Tangan Husein perlahan-lahan mengepal. Bibirnya yang tipis menjadi sedikit lebih dingin, “Coba saja, jangan lupa ini Surabaya! Ini bukan wilayah kakak-kakakmu, dan mereka tidak punya hak untuk mengambil anakku.”Suasana di antara keduanya menjadi tegang.Sita tertawa dan menatapnya dengan ekspresi konyol, “Tapi aku tidak pernah mengatakan bahwa anak yang ada di dalam perutku adalah anakmu.”Pria itu berhenti sejenak, “Apa maksudmu?”“Secara harfiah, apakah kamu tidak mengerti?”Sita ingin menarik tangannya, tetapi pria itu memegang bahunya. Matanya memerah, “Jika itu bukan anakku, itu anak siapa lagi?”Ryan dan Boni adalah kakak laki-lakinya, dan pria yang selama ini digosipkan juga berasal dari keluarga Syailendra.Jadi, tidak ada pria lain di sekitar Sita.Jadi dia adalah satu-satunya pria yang dia miliki, dan anak di dalam perutnya juga miliknya!Sita menahan rasa sakit di dalam hatinya. Dia berpura-pura tenang untuk menatapnya, “Sebenarnya, aku juga tidak tahu. Sebelum kamu mengaju
Setelah mendengar suara Nenek, ekspresi Sita berubah ketakutan.Apakah Nenek mendengar semua percakapannya tadi?Dia seketika merasa sedikit gelisah. Bagaimanapun juga, Nenek adalah orang yang paling tidak ingin dia sakiti.Mereka berdua keluar bersamaan dan melihat Nenek berdiri di luar. Ekspresi Sita sedikit tidak wajar, “Nenek.”“Apa yang kamu lakukan? Cepatlah makan malam. Aku melihat kalian belum kembali, jadi aku pikir kamu jatuh di kamar mandi. Karena itu aku datang untuk memeriksanya.”Setelah mendengar hal itu, Sita menghela napas lega, “Nek, kami hanya mengobrol sebentar dan agak membuang waktu.”Dia berinisiatif meraih lengan Nenek dan mereka berjalan menuju dapur bersama-sama.Husein menatap punggung Sita dari belakang, dan tatapannya menjadi sangat dalam.Setelah selesai makan, Sita mengabaikan pria yang duduk di seberangnya.Dia menatap Nenek dan berkata, “Nek, istirahatlah. Aku pergi dulu. Lain kali, aku akan menemuimu lagi.”“Oke, sebelum kamu pergi dan kembali ke Manad
Boni berdiri di luar sambil melirik Husein dengan tatapan menantang. Dia berkata dengan santai, “Mulai sekarang, keluarga kami akan menyiapkan sopir pribadi untuk mengantar dan menjemput Sita. Ngomong-ngomong, keluarga kami juga sudah menyiapkan banyak mobil sport untuknya. Jadi dia sama sekali tidak butuh menumpang mobil tua milik pria lain.”Boni sengaja meremehkan mobil mewah Husein yang sangat berbeda dengan model terbaru yang dia beli hari ini.Husein berdiri di tempat menyaksikan Boni membawa Sita pergi. Dia segera mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Gilang, “Apakah kamu ada waktu? Temani aku ke dealer MG.”Setengah jam kemudian, keduanya bertemu di luar dealer MG.Ekspresi Gilang ragu-ragu, “Kak Husein, aku mendengar rumor akhir-akhir ini. Aku ingin tahu apakah itu benar?”Husein menebak apa yang akan Gilang katakan sehingga dia langsung memasang ekspresi tegas, “Diamlah.”“Kak, jangan terlalu dingin. Adikmu datang untuk menemanimu, jadi bisakah kamu memuaskan rasa ingin tahu
Sita sebenarnya tidak tertarik dengan reuni SMA. Tetapi ketika dia mendengar kata ketua kelas, dia tahu alasan sahabatnya, Govi ingin ikut.Lagi pula, Govi naksir ketua kelas!Sita tersenyum dan berkata sambil menggoda, “Govi, kamu ingin menghadiri reuni atau bertemu dengan ketua kelas?”“Uhuk-uhuk. Sita, jangan katakan itu. Aku hanya memikirkan tentang reuni kelas yang diadakan oleh ketua kelas. Jika orang yang datang lebih sedikit, itu tidak akan bagus. Tapi aku sedikit malu untuk datang sendirian. Apakah kamu bisa menemaniku?”“Tentu saja bisa.”Bagaimana mungkin Sita bisa menolak permintaan sahabatnya. Bagaimanapun, ada suatu kejadian antara Govi dan ketua kelas sebelumnya. Kebetulan, perusahaan tempat Govi magang sama dengan ketua kelas. Pasti komunikasi di antara keduanya telah meningkat secara signifikan.Dia berharap reuni ini bisa lebih menghangatkan hubungan antara Govi dan ketua kelas.“Kalau begitu aku akan memasukkan kamu ke grup WhatsApp alumni siswa.“Oke.”Setelah menut
Sita terdiam sejenak. Apakah ini yang namanya kekuatan uang?Dia teringat pengumuman dikeluarkannya Dian, sehingga dia tidak tahan untuk tidak mengatakannya, “Kak Yoga, aku melihat pengumuman Dian dikeluarkan hari ini. Bagaimana dengan Linda?”Akhir-akhir ini, semua orang diam dan tidak menyebutkan keberadaan Linda. Yoga menjawab dengan ekspresi dingin, “Keluarga Handoyo akan menuntut Linda karena dengan sengaja melukai seseorang. Kelima kakakmu sedikit mendorongnya, tetapi Linda masih di dalam penjara. Kita akan mengajukan gugatan nanti. Dia tidak akan dibebaskan untuk saat ini.”Mata Yoga gelap. Pada dasarnya, sekarang dapat dipastikan bahwa Linda-lah yang dengan sengaja membuat masalah dan menyembunyikan keberadaan Sita. Hal itu menyebabkan Keluarga Syailendra tidak dapat menemukan Sita selama bertahun-tahun.Hanya dipenjara adalah hukuman yang terlalu ringan bagi Linda.Jika dia berada di Manado, dia pasti akan membuat hidup Linda tidak tenang.“Aku mendengar Linda pernah mengatak
Sita melirik nama restoran itu dan memang restoran itu relatif mahal. Bisa dikatakan membutuhkan member.“Sita, apa yang kamu lihat? Apakah grup alumni membahas sesuatu?”“Tidak membahas apa-apa, mereka hanya menyebutkan tempat makan malam ini.”Boni mendongak dari sofa, “Sita, di mana kamu akan makan malam ini?”“Di restoran Epicentrum.”“Restoran itu memiliki rasa yang biasa-biasa aja, bukan? Aku juga memiliki kartu member di sana, karena pemiliknya bersikeras memberiku. Kamu bisa memberikan nomor teleponku dan tagihannya atas namaku saja!”Sita tersenyum, “Tidak perlu, toh sudah ada yang mentraktir.”Barusan dia melihat Jenny di grup mengatakan jika Panji yang akan mentraktir. Jika dia yang mentraktir pada saat seperti ini, dia pasti akan menarik perhatian semua orang dan bahkan dapat menyebabkan kehebohan yang tidak perlu.Dia tidak ingin terlihat mencolok dalam situasi saat ini, itu tidak perlu.Di malam hari, Sita mengemasi tasnya dan meninggalkan sekolah dengan taksi untuk ke re
“Dulu aku memang yatim piatu, bukan berarti sekarang aku juga masih yatim piatu. Aku juga punya keluarga!”“Hmm, jangan berbohong. Apakah kamu akan mengatakan jika kamu telah menemukan keluargamu dan mereka sangat kaya, sehingga kamu telah berubah dari yatim piatu menjadi nyonya muda yang kaya?”Sita mengangguk, “Tidak bisakah?”“Hahaha, Sita, kamu bohong karena tidak bisa memberikan alasan yang lebih masuk akal. Kamu terlalu banyak menonton sinetron, ini hanya ada di adegan drama TV, bahkan tidak mungkin ada di kehidupan nyata. Sadarlah.”Sita.Saat itu, sebuah mobil Porsche berhenti dan seorang pria dengan setelan jas dan sepatu kulit turun. Dia mengenakan kacamata berbingkai emas dan berpenampilan layaknya kaum elit perkotaan.Setelah melihat pria itu, mata Jenny seketika berbinar, “Panji, di sini!”Panji segera berjalan ke arah mereka dengan senyuman lembut dan tampan, “Mengapa kalian berdiri di depan pintu? Apakah kalian tidak lelah? Sebutkan saja namaku dan mereka akan membawa ka
Sita tersenyum canggung dan sopan, “Ini tidak seberapa dibandingkan denganmu, Panji.”Jenny di sebelahnya tidak bisa menahan diri untuk tidak berkata, “Bahkan jika Sita mendapatkan juara pertama, apa yang terjadi? Kudengar dia putus kuliah demi seorang pria, dan seharusnya sekarang dia hanya memiliki gelar lulusan SMA. Perusahaan besar mana yang ingin menerima seseorang dengan lulusan SMA?”Pengikut Jenny melanjutkan, “Benar, pendidikan adalah kunci kesuksesan saat ini.”Jenny berkata dengan nada prihatin, “Sita, aku benar-benar kasihan padamu. Prestasi akademismu sangat bagus saat itu, dan kamu diterima di universitas bergengsi, tapi sayang sekali kamu keluar demi seorang pria. Jika kamu memiliki gelar dari universitas bergengsi sekarang dan memenangkan penghargaan ini, akan mudah untuk mendapatkan pekerjaan yang baik.”“Siapa bilang Sita hanya lulusan SMA?”Govi mendorong pintu dan masuk dengan sangat berapi-api. Dia membentak Jenny, “Sita sudah mempersiapkan perbaikan ujian di sekol
Setelah mendengar perkataan itu, mata Vina menunjukkan ekspresi kecewa. Mengapa perawat itu tidak membuang sumsum tulangnya? Pasti sangat seru jika seandainya sumsum tulang itu dibuang.Nyonya Handoyo segera berkata, “Nak, kamu lihat, sumsum tulang itu baik-baik saja. Aku hanya ingin berjaga-jaga. Tapi lihatlah, Sisi telah membuatku dan Vina sampai seperti ini, dia harus bertanggung jawab untuk perbuatannya dan harus minta maaf kepada kami.”Sisi yang berdiri di ambang pintu mendengar percakapan kedua perempuan itu, matanya mencibir. Mereka bahkan masih ingin dia meminta maaf, sungguh konyol.Namun, Sisi tidak bersuara, hanya memandang pria yang membelakanginya, ingin mengetahui bagaimana pria itu menangani ini.Suara Husein sangat dingin, “Ibu, apakah kalian tidak tahu apa konsekuensi dari tindakan kalian kali ini? Lagipula, dia bukan lagi Sita yang lemah seperti dulu, dia adalah putri Keluarga Syailendra.”Nada bicara Nyonya Handoyo agak cemas, “Meskipun dia adalah putri Keluarga Sy
Sisi mendengar perkataannya dan menoleh menatap Husein. Tatapan pria itu sedalam tinta.Apa lagi yang ingin dia katakan?Suara pria itu tenang, “Ibuku masih di rumah itu.”“Aku hampir melupakan hal itu jika kamu tidak mengatakannya. Aku belum menyelesaikan masalah itu, bagaimana bisa aku pergi begitu saja?”Sisi tadi sibuk mengatur pengiriman sumsum tulang itu kembali, dan dirinya merasa seperti melupakan sesuatu. Sekarang, kebetulan Husein mengingatkannya.“Jadi bagaimana caramu menangani masalah ini?”“Kamu akan tahu begitu sampai di sana, beberapa hal harus ditangani secara langsung. Kebetulan, ada beberapa hal yang ingin kutanyakan pada Vina.”Sisi berbalik dan menatap sekretarisnya, “Kamu urus dulu pengiriman sumsum tulang ke bandara terlebih dahulu, aku akan segera ke sana setelah menyelesaikan urusan di sini.”Husein dan Sisi meninggalkan rumah sakit bersama.Sisi duduk di dalam mobil dan melihat helikopter lepas landas dari rooftop rumah sakit. Barulah dia mengalihkan pandangan
