Anna tengah dalam perjalanan kembali, tetapi pikirannya masih teringat pertemuan bersama dengan Hans membuat wanita itu kini berada di salah satu parkiran Jenju Diskotik. Entah apa yang dipikirkan olehnya, sampai ia berada di tempat parkir. Helaan napas terdengar gusar saat ia membuka pintu mobil lamborghini miliknya. Seorang pria mendekat, tetapi ditolak olehnya. Gemerlap malam, terlihat sangat jelas saat ia masuk ke dalam. Musik yang terlihat di sana, begitu memekak telinga tetapi tidak mengurungkan niat Anna untuk pergi, ia malah masuk lebih dalam menuju meja bartender. Anna duduk sambil memesan bir, bartender yang berada di sana melirik ke arahnya saat melihat wanita yang telah duduk di hadapannya saat ini. Raut wajah yang begitu sulit dijelaskan membuat pria itu menebak jika Anna baru saja putus cinta. “Jangan terlalu dipikirkan pria yang telah mencampakkanmu,” ucap lirih bartender saat memberikan minuman membuat Anna mengerutkan kening dan menatap ke arah pria itu. “Aku suda
“Sepertinya dia hanya sendiri,” seru seorang pria kepada kedua temannya, sambil menunjuk ke arah Anna yang tengah duduk sendiri. Mereka saling berpandangan satu sama lain, isi pikiran mereka sama! Ingin membuat sesuatu yang tidak baik pada Anna. Salah satu dari mereka mendekat ke arah Anna tanpa wanita itu sadari jika dia tengah dalam bahaya, untung saja Elang yang tengah berada di lantai atas melihat apa yang dilakukan oleh pria itu, membuatnya bergegas turun untuk mencegah Anna untuk tidak meminum bir di gelasnya. Namun, ia terlambat karena Anna segera menegak bir itu sampai habis. “Mike … berikan aku lagi,” seru Anna sambil menyodorkan gelasnya. “Kau terlalu banyak minum,” ucap Mike menolak untuk memberikan minuman lebih untuk Anna. Tidak menunggu waktu lama, obat yang diberikan oleh pria misterius itu mulai bekerja membuat kepala Anna terasa pusing, ia mencoba menggelengkan kepala untuk menghilangkan rasa pusing. Namun, rasa pusing itu bukan hilang melainkan semakin bertambah
“Emm …” Anna bergumam pelan, membuat Elang mencoba untuk menahan napas sejenak. Wanita itu benar-benar mampu membuatnya tidak karuan. Elang merasa gerah pada saat itu AC mobil tengah dihidupkan, ia melepaskan dasinya dan melemparkannya sembarangan. “Sial. Apa dia tidak bisa diam?” umpat Elang, ia berusaha untuk mengontrol dirinya sendiri, karena Anna terus saja menggeliat seperti ulat bulu, membuatnya ikut-ikutan terbawa suasana. Beberapa saat kemudian, Ervin memarkirkan mobil, membuat Elang segera membopong Anna yang berada dalam pengaruh obat perangsang itu masuk. Selama dalam perjalanan, obat perangsang yang diminum Anna mulai bereaksi hebat. Elang mencoba menahan godaan yang Anna timbulkan, tubuhnya yang terasa panas harus mendapatkan penangkalnya untuk mengurangi penderitaan Anna. Ervin mengikuti dari belakang Elang. “Apa yang harus ku lakukan?” tanya Elang yang diam-diam melirik ke arah Anna yang tengah berada di dalam gendongannya. Saat sampai ke lantai penthouse-nya, El
“Aku benar-benar tidak boleh melewatkan ini. Wanita ini, sangat pintar menjaga tubuhnya. Baru pertama kali aku melihat tubuh yang seindah ini, bagaimana mungkin aku membiarkan dia tidak merasakan kenikmatan surga dunia yang banyak orang inginkan, aku harus membuatmu merasakannya,” ucap Elang pelan. Elang mulai nakal, setelah puas dengan bagian tubuh bagian tengah, ia perlahan turun ke wilayah perut. Anna bergerak-gerak menahan kegelian saat perutnya dikecup, mata Anna sesekali terbuka dan tertutup saat ia menikmati sentuhan itu. Wajah Elang kini turun hingga ke pangkal paha, wangi khas yang tercium di bagian terlarang itu semakin membuat Elang penasaran dengan keindahan milik Anna. Tangannya pun mulai meraba dan memberikan sentuhan lembut di daerah sensitif milik Anna. Wanita itu spontan membuka lebar kedua pahanya, Elang akhirnya bisa leluasa menggerakan jarinya di bagian sensitif itu. Tubuh Anna meliuk-liuk menikmati permainan Elang. Ia tahu, cara membuat seorang wanita mendapatk
