Selama seminggu ke depan Kirei selalu disibukkan dengan rencana pernikahannya. Mommy Carol benar-benar membuat Kirei pusing karena begitu banyak hal yang mommy Carol tanyakan pada Kirei, padahal Kirei tidak memahami apapun.
Entah soal gaun pengantin, lokasi pesta, menu makanan, undangan, souvenir dan lain sebagainya. Terlalu banyak hingga Kirei sendiri lupa! Kirei tidak menyangka kalau menyiapkan acara pernikahan akan seribet ini!
“Mom, aku ikut apa yang menurut Mommy baik aja,” ucap Kirei pasrah, tidak ingin menuntut terlalu banyak.
“Tapi ini kan pernikahan kamu, Sayang. Jadi harus sesuai dengan keinginan calon pengantinnya.”
“Kalau gitu Mommy tanya Rafael aja. Aku terserah Rafael.”
“Rafael sudah beberapa hari ini sibuk di rumah sakit, dia harus menyelesaikan pekerjaannya sebelum menikah agar kalian bisa langsung honeymoon nantinya.”
Ucapan mommy Carol membuat Kirei tersedak minumannya sendiri
“Astaga! Apa yang kamu takuti, Kirei? Kamu takut aku memperkosamu?” tanya Rafael kesal, tidak sadar kalau disana masih ada mommy Carol yang terbahak mendengar pertanyaan putranya pada calon istrinya sendiri.“Tenang saja, Kirei. Rafael tidak akan berani memperkosamu. Lagipula sebentar lagi Rafa juga akan mendapatkan haknya sebagai suamimu, dia hanya perlu bersabar selama beberapa hari lagi,” ucap mommy Carol membuat wajah Kirei memerah.“Kamu dengar ucapan Mommyku barusan kan? Tenang saja aku tidak akan memperkosamu. Aku hanya akan melakukannya setelah kita resmi menikah nanti!” balas Rafael cuek membuat Kirei semakin memberengut antara kesal dan malu!Terpaksa, Kirei mengikuti langkah Rafael menuju kamar dan tangannya bersedekap di depan dada.“Apa yang mau dibicarakan?”“Duduklah dulu. Apa kamu mau berdiri terus menerus seperti itu?”Kirei mendengus pelan dan melangkah menuju sofa
Setibanya di lantai bawah, Kirei menemukan mommy Carol sedang bersantai dengan daddy Rayhan dan putra keduanya, Reynard. Meski enggan Kirei tetap harus pamit pulang kan? Tidak mungkin Kirei melewati mereka begitu saja! Akan tidak sopan!Kirei menghapus air matanya dan berdoa agar bibirnya tidak terlihat terlalu bengkak setelah ulah Rafael barusan. Perlahan Kirei maju mendekati mereka dan memasang senyum lebar.“Mom, Dad, aku mau pamit pulang dulu. Kasian Mama di rumah sendirian.”“Rafael dimana? Biar dia yang akan mengantar kamu pulang, Sayang.”“Tidak perlu, Mom! Aku bisa pulang sendiri. Aku permisi!”“Biar aku yang antar Kirei pulang, Mom!” ujar Reynard cepat, berinisiatif saat melihat wajah Kirei yang menampakkan berbagai macam emosi. Sedih. Marah. Frustasi.‘Apa Rafael berbuat sesuatu pada Kirei?’ batin Reynard keheranan.Melihat gelagat aneh Kirei terpaksa mommy Carol me
“Aku akan memaafkanmu kalau kamu janji tidak akan memaksaku lagi seperti kemarin!” balas Kirei membuat Rafael pusing karena tidak yakin dapat menepatinya. Rafael terdiam mendengar ucapan Kirei, batinnya bertanya-tanya apakah bisa seperti itu? Apakah dirinya bisa selalu menahan diri saat bersama dengan Kirei? Rasanya mustahil apalagi mereka akan tinggal satu rumah! Dan tidur dalam satu kamar! “Rafa?” panggil Kirei tidak sabar karena tidak mendengar jawaban apapun dari pria yang sedang duduk di hadapannya. “Hmm?” “Apa kamu bisa janji tidak akan memaksaku lagi seperti kemarin?” “Aku tidak yakin, Kirei. Apalagi setelah menikah nanti kita akan tinggal serumah. Kamu tau sendiri kalau aku pria dewasa yang normal. Aku tidak yakin bisa selalu menahan diri setiap kali melihat istriku sendiri nantinya,” aku Rafael jujur. Kejujuran Rafael membuat kemarahan Kirei sedikit berkurang karena setidaknya pria itu jujur dan tidak asal menjawab, meski begitu tetap saja Kirei merasa kesal karena Rafae