Keduanya saling menegang untuk beberapa saat.Akhirnya, Husein berkata dengan suara rendah, “Aku tidak akan menghentikanmu untuk mengirim sumsum tulang itu kembali ke Manado.”“Itu adalah pilihan yang terbaik.”Setelah mendengar Husein menyetujui, Sisi tidak menunda lebih lama lagi.Dia memberi perintah kepada dokter penanggung jawab yang menunggu di luar, “Persiapkan segala sesuatunya untuk pengiriman sumsum tulang kembali ke Manado.”Sisi bertanya kepada asistennya, “Apakah helikopter sudah siap?”Asisten mengangguk, “Sudah, sekarang sedang menunggu di rooftop. Begitu sumsum tulang dibawa naik, kami akan segera lepas landas. Kami akan memantau seluruh proses dengan pengawasan ketat, kali ini kami pastikan tidak ada masalah.”“Baguslah, terima kasih atas kerja keras kalian. Ingat untuk tetap berkomunikasi selama perjalanan.”Selama sumsum tulang belum sampai ke Manado, Sisi tidak bisa benar-benar merasa tenang.Pada saat ini, Sisi menerima telepon dari Zidan, dan terdengar suara berat
Husein melihat ekspresi waspada Sisi, “Bisakah kita bicara empat mata?”Sisi mengangguk, dan langsung meminta dokter yang bertanggung jawab serta pengawal untuk keluar.Bagaimanapun, ini adalah Surabaya. Jika sekarang dia langsung bertengkar dengan Husein, maka urusan selanjutnya akan menjadi sulit.Dia tidak ingin ada kesalahan pada saat genting seperti ini!Tak lama kemudian, hanya tersisa mereka berdua di ruangan, namun suasananya sangat tegang.Sisi langsung berkata kepada Husein, “Apa yang ingin kamu bicarakan?”Tadi, Husein bahkan menghentikan dokter untuk mengatur pengiriman sumsum tulang ke Manado. Apakah dia sekarang berubah pikiran?Husein berkata, “Dengan semua yang telah terjadi, menurutku lebih baik pengobatan terakhir dilakukan di Surabaya. Bagaimana menurutmu?”Sisi terkejut, ternyata tebakannya benar.Dia sudah menduga bahwa pria anjing ini akan membuat permintaan seperti itu.Sisi menjawab dengan tenang, “Aku tidak merasa begitu.”Husein mengerutkan kening, “Jika masal
Husein menatapnya dengan serius, tenggorokannya sedikit bergerak-gerak, “Bahkan jika Taufan adalah anakku, apakah kamu masih tidak peduli?”“Apa yang perlu dipedulikan? Lagipula kita sudah bercerai, entah dengan siapa pun kamu memiliki anak, itu tidak ada hubungannya denganku.”Sisi menjawab dengan nada yang sangat tenang dan tidak peduli.Melihat sikap dingin Sisi, Husein langsung menarik dasinya dengan kesal. Meskipun secara hukum memang benar, mendengar kata-kata itu membuatnya merasa sedikit tertekan.Kemudian, sepanjang perjalanan mereka tidak saling berbicara, dan kendaraan bergegas menuju rumah sakit dengan kecepatan tertinggi.Dalam perjalanan, Sisi sudah menyuruh orang untuk pergi ke rumah sakit menemukan perawat yang disebutkan oleh Vina, untuk mencegah perawat itu melarikan diri setelah mengetahui berita tersebut.Sisi dan Husein tiba di rumah sakit dan akhirnya bertemu dengan perawat tersebut.Pada saat ini, perawat itu sudah gemetar ketakutan. Dia baru saja ditangkap dan d
Vina tiba-tiba merasa sedikit gelisah karena dia tidak bisa memastikan apakah perawat itu benar-benar menyimpan sumsum tulangnya. Jika tidak, bukankah Sisi akan benar-benar melukai putranya?Bagaimanapun, putranya masih di tangan Sisi sekarang!Vina hanya bisa dengan cemas memohon kepada Husein, “Kak Husein, kamu sudah berjanji padaku bahwa kamu akan melindungi Taufan selama hidupmu. Kamu tidak bisa mengingkari janjimu.”Nada bicara Husein dingin, “Aku bahkan tidak bisa melindungi putriku, apalagi putra orang lain.”Vina melihat sikap tegas Husein, sehingga membuat hatinya hancur, “Bibi Handoyo, kamu sangat menyayangi Taufan!”Nyonya Handoyo terkejut dan berkata, “Nak, apakah maksudmu Taufan bukan anakmu? Apa yang terjadi?”Vina segera menyela, “Taufan adalah anak dari Keluarga Handoyo. Husein bilang dia ingin memperlakukan Taufan seperti anaknya sendiri! Apa bedanya dengan anak kandung?”Nyonya Handoyo benar-benar tercengang. Dia tidak pernah menyangka bahwa Taufan bukanlah putra Huse
