Setelah berbicara demikian, pengikutnya pergi sendirian.Jenny sendirian di tengah hujan lebat dengan kecemburuan dan ketidakpercayaan melintas di matanya. Dia berteriak dengan keras, “Aku tidak percaya, aku masih tidak percaya!”Sita adalah seorang yatim piatu yang sangat miskin saat di sekolah dulu. Bagaimana mungkin dia sekarang berubah menjadi seorang perempuan kaya dan memiliki mantan suami terkaya di Surabaya?——Sita duduk di dalam mobil dan bersin. Dia menggosok hidungnya. Kemungkinan Jenny sedang mengata-ngatai dirinya.Mobil mewah itu mengisolasi hujan deras di luar, dan di dalamnya sangat tenang.Pria itu menyerahkan tisu. Sita mengambilnya dengan kasar untuk menyeka hidungnya. Saat itu, ponselnya berdering.Itu adalah panggilan telepon dari Doni, dan dia menjawab tanpa ragu, “Halo kak, ada apa?”“Kamu di mana? Di luar hujan deras, dan hari ini aku memanggil sopir itu karena ada keadaan darurat. Aku tidak menyangka Boni menugaskan sopir itu untuk mengantarmu. Aku baru tahu k
Tatapan Sita dipenuhi kecurigaan, sehingga membuat Husein sangat kesal sampai giginya sakit.Dia menoleh ke samping untuk menatapnya, “Aku orang seperti itu di matamu?”“Bukankah begitu?”“Kapan aku pernah melakukan hal seperti itu?”Sita memukulkan tangannya ke jok kursi dengan keras, “Masih bilang tidak? Bukankah terakhir kali kamu meminta kepala sekolah untuk memberiku saran agar aku mengambil mata kuliah tambahan di departemen musik sehingga aku bisa menunda kelulusan?”Husein seketika menutup mulutnya, dia memang memikirkan hal itu sebelumnya.Tapi bagaimana mungkin dia bisa mengakuinya?Sita menatapnya, “Kenapa kamu tidak mengatakan apapun? Jawab saja.”Husein menyilangkan kakinya dan meletakkan tangan di kursi dengan santai, “Itu karena aku melihat bakatmu dalam bermain piano sebelumnya, jadi aku menyarankan kepada kepala sekolah. Setelah kamu menolaknya, apakah aku memaksamu?”Sita memalingkan wajah dengan kesal. Pria anjing itu sangat cerdik.Mobil itu kembali hening. Husein m
Sita membuka pintu mobil dan turun. Payung di tangan Husein menghalangi air hujan mengenai dirinya.Dia berdiri di depan Husein, “Aku pinjam payungnya dulu. Aku akan ke sana sendiri. Kamu bisa pulang dulu.”Sekarang Sita teringat dirinya lupa mengirim pesan WhatsApp kepada kakaknya kalau dia sudah sampai.Husein tetap tidak bergerak, “Aku akan mengantarmu ke sana.”Pada saat itu, suara kakaknya terdengar dari samping, “Sita!”Sita menoleh dan melihat Doni serta Boni. Mereka juga jelas melihat Husein yang berada di sampingnya.Untuk sesaat, suasana menjadi sedikit tegang.Doni berjalan mendekat lebih dulu dan menatap ke arah Husein dengan wajah dingin, “Kenapa kamu disini?”Nada suara Boni tidak menyenangkan, “Husein, terakhir kali aku sudah memperingatkanmu untuk menjauh dari adikku. Dia sekarang bukan seseorang yang bisa dengan mudah kamu dapatkan. Apakah kamu tidak memahaminya?”Doni menatapnya, “Sita, kemarilah.”Sita berjalan dari bawah payung Husein ke sisi kakaknya, lalu payung d
