Nadira memandang kamar yang berukuran sangat besar. Tempat tidur yang ada di dalam kamar, begitu sangat mewah di matanya. Tempat tidur dengan model klasik yang memiliki ukiran di bagian kepala tempat tidurnya. Tempat tidur yang dibuat dengan bahan kayu jati.
"Lemarinya sangat banyak sekali. Lemari sebanyak ini, apa gunanya dan apa saja yang akan isinya nanti. Atau hanya sekedar untuk gaya-gaya aja biar kelihatan keren." Nadira memandang kagum lemari yang menempel di dinding, hampir seluruh permukaan dinding dijadikan lemari mulai dari lemari pakaian, lemari untuk tas, sepatu, jas dan Entah untuk apalagi fungsi lemari yang memegang tidak dimengerti oleh nadira.
Dengan sangat cepat Nadira menutup mulutnya ketika Nadira baru menyadari bahwa di dalam kamar ini bisa saja memakai CCTV. Memandang ke sekeliling kamar dan melihat kebagian plafonnya. "Sepertinya tidak ada CCTV disini." Nadira berkata di dalam hatinya se
Arga meninggalkan kamar yang saat ini ditempati oleh Nadira. Pria itu berusaha untuk tidak memperlihatkan wajahnya yang tersenyum meskipun senyum tipis tetap tercetak di wajah tampannya.Iswandi dengan sangat cepat beranjak dari duduknya ketika melihat bosnya yang berjalan ke ruang tamu. "Selamat pagi Tuan," sapa Iswandi dengan sangat sopan."Ya pagi," jawab Arga yang duduk di kursi sofa yang ada di depan Iswandi."Ini susu hamil yang tuan inginkan." Iswandi memberikan tas belanja dari swalayan yang berisi 3 kaleng susu hamil dengan berbagai varian rasa."Menurutmu biasanya wanita hamil Suka rasa apa?" tanya Arga ketika memandang kaleng susu dengan rasa coklat, strawberry dan juga vanila."Setahu saya coklat Tuan," jawab Iswandi.Arga mengerutkan keningnya. Pria itu seakan tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh orang kepercayaannya t
Nadira sangat kesal saat mendengar ucapan pria tersebut. Dengan sangat entengnya pria mengatakan bahwa dirinya bebas masuk kamar yang ditempati Nadira.Arga tersenyum tipis memandang nakas yang di samping tempat tidur. Hatinya begitu sangat senang ketika melihat susu yang tadi dibuatkannya sudah habis diminum oleh Nadira. Bubur kacang ijo yang hanya tersisa mangkoknya saja. "Aku akan berangkat ke tempat orang tua kamu." Arga berkata dan duduk di tepi tempat tidur."Apa dia memang benar-benar serius." Nadira berkata di dalam hatinya."Apa kamu sudah menghubungi orang tua kamu?" Tanya Arga.Nadira menganggukkan kepalanya."Kamu mengatakan apa kepada mereka?" tanya Arga."Aku mengatakan kepada Ibu bahwa anda akan datang ke rumah untuk melamar." Jelas Nadira.Arga diam menunggu Nadira melanjutkan pembicaraannya.