“Jika ingin mendapatkan sumsum tulang itu, sangat sederhana! Minta Sisi berlutut di hadapanku dan meminta maaf, lalu membawa anak beban itu dan jangan pernah kembali ke Surabaya seumur hidupnya, maka aku akan memberikan sumsum tulangnya.”Sisi berbicara dingin, “Sepertinya kamu belum mengetahui akibatnya.”Dia melirik pengawal, kemudian mengambil ponselnya dan langsung terhubung ke panggilan video.Sisi memperlihatkan ponselnya ke Vina dan berkata, “Apakah kamu lihat siapa orang di dalam video ini?”Ada seorang anak laki-laki dengan tangan dan kaki diikat, serta mulutnya ditutup di dalam video tersebut.Anak laki-laki itu adalah Taufan.Ketika Vina melihat putranya diculik, dia langsung panik, “Dasar wanita jahat, apa yang kamu lakukan pada putraku?”“Aku tidak akan melakukan apa pun pada putramu. Berikan saja sumsum tulang itu, dan putramu akan aman.”Vina segera menatap Husein, “Kak Husein, kamu lihat dia memperlakukan Taufan seperti ini. Bagaimana jika Taufan terluka? Kamu berjanji
Situasinya menemui titik buntu.Husein menatapnya, “Aku akan menemukan sumsum tulang itu, aku janji.”“Jaminan apa yang kamu beri? Jika aku tidak bisa menemukan sumsum tulang itu hari ini, aku tidak akan melepaskan mereka berdua. Husein, jika kamu berani, langkahi mayatku!”Sisi berdiri di depannya, dengan dingin dan sombong.Husein tiba-tiba merasa putus asa. Dia melihat ibunya dan berkata, “Bu, Dela adalah putriku. Bagaimana mungkin kamu menyembunyikan sumsum tulang itu? Dia adalah cucu kandungmu!”Nyonya Handoyo terdiam sejenak, lalu berkata dengan ragu-ragu, “Nak, jangan katakan itu untuk menipuku. Bagaimana mungkin anak dari perempuan ini adalah cucuku?”Apakah perempuan ini benar-benar Sita?“Bu, dia adalah Sita. Saat dia pergi, dia sudah hamil, dan anak di dalam perutnya adalah anakku.”“Nak, kamu bilang dia Sita? Tapi bukankah sebelumnya kamu bilang bahwa mereka hanya mirip?”“Bu, aku tidak punya alasan untuk berbohong padamu tentang masalah ini. Dia memang Sita. Awalnya, aku h
“Bukankah kamu bilang bahwa kamu putri Keluarga Syailendra? Kamu sangat mampu, jadi cari sendiri.”Sisi mencengkeram leher Vina dan berkata, “Aku hitung sampai tiga. Jika kamu tidak mengatakannya, maka wajahmu akan hancur. Biar aku lihat wajahmu. Haruskah aku merusak wajahmu?”Vina berkata dengan dingin, “Beraninya kamu!”Sisi berkata dengan tenang, “Tiga, dua ….”Pada detik terakhir, Nyonya Handoyo tidak tahan melihatnya, sehingga dia berteriak, “Aku tahu di mana sumsum tulangnya, jangan lukai dia lagi.”Sisi menatap Nyonya Handoyo dengan dingin, “Sangat bijaksana, selama kamu memberikan sumsum tulangnya, aku akan melepaskan kalian hari ini.”Hanya hari ini!Ketika Nyonya Handoyo hendak berbicara, gerombolan orang tiba-tiba masuk dari gerbang rumah.Husein berjalan maju dan langsung menuju ke ruang makan. Setelah melihat keadaan yang begitu menyedihkan di dalam, wajahnya sedikit berubah!Dia tidak menyangka Sita benar-benar mengambil tindakan.Vina menatapnya dengan penuh harapan, “Ka