"Apa kamu sudah katakan kepadanya bagaimana pekerjaan yang akan dilakukannya?" ucap Teddy yang sangat tidak yakin ketika melihat Nadira.
"Sudah Bang, saya juga sudah jelaskan bagaimana kondisinya bekerja jadi pembersih,* toilet ucap Lala.
Teddy menganggukkan kepalanya. Teddy beranjak dari tempat duduknya dan berjalan mendekati Lala dan juga Nadira yang masih berdiri.
Teddy memperhatikan Nadira dari atas hingga ke bawah. Teddy menggelengkan kepalanya ketika melihat Nadira. Teddy tidak yakin bahwa Nadira bisa melakukan pekerjaan yang sangat berat tersebut, mengingat laki-laki saja tidak sanggup bekerja menjadi pembersih toilet.
Tubuh gadis itu juga tergolong mungil bila dilihat Gadis itu hanya memiliki tinggi 155 cm dengan badan 45 kg. Dengan melihat tinggi dan postur tubuh wanita saja tadi sudah bisa menebak Berapa tinggi dan juga berat tubuh wanita tersebut. Bila Teddy di berikan pertanyaan berapa ukuran bra yang digunakan dengan sangat cepat Teddy akan menyebutkan tanpa meleset sedikitpun. "Kamu yakin," ucap Teddy setelah memandang Nadira.
"Yakin pak," jawab Nadira.
Teddy memandang Lala. Awal mula Teddy mengira orang yang dikatakan oleh Lala untuk bekerja adalah laki-laki dan tedi tidak menyangka yang datang ternyata perempuan dengan postur tubuh yang kecil
"Dia rajin Bang Teddy, walaupun badannya kecil," ucap Lala yang memahami tatapan Teddy kepadanya.
"La ini kerja dimulai dari jam 7 malam Hingga jam 4 subuh ucap Teddy.
"Iya Bang La tahu, la sudah jelasin semuanya. Abang nggak perlu khawatir Itu," ucap Lala.
"Ya sudahlah duduk," ucap Teddy yang mempersilahkan Lala dan juga Nadira untuk duduk.
"Ini baju seragam yang harus kamu pakai saat bekerja. Bila kamu tidak memakainya, maka kamu tidak diberi masuk oleh tim keamanan," ucap Teddy memberikan baju seragam untuk Nadira. Baju seragam yang diberikannya berukuran besar karena pada umumnya yang menjadi pembersih toilet adalah laki-laki.
Nadira mengambil baju seragam yang berwarna hitam tersebut dan tersenyum serta menganggukkan kepalanya.
"Tapi itu bajunya sangat besar," ucap Teddy.
Dengan cepat Nadira menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa pak Teddy, saya boleh minta satu lagi?" ucap nadira dengan sangat ragu-ragu.
"Boleh," ucap Teddy yang mengambilkan dua baju di dalam lemarinya yang masih memakai sampul plastik.
Nadira begitu sangat senang ketika diberi 3 lembar baju karena dia bisa mencuci pakaiannya dan memakai baju yang bersih setiap hari.
"Hari ini kamu langsung bekerja," ucap Teddy. Teddy sudah begitu sangat stress ketika membayangkan tidak ada petugas pembersih toilet karena bos besarnya pasti akan mengamuk bila mengetahui hal tersebut bisa-bisa dia akan menjadi petugas pembersih toilet selama belum, sebelum mendapat pekerja. Saat ini Teddy sudah bisa bernafas lega.
"Terima kasih Pak, saya akan mulai bekerja. Tapi ini waktu bekerja Saya masih lama," ucap Nadira memberitahunya.
"Nanti kamu datang jam 8 malam dan sudah bisa langsung bekerja. Kamu wajib membersihkan kamar mandi perempuan dan juga laki-laki. Membersihkan wastafel, tempat buang air kecil laki-laki. Kaca besar walet dan dinding kamar mandi keseluruhan.
Kamu boleh beristirahat dulu mandi atau pulang makan terserah," ucap Teddy.
Nadira memandang Lala yang saat ini duduk di sampingnya.