Setelah perkataan Husein disela, dia melirik Boni, dan menatap Sita lagi dengan enggan.Sita menatapnya, “Aku sudah sampai di rumah. Kamu pulanglah.”Pria itu mengerutkan keningnya, “Ada beberapa hal yang ingin aku katakan padamu.”Apa yang akan dia katakan sebelumnya disela oleh kakak laki-laki Sita, tetapi dia ingin menjelaskan sejelas-jelasnya.“Kita bicarakan nanti saja. Tidak perlu terlalu khawatir sekarang. Kak Doni, Kak Boni, ayo masuk. Di luar hujan deras, dan pakaianku juga sudah basah kuyup.”Sita tidak ingin terus berada di sana lebih lama lagi. Bagaimana jika ada konflik lain?Ketika Doni melihat adik perempuannya yang basah kuyup karena bergegas menghentikannya tadi. Akhirnya Doni hanya bisa mengalah dengan berkata, “Ayo lekas masuk dan berganti pakaian. Jangan sampai masuk angin.”Husein hanya bisa menyaksikannya pergi dan menghilang dari pandangannya.Pria itu berdiri sendirian di tengah hujan lebat, dinginnya air hujan yang menerpa wajahnya. Pria yang biasanya selalu ga
Dari arah Sita, dia hanya bisa melihat gerbang pintu masuk, tapi hujan malam ini sangat lebat yang membuat penglihatannya berkurang. Sehingga tidak mungkin untuk melihat dengan jelas apa yang terjadi di luar.Tapi seharusnya Husein sudah pergi sejak lama.Sita teringat jika Husein baru saja dipukul oleh Doni, tetapi sepertinya pria itu tidak melawan. Ketika Sita memikirkan hal itu, suasana hatinya menjadi sedikit kesal.Dia mengusap wajahnya: [Jangan berlembut hati, jangan pernah goyah!.]Bagaimanapun, bersimpati pada pria adalah awal dari malapetaka!Ketika Sita berbaring di tempat tidur, dia mengeluarkan ponsel dan membuka WhatsApp. Dia melihat beberapa orang menambahkan kontak WhatsApp-nya.Dia membuka dan melihat sebagian besar orang yang menambahkan kontaknya dari grup alumni. Hubungannya dengan orang-orang ini juga biasa-biasa saja sebelumnya, sehingga dia tidak menambahkan mereka ke kontaknya.Sita berinisiatif mengirim pesan kepada sahabatnya, Govi: [Apakah kamu sudah sampai di
Ketika Sita melihat mobil pria anjing itu, dia spontan berbicara kepada Panji di telepon, “Oke, aku ada di luar ruang belajar mandiri. Kemarilah dan temui aku.”“Oke, aku akan segera ke sana.”Setelah telepon ditutup, Sita berdiri sendirian di luar ruang belajar mandiri.Meskipun dia mengetahui bahwa mobil itu milik Husein, dia tidak menghampiri dan berpura-pura tidak mengenalnya.Seketika, pintu mobil terbuka dan pria itu menunduk untuk keluar dari mobil. Dia menatapnya dengan tajam.Sita bisa merasakan tatapan pria anjing itu, sehingga dia melihat ke langit: [Tadi malam hujan badai, tapi hari ini langitnya biru dan cerah.]“Kamu lihat apa? Apakah ada UFO di langit?”Suara pria yang dalam dan tajam itu datang. Husein berdiri di depan tangga, menatapnya, seperti adegan kemarin.Sita tidak bisa berpura-pura untuk menutup mata. Dia berbalik dan melihat Husein di depannya, “Ada sapi terbang di langit, apa kamu tidak melihatnya?”Pria itu tertegun. Matanya merah, karena dia tidak bisa tidu
Sekretaris Husein menelan ludah. Sebenarnya ada jadwal. Tetapi dalam situasi seperti itu, jika dia berani mengangguk, dia pasti tidak akan bisa melihat matahari keesokan harinya.Jadi dia hanya bisa berkata, “Tidak ada jadwal.”Husein mengangguk dengan ekspresi datar, kemudian dia menatap Panji dengan tatapan sedalam tinta yang mengintimidasi!Ketika Panji hendak mengatakan sesuatu, Sita angkat bicara lebih dulu, “Bahkan jika Tuan Husein punya waktu luang, dia tidak akan pergi ke warung pinggir jalan bersama kita. Lagi pula, dia adalah seorang pemuda kaya yang biasa keluar masuk Restoran Michelin, dan dia sangat pemilih.”Keringat dingin bermunculan di dahi Panji. Bagaimana dia merasa bahwa Sita memiliki anggapan yang kuat tentang mantan suaminya?Dia seperti mengatakan bahwa dia tidak ingin makan bersama Husein.Husein sedikit menyipitkan matanya, “Kebetulan aku sudah bosan makan di restoran Michelin. Aku ingin mencoba seperti apa rasanya makan di warung pinggir jalan.”Panji akhirnya
Sita tidak menyangka lantai di sana begitu licin, dia ketakutan sampai berkata dengan panik.“Hati-hati!”“Sita!”Dua pria itu mengulurkan tangan kepadanya secara bersamaan, masing-masing dari mereka meraihnya.Sita spontan juga mencari pegangan untuk menyelamatkan diri, tetapi dia mendengar suara teredam Husein yang menunjukkan semacam rasa kesakitan.Dia tanpa sadar menatap Husein dan menyadari bahwa tangan yang dia pegang adalah tangan kanan Husein yang terluka malam itu.Malam itu, ketika dia pulang dari reuni teman sekelasnya dalam keadaan hujan lebat, mobil tiba-tiba mengerem mendadak, dan Husein yang melindungi dirinya.Akibatnya, lengan Husein juga terluka.Sekarang tampaknya jelas bahwa lengan Husein masih belum membaik.Sita langsung melepaskan lengan Husein dan menarik lengan Panji untuk menyeimbangkan badannya, agar tidak membuat tangan Husein terluka lagi untuk kedua kalinya.Namun, di mata Husein, arti dari adegan itu sama sekali berbeda.Dia melihat Sita melepaskan tanga
Setelah mendengar perkataan itu, mata Vina menunjukkan ekspresi kecewa. Mengapa perawat itu tidak membuang sumsum tulangnya? Pasti sangat seru jika seandainya sumsum tulang itu dibuang.Nyonya Handoyo segera berkata, “Nak, kamu lihat, sumsum tulang itu baik-baik saja. Aku hanya ingin berjaga-jaga. Tapi lihatlah, Sisi telah membuatku dan Vina sampai seperti ini, dia harus bertanggung jawab untuk perbuatannya dan harus minta maaf kepada kami.”Sisi yang berdiri di ambang pintu mendengar percakapan kedua perempuan itu, matanya mencibir. Mereka bahkan masih ingin dia meminta maaf, sungguh konyol.Namun, Sisi tidak bersuara, hanya memandang pria yang membelakanginya, ingin mengetahui bagaimana pria itu menangani ini.Suara Husein sangat dingin, “Ibu, apakah kalian tidak tahu apa konsekuensi dari tindakan kalian kali ini? Lagipula, dia bukan lagi Sita yang lemah seperti dulu, dia adalah putri Keluarga Syailendra.”Nada bicara Nyonya Handoyo agak cemas, “Meskipun dia adalah putri Keluarga Sy
Sisi mendengar perkataannya dan menoleh menatap Husein. Tatapan pria itu sedalam tinta.Apa lagi yang ingin dia katakan?Suara pria itu tenang, “Ibuku masih di rumah itu.”“Aku hampir melupakan hal itu jika kamu tidak mengatakannya. Aku belum menyelesaikan masalah itu, bagaimana bisa aku pergi begitu saja?”Sisi tadi sibuk mengatur pengiriman sumsum tulang itu kembali, dan dirinya merasa seperti melupakan sesuatu. Sekarang, kebetulan Husein mengingatkannya.“Jadi bagaimana caramu menangani masalah ini?”“Kamu akan tahu begitu sampai di sana, beberapa hal harus ditangani secara langsung. Kebetulan, ada beberapa hal yang ingin kutanyakan pada Vina.”Sisi berbalik dan menatap sekretarisnya, “Kamu urus dulu pengiriman sumsum tulang ke bandara terlebih dahulu, aku akan segera ke sana setelah menyelesaikan urusan di sini.”Husein dan Sisi meninggalkan rumah sakit bersama.Sisi duduk di dalam mobil dan melihat helikopter lepas landas dari rooftop rumah sakit. Barulah dia mengalihkan pandangan
Keduanya saling menegang untuk beberapa saat.Akhirnya, Husein berkata dengan suara rendah, “Aku tidak akan menghentikanmu untuk mengirim sumsum tulang itu kembali ke Manado.”“Itu adalah pilihan yang terbaik.”Setelah mendengar Husein menyetujui, Sisi tidak menunda lebih lama lagi.Dia memberi perintah kepada dokter penanggung jawab yang menunggu di luar, “Persiapkan segala sesuatunya untuk pengiriman sumsum tulang kembali ke Manado.”Sisi bertanya kepada asistennya, “Apakah helikopter sudah siap?”Asisten mengangguk, “Sudah, sekarang sedang menunggu di rooftop. Begitu sumsum tulang dibawa naik, kami akan segera lepas landas. Kami akan memantau seluruh proses dengan pengawasan ketat, kali ini kami pastikan tidak ada masalah.”“Baguslah, terima kasih atas kerja keras kalian. Ingat untuk tetap berkomunikasi selama perjalanan.”Selama sumsum tulang belum sampai ke Manado, Sisi tidak bisa benar-benar merasa tenang.Pada saat ini, Sisi menerima telepon dari Zidan, dan terdengar suara berat
Husein melihat ekspresi waspada Sisi, “Bisakah kita bicara empat mata?”Sisi mengangguk, dan langsung meminta dokter yang bertanggung jawab serta pengawal untuk keluar.Bagaimanapun, ini adalah Surabaya. Jika sekarang dia langsung bertengkar dengan Husein, maka urusan selanjutnya akan menjadi sulit.Dia tidak ingin ada kesalahan pada saat genting seperti ini!Tak lama kemudian, hanya tersisa mereka berdua di ruangan, namun suasananya sangat tegang.Sisi langsung berkata kepada Husein, “Apa yang ingin kamu bicarakan?”Tadi, Husein bahkan menghentikan dokter untuk mengatur pengiriman sumsum tulang ke Manado. Apakah dia sekarang berubah pikiran?Husein berkata, “Dengan semua yang telah terjadi, menurutku lebih baik pengobatan terakhir dilakukan di Surabaya. Bagaimana menurutmu?”Sisi terkejut, ternyata tebakannya benar.Dia sudah menduga bahwa pria anjing ini akan membuat permintaan seperti itu.Sisi menjawab dengan tenang, “Aku tidak merasa begitu.”Husein mengerutkan kening, “Jika masal
Husein menatapnya dengan serius, tenggorokannya sedikit bergerak-gerak, “Bahkan jika Taufan adalah anakku, apakah kamu masih tidak peduli?”“Apa yang perlu dipedulikan? Lagipula kita sudah bercerai, entah dengan siapa pun kamu memiliki anak, itu tidak ada hubungannya denganku.”Sisi menjawab dengan nada yang sangat tenang dan tidak peduli.Melihat sikap dingin Sisi, Husein langsung menarik dasinya dengan kesal. Meskipun secara hukum memang benar, mendengar kata-kata itu membuatnya merasa sedikit tertekan.Kemudian, sepanjang perjalanan mereka tidak saling berbicara, dan kendaraan bergegas menuju rumah sakit dengan kecepatan tertinggi.Dalam perjalanan, Sisi sudah menyuruh orang untuk pergi ke rumah sakit menemukan perawat yang disebutkan oleh Vina, untuk mencegah perawat itu melarikan diri setelah mengetahui berita tersebut.Sisi dan Husein tiba di rumah sakit dan akhirnya bertemu dengan perawat tersebut.Pada saat ini, perawat itu sudah gemetar ketakutan. Dia baru saja ditangkap dan d
Vina tiba-tiba merasa sedikit gelisah karena dia tidak bisa memastikan apakah perawat itu benar-benar menyimpan sumsum tulangnya. Jika tidak, bukankah Sisi akan benar-benar melukai putranya?Bagaimanapun, putranya masih di tangan Sisi sekarang!Vina hanya bisa dengan cemas memohon kepada Husein, “Kak Husein, kamu sudah berjanji padaku bahwa kamu akan melindungi Taufan selama hidupmu. Kamu tidak bisa mengingkari janjimu.”Nada bicara Husein dingin, “Aku bahkan tidak bisa melindungi putriku, apalagi putra orang lain.”Vina melihat sikap tegas Husein, sehingga membuat hatinya hancur, “Bibi Handoyo, kamu sangat menyayangi Taufan!”Nyonya Handoyo terkejut dan berkata, “Nak, apakah maksudmu Taufan bukan anakmu? Apa yang terjadi?”Vina segera menyela, “Taufan adalah anak dari Keluarga Handoyo. Husein bilang dia ingin memperlakukan Taufan seperti anaknya sendiri! Apa bedanya dengan anak kandung?”Nyonya Handoyo benar-benar tercengang. Dia tidak pernah menyangka bahwa Taufan bukanlah putra Huse
