Husein seketika merasa sedikit tak berdaya dan menjawab dengan suara serak, “Nenek, bisakah kamu berhenti menekanku?”“Oke, sebagai nenek, aku hanya bisa membantumu sampai sini.”Husein sedikit bingung, “Nek, mengapa Sita tidak menerima niat baikku?”“Mengapa dia tidak menerima niat baikmu? Apakah kamu mengatakan kamu menyukainya, atau kamu mengatakan jika sebelumnya kamu benar-benar salah, dan sekarang dia adalah satu-satunya orang di hatimu yang tidak bisa kamu lepaskan?”Setelah mendengar ucapan itu, ekspresi Husein menjadi sangat aneh.Dia terbatuk dan menjawab, “Apakah aku harus mengatakan itu?”Bagaimanapun, banyak orang yang menyaksikan di pesta, jadi agak sulit untuk mengatakannya.“Kalau tidak, apakah menurutmu Sita itu seperti anak kucing atau anak anjing yang bisa kamu bujuk kembali dengan hanya memberinya sesuatu?”Nenek menatap cucunya yang tampak seperti fasih dalam berbicara. Dia juga tahu begitu sulit mengucapkan kata-kata itu dari mulut cucunya!Dia menghela napas, “Ak
Saat itu, Husein membelikan gaun ini. Tetapi setiap kali keluarga Handoyo mengadakan pesta, dia sibuk kesana kemari dan tidak memiliki kesempatan untuk memakai gaun itu.Ini pertama kalinya Sita mengenakan gaun yang dibelikan Husein.Sita bahkan bertanya-tanya apakah semua ini sengaja diatur oleh Husein?Dia tetap mengenakan gaun yang mirip dengan gaun kerajaan yang memperlihatkan tulang selangka yang indah. Tetapi bagian perutnya longgar, dan tidak ketat sama sekali, jadi tidak akan ada yang bisa melihat perutnya.Ketika Sita selesai berganti pakaian dan berjalan keluar, melihat semua kakak-kakaknya menatapnya, sehingga membuatnya merasa sedikit malu, “Ada apa? Apakah ada yang salah dengan gaun ini?”Anggi berkata dengan senang, “Tidak ada masalah dengan gaun itu. Gaun itu sangat pas untukmu dan terlihat seperti seorang putri.”Sita cukup terkejut. Dia mengira Husein asal membeli gaun demi menyenangkan Nenek.Saat ini, pelayan mengetuk pintu dan masuk, “Nona Sita, Nenek ingin bertemu
“Pembunuh! Seseorang cepatlah datang!Sita dalam keadaan linglung dan mendengar banyak suara di sekitarnya. Dia memaksa untuk membuka matanya, tetapi kepalanya pusing dan penglihatannya kabur.Ketika dia duduk dan bersandar pada tiang di belakangnya, tangannya berhenti sejenak. Mengapa dia berada di luar?Dia tadi ingat jelas jika dia berada di kamar tidur Nenek lalu kepala bagian belakangnya dipukul sampai pingsan. Bagaimana bisa ketika dia terbangun sudah berada di luar.Dia mendengar suara-suara di sekelilingnya dan tiba-tiba melihat Nenek yang terbaring dengan berlumuran darah di tangga. Wajahnya seketika menjadi pucat, “Nenek!”Apa yang terjadi?Mengapa Nenek bisa terjatuh di tangga?Sita menggeretakkan giginya dan bangkit dari lantai, tetapi kemudian dia berlutut lagi. Dia hampir naik tangga dan melihat Nenek yang terbaring berlumuran darah. Dia berteriak dengan keras, “Apa ada orang di sini? Cepatlah kemari.”Segera, banyak orang mendekat dari lantai pertama.Di antara mereka, H
Bahkan jika Sita benar-benar melakukannya, Rayhan masih punya cara untuk membuat Sita tidak bersalah!Doni berkata dengan dingin, “Sita, biarkan Rayhan yang menyelidiki masalah ini. Aku akan membawamu ke rumah sakit dulu!”Ryan juga sangat cemas. Bagaimanapun juga, adik perempuannya saat ini sedang hamil, jadi dipukul seperti ini sangat membahayakan kondisinya.Seseorang dari Keluarga Handoyo berkata, “Bagaimana bisa Sita pergi begitu saja?”“Benar, bukankah tadi dikatakan bahwa tidak ada yang boleh keluar masuk sampai pelakunya ditemukan? Jika Sita bisa pergi, pasti tamu yang lain akan keberatan.”Doni menatapnya dengan dingin, alisnya dipenuhi dengan niat membunuh, “Siapa yang berani menghentikanku?”Keenam kakak beradik Keluarga Syailendra berdiri di tangga sambil menatap Keluarga Handoyo di bawah, sehingga suasana menjadi tegang.Ryan memandang Husein, “Kamu harus tahu kondisi fisik Sita. Dia bisa mengalami gegar otak karena pendarahan, dan kondisi ini sangat berbahaya!”Husein lan
Pada saat terjatuh, Sita merasa jika semua itu hanya mimpi.Namun setelah dia terbangun, Nenek Handoyo tetap terluka.Sekarang dia menyesal karena tidak waspada saat mengetahui lift rusak dan mengira ada yang tidak beres.Jika dia lebih waspada, bukankah Nenek tidak akan mengalami kecelakaan?Dia seperti tidak dapat mengingat semua yang terjadi setelah itu, karena dia terus mendengar seseorang memanggil namanya. Dia tahu itu suara kakak-kakaknya.Tetapi dia benar-benar lelah!Sita dibawa ke rumah sakit umum. Ryan sangat cemas sampai berkeringat dan hampir menangis.Yoga menyemangati Boni, “Untungnya, kamu meraih Sita tepat waktu, jadi dia tidak jatuh terlalu parah. Tapi kak, apakah tanganmu baik-baik saja?”Boni menggelengkan kepala sambil memegangi tangannya yang terluka, “Aku baik-baik saja. Kak Ryan, cepatlah masuk untuk memeriksa Sita. Kenapa masih berdiri di sini?”Ryan menjawab dengan tegas, “Kita harus menunggu Zidan agar operasi dapat dilakukan secara resmi.”Doni mengerutkan k
Setelah beberapa saat, Husein akhirnya kembali sadar dan menatap Gilang, “Tanyakan bagaimana keadaan Sita?”Setelah Gilang menelepon untuk bertanya, wajahnya tiba-tiba berubah, dan dia hampir tidak bisa menggenggam ponselnya dengan mantab. Dia menatap Husein dengan wajah takut, tetapi tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.Husein tiba-tiba memiliki perasaan buruk dan menatapnya, “Katakan, ada apa?”Gilang menjawab dengan keringat di dahinya, “Orang-orang di rumah sakit swasta mengatakan bahwa Sita keguguran dan mengalami banyak pendarahan. Dia mengalami emboli cairan ketuban, jadi tidak selamat….”Husein langsung berdiri, dan pandangannya menjadi gelap. Dia memegangi kepalanya dan tatapannya menjadi gelap, “Katakan sekali lagi.”Gilang takut untuk berbicara, karena dia belum pernah melihat Husein menunjukkan ekspresi seperti itu sebelumnya.Husein bergegas ke rumah sakit swasta, bahkan tidak berniat untuk membawa payung. Langkahnya terhuyung-huyung masuk ke dalam rumah sakit. Pada sa
Setelah mendengar Husein mengajukan pertanyaan itu, sekretaris Lia di kursi depan hampir meneteskan air mata. Bosnya yang tidak pernah menyukai anak-anak, benar-benar berinisiatif untuk peduli dengan gadis kecil di pinggir jalan itu!Mata gadis kecil itu berbinar saat Husein berjalan ke luar pintu mobil. Dia mengulurkan tangan kecilnya untuk membuka pintu dan naik ke dalam mobil dengan penuh keramahan, “Terima kasih, kamu adalah orang yang baik.”Dia dengan patuh menyimpan payung kecilnya dan bahkan mengulurkan tangannya yang gemuk untuk menepuk-nepuk air hujan di sepatunya, agar tidak mengotori bagian dalam mobil.Husein memandang gadis kecil di depannya dengan ekspresi tegas, “Kamu terlalu cepat senang, aku bukan orang baik.”Terutama dia tidak menyukai anak-anak.Gadis kecil itu mendongak dan berkata dengan suara genit anak-anak, “Hmm, apakah kamu bisa makan anak-anak?”Husein merasa apa yang dikatakan anak itu agak aneh. Biasanya dia tidak akan tertarik untuk berurusan dengan anak
“Aku mau ke Carlton Hotel!”Sekretaris Lia di kursi depan segera angkat bicara, “Bos, karena dia ingin pergi ke tempat yang sama dengan kita, bagaimana kalau kita membawanya ke sana.”“Benar, aku akan menurut!”Gadis kecil itu menganggukkan kepalanya dengan patuh. Rambutnya yang dikepang bergoyang beberapa kali di depan Husein. Dia akhirnya setuju dengan ekspresi dingin. Dia menoleh ke luar jendela dan melihat cuaca berkabut, dia teringat dimana hujan empat tahun lalu.Semenjak hari itu, dia sangat tidak menyukai hujan.Mobil terus melaju, melaju dengan perlahan.Di dalam mobil sangat hening.Tidak lama kemudian, lengan baju Husein ditarik, dan terdengar suara manis dari gadis kecil di sebelahnya, “Om, apakah aku boleh bertanya?”“Tidak boleh.”Husein langsung menolak, dan harus dikatakan bahwa anak-anak tidak akan menurut begitu saja.“Om, aku ingin bertanya pertanyaan yang hanya bisa dipahami orang dewasa. Jika om tidak ingin menjawab, atau apakah om takut tidak bisa menjawab, ya? Ti
Setelah mendengar perkataan itu, mata Vina menunjukkan ekspresi kecewa. Mengapa perawat itu tidak membuang sumsum tulangnya? Pasti sangat seru jika seandainya sumsum tulang itu dibuang.Nyonya Handoyo segera berkata, “Nak, kamu lihat, sumsum tulang itu baik-baik saja. Aku hanya ingin berjaga-jaga. Tapi lihatlah, Sisi telah membuatku dan Vina sampai seperti ini, dia harus bertanggung jawab untuk perbuatannya dan harus minta maaf kepada kami.”Sisi yang berdiri di ambang pintu mendengar percakapan kedua perempuan itu, matanya mencibir. Mereka bahkan masih ingin dia meminta maaf, sungguh konyol.Namun, Sisi tidak bersuara, hanya memandang pria yang membelakanginya, ingin mengetahui bagaimana pria itu menangani ini.Suara Husein sangat dingin, “Ibu, apakah kalian tidak tahu apa konsekuensi dari tindakan kalian kali ini? Lagipula, dia bukan lagi Sita yang lemah seperti dulu, dia adalah putri Keluarga Syailendra.”Nada bicara Nyonya Handoyo agak cemas, “Meskipun dia adalah putri Keluarga Sy
Sisi mendengar perkataannya dan menoleh menatap Husein. Tatapan pria itu sedalam tinta.Apa lagi yang ingin dia katakan?Suara pria itu tenang, “Ibuku masih di rumah itu.”“Aku hampir melupakan hal itu jika kamu tidak mengatakannya. Aku belum menyelesaikan masalah itu, bagaimana bisa aku pergi begitu saja?”Sisi tadi sibuk mengatur pengiriman sumsum tulang itu kembali, dan dirinya merasa seperti melupakan sesuatu. Sekarang, kebetulan Husein mengingatkannya.“Jadi bagaimana caramu menangani masalah ini?”“Kamu akan tahu begitu sampai di sana, beberapa hal harus ditangani secara langsung. Kebetulan, ada beberapa hal yang ingin kutanyakan pada Vina.”Sisi berbalik dan menatap sekretarisnya, “Kamu urus dulu pengiriman sumsum tulang ke bandara terlebih dahulu, aku akan segera ke sana setelah menyelesaikan urusan di sini.”Husein dan Sisi meninggalkan rumah sakit bersama.Sisi duduk di dalam mobil dan melihat helikopter lepas landas dari rooftop rumah sakit. Barulah dia mengalihkan pandangan
Keduanya saling menegang untuk beberapa saat.Akhirnya, Husein berkata dengan suara rendah, “Aku tidak akan menghentikanmu untuk mengirim sumsum tulang itu kembali ke Manado.”“Itu adalah pilihan yang terbaik.”Setelah mendengar Husein menyetujui, Sisi tidak menunda lebih lama lagi.Dia memberi perintah kepada dokter penanggung jawab yang menunggu di luar, “Persiapkan segala sesuatunya untuk pengiriman sumsum tulang kembali ke Manado.”Sisi bertanya kepada asistennya, “Apakah helikopter sudah siap?”Asisten mengangguk, “Sudah, sekarang sedang menunggu di rooftop. Begitu sumsum tulang dibawa naik, kami akan segera lepas landas. Kami akan memantau seluruh proses dengan pengawasan ketat, kali ini kami pastikan tidak ada masalah.”“Baguslah, terima kasih atas kerja keras kalian. Ingat untuk tetap berkomunikasi selama perjalanan.”Selama sumsum tulang belum sampai ke Manado, Sisi tidak bisa benar-benar merasa tenang.Pada saat ini, Sisi menerima telepon dari Zidan, dan terdengar suara berat
Husein melihat ekspresi waspada Sisi, “Bisakah kita bicara empat mata?”Sisi mengangguk, dan langsung meminta dokter yang bertanggung jawab serta pengawal untuk keluar.Bagaimanapun, ini adalah Surabaya. Jika sekarang dia langsung bertengkar dengan Husein, maka urusan selanjutnya akan menjadi sulit.Dia tidak ingin ada kesalahan pada saat genting seperti ini!Tak lama kemudian, hanya tersisa mereka berdua di ruangan, namun suasananya sangat tegang.Sisi langsung berkata kepada Husein, “Apa yang ingin kamu bicarakan?”Tadi, Husein bahkan menghentikan dokter untuk mengatur pengiriman sumsum tulang ke Manado. Apakah dia sekarang berubah pikiran?Husein berkata, “Dengan semua yang telah terjadi, menurutku lebih baik pengobatan terakhir dilakukan di Surabaya. Bagaimana menurutmu?”Sisi terkejut, ternyata tebakannya benar.Dia sudah menduga bahwa pria anjing ini akan membuat permintaan seperti itu.Sisi menjawab dengan tenang, “Aku tidak merasa begitu.”Husein mengerutkan kening, “Jika masal
Husein menatapnya dengan serius, tenggorokannya sedikit bergerak-gerak, “Bahkan jika Taufan adalah anakku, apakah kamu masih tidak peduli?”“Apa yang perlu dipedulikan? Lagipula kita sudah bercerai, entah dengan siapa pun kamu memiliki anak, itu tidak ada hubungannya denganku.”Sisi menjawab dengan nada yang sangat tenang dan tidak peduli.Melihat sikap dingin Sisi, Husein langsung menarik dasinya dengan kesal. Meskipun secara hukum memang benar, mendengar kata-kata itu membuatnya merasa sedikit tertekan.Kemudian, sepanjang perjalanan mereka tidak saling berbicara, dan kendaraan bergegas menuju rumah sakit dengan kecepatan tertinggi.Dalam perjalanan, Sisi sudah menyuruh orang untuk pergi ke rumah sakit menemukan perawat yang disebutkan oleh Vina, untuk mencegah perawat itu melarikan diri setelah mengetahui berita tersebut.Sisi dan Husein tiba di rumah sakit dan akhirnya bertemu dengan perawat tersebut.Pada saat ini, perawat itu sudah gemetar ketakutan. Dia baru saja ditangkap dan d
Vina tiba-tiba merasa sedikit gelisah karena dia tidak bisa memastikan apakah perawat itu benar-benar menyimpan sumsum tulangnya. Jika tidak, bukankah Sisi akan benar-benar melukai putranya?Bagaimanapun, putranya masih di tangan Sisi sekarang!Vina hanya bisa dengan cemas memohon kepada Husein, “Kak Husein, kamu sudah berjanji padaku bahwa kamu akan melindungi Taufan selama hidupmu. Kamu tidak bisa mengingkari janjimu.”Nada bicara Husein dingin, “Aku bahkan tidak bisa melindungi putriku, apalagi putra orang lain.”Vina melihat sikap tegas Husein, sehingga membuat hatinya hancur, “Bibi Handoyo, kamu sangat menyayangi Taufan!”Nyonya Handoyo terkejut dan berkata, “Nak, apakah maksudmu Taufan bukan anakmu? Apa yang terjadi?”Vina segera menyela, “Taufan adalah anak dari Keluarga Handoyo. Husein bilang dia ingin memperlakukan Taufan seperti anaknya sendiri! Apa bedanya dengan anak kandung?”Nyonya Handoyo benar-benar tercengang. Dia tidak pernah menyangka bahwa Taufan bukanlah putra Huse
“Jika ingin mendapatkan sumsum tulang itu, sangat sederhana! Minta Sisi berlutut di hadapanku dan meminta maaf, lalu membawa anak beban itu dan jangan pernah kembali ke Surabaya seumur hidupnya, maka aku akan memberikan sumsum tulangnya.”Sisi berbicara dingin, “Sepertinya kamu belum mengetahui akibatnya.”Dia melirik pengawal, kemudian mengambil ponselnya dan langsung terhubung ke panggilan video.Sisi memperlihatkan ponselnya ke Vina dan berkata, “Apakah kamu lihat siapa orang di dalam video ini?”Ada seorang anak laki-laki dengan tangan dan kaki diikat, serta mulutnya ditutup di dalam video tersebut.Anak laki-laki itu adalah Taufan.Ketika Vina melihat putranya diculik, dia langsung panik, “Dasar wanita jahat, apa yang kamu lakukan pada putraku?”“Aku tidak akan melakukan apa pun pada putramu. Berikan saja sumsum tulang itu, dan putramu akan aman.”Vina segera menatap Husein, “Kak Husein, kamu lihat dia memperlakukan Taufan seperti ini. Bagaimana jika Taufan terluka? Kamu berjanji
Situasinya menemui titik buntu.Husein menatapnya, “Aku akan menemukan sumsum tulang itu, aku janji.”“Jaminan apa yang kamu beri? Jika aku tidak bisa menemukan sumsum tulang itu hari ini, aku tidak akan melepaskan mereka berdua. Husein, jika kamu berani, langkahi mayatku!”Sisi berdiri di depannya, dengan dingin dan sombong.Husein tiba-tiba merasa putus asa. Dia melihat ibunya dan berkata, “Bu, Dela adalah putriku. Bagaimana mungkin kamu menyembunyikan sumsum tulang itu? Dia adalah cucu kandungmu!”Nyonya Handoyo terdiam sejenak, lalu berkata dengan ragu-ragu, “Nak, jangan katakan itu untuk menipuku. Bagaimana mungkin anak dari perempuan ini adalah cucuku?”Apakah perempuan ini benar-benar Sita?“Bu, dia adalah Sita. Saat dia pergi, dia sudah hamil, dan anak di dalam perutnya adalah anakku.”“Nak, kamu bilang dia Sita? Tapi bukankah sebelumnya kamu bilang bahwa mereka hanya mirip?”“Bu, aku tidak punya alasan untuk berbohong padamu tentang masalah ini. Dia memang Sita. Awalnya, aku h
“Bukankah kamu bilang bahwa kamu putri Keluarga Syailendra? Kamu sangat mampu, jadi cari sendiri.”Sisi mencengkeram leher Vina dan berkata, “Aku hitung sampai tiga. Jika kamu tidak mengatakannya, maka wajahmu akan hancur. Biar aku lihat wajahmu. Haruskah aku merusak wajahmu?”Vina berkata dengan dingin, “Beraninya kamu!”Sisi berkata dengan tenang, “Tiga, dua ….”Pada detik terakhir, Nyonya Handoyo tidak tahan melihatnya, sehingga dia berteriak, “Aku tahu di mana sumsum tulangnya, jangan lukai dia lagi.”Sisi menatap Nyonya Handoyo dengan dingin, “Sangat bijaksana, selama kamu memberikan sumsum tulangnya, aku akan melepaskan kalian hari ini.”Hanya hari ini!Ketika Nyonya Handoyo hendak berbicara, gerombolan orang tiba-tiba masuk dari gerbang rumah.Husein berjalan maju dan langsung menuju ke ruang makan. Setelah melihat keadaan yang begitu menyedihkan di dalam, wajahnya sedikit berubah!Dia tidak menyangka Sita benar-benar mengambil tindakan.Vina menatapnya dengan penuh harapan, “Ka