“Vanya!”“Akhirnya datang juga. Mau kemana dulu ya enaknya?”“Keliling dulu aja. Cuci mata, nanti kalau udah capek baru cari tempat enak buat makan sambil ngobrol,” usul Kirei.“Sounds good! Let’s go!”Lebih dari dua jam kedua gadis itu berputar-putar keliling mall, awalnya hendak nonton bioskop tapi ternyata tidak ada film yang menarik membuat mereka mengurungkan niatnya. Dan sekarang setelah lelah jalan-jalan, Kirei dan Vanya memutuskan untuk duduk meredakan rasa haus dan lapar di salah satu restoran yang ada di dalam mall itu.“Pesen aja, Ki. Gue traktir!”“Tumben? Dalam rangka apa?”“Gak ada apa-apa sih. Tapi Bokap baru kasih uang jajan bulanan!” kekeh Vanya membuat sebersit rasa iri menggelayuti hati Kirei tanpa dapat dicegah.Ahh! Enaknya jika masih memiliki orangtua lengkap seperti Vanya. Kirei tidak pernah berharap dapat hidup seka
Kirei sedang mengantar mamanya untuk cuci darah rutin di rumah sakit Permata Indah dan saat sedang berada di kamar mandi dirinya mendengar bisik-bisik suster disana yang asyik bergosip. “Dengar-dengar dokter Rafael mau menikah sebentar lagi lho.” “Iya! Aku juga dengar berita itu, aku pikir hanya sekedar gossip ternyata beneran ya? Duh! Aku gak punya kesempatan lagi untuk deketin si dokter ganteng dong?” “Penasaran mau liat calon istrinya deh! Pasti cantik banget kali ya sampe bisa dapatin hati si dokter ganteng,” tebak salah satu suster membuat Kirei menatap dirinya sendiri dari pantulan cermin di hadapannya. ‘Mana ada aku cantik pake banget? Cantik sih tapi gak pake banget juga!’ batin Kirei, jadi semakin takut sendiri karena Kirei sepenuhnya sadar kalau dirinya benar-benar tidak sederajat jika disandingkan dengan Rafael! Dan karena tidak sanggup mendengar perbincangan mereka lebih lama lagi jadi Kirei memutuskan untuk pergi dari toilet secepatnya, daripada dirinya semakin insecu
“Mau ambil gelas yang mana?” tanya Rafael dengan nada rendah mengagetkan Kirei hingga membuat gadis itu terpekik kaget dan oleng seketika!Refleks, Rafael menangkap pinggang Kirei ke dalam pelukannya, jika tidak, dapat dipastikan kalau Kirei pasti akan meluncur mulus diatas lantai!“Kamu kenapa kesini?! Bukannya aku udah bilang tunggu di ruang tamu! Ngagetin aja!” omel Kirei dan melompat turun dari pijakan kayu serta tidak lupa berusaha melepaskan diri dari pelukan Rafael, apalagi tangan pria itu masih berada di pinggang Kirei! Wajah Kirei memerah tanpa dapat dicegah saat mendapati tangan Rafael melingkari pinggangnya!Belum pernah ada pria yang berani memeluknya atau melingkarkan tangannya di pinggang Kirei seperti ini. Hanya Rafael saja yang berani melakukannya! Apa karena Rafael adalah calon suaminya makanya pria itu berani melakukannya? Atau memang itu hanya gerakan refleks dari Rafael? Menyelamatkan Kirei agar tidak mencium lantai!
Kirei menatap pantulan wajahnya di cermin dengan gugup, tidak menyangka kalau hari ini akhirnya akan datang juga! Hari pernikahannya dengan Rafael. Ya Tuhan! Apa Kirei sudah mengambil keputusan yang tepat?Bagaimana bisa Kirei menyetujui pernikahan gila ini dengan pria yang tidak memiliki perasaan apapun padanya? Apakah Kirei masih memiliki waktu untuk melarikan diri? Bisakah ia melakukannya?Kirei menatap ke sekeliling ruang tunggunya yang sepi, hanya ada satu orang WO yang berjaga di dekatnya jika sewaktu-waktu Kirei butuh bantuan. Tapi saat ini yang Kirei butuhkan adalah bantuan untuk melarikan diri!Apakah crew WO itu bisa membantunya? Kirei menggeleng pelan, berusaha menjernihkan pikirannya yang sudah setengah gila saking gugupnya.‘Tidak! Kamu jangan gila, Kirei! Tenangkan dirimu, semuanya pasti akan baik-baik saja. Setelah ini Mama akan operasi transplantasi ginjal dan tidak lama kemudian Rafael akan menceraikanmu, kamu hanya perlu giat membu
Kirei berganti dengan kimono hotel dan pemandangan itu membuat ingatan Rafael melayang pada saat mereka bertemu pertama kali. Karena kesalahpahaman itulah yang membuat Rafael akhirnya dapat menikah dengan Kirei hari ini.Kirei mencoba beristirahat sebentar sebelum harus kembali memperbaiki make up nya yang sudah luntur akibat airmatanya tadi. Tubuhnya terasa lelah, terlebih lagi karena harus mengenakan gaun yang lumayan berat. Tubuh mungil Kirei terasa pegal karena gaun pengantinnya sendiri.Acara sore ini akhirnya dimulai, saat ini hanya acara santai untuk berbincang dengan teman dan keluarga. Kirei cukup lelah saat Rafael memperkenalkan Kirei kepada rekan sejawat ataupun rekan bisnis daddy Rayhan. Kenapa bisa begitu banyak?Setelah memiliki waktu untuk istirahat sebentar, mata Kirei berkeliling mencari mama Inara dan menemukannya sedang ngobrol dengan Vanya. Duduk nyaman di salah satu area kursi VIP, khusus untuk keluarga.Kirei mengingatkan dirinya sen
Mata Kirei membola terkejut, otaknya mulai memahami apa yang terjadi. “Kalian berdua udah jadian?” tanya Kirei memastikan kepada Vanya. Regan mengernyit, tidak memahami arti ucapan Kirei membuat mommy muda itu tersadar dan kembali memperbaiki pertanyaannya. “Yes, we are officially dating!” jawab Regan, jawaban yang membuat pekik kebahagiaan Kirei muncul begitu saja. Sesaat Kirei lupa kalau dirinya baru melahirkan! Dan saat merasakan sentakan rasa nyeri di bagian sensitifnya, barulah Kirei meringis membuat Rafael khawatir. “Astaga, kamu jangan bergerak mendadak seperti itu, Kirei! Gimana kalau jahitan kamu terbuka lagi?” omel Rafael setengah hati dengan raut cemas. “Sorry! Aku kaget, nggak nyangka akhirnya kedua sahabatku ini resmi berubah status menjadi sepasang kekasih!” ucap Kirei dengan wajah berbinar. Tampak jelas Kirei begitu tulus saat mengucapkan kalimat itu. Regan tersenyum kecil dan mengangguk. “Aku bersyukur karena Tuhan mempertemukanku dengan Vanya di hari pernikahan k
Tiga bulan kemudian….Kirei mengernyit saat perutnya terasa diremas, sudah sejak siang tadi Kirei merasakan hal ini tapi biasanya akan mereda dengan sendirinya dan dokter Reni juga sudah memberitahu Kirei kalau itu dinamakan dengan kontraksi palsu, tapi entah kenapa kali ini Kirei merasa remasan yang dirasakannya semakin kuat.Kirei menggigit bibir, tangannya refleks terjulur, berusaha membangunkan Rafael yang asyik tertidur pulas tanpa menyadari kalau sang istri sedang begitu kewalahan merasa desakan rasa sakit pada perutnya.“Rafa, bangun!” ucap Kirei berusaha mengguncang lengan Rafael, tidak peduli meski nanti pria itu terbangun dengan kepala pusing karena Kirei membangunkannya dengan tiba-tiba dan tergesa seperti ini. Disaat rasa mulas yang sudah begitu hebat mana iya Kirei memikirkan hal seperti itu lagi!Rafael yang merasakan guncangan pada lengannya langsung bangun dengan kaget, panik ia memandang sekeliling dan menemukan Kirei s