"Apa aku harus repot ngurusin kamu?" ucap Lala yang seakan tahu apa yang sedang dibutuhkan oleh Nadira.
Nadira tersenyum nyengir memandangnya.
"Ya sudah ayo ke kosan aku," ucap Lala.
"Makasih ya la," ucap Nadira yang tersenyum.
Lala menganggukkan kepalanya.
"Bang kami Permisi,* ucap Lala yang tersenyum.
Teddy sedikit menganggukkan kepalanya.
Teddy memandang Lala dan Nadila yang keluar dari ruangannya. Teddy masih tidak habis pikir Bagaimana mungkin Gadis itu akan menjadi petugas pembersih toilet. Teddy menggeleng-gelengkan kepalanya. "Biarkan saja lah yang penting tidak aku yang bekerja membersihkan toilet untuk malam ini," ucapnya yang merasa sangat lega.
***
Nadira turun dari motor milik Lala. "La terima kasih ya, sudah mau kasih aku tumpangan," ucap Nadira yang tersenyum memandang Lala.
Lala menganggukkan kepalanya kita itu sudah kenal lama, jadi kamu nggak perlu merasa nggak enak gitu. Lala berucap dengan tersenyum.
"Iya aku tahu Terima kasih kamu sudah sangat baik dengan aku," ucap Nadira.
Lala menganggukkan kepalanya.
"Bay La, aku mau langsung ke belakang," Nadira tersenyum dan langsung berlari meninggalkan Lala yang sedang memarkirkan motornya.
Nadira berlari cukup cepat agar bisa secepatnya sampai ke tempat dimana ia bekerja. Lokasi toilet beradadi belakang club. Nadira begitu sangat takut bila terlambat untuk bekerja.
Berulang kali Nadira memandang jam yang melingkar di pergelangan tangannya yang sudah menunjukkan jam 19.55. "Ya ampun, kenapa areal klub ini luas sekali." Nadira hampir terlambat datang ke tempat kerjanya karena menunggu Lala yang begitu sangat lama berdandan. Hari ini hari pertama Nadira bekerja dan Nadira tidak ingin mendapat teguran karena terlambat sampai di tempat kerjanya.
Tubuhnya yang tadi terasa segar setelah mandi kini kembali berkeringat ketika harus berlari. Nadira memakai seragam yang berwarna hitam dengan ukuran baju yang sangat besar untuk tubuhnya yang mungil. Panjang baju kemeja itu hampir selutut nya dan lengan bajunya melewati siku-siku. Nadira memakai topi berwarna hitam. Rambutnya yang panjang di gulungnya dan di masukkan ke dalam topi.
Ukuran baju yang dipakainya sebenarnya untuk laki-laki dengan ukuran XL. Berhubung yang bekerja menjadi pembersih toilet itu laki-laki dengan postur tubuh yang tinggi. Belum pernah ada wanita yang bekerja menjadi petugas pembersih toilet.
Nadira begitu sangat lega ketika sampai di tempat bekerja dengan tepat waktu. Nadira berhenti sejenak untuk menarik untuk mengatur nafasnya. Setelah mengatur nafasnya Nadira meletakkan tasnya di atas meja yang berada depan pintu masuk toilet. Di sana hanya ada satu meja dan juga satu kursi, yang mana meja dan kursi itu adalah miliknya sendiri. Nadira bergegas masuk ke kamar mandi untuk membersihkan kamar mandi tersebut.
Nadira sudah mendengar bagaimana kondisi toilet di yang akan kerjakan nya. Nadira memulai pekerjaannya dengan membersihkan toilet pria terlebih dahulu. Belum masuk ke dalam kamar mandi saja Nadira sudah merasakan perutnya seperti teraduk-aduk oleh aroma yang sangat tidak enak dari dalam kamar mandi.
Nadira membersihkan kamar mandi dengan kondisi yang sangat jorok.
Nadira harus menutup hidungnya dengan menggunakan bajunya sendiri. Nadira menyiram bagian kloset kemudian dinding kamar mandi setelah itu menyemprotkan pembersih porselen dan menyikat dinding kamar mandi, close, sehingga kondisinya sangat bersih. Aroma bau yang tidak enak dan menyengat itu juga sudah hilang dengan aroma pembersih toilet dan pengharum toilet.
