kamu mau bersantai? Aku dengar Carlton Hotel ini bahkan mengundang raja judi untuk datang dan mengambil alih, jadi kamu bisa memainkan beberapa trik dengan raja judi itu nanti.”Husein teringat pada anak cengeng yang ada di dalam kamar, jadi dia langsung menolak, “Tidak.”Mereka keluar dari lift dan harus melewati lobi di lantai dasar untuk pergi ke kamar di sisi gedung lain.Di luar lobi, masih turun hujan deras.“Kak Husein.”Pada saat ini, Vina berdiri di depan pintu sambil menyeret kopernya. Seluruh tubuhnya basah karena hujan, sehingga memperlihatkan sosoknya yang cantik dan menarik banyak pria di sekitarnya.Saat mereka berdua berjalan ke pintu, Husein mengerutkan kening, “Kenapa kamu di sini?”“Aku dengar bahwa Ganoderma Lucidum akan dilelang di Batam, jadi aku bergegas ke sini. Tapi hujannya deras sekali sampai ba
Wajah Husein sedikit tertunduk, dan rasa sakit yang membakar langsung menyebar ke seluruh wajahnya.Dia menurunkan tatapannya dan menatap perempuan di depannya. Tenggorokannya sedikit bergerak, “Aku berhutang tamparan ini padamu. Jika kamu masih belum puas…”Plak. Tamparan lain mendarat di sisi lain wajah Husein.Suasana menjadi sangat hening.Gilang berlari bersama Vina dan menatap kaget ke arah perempuan yang terlihat mirip dengan Sita itu.Tatapan Vina sedikit gelap, dan dia segera menatap Husein dengan cemas, “Kak Husein, bagaimana keadaanmu? Apakah kamu baik-baik saja?”Gilang melirik Sita dengan tidak percaya. Dia tidak menyangka akan bertemu Sita di sana.Empat tahun berlalu, tidak ada kabar tentang Sita.Keluarga Syailendra di Manado, tampaknya tidak memiliki kelemahan sedikit pun, sehingga Husein tidak dapat menemukan petunjuk apa pun tentang Sita.Husein seolah tidak mendengar apa pun dan terus memegang pergelangan tangan perempuan itu. Bibirnya yang tipis mengerut dingin, “A
Setelah mendengar perkataan itu, mata Vina menunjukkan ekspresi kecewa. Mengapa perawat itu tidak membuang sumsum tulangnya? Pasti sangat seru jika seandainya sumsum tulang itu dibuang.Nyonya Handoyo segera berkata, “Nak, kamu lihat, sumsum tulang itu baik-baik saja. Aku hanya ingin berjaga-jaga. Tapi lihatlah, Sisi telah membuatku dan Vina sampai seperti ini, dia harus bertanggung jawab untuk perbuatannya dan harus minta maaf kepada kami.”Sisi yang berdiri di ambang pintu mendengar percakapan kedua perempuan itu, matanya mencibir. Mereka bahkan masih ingin dia meminta maaf, sungguh konyol.Namun, Sisi tidak bersuara, hanya memandang pria yang membelakanginya, ingin mengetahui bagaimana pria itu menangani ini.Suara Husein sangat dingin, “Ibu, apakah kalian tidak tahu apa konsekuensi dari tindakan kalian kali ini? Lagipula, dia bukan lagi Sita yang lemah seperti dulu, dia adalah putri Keluarga Syailendra.”Nada bicara Nyonya Handoyo agak cemas, “Meskipun dia adalah putri Keluarga Sy
Sisi mendengar perkataannya dan menoleh menatap Husein. Tatapan pria itu sedalam tinta.Apa lagi yang ingin dia katakan?Suara pria itu tenang, “Ibuku masih di rumah itu.”“Aku hampir melupakan hal itu jika kamu tidak mengatakannya. Aku belum menyelesaikan masalah itu, bagaimana bisa aku pergi begitu saja?”Sisi tadi sibuk mengatur pengiriman sumsum tulang itu kembali, dan dirinya merasa seperti melupakan sesuatu. Sekarang, kebetulan Husein mengingatkannya.“Jadi bagaimana caramu menangani masalah ini?”“Kamu akan tahu begitu sampai di sana, beberapa hal harus ditangani secara langsung. Kebetulan, ada beberapa hal yang ingin kutanyakan pada Vina.”Sisi berbalik dan menatap sekretarisnya, “Kamu urus dulu pengiriman sumsum tulang ke bandara terlebih dahulu, aku akan segera ke sana setelah menyelesaikan urusan di sini.”Husein dan Sisi meninggalkan rumah sakit bersama.Sisi duduk di dalam mobil dan melihat helikopter lepas landas dari rooftop rumah sakit. Barulah dia mengalihkan pandangan