Pria itu menarik nafasnya dengan sangat keras kemudian menghembuskannya. Dirinya merasa begitu amat lega saat helikopter yang dinaikinya mendarat di sebuah lahan kosong di desa tempat dimana orang tua Nadira tinggal.Dengan sangat cepat pria itu turun dari dalam helikopter. Memakai Armada helikopter seperti ini sudah sangat sering dilakukannya, sehingga pria itu tidak kesulitan untuk turun dari atas helikopter tersebut. Angin kencang yang berasal dari baling-baling helikopter tidak begitu dihiraukannya, pria itu mempercepat langkah kakinya menuju mobil yang sudah menunggunya.Dengan gaya elegan dan juga berwarna pria itu duduk di kursi penumpang. Beberapa unit mobil mewah sudah disiapkan oleh sekretaris pribadinya. Yang mana mobil-mobil itu akan menjadi Armada untuk mereka Langsung kembali ke Jakarta beserta dengan keluarga Nadira."Apakah rambut aku berantakan?" Arga menyisir rambutnya ke belakang de
"Selamat siang Bapak Ibu perkenalkan, Nama saya Iswandi. Tujuan kami datang ke sini untuk membicarakan lamaran terhadap nona Nadira." Iswandi berbicara dengan gaya formal dan juga sangat sopan.Erna dan Ahmad begitu sangat bingung, mereka hanya diam dengan sedikit menganggukkan kepalanya."Apakah boleh kami masuk kedalam Iswandi bertanya dengan memberikan isyarat tangannya yang pertanda bahwa mereka ingin berbicara di dalam rumah."Boleh tapi rumahnya seperti ini," ucap Erna yang sangat tidak enak hati mempersilahkan tamunya tersebut untuk masuk."Tidak apa-apa Bu." Iswandi yang sedikit tersenyum."Silakan masuk," ucap Erna.Erna begitu sangat bingung dan grogi sendiri sehingga ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. "Sebentar ya, ibu mau buat minum." Erna beranjak dari tempat duduknya."Tidak usah Bu," ucap I
"Halo assalamualaikum." Ucap Ahmad yang memandang putrinya."Waalaikumsalam ayah," jawab Nadira yang begitu sangat merindukan wajah ayahnya. Selama ini Nadira hanya bisa mendengar suara ayahnya dari via telepon. Berhubung ponsel milik ibunya hanya bisa di pakai untuk telpon."Iya nak, Dira lagi apa?" Tanya Ahmad."Lagi di nonton tv." Nadira tersenyum memandang wajah ayahnya. "Ayah, Dira rindu ayah." Nadira berkata dengan mengusap air matanya."Ayah juga sangat merindu Nadira. Bagaimana kabar anak ayah di sana?""Baik ayah," jawab Nadira."Masuk anginnya bagaimana?Apa sudah berkurang atau sudah sembuh?" tanya Ahmad."Sudah sembuh," jawab Nadira.Arga diam ketika mendengar pertanyaan orang tua Nadira tersebut."Ayah, maafkan Dira yang tidak bisa la
"Bapak boleh rebahan, ini kursinya sudah disetel untuk bapak." Arga berkata dengan menunjukkan isi di dalam mobil tersebut."Kalau seperti ini jalan jauh juga nggak masalah, bila capek bapak bisa baring." Ahmad begitu sangat senang ketika melihat calon menantunya sudah mempersiapkan semuanya untuk menjemputnya. Ini untuk pertama kalinya Ahmad akan mencoba naik mobil mewah seperti ini. "Gak pernah mimpi bisa naik mobil mewah seperti ini." Ahmad tersenyum ketika duduk di atas kursi yang terasa sangat empuk.Arga tersenyum ketika mendengar ucapan calon ayah mertuanya."Bapak ini seperti orang kampung yang baru naik mobil aja." Erna mengomeli Suaminya."Emang orang kampung Bu." Ucap pria itu tanpa malu."Walaupun kita ini orang kampung, tapi gak boleh terlihat kampungan juga." Omel Erna.Arga tersenyum melihat perdebatan mertuanya terseb