Nadira membersihkan kaca besar dan wastafel untuk membasuh tangan.
Nadira kemudian membersihkan toilet wanita. Yang cukup bersih dari pada toilet pria. Setelah satu jam membersihkan toilet Nadira duduk di kursi nya yang berada di depan pintu masuk toilet.
Duduk sendiri di depan pintu toilet ini membuat mata gadis itu menjadi sangat mengantuk. Nadira berusaha menahan rasa ngantuk nya. Nadira dengan sangat cepat membuka matanya saat melihat seorang wanita yang berjalan menuju ke toilet. Wanita itu berjalan sempoyongan. Nadira bisa menebak bahwa wanita itu saat ini sedang dalam kondisi mabuk. Nadira memperhatikan wanita yang berpakaian seksi tersebut.
Mata Nadira selalu memandang ke arah wanita itu dan melihat seorang pria yang berjalan ke arah wanita tersebut.Nadira seakan tidak percaya saat melihat adegan yang saat ini ada di depan matanya. Wanita dan pria itu saling berpelukan dan berciuman. Nadira Menundukkan pandangannya dengan kaki yang gemetar saat melihat pria itu menurunkan baju seksi milik wanita yang bertubuh langsing tersebut. Tanpa sengaja Nadira memandang benda yang berbentuk bulat dan besar itu menyembur keluar dari gaun malam yang seksi yang saat ini dipakai wanita tersebut.Posisi pasangan kekasih itu tidak jauh dari tempat Nadira duduk saat ini, sehingga Nadira dapat mendengar suara kecupan bibir mereka. Suara aneh yang membuat telinga Nadira sangat tidak nyaman mendengarnya.Nadira tidak tau apa yang dilakukan oleh pasangan kekasih itu, namun Nadira dapat mendengar dengan sangat jelas hentakan-hentakan yang di lakukan pria itu hin
“Tuan, saya mohon. Saya hanya bekerja di sini. Saya mohon tuan lepaskan saya.” ucap Nadira memohon. Wajahnya sudah sangat pucat dengan bibir yang memutih. Air matanya mengalir daras membanjiri pipinya. Tuan, saya mohon lepaskan saya. Tuan, Saya janji saya tidak akan mengatakan kepada siapapun. Saya bukan mata-mata tuan, saya mohon lepaskan saya." Nadira meringis merasakan kulit kepalanya yang terasa begitu amat sakit. Kepalanya pusing sangat ketika tangan pria itu sangat kuat menarik rambutnya. "Sakit tuan," ucap Nadira ketika pria itu menyeret tubuh mungilnya.Nadira tidak tahu kemana pria itu akan membawanya. Pria itu menyeret tubuhnya cukup jauh dari lokasi toilet tempat ia bekerja. Nadira yang baru bekerja tidak mengetahui tempat lokasi tersebut. "Tempat apa ini." Nadira berucap didalam hati saat melihat pria itu membuka pintu rumah tersebut.Tanpa berbicara sama sekali,
Arga mengangkat tubuh gadis itu dan menghempaskannya ke atas di atas springbed. Arga mencium bibir gadis itu dengan sangat kasar, ia melumat bibir itu dan mengobrak Abrik isi didalam mulut gadis itu. Sedangkan tangannya bermain-main dengan benda bulat yang berukuran tidak besar tersebut.Arga melepaskan bibirnya dari bibir Nadira saat gadis itu sudah kesulitan bernafas.Nadira tersebut terus meronta-ronta dengan air mata yang mengucur deras. Ketika pria itu membuka paksa celana jeans yang dipakainya. Nadira merasakan perih di pipinya, kepalanya terasa pusing, telinganya mendengung dan bibir berdarah. Saat tamparan yang begitu keras mendarat di pipinya. Nadira merasakan kerasnya tangan pria itu yang berulang-ulang kali menamparnya.“Jika kau melawan, aku akan membunuh mu. Kau tau bahwa aku membenci penghianat,” ucap Arga sambil menjepitkan jarinya di dagu
"Halo La," ucap Nadira yang mengangkat panggilan masuk dari Lala. Nadira terbangun saat mendengar dering di ponselnya. "Halo Dira, kamu di mana? Apa gak masuk kerja?" Ucap Lala yang sudah berada di toko. Dira diam saat mendengar ucapan Lala. Tubuhnya terasa begitu sangat sakti, bekas tamparan di wajahnya masih terasa pedih dan panas. "Moga aja telinga aku gak tuli karena di tampar." Nadira berucap di dalam hati dengan memegang telinganya yang terasa sakit. Kepalanya juga sangat pusing. Dira menjangkau cermin kecil yang ada di meja kecil di samping tempat tidur. "Aku tidak mungkin ke toko dengan wajah babak belur seperti ini," ucap Nadira memandang wajahnya dari pantulan cermin. "La, tidur lagi kamu?" Lala berucap dengan nada suara yang cukup keras hingga Nadira terkejut saat mendengar suara melengking dari dalam telpon milikinya.