Keduanya saling menegang untuk beberapa saat.Akhirnya, Husein berkata dengan suara rendah, “Aku tidak akan menghentikanmu untuk mengirim sumsum tulang itu kembali ke Manado.”“Itu adalah pilihan yang terbaik.”Setelah mendengar Husein menyetujui, Sisi tidak menunda lebih lama lagi.Dia memberi perintah kepada dokter penanggung jawab yang menunggu di luar, “Persiapkan segala sesuatunya untuk pengiriman sumsum tulang kembali ke Manado.”Sisi bertanya kepada asistennya, “Apakah helikopter sudah siap?”Asisten mengangguk, “Sudah, sekarang sedang menunggu di rooftop. Begitu sumsum tulang dibawa naik, kami akan segera lepas landas. Kami akan memantau seluruh proses dengan pengawasan ketat, kali ini kami pastikan tidak ada masalah.”“Baguslah, terima kasih atas kerja keras kalian. Ingat untuk tetap berkomunikasi selama perjalanan.”Selama sumsum tulang belum sampai ke Manado, Sisi tidak bisa benar-benar merasa tenang.Pada saat ini, Sisi menerima telepon dari Zidan, dan terdengar suara berat
Husein melihat ekspresi waspada Sisi, “Bisakah kita bicara empat mata?”Sisi mengangguk, dan langsung meminta dokter yang bertanggung jawab serta pengawal untuk keluar.Bagaimanapun, ini adalah Surabaya. Jika sekarang dia langsung bertengkar dengan Husein, maka urusan selanjutnya akan menjadi sulit.Dia tidak ingin ada kesalahan pada saat genting seperti ini!Tak lama kemudian, hanya tersisa mereka berdua di ruangan, namun suasananya sangat tegang.Sisi langsung berkata kepada Husein, “Apa yang ingin kamu bicarakan?”Tadi, Husein bahkan menghentikan dokter untuk mengatur pengiriman sumsum tulang ke Manado. Apakah dia sekarang berubah pikiran?Husein berkata, “Dengan semua yang telah terjadi, menurutku lebih baik pengobatan terakhir dilakukan di Surabaya. Bagaimana menurutmu?”Sisi terkejut, ternyata tebakannya benar.Dia sudah menduga bahwa pria anjing ini akan membuat permintaan seperti itu.Sisi menjawab dengan tenang, “Aku tidak merasa begitu.”Husein mengerutkan kening, “Jika masal
Husein menatapnya dengan serius, tenggorokannya sedikit bergerak-gerak, “Bahkan jika Taufan adalah anakku, apakah kamu masih tidak peduli?”“Apa yang perlu dipedulikan? Lagipula kita sudah bercerai, entah dengan siapa pun kamu memiliki anak, itu tidak ada hubungannya denganku.”Sisi menjawab dengan nada yang sangat tenang dan tidak peduli.Melihat sikap dingin Sisi, Husein langsung menarik dasinya dengan kesal. Meskipun secara hukum memang benar, mendengar kata-kata itu membuatnya merasa sedikit tertekan.Kemudian, sepanjang perjalanan mereka tidak saling berbicara, dan kendaraan bergegas menuju rumah sakit dengan kecepatan tertinggi.Dalam perjalanan, Sisi sudah menyuruh orang untuk pergi ke rumah sakit menemukan perawat yang disebutkan oleh Vina, untuk mencegah perawat itu melarikan diri setelah mengetahui berita tersebut.Sisi dan Husein tiba di rumah sakit dan akhirnya bertemu dengan perawat tersebut.Pada saat ini, perawat itu sudah gemetar ketakutan. Dia baru saja ditangkap dan d