Arga memandang ponselnya pria itu menghafalkan kalimat ijab Kabul. "Saya terima nikahnya Nadira Adelia binti Ahmad Riyandi dengan mas kawin." Arga tidak melanjutkan kalimat selanjutnya. "Aku belum menyiapkan emas kawin untuk Nadira." Pria itu sangat bingung memberikan mas kawin untuk calon istrinya.Iswandi yang mendengarkan ucapan bosnya hanya diam dan menunggu kelanjutan dari kalimat yang akan diucapkan oleh bosnya tersebut."Iswandi Aku ingin kamu menyiapkan mas kawin untuk calon istri ku," perintah pria yang duduk dengan gaya angkuhnya."Anda mau saya menyiapkan satu set perhiasan tuan?" Iswandi menawarkan.Arga diam mendengar pertanyaan asistennya tersebut."Apa Anda ingin saya menyiapkan perhiasan." Iswandi kembali mengulang pertanyaannya. Menyediakan satu set perhiasan bahkan satu toko perhiasan sekalipun tidak membuat pria itu kesulitan untuk melakukan hal t
Seharian ini, Nadira tidak ada henti-hentinya mendapatkan pelayanan yang tidak terduga. Calon suaminya sudah menyiapkan ahli kecantikan untuknya. Ia melakukan berbagai macam rangkaian perawatan. Mulai dari perawatan kulit wajah hingga ke tubuh, rambut hingga bagian kuku. Ahli kecantikan itu memberikan perawatan yang aman untuk wanita hamil. Arga juga mendatangkan Ahli Massage khusus wanita hamil. Nadira merasakan tubuh terasa amat lelah, kini begitu sangat segar dan ringan.Setelah melakukan berbagai macam perawatan, Nadira kemudian dirias oleh seorang perias make up profesional. Selama perias itu meriasnya, tidak ada pembicaraan yang Nadira lakukan dengan Persia makeup tersebut. Wanita yang merias wajahnya itu hanya menjawab pertanyaan Nadira sekedarnya. Begitu juga saat ahli kecantikan yang memberikan pelayanan untuknya. Nadira hanya diam dan menuruti apa yang diperintahkan oleh ahli kecantikan itu.Setelah menyelesaikan pekerjaannya peria
"Minta perawatan ntar ke sini." Nadira mendesak."Iya bentar lagi, tadi lagi mandi." Lala tersenyum menjelaskan."Lama sekali." Nadira tidak sabaran.Arga memandang istrinya dengan mengerutkan keningnya. Sejak di rumah istrinya sudah ngomel-ngomel untuk bisa datang ke rumah sakit. Sekarang sudah di rumah sakit, istrinya sudah tidak sabar untuk melihat anak dari sahabatnya. "Kenapa dari tadi nggak sabaran?" Arga yang duduk di sofa."Semalam Lala kirim fotonya ke Dira, Dira penasaran, kalau difoto itu cantik sekali. Makanya Dira pengen lihat langsung. Bisa aja kamera yang dipakai bohong." Nadira memandang Lala. Setelah melihat foto bayi yang dikirimkan Lala, membuat Nadira terbayang-bayang wajah cantik bayi tersebut. Berulang kali ia memandang foto bayi cantik itu, hingga dirinya benar-benar penasaran. Apakah benar wajah bayi yang dilihatnya sesuai dengan foto yang dikirim sahabatnya."Emang cantik sekali sih orangnya." Yeni tersenyum."Itu karena cucunya Mbak Yeni makanya kelihatan c
"Assalamualaikum." Nadira masuk kedalam kamar rawat Lala, bersama dengan kedua orang tuanya, mama mertua, Arga dan Andrea."Waalaikumsalam." jawab penghuni yang ada di dalam kamar."Lala nggak nyangka akan datangnya sekarang, kirain nanti sore." Lala tersenyum lebar melihat Nadira yang sudah masuk dalam kamarnya."Mana sabar nunggu sore." Arga memandang istrinya. Pagi-pagi sekali, Nadira sudah meminta ke rumah sakit. Pada akhirnya Arga ikut serta ke rumah sakit sebelum berangkat ke kantor."Mama juga nggak sabar." Luna tersenyum memandang Yeni."Akhirnya, Punya cucu juga." Yeni tersenyum memandang Luna."Hahaha, kirain Iswandi bakalan betah jadi bujangan, yang penting bisa ngekorin Arga kemana-mana." Luna menertawakan anak angkat serta putranya."Meskipun aku suka membuntutinya kemana-mana, tapi aku ini lelaki normal ibu Luna." Iswandi tersenyum tipis.Arga tertawa ketika mendengar ucapan mamanya. "Aku juga sangat senang ketika mengetahui dia menyukai wanita ma, kalau tidak aku was-w
"Hahaha, kita waktu gadisnya kurus, gitu sudah nikah, pas hamil badannya mulai gendut.""Gak tahulah gimana nanti mau kuruskan badan." Lala mulai cemas memikirkan badannya paskah melahirkan. Melihat teman-temannya yang sudah semakin gemuk setelah melahirkan, membuat Lala cemas."Nanti bila bayi sudah mulai aktif seperti Arkan, akan turun sendiri berat badannya. Sekarang berat badan ku sudah turun 4 kilo. Dari yang kemarin 55 sekarang sudah 51. Tapi kata Hubby, jangan kurus lagi, nanti jelek. Hubby lebih senang lihat aku kayak gini, daripada kayak dulu katanya terlalu kurus." Nadira tersenyum.Lala tertawa ketika mendengar cerita Nadira. "Iya sih, dulu kamu kurus banget, jelek. Kalau sekarang sudah cantik, berisi, jadi terkesan lebih imut-imut." Lala teringat seperti apa dulu badan Nadira yang sama bekerja dengannya di toko pakaian. Nadira hanya tertawa ketika mendengar ucapan sahabatnya."Arkan mau ini?" Lala menggendong Arkan yang ingin menjangkau mobil remote berukuran kecil di ra
Iswandi tersenyum ketika melihat Arga yang turun dari dalam mobil sambil menggendong putranya, dan kemudian Nadira ikut turun. Iswandi yang sudah berencana untuk berangkat ke kantor lebih dulu terpaksa harus membatalkan niatnya, ketika mengetahui bahwa bos besarnya datang ke rumah untuk mengantarkan istri serta anaknya. "Selamat pagi pak Arga." Iswandi tersenyum dengan sopan.Arga sedikit menganggukkan kepalanya. "Iya pagi," jawabnya dengan gaya angkuhnya.Nadira hanya bisa tersenyum ketika melihat sikap angkuh dan sombong suaminya."Hai Arkan." Lala yang berdiri di samping Iswandi, tersenyum melambaikan tangannya ke arah Arkan."Hai aunty." Nadira tersenyum dan melambaikan tangannya."Sayang, Daddy akan kerja dulu cari uang. Anak Daddy yang tampan, main lah di sini sama mommy." Arga tersenyum dan memberikan putranya kepada Nadira, setelah mencium pipi bulat Arkan kiri dan kanan terlebih dahulu.Arkan tersenyum dan mulai berbicara. Arga tertawa saat melihat putranya yang menjawab uc
Iswandi pulang ke rumahnya. Pria itu tersenyum saat melihat istrinya yang sedang duduk di atas tempat tidur dengan menumpuk beberapa bantal di belakang punggungnya. "Assalamualaikum." Iswandi tersenyum. Entah apa yang saat ini di tonton istrinya, sehingga wanita yang berperut besar itu, tidak melihat kehadirannya.Lala tersenyum ketika melihat suaminya. "Waalaikumsalam," ucapnya yang menjulurkan tangannya tanpa turun dari atas tempat tidur."Lagi makan apa Dinda?" Iswandi tersenyum dan mengusap bibir istrinya yang terkena saus."Ada mangga dan juga ada sosis, serta bakso bakar, enak." Lala tersenyum menunjukkan piring yang ada di sampingnya. Ia menancapkan garpu di sosis goreng dan mencelupkan ke dalam saus sambal dan mayones. "Coba kanda."Iswandi tersenyum dan menggigit sosis yang diberikan istrinya. "Kanda mau mandi." Iswandi tersenyum melihat istrinya.Lala menganggukkan kepalanya."Kenapa penampakannya seperti ini?""Emangnya Lala hantu, di bilang penampakan." Lala memajukan bibi