Seharian ini Nadira hanya menagis meratapi nasibnya. Nadira tidak mengerti mengapa dirinya berada di posisi seperti ini. Nadira memandang ponselnya yang berdering. Dengan sangat cepat Nadira mengusap air matanya saat melihat panggilan masuk dari ibunya. Nadira mengangkat panggilan telepon setelah berhasil meredam suara tangisnya."Ibu," ucap Nadira."Halo nak, Dira lagi apa?Kenapa lambat angkat telepon Ibu?" ucap Erna." Iya halo Bu. Tadi Dira lagi di kamar mandi Bu," ucap Nadira yang mengusap air matanya. Nadira menutup mulutnya agar suara tangisnya tidak terdengar oleh ibunya."Apa hari ini nggak kerja?" tanya Erna."Kerja Bu, ini lagi di toko. Kebetulan nggak ada yang beli," ucap Nadira berbohong."Ibu kirain tadi lagi di rumah, soalnya sepi dengarnya," ucap Erna."Enggak Bu, kebetulan toko
Nadira duduk sejenak di kursi kerjanya, saat dirinya sudah sampai di tempat kerjanya. "Ternyata capek juga," ucap Nadira di dalam hati sambil memijat-mijat kakinya yang terasa penat. Nadira sedikit mengangkat topi yang dipakainya ke atas dan mengusap keringat yang menetes di pelipis keningnya. Di ambilnya botol minum yang ada di dalam tasnya dan meneguk air putih tersebut. Nadira kembali melanjutkan pekerjaannya setelah ia merasa lelahnya berkurang. Nadira masuk ke dalam toilet dan membersihkan toilet itu satu persatu. Pekerjaannya saat ini tidak terlalu berat, berhubung Nadira sudah memberikan toilet sebelum pulang. Nadira berada di dalam toilet yang di gunakan oleh pria semalam. Berapa di dalam toilet ini membuat Nadira meras begitu sangat takut. Nadira mengingat bagaimana pria itu memukul lawannya dan menyiksanya. Nadira bersandar di dinding ketika tubuhnya hampir terjatuh. Setelah ia merasa tubu
Arga duduk di meja kerjanya. Saat ini ini pria itu tidak terfokus dengan pekerjaannya. Ia lebih terfokus dengan layar monitor yang menampilkan video gadis petugas kebersihan toilet. Arga memandang video yang dikirim Teddy kepadanya. Arga memperhatikan apa saja yang dilakukan oleh wanita yang saat ini ada di layar videonya. Tatapan matanya tidak berkedip sedikitpun saat memperhatikan setiap gerak-gerik yang dilakukan oleh wanita itu."Aku mengira dia tidak akan pernah lagi muncul di klub setelah apa yang aku lakukan kepadanya. Namun ternyata nyalinya sangat besar. Dia masih mampu datang ke klub untuk berpura-pura bekerja. Hebat juga dia, siapa sebenarnya yang telah memerintahkannya? Apa yang mereka perintahkan kepada wanita ini?" Arga begitu sangat kesal ketika mengingat gadis itu tidak mau membuka mulutnya. Bahkan wanita muda itu lebih memilih lecehkan dan diperkosa dari pada harus membuka mulutnya. Arga tersenyum tipis, ketika dirinya mengin
"Ayah di sarankan untuk berobat di rumah sakit besar yang ada di kota. Uang itu akan dipergunakan untuk berobat ayah. Aku sangat berharap, ayah bisa sehat seperti dulu lagi," Nadira berucap dengan mengusap air matanya.Lala mengangukan kepalanya saat mendengar apa yang dikatakan oleh Nadira. "Aku tidak menyangka kondisi ayah kamu sangat parah," ujar Lala yang ikut prihatin."Ayah sudah sakit sudah lebih satu tahun ini. Namun sudah 6 bulan terakhir ini kondisinya semakin memburuk," keluh Nadira. Nadira sedikit tersenyum dan memasukkan soto kedalam mulutnya.Lala menganggukkan kepalanya ketika mendengar jawaban Nadira. Lala memandang wajah Nadira dan menyibakkan rambut Nadira yang menutupi pipinya ke belakang. "Kamu kenapa?" Tanya Lala yang memandang wajah Nadira.Nadira tersenyum dan kembali mengatur rambutnya agar menutupi bagian pipinya. "Kamu tahu sendiri kerjaannya?" Nadira yang tidak