Kirei menebah dadanya dengan kaget, tidak menduga akan mendengar berita yang begitu tragis tentang Alice malam ini.“Ya Tuhan! Kenapa Alice senekat itu, Rafa?” tanya Kirei tidak percaya.“Kita tidak akan pernah tau jalan pikiran setiap orang, Kirei. Mungkin saja Alice sudah lelah dengan hidupnya. Kamu sendiri juga sudah tau kan apa yang terjadi pada dirinya? Apa yang dilakukan oleh agencynya selama ini?”Kirei mengangguk, paham dengan apa yang dimaksud oleh Rafael. Ya, Kirei melihat semua majalah, koran dan berita online membahas mengenai kasus Alice dan juga agencynya. Kirei tidak menyangka kalau kehidupan seorang model bisa separah itu, lebih baik dirinya dulu meski harus bekerja mati-matian tapi tidak tersiksa lahir batin seperti Alice!“Apa aku boleh memberi peristirahatan terakhir yang layak untuk Alice?” tanya Rafael ragu, takut Kirei tidak setuju.“Astaga! Tentu saja boleh, Rafa! Aku juga tidak tega
Wajah Rafael memerah saat mendengar ucapan adiknya, tidak menyangka kalau aktifitas ranjangnya tertangkah basah oleh keluarganya! Apalagi tadi dirinya memang begitu buas pada Kirei! Bagaimana tidak buas kalau pada akhirnya setelah sekian lama akhirnya Kirei mengijinkan Rafael untuk menyentuhnya tanpa paksaan!“Nggak usah malu gitu. Gue nggak bakal ngomong apapun sama Kirei! Janji!”“Awas kalau ingkar!” ancam Rafael.“Iya! Tapi gue masih nggak habis pikir, kasihan Kirei ya? Udah badannya kecil mungil, lagi hamil besar dan masih digempur abis-abisan sama lo!” kekeh Reynard.“Berisik!” sungut Rafael dengan wajah malu, tidak tau harus menjawab apalagi jika Reynard berbicara mengenai keganasannya saat bercinta dengan Kirei.“Tapi apa Kirei udah setuju buat menikah sama lo lagi?”“Of course! Gue akan langsung urus pernikahan gue sama Kirei secepatnya.”“Wow, congr
Rafael membelai rambut Kirei yang basah akibat keringat. Bukti kalau wanitanya lelah setelah percintaan mereka yang begitu menggebu-gebu. Saat ini Kirei masih asyik bersandar nyaman pada dada bidang Rafael, hal yang sudah begitu lama tidak pernah dilakukannya. Jujur, Kirei sangat merindukan moment ini.“Kita menikah ya?” tanya Rafael membuat Kirei mendongak kaget.Bagaimana tidak kaget? Selesai bercinta dan Rafael langsung mengajaknya menikah? Seperti mimpi! Jika benar mimpi, Kirei tidak ingin bangun! Rasanya terlalu indah. Dan juga tidak bosankah pria itu setelah Kirei menolaknya berulang kali? Sungguh, saat ini Kirei begitu mengagumi kegigihan Rafael!“Kenapa kamu tidak menjawabnya, Kirei?” tanya Rafael was-was, karena meski Kirei sudah mengakui isi hatinya tapi belum tentu wanita itu bersedia menikah lagi dengannya. Mungkin saja kan? Makanya tidak heran kalau Rafael merasa begitu khawatir kalau Kirei akan kembali menolaknya!&ld
“Apa maksud dari ucapan kamu barusan, Rafa?” tanya Kirei bingung. “Mommy sudah membebaskanku untuk memilih. Beliau memang pernah memaksaku untuk menikahimu karena kesalahpahaman, Kirei, tapi hanya di awal. Setelah itu beliau tidak pernah lagi memaksa atau mendesakku, bahkan Mommy sudah tidak pernah lagi mengancam untuk mencoretku dari KK, jauh sebelum aku resmi menikahi kamu. Tapi justru setelah Mommy memberi aku kebebasan untuk memilih pasangan hidupku sendiri, aku malah tetap bersikeras ingin menikah denganmu tanpa menyadari perasaanku sendiri! Betapa bodohnya aku kan?” aku Rafael dengan nada penuh penyesalah. Pengakuan Rafael membuat Kirei terkejut, tidak menyangka kalau itulah yang sebenarnya terjadi. “Apa benar kalau Mommy sudah tidak pernah memaksa atau mengancam untuk mencoret nama kamu dari KK?” tanya Kirei dengan suara bergetar. “Benar! Kamu bisa tanya langsung pada Mommy! Bahkan Mommy sempat heran dan bertanya berulang kali mengenai keputusa
Alice hanya bisa memaki kesal saat dirinya digelandang begitu saja. Alice tidak menyangka kalau pada akhirnya dirinya akan ditemukan. Dan kini dirinya harus berada di dalam satu rumah yang tidak dikenalnya.Alice memicingkan mata saat pintu terbuka, sinar matahari yang masuk membuatnya silau dan terpaksa memejamkan mata.“Long time no see, Alice!” sapa Reynard dengan senyum licik.“Ternyata lo! Kenapa lo bawa gue kesini?”“Masih perlu lo tanya? Tentu aja buat bayar semua perbuatan lo sama Kirei!”“Gue heran kenapa lo begitu perhatian sama Kirei? Lo cinta sama dia? Mantan kakak ipar lo?” tuduh Alice.“Otak gue nggak sekotor lo!” balas Reynard tenang.“Gue datang cuma mau kasih tau kalau sebentar lagi akan ada polisi yang datang kesini. Gue udah laporin semua kejahatan lo sama Kirei.”“Lo nggak bisa hukum gue di Indonesia, Rey,” balas Alice puas.
Kirei merasa hatinya sesak, akhirnya setelah tiga tahun lebih dirinya kembali ke Jakarta, kembali ke negara kelahirannya. Kirei pikir dirinya tidak akan pernah kembali kesini tapi ternyata Tuhan berkehendak lain. Kirei mengikuti langkah Rafael tanpa mengucapkan sepatah katapun. Masih terhanyut dengan perasaannya sendiri.“Kirei,” panggil Rafael lembut, sadar kalau wanita itu masih sibuk dengan perasaannya yang pasti campur aduk.“Ya?” tanya Kirei dengan suara serak menahan tangis yang hampir tumpah.Sejak dulu perasaan Kirei selalu menjadi lebih sensitive jika hamil dan sekarang juga sama! Kirei merasa emosinya seperti roller coaster membuat airmata Kirei sudah menggenang di pelupuk matanya tanpa sadar!“Jangan nangis, Kirei. Sejak dulu aku nggak pernah sanggup melihat kamu menangis, rasanya seperti ada tangan yang tak kasat mata sedang meremas jantungku hingga terasa begitu menyakitkan,” aku Rafael lirih.“Sorry, aku hanya tidak menyangka akan kembali ke Jakarta,” desah Kirei.“Aku p
Reynard yang sedang pusing tujuh keliling jadi semakin pusing saat mendengar ocehan kakaknya. Bulan ini sudah harus selesai? Rafael pikir mengurus kasus Alice segampang itu? Dan Reynard semakin dongkol saat dirinya belum sempat menjawab namun Rafael sudah menutup sambungan telepon! Kurang ajar!Reynard melonggarkan dasi yang membuat lehernya begitu sesak. Memang penyelidikan dan juga materi yang memberatkan Alice sudah hampir selesai tapi tetap saja mereka tidak bisa gegabah kan? Reynard yakin kalau nanti Alice tidak akan tinggal diam dan akan menyewa pengacara untuk membantunya.Bukannya Reynard meragukan kemampuan dirinya sendiri ataupun teamnya tapi tetap saja Reynard harus berjaga-jaga. Lebih baik sedia payung sebelum hujan!“Ahh! Kalau bukan karena keluarga sendiri gue pasti udah kasih kasus lo ke pengacara lain! Kasus gue sendiri aja udah numpuk!” sungut Reynard, entah kepada siapa. Dirinya hanya bermonolog sendiri untuk meredakan kekesal