Arga merasa puas ketika mendengar penjelasan yang disampaikan oleh Iswandi.“Minggu depan, perusahaan kita akan menandatangani kontrak kerjasama dengan perusahaan minyak dari Amerika. Perusahaan dari Amerika, mempercayai perusahaan kita, untuk mengolah pertambangan minyak di Riau." Iswandi tersenyum."Kamu tidak bercanda?" jawab Arga.Ada beberapa perusahaan besar yang menawarkan kerjasama dengan perusahaan minyak dari Amerika. Ia tidak menyangka, bahwa proyek ini, perusahaannya yang memenangkannya."Tentu tidak tuan.""Apa ada informasi tentang anaknya Edwin?" tanya Arga."Setelah mereka datang melihat pemakaman Edwin, Robert dan juga Gilbert seakan hilang begitu saja. Sampai sekarang, mereka belum diketahui keberadaannya.”"Bagaimana bisa?" tanya Arga.Iswandi menggelengkan kepalanya. Kami sudah mengecek ke tempat-tempat yang mungkin didatanginya, namun ternyata tidak ada. Mereka juga tidak kembali ke desanya.Arga mengusap wajahnya dan kemudian menganggukkan kepalanya. "Lebih ting
Lala dan Iswandi, sampai di rumah mewah milik Arga.Lala tersenyum saat melihat Arkan yang sedang duduk di atas mobil remote."Lala sudah rindu sekali dengan Arkan." Lala tersenyum memandang Iswandi. Begitu dengar Nadira mengatakan sudah sampai di Indonesia, Lala langsung meminta untuk datang berkunjung."Ya sudah, kita turun." Iswandi tersenyum. Ia datang ke rumah Arga, karena ada hal penting yang akan mereka bicarakan."Iya kanda." Lala menganggukkan kepalanya.Lala turun dari dalam mobil dan berjalan dengan cepat. Lala menghentikan langkah kakinya ketika Iswandi menarik tangannya. "Ada apa kanda?" Lala memandang suaminya dengan tidak mengerti."Jalannya pelan-pelan Dinda." Iswandi tersenyum dan mengusap perut istrinya.Lala tersenyum ketika mendengar nasehat yang diberikan oleh suaminya. Ia memegang perutnya dan mengusapnya dengan lembut. "Maaf ya nak, mami buru-buru, sampai lupa." Lala tersenyum dan berjalan bersama dengan suaminya beriringan, sambil memegang tangan Iswandi."Assa
"Mama, kita akan bongkar oleh-oleh." Nadira tersenyum ketika melihat Mama mertuanya yang sudah masuk ke dalam rumah."Tidak usah sekarang, nanti saja, Nadira baru pulang jadi pasti sangat capek." Luna memberikan saran."Enggak ma, Dira gak capek kok.” Nadira tersenyum dirinya sudah tidak sabar untuk menunjukkan apa saja oleh-oleh yang sudah dibawanya pulang untuk mama mertuanya, ayah, ibu serta adiknya.Luna tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Wanita yang sedang menggendong cucunya itu tidak bisa menolak kehendak menantunya. Sebagai bentuk bahwa dirinya, begitu sangat menghargai apa yang akan diberikan menantu kesayangannya.Pelayan meletakkan tas yang diambilnya, di ruang tamu satu persatu. Bik Narti tahu bahwa yang di dalam tas, adalah oleh-oleh yang sudah disiapkan majikannya untuk keluarganya. Sebagai seorang pelayan, Bik Narti tidak mungkin bermimpi untuk mendapatkan oleh-oleh dari nyonya mudanya. "Nyonya ini tasnya sudah dikeluarkan semua," ucap bik Narti."Terima kasih bik,"
"Senang sekali ya, dimanja siang dan malam." Luna menggoda Nadira. ini merupakan bulan madu Nadira dan Arga, Luna senang melihat Nadira dan Arga pulang dengan penuh kebahagiaan seperti ini. Cucunya juga sehat hingga sampai ke Indonesia.Nadira tersenyum malu saat mendengar Mama mertuanya menggodanya."Ayo cucu oma, sini sama Oma. Oma sudah sangat rindu." Luna mengembangkan tangannya dan mengambil Arkan dari tangan Arga.Arga memberikan putra putranya kepada mananya. Pria itu memeluk mamanya dan mencium pipinya. "Apakah mama sehat-sehat saja." Arga tersenyum memandang mamanya yang menggendong Arkan. "Alhamdulillah sehat, mama sangat rindu dengan Arkan." Luna tersenyum dan mencium pipi cucunya."Ibu, Dira rindu." Nadira meluk ibunya. Ia mencium pipi ibunya kiri dan kanan, kemudian mencium punggung tangan ibunya."Ibu juga sangat rindu. 10 hari itu ternyata waktu yang sangat lama." Erna tersenyum memandang putrinya. Wanita itu kemudian mencium pipi putrinya, kiri dan kanan. "Ibu sunggu