“Tapi kau menyukainya, bukan?” Pertanyaan itu mampu membuat Elang lagi-lagi tersenyum, tetapi beberapa saat kemudian ia menggelengkan kepala menghilangkan pikiran kotor. “Apa kau sudah memanggil dokter?” tanya Elang mencoba untuk mengalihkan pembicaraan. Ia melangkah keluar dari ruang ganti, menatap Anna yang terbaring di atas ranjang miliknya, mungkin ia lelah setelah apa yang terjadi. “Ya, aku sudah menelpon dokter, ia akan segera datang,” jawab Ervin. Ting tong … Suara bell pintu berbunyi. “Mungkin itu pelayan wanita yang kau minta,” seru Ervin melangkah keluar untuk membuka pintu. Seorang wanita berpakaian seragam berwarna merah tengah berdiri dipintu penthouse. “Silahkan masuk.” Ervin mempersilahkan wanita itu untuk masuk. Elang keluar dari dalam kamar melihat wanita yang baru saja datang itu. Tatapannya menyelidiki, ia tidak ingin apa yang terjadi di dalam penthouse akan bocor keluar. “Bisakah kau memakaikan pakaian untuk wanita di dalam kamar?” tanya Elang membuat wan
Anna begitu terkejut mendapati dirinya berada satu ruangan dengan seorang pria. Hal yang paling membuatnya terkejut adalah dirinya sendiri.“A-apa yang kau lakukan padaku?” tanya Anna sambil memeriksa pakaian miliknya, betapa terkejutnya diri sudah berganti dengan pakaian yang lain. “Kenapa pakaianku—“Elang tersenyum. “Ah, aku tidak melakukan apapun padamu, tapi kau yang melakukan sesuatu padaku,” ucap Elang sambil membuka pakaian yang dipakainya. “Lihat, kau yang melakukannya padaku,” tambah Elang membuat Anna seketika cegukan, matanya membulat sempurna melihat begitu banyak kiss mark.Anna terdiam sejenak, sambil menatap ke arah pria yang saat ini berada di hadapannya. Dia baru menyadari jika pria itu adalah Elang, pria yang seharusnya dihindarinya tetapi malah bertemu dengan pria itu dan lebih parahnya lagi, Elang mengatakan jika dia yang telah membuat kiss mark ditubuh pria itu.“T-tidak mungkin aku melakukannya,” elak Anna. “Aku tidak mungkin melakukannya,” bantah Anna. Dia jela
Febia baru saja kembali dari luar, sambil membawa beberapa paperbag. Dokter tengah menuliskan resep obat pada Anna. Raut wajah Anna terlihat begitu dingin. Dia menatap layar kaca di mana sebuah berita tengah disiarkan. “Sepertinya mereka memberitakan mengenai kejadian itu. Aku baru mencaritahunya, dan itu adalah bar yang kau datangi ‘kan? Elang Aderra membuat tempat itu kacau balau.” Amm mematikan televisi kemudian menatap ke arah Febia, kemudian beralih melihat ke arah dokter.Dokter itu memberikan resep obat pada Febia. “Kamu tahu, jika harus merahasiakan tentang Nona saya, ‘kan?” Suara Febia begitu tegas dan dingin.“Iya. Saya akan merahasiakan mengenai Nona Anna.”“Baguslah, jika kamu mengerti. Jika keberadaan Nona Anna diketahui oleh orang lain, kau adalah orang pertama yang akan kucari,” tegas Febia sekali lagi. “Aku akan datang dan meratakan klinik milikmu.”“Saya paham dengan kata ‘rahasia’ Nona. Lagi pula, selama ini Nona Anna yang telah membantuku hingga berada di titik ini
Di dalam mobil, Anna membaca beberapa berkas mengenai perusahaan. Bahkan beberapa koran diberikan oleh Febia untuk dibaca Anna mengenai dunia perbisnisan di Indonesia. “Bagaimana dengan informasi terbaru mengenai keluarga Arsando? Kau sudah mengumpulkan semua informasi mengenai mereka ‘kan? Termasuk wanita itu. Clara?”“Ya. Jangan khawatir, mata-mata kita sudah berada di dekat keluarga itu. Mereka akan selalu memberikan informasi yang kita inginkan.”“Bagus. Apa kau yakin sudah melakukannya dengan benar untuk menutupi jejakku dari Elang Aderra?”“Ya. Tidak perlu khawatir, aku sudah melakukannya dengan benar. Selepas dari Bar, Anna segera menuju ke perusahaan Denn, ia tidak ingin terlihat mencolok karena itu tidak mengabari Denn ataupun mengganggu pekerjaan pria itu, ia memilih untuk menunggu Denn selesai rapat.Denn begitu terkejut mengetahui jika Anna berada di perusahaan tanpa memberitahu keberadaannya terlebih dahulu.“Kenapa tidak memberitahuku, jika akan datang? Aku bisa memper