"Minta perawatan ntar ke sini." Nadira mendesak."Iya bentar lagi, tadi lagi mandi." Lala tersenyum menjelaskan."Lama sekali." Nadira tidak sabaran.Arga memandang istrinya dengan mengerutkan keningnya. Sejak di rumah istrinya sudah ngomel-ngomel untuk bisa datang ke rumah sakit. Sekarang sudah di rumah sakit, istrinya sudah tidak sabar untuk melihat anak dari sahabatnya. "Kenapa dari tadi nggak sabaran?" Arga yang duduk di sofa."Semalam Lala kirim fotonya ke Dira, Dira penasaran, kalau difoto itu cantik sekali. Makanya Dira pengen lihat langsung. Bisa aja kamera yang dipakai bohong." Nadira memandang Lala. Setelah melihat foto bayi yang dikirimkan Lala, membuat Nadira terbayang-bayang wajah cantik bayi tersebut. Berulang kali ia memandang foto bayi cantik itu, hingga dirinya benar-benar penasaran. Apakah benar wajah bayi yang dilihatnya sesuai dengan foto yang dikirim sahabatnya."Emang cantik sekali sih orangnya." Yeni tersenyum."Itu karena cucunya Mbak Yeni makanya kelihatan c
"Assalamualaikum." Nadira masuk kedalam kamar rawat Lala, bersama dengan kedua orang tuanya, mama mertua, Arga dan Andrea."Waalaikumsalam." jawab penghuni yang ada di dalam kamar."Lala nggak nyangka akan datangnya sekarang, kirain nanti sore." Lala tersenyum lebar melihat Nadira yang sudah masuk dalam kamarnya."Mana sabar nunggu sore." Arga memandang istrinya. Pagi-pagi sekali, Nadira sudah meminta ke rumah sakit. Pada akhirnya Arga ikut serta ke rumah sakit sebelum berangkat ke kantor."Mama juga nggak sabar." Luna tersenyum memandang Yeni."Akhirnya, Punya cucu juga." Yeni tersenyum memandang Luna."Hahaha, kirain Iswandi bakalan betah jadi bujangan, yang penting bisa ngekorin Arga kemana-mana." Luna menertawakan anak angkat serta putranya."Meskipun aku suka membuntutinya kemana-mana, tapi aku ini lelaki normal ibu Luna." Iswandi tersenyum tipis.Arga tertawa ketika mendengar ucapan mamanya. "Aku juga sangat senang ketika mengetahui dia menyukai wanita ma, kalau tidak aku was-w
"Hahaha, kita waktu gadisnya kurus, gitu sudah nikah, pas hamil badannya mulai gendut.""Gak tahulah gimana nanti mau kuruskan badan." Lala mulai cemas memikirkan badannya paskah melahirkan. Melihat teman-temannya yang sudah semakin gemuk setelah melahirkan, membuat Lala cemas."Nanti bila bayi sudah mulai aktif seperti Arkan, akan turun sendiri berat badannya. Sekarang berat badan ku sudah turun 4 kilo. Dari yang kemarin 55 sekarang sudah 51. Tapi kata Hubby, jangan kurus lagi, nanti jelek. Hubby lebih senang lihat aku kayak gini, daripada kayak dulu katanya terlalu kurus." Nadira tersenyum.Lala tertawa ketika mendengar cerita Nadira. "Iya sih, dulu kamu kurus banget, jelek. Kalau sekarang sudah cantik, berisi, jadi terkesan lebih imut-imut." Lala teringat seperti apa dulu badan Nadira yang sama bekerja dengannya di toko pakaian. Nadira hanya tertawa ketika mendengar ucapan sahabatnya."Arkan mau ini?" Lala menggendong Arkan yang ingin menjangkau mobil remote berukuran kecil di ra
Iswandi tersenyum ketika melihat Arga yang turun dari dalam mobil sambil menggendong putranya, dan kemudian Nadira ikut turun. Iswandi yang sudah berencana untuk berangkat ke kantor lebih dulu terpaksa harus membatalkan niatnya, ketika mengetahui bahwa bos besarnya datang ke rumah untuk mengantarkan istri serta anaknya. "Selamat pagi pak Arga." Iswandi tersenyum dengan sopan.Arga sedikit menganggukkan kepalanya. "Iya pagi," jawabnya dengan gaya angkuhnya.Nadira hanya bisa tersenyum ketika melihat sikap angkuh dan sombong suaminya."Hai Arkan." Lala yang berdiri di samping Iswandi, tersenyum melambaikan tangannya ke arah Arkan."Hai aunty." Nadira tersenyum dan melambaikan tangannya."Sayang, Daddy akan kerja dulu cari uang. Anak Daddy yang tampan, main lah di sini sama mommy." Arga tersenyum dan memberikan putranya kepada Nadira, setelah mencium pipi bulat Arkan kiri dan kanan terlebih dahulu.Arkan tersenyum dan mulai berbicara. Arga tertawa saat melihat putranya yang menjawab uc
Iswandi pulang ke rumahnya. Pria itu tersenyum saat melihat istrinya yang sedang duduk di atas tempat tidur dengan menumpuk beberapa bantal di belakang punggungnya. "Assalamualaikum." Iswandi tersenyum. Entah apa yang saat ini di tonton istrinya, sehingga wanita yang berperut besar itu, tidak melihat kehadirannya.Lala tersenyum ketika melihat suaminya. "Waalaikumsalam," ucapnya yang menjulurkan tangannya tanpa turun dari atas tempat tidur."Lagi makan apa Dinda?" Iswandi tersenyum dan mengusap bibir istrinya yang terkena saus."Ada mangga dan juga ada sosis, serta bakso bakar, enak." Lala tersenyum menunjukkan piring yang ada di sampingnya. Ia menancapkan garpu di sosis goreng dan mencelupkan ke dalam saus sambal dan mayones. "Coba kanda."Iswandi tersenyum dan menggigit sosis yang diberikan istrinya. "Kanda mau mandi." Iswandi tersenyum melihat istrinya.Lala menganggukkan kepalanya."Kenapa penampakannya seperti ini?""Emangnya Lala hantu, di bilang penampakan." Lala memajukan bibi
Arga merasa puas ketika mendengar penjelasan yang disampaikan oleh Iswandi.“Minggu depan, perusahaan kita akan menandatangani kontrak kerjasama dengan perusahaan minyak dari Amerika. Perusahaan dari Amerika, mempercayai perusahaan kita, untuk mengolah pertambangan minyak di Riau." Iswandi tersenyum."Kamu tidak bercanda?" jawab Arga.Ada beberapa perusahaan besar yang menawarkan kerjasama dengan perusahaan minyak dari Amerika. Ia tidak menyangka, bahwa proyek ini, perusahaannya yang memenangkannya."Tentu tidak tuan.""Apa ada informasi tentang anaknya Edwin?" tanya Arga."Setelah mereka datang melihat pemakaman Edwin, Robert dan juga Gilbert seakan hilang begitu saja. Sampai sekarang, mereka belum diketahui keberadaannya.”"Bagaimana bisa?" tanya Arga.Iswandi menggelengkan kepalanya. Kami sudah mengecek ke tempat-tempat yang mungkin didatanginya, namun ternyata tidak ada. Mereka juga tidak kembali ke desanya.Arga mengusap wajahnya dan kemudian menganggukkan kepalanya. "Lebih ting