Vina tiba-tiba merasa sedikit gelisah karena dia tidak bisa memastikan apakah perawat itu benar-benar menyimpan sumsum tulangnya. Jika tidak, bukankah Sisi akan benar-benar melukai putranya?Bagaimanapun, putranya masih di tangan Sisi sekarang!Vina hanya bisa dengan cemas memohon kepada Husein, “Kak Husein, kamu sudah berjanji padaku bahwa kamu akan melindungi Taufan selama hidupmu. Kamu tidak bisa mengingkari janjimu.”Nada bicara Husein dingin, “Aku bahkan tidak bisa melindungi putriku, apalagi putra orang lain.”Vina melihat sikap tegas Husein, sehingga membuat hatinya hancur, “Bibi Handoyo, kamu sangat menyayangi Taufan!”Nyonya Handoyo terkejut dan berkata, “Nak, apakah maksudmu Taufan bukan anakmu? Apa yang terjadi?”Vina segera menyela, “Taufan adalah anak dari Keluarga Handoyo. Husein bilang dia ingin memperlakukan Taufan seperti anaknya sendiri! Apa bedanya dengan anak kandung?”Nyonya Handoyo benar-benar tercengang. Dia tidak pernah menyangka bahwa Taufan bukanlah putra Huse
“Jika ingin mendapatkan sumsum tulang itu, sangat sederhana! Minta Sisi berlutut di hadapanku dan meminta maaf, lalu membawa anak beban itu dan jangan pernah kembali ke Surabaya seumur hidupnya, maka aku akan memberikan sumsum tulangnya.”Sisi berbicara dingin, “Sepertinya kamu belum mengetahui akibatnya.”Dia melirik pengawal, kemudian mengambil ponselnya dan langsung terhubung ke panggilan video.Sisi memperlihatkan ponselnya ke Vina dan berkata, “Apakah kamu lihat siapa orang di dalam video ini?”Ada seorang anak laki-laki dengan tangan dan kaki diikat, serta mulutnya ditutup di dalam video tersebut.Anak laki-laki itu adalah Taufan.Ketika Vina melihat putranya diculik, dia langsung panik, “Dasar wanita jahat, apa yang kamu lakukan pada putraku?”“Aku tidak akan melakukan apa pun pada putramu. Berikan saja sumsum tulang itu, dan putramu akan aman.”Vina segera menatap Husein, “Kak Husein, kamu lihat dia memperlakukan Taufan seperti ini. Bagaimana jika Taufan terluka? Kamu berjanji
Situasinya menemui titik buntu.Husein menatapnya, “Aku akan menemukan sumsum tulang itu, aku janji.”“Jaminan apa yang kamu beri? Jika aku tidak bisa menemukan sumsum tulang itu hari ini, aku tidak akan melepaskan mereka berdua. Husein, jika kamu berani, langkahi mayatku!”Sisi berdiri di depannya, dengan dingin dan sombong.Husein tiba-tiba merasa putus asa. Dia melihat ibunya dan berkata, “Bu, Dela adalah putriku. Bagaimana mungkin kamu menyembunyikan sumsum tulang itu? Dia adalah cucu kandungmu!”Nyonya Handoyo terdiam sejenak, lalu berkata dengan ragu-ragu, “Nak, jangan katakan itu untuk menipuku. Bagaimana mungkin anak dari perempuan ini adalah cucuku?”Apakah perempuan ini benar-benar Sita?“Bu, dia adalah Sita. Saat dia pergi, dia sudah hamil, dan anak di dalam perutnya adalah anakku.”“Nak, kamu bilang dia Sita? Tapi bukankah sebelumnya kamu bilang bahwa mereka hanya mirip?”“Bu, aku tidak punya alasan untuk berbohong padamu tentang masalah ini. Dia memang Sita. Awalnya, aku h
“Bukankah kamu bilang bahwa kamu putri Keluarga Syailendra? Kamu sangat mampu, jadi cari sendiri.”Sisi mencengkeram leher Vina dan berkata, “Aku hitung sampai tiga. Jika kamu tidak mengatakannya, maka wajahmu akan hancur. Biar aku lihat wajahmu. Haruskah aku merusak wajahmu?”Vina berkata dengan dingin, “Beraninya kamu!”Sisi berkata dengan tenang, “Tiga, dua ….”Pada detik terakhir, Nyonya Handoyo tidak tahan melihatnya, sehingga dia berteriak, “Aku tahu di mana sumsum tulangnya, jangan lukai dia lagi.”Sisi menatap Nyonya Handoyo dengan dingin, “Sangat bijaksana, selama kamu memberikan sumsum tulangnya, aku akan melepaskan kalian hari ini.”Hanya hari ini!Ketika Nyonya Handoyo hendak berbicara, gerombolan orang tiba-tiba masuk dari gerbang rumah.Husein berjalan maju dan langsung menuju ke ruang makan. Setelah melihat keadaan yang begitu menyedihkan di dalam, wajahnya sedikit berubah!Dia tidak menyangka Sita benar-benar mengambil tindakan.Vina menatapnya dengan penuh harapan, “Ka