“Jika ingin mendapatkan sumsum tulang itu, sangat sederhana! Minta Sisi berlutut di hadapanku dan meminta maaf, lalu membawa anak beban itu dan jangan pernah kembali ke Surabaya seumur hidupnya, maka aku akan memberikan sumsum tulangnya.”Sisi berbicara dingin, “Sepertinya kamu belum mengetahui akibatnya.”Dia melirik pengawal, kemudian mengambil ponselnya dan langsung terhubung ke panggilan video.Sisi memperlihatkan ponselnya ke Vina dan berkata, “Apakah kamu lihat siapa orang di dalam video ini?”Ada seorang anak laki-laki dengan tangan dan kaki diikat, serta mulutnya ditutup di dalam video tersebut.Anak laki-laki itu adalah Taufan.Ketika Vina melihat putranya diculik, dia langsung panik, “Dasar wanita jahat, apa yang kamu lakukan pada putraku?”“Aku tidak akan melakukan apa pun pada putramu. Berikan saja sumsum tulang itu, dan putramu akan aman.”Vina segera menatap Husein, “Kak Husein, kamu lihat dia memperlakukan Taufan seperti ini. Bagaimana jika Taufan terluka? Kamu berjanji
Situasinya menemui titik buntu.Husein menatapnya, “Aku akan menemukan sumsum tulang itu, aku janji.”“Jaminan apa yang kamu beri? Jika aku tidak bisa menemukan sumsum tulang itu hari ini, aku tidak akan melepaskan mereka berdua. Husein, jika kamu berani, langkahi mayatku!”Sisi berdiri di depannya, dengan dingin dan sombong.Husein tiba-tiba merasa putus asa. Dia melihat ibunya dan berkata, “Bu, Dela adalah putriku. Bagaimana mungkin kamu menyembunyikan sumsum tulang itu? Dia adalah cucu kandungmu!”Nyonya Handoyo terdiam sejenak, lalu berkata dengan ragu-ragu, “Nak, jangan katakan itu untuk menipuku. Bagaimana mungkin anak dari perempuan ini adalah cucuku?”Apakah perempuan ini benar-benar Sita?“Bu, dia adalah Sita. Saat dia pergi, dia sudah hamil, dan anak di dalam perutnya adalah anakku.”“Nak, kamu bilang dia Sita? Tapi bukankah sebelumnya kamu bilang bahwa mereka hanya mirip?”“Bu, aku tidak punya alasan untuk berbohong padamu tentang masalah ini. Dia memang Sita. Awalnya, aku h
“Bukankah kamu bilang bahwa kamu putri Keluarga Syailendra? Kamu sangat mampu, jadi cari sendiri.”Sisi mencengkeram leher Vina dan berkata, “Aku hitung sampai tiga. Jika kamu tidak mengatakannya, maka wajahmu akan hancur. Biar aku lihat wajahmu. Haruskah aku merusak wajahmu?”Vina berkata dengan dingin, “Beraninya kamu!”Sisi berkata dengan tenang, “Tiga, dua ….”Pada detik terakhir, Nyonya Handoyo tidak tahan melihatnya, sehingga dia berteriak, “Aku tahu di mana sumsum tulangnya, jangan lukai dia lagi.”Sisi menatap Nyonya Handoyo dengan dingin, “Sangat bijaksana, selama kamu memberikan sumsum tulangnya, aku akan melepaskan kalian hari ini.”Hanya hari ini!Ketika Nyonya Handoyo hendak berbicara, gerombolan orang tiba-tiba masuk dari gerbang rumah.Husein berjalan maju dan langsung menuju ke ruang makan. Setelah melihat keadaan yang begitu menyedihkan di dalam, wajahnya sedikit berubah!Dia tidak menyangka Sita benar-benar mengambil tindakan.Vina menatapnya dengan penuh harapan, “Ka