Lala dan Iswandi, sampai di rumah mewah milik Arga.Lala tersenyum saat melihat Arkan yang sedang duduk di atas mobil remote."Lala sudah rindu sekali dengan Arkan." Lala tersenyum memandang Iswandi. Begitu dengar Nadira mengatakan sudah sampai di Indonesia, Lala langsung meminta untuk datang berkunjung."Ya sudah, kita turun." Iswandi tersenyum. Ia datang ke rumah Arga, karena ada hal penting yang akan mereka bicarakan."Iya kanda." Lala menganggukkan kepalanya.Lala turun dari dalam mobil dan berjalan dengan cepat. Lala menghentikan langkah kakinya ketika Iswandi menarik tangannya. "Ada apa kanda?" Lala memandang suaminya dengan tidak mengerti."Jalannya pelan-pelan Dinda." Iswandi tersenyum dan mengusap perut istrinya.Lala tersenyum ketika mendengar nasehat yang diberikan oleh suaminya. Ia memegang perutnya dan mengusapnya dengan lembut. "Maaf ya nak, mami buru-buru, sampai lupa." Lala tersenyum dan berjalan bersama dengan suaminya beriringan, sambil memegang tangan Iswandi."Assa
"Mama, kita akan bongkar oleh-oleh." Nadira tersenyum ketika melihat Mama mertuanya yang sudah masuk ke dalam rumah."Tidak usah sekarang, nanti saja, Nadira baru pulang jadi pasti sangat capek." Luna memberikan saran."Enggak ma, Dira gak capek kok.” Nadira tersenyum dirinya sudah tidak sabar untuk menunjukkan apa saja oleh-oleh yang sudah dibawanya pulang untuk mama mertuanya, ayah, ibu serta adiknya.Luna tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Wanita yang sedang menggendong cucunya itu tidak bisa menolak kehendak menantunya. Sebagai bentuk bahwa dirinya, begitu sangat menghargai apa yang akan diberikan menantu kesayangannya.Pelayan meletakkan tas yang diambilnya, di ruang tamu satu persatu. Bik Narti tahu bahwa yang di dalam tas, adalah oleh-oleh yang sudah disiapkan majikannya untuk keluarganya. Sebagai seorang pelayan, Bik Narti tidak mungkin bermimpi untuk mendapatkan oleh-oleh dari nyonya mudanya. "Nyonya ini tasnya sudah dikeluarkan semua," ucap bik Narti."Terima kasih bik,"
"Senang sekali ya, dimanja siang dan malam." Luna menggoda Nadira. ini merupakan bulan madu Nadira dan Arga, Luna senang melihat Nadira dan Arga pulang dengan penuh kebahagiaan seperti ini. Cucunya juga sehat hingga sampai ke Indonesia.Nadira tersenyum malu saat mendengar Mama mertuanya menggodanya."Ayo cucu oma, sini sama Oma. Oma sudah sangat rindu." Luna mengembangkan tangannya dan mengambil Arkan dari tangan Arga.Arga memberikan putra putranya kepada mananya. Pria itu memeluk mamanya dan mencium pipinya. "Apakah mama sehat-sehat saja." Arga tersenyum memandang mamanya yang menggendong Arkan. "Alhamdulillah sehat, mama sangat rindu dengan Arkan." Luna tersenyum dan mencium pipi cucunya."Ibu, Dira rindu." Nadira meluk ibunya. Ia mencium pipi ibunya kiri dan kanan, kemudian mencium punggung tangan ibunya."Ibu juga sangat rindu. 10 hari itu ternyata waktu yang sangat lama." Erna tersenyum memandang putrinya. Wanita itu kemudian mencium pipi putrinya, kiri dan kanan. "Ibu sunggu