“Yang Mulia, Nona Sena sudah tertidur…”Raksha membuka matanya perlahan ketika dia mendengar bisikan Suja terdengar didalam kepalanya. Diam-diam dia mengintip ke arah Sena yang terlelap di sebelahnya dengan beralaskan rumput-rumput. Dia tidak menyangka Sena tertidur lebih cepat dari yang dia perkirakan sebelumnya. Kemungkinan besar, Sena memang sudah lelah semenjak dia jalan dari pesisir pantai hingga ke tengah hutan ini, pikirnya.Raksha bangun perlahan lalu menatap api unggun yang masih menyala di depannya. Sejenak dia menghirup napas panjang lalu membuangnya perlahan untuk menenangkan dirinya. Beberapa saat setelah itu, dia pun beranjak dengan langkah yang senyap.“Suja, jaga Sena disini.” perintah Raksha dalam hati.“Siap, Yang Mulia Raksha.” balas Suja sopan sembari masuk ke dalam bayangan Sena.“Yang Mulia, sepertinya masih ada penghalang yang menahan prajurit arwah untuk masuk ke goa ini.” Gardapati mengingatkan.“Aku tahu. Karena itulah aku ingin memeriksa boa ini sendirian.
“Jadi kau yang punya ide konyol membangkitkan Sang Pahlawan Abimanyu?”Birawa terkekeh hebat walau dia diremehkan Raksha. Baginya, Raksha hanyalah Pendekar Dunia Arwah bau kencur yang tidak tahu apa-apa tentang kebengisan Kanezka dan bagaimana cara terbaik untuk memenangkan perang yang tidak berkesudahan ini.“Hahahahah! Kau berani menertawakan rencana besar kita?! Kau ini darimana saja?! Apa kau terlalu lama bergaul dengan pendekar para dewa dan Kerajaan Kanezka sampai-sampai kau lupa tujuan utamamu, hah?!” sentak Birawa.“Aku tahu Pendekar Dunia Arwah punya kesaktian untuk membangkitkan arwah. Tapi membangkitkan Sang Pahlawan Abimanyu untuk kemenangan kita kurasa tidak masuk akal.”“Kau berpikir itu gila karena kau masih naif, bocah! Kau tidak tahu betapa saktinya Sang Pahlawan Abimanyu! Hanya kita, Pendekar Dunia Arwah, yang memiliki kesaktian untuk memanggil kembali Abimanyu menuntaskan kekacauan di Nusantara!”“Kalaupun Abimanyu hidup kembali, apa kau kira Kerajaan Kanezka akan l
“Pemuda, hanya kau….satu-satunya harapan kami….bunuh kami….sebelum Birawa mengendalikan kita semua….”Sang Pendekar Kanuragan Wiratama yang tengah mengunci kedua lengan Raksha kala itu menghujani pundak Raksha dengan air matanya. Di tengah keterpurukannya dan teman-temannya sesama Pendekar Kanuragan Wiratama, dia tahu hanya Raksha yang bisa membantunya bebas dari rencana gila Birawa.“Kau masih hidup? Kenapa bisa Birawa mengendalikanmu?” tanya Raksha berbisik. Dia bisa merasakan Kanuragan Ozora mengalir di tubuh pendekar itu beserta kesepuluh pendekar kanuragan wiratama lainnya, tetapi dia masih ragu kalau itu adalah penyebabnya.“Kami tidak tahu….semua berlalu begitu panjang dan menyedihkan, pemuda. Kami semula memang berteman baik dengan Pendekar Dunia Arwah. Kami berlindung diri disini karema kami khawatir dengan sergapan Kanezka yang hendak memburu kami. Kami hanya ingin bertahan. Namun semua berubah ketika Birawa….punya idenya yang luar biasa gila.”“….maksudmu membangkitkan Sang
“Maju kau, Raksha!”Birawa berderap kencang lalu mengayun pisau kujang emasnya ke arah leher Raksha. Tebasannya yang cepat itu langsung ditangkis dengan tinju Raksha yang sudah dilapisi aura Kanuragan Ozora terkuatnya.Birawa tidak menyerah. Dia kembali maju lalu menebas horizontal berkali-kali untuk menggorok leher lawannya dengan cepat, tetapi Raksha berhasil menangkisnya berkali-kali dengan tinjunya sambil melangkah mundur.Birawa meloncat maju lebih kuat ketika Raksha mundur cukup jauh. Namun dia tidak sadar ketika Raksha balik berpijak lalu melontarkan tendangan balasannya hingga menghujam perutnya kasar, mendorongnya jauh hingga terpental ke ujung goa.Kini giliran Raksha yang menyerang. Dia loncat maju, menerjang Birawa dengan tendangan lututnya, yang sayangnya berhasil ditangkis oleh pisau kujang emas Birawa. Namun, Raksha lanjut memutar tubuhnya lalu melontarkan tendangan sampingnya yang kena telak menghantam perut musuhnya. Birawa kembali terpental keras ke ujung goa hingga
“Ini…apa?”Sena meregangkan telapak tangan kanannya ke arah mulut goa. Telapak tangan kanannya itu berhenti, soelah-olah ada tembok transparan yang menahannya. Dugaannya benar, ada kanuragan aneh yang membentuk tembok, yang menahan dirinya masuk ke dalam goa ini.Fakta bahwa Sena tidak bisa masuk ke dalam goa membuat Seluruh pengawal arwah elit Raksha terdiam kebingungan. Sena yang sejatinya adalah Pendekar para Dewa seharusnya bisa masuk ke dalam goa ini tanpa terhalang jurus Birawa.“Dia tidak bisa masuk goa? Apa karena kita yang bersembunyi di balik bayangannya?” bisik Asoka keheranan.“Tidak, tidak mungkin seperti itu. Seharusnya dia bisa masuk seperti Tuan Raksha yang telah diberikan izin oleh pemilik jurus ini dan kita akan dikeluarkan paksa apabila dia masuk ke dalam goa.” sela Gardapati.“Bukankah dia Pendekar Para Dewa? Apa dia menyembunyikan sesuatu dari Tuan Raksha?” tanya Diendra curiga.“Apa bisa jadi dia adalah Pendekar Dunia Arwah?” bisik Suja penasaran.“Masih kecil ke
“Emm…Sena?”Raksha berulang kali memanggil Sena, tetapi Sena malah memalingkan muka. Dia tahu Sena sedang marah karena raut wajahnya yang cemberut daritadi.“Diam dulu.” bisik Sena dingin seraya menggenggam pisau kujang emas yang masih tertanam di pundak kanan Raksha. Perlahan, cahaya biru kehijauan Kanuragan Wiratama dari telapak tangan Sena memancar terang memenuhi tubuh Raksha melalui pisau kujang emas itu. Lambat laun, Raksha tidak lagi merasakan nyeri otot dan saraf yang semula menimpa tubuhnya karena Kanuragan Wiratama dan Khsatryians di tubuhnya kembali stabil.Setelah dirasa pulih, Sena langsung tarik pisau kujang emas itu dari pundak kanan Raksha. Raksha mengerang perih karena kaget, tetapi setelah itu lukanya langsung tertutup pulih karena Kanuragan WIratama dari Sena.“Aw….harusnya kamu memperingatiku dulu tadi, Sena…” keluh Raksha.“Buat apa? Toh, kamu tidak bilang-bilang masuk ke goa ini sendirian.” Balas Sena ketus.“Sena…ini bukan saatnya mempermasalahkan keputusanku.”
“Dia….tewas?”Sena menghampiri Raksha yang masih mematung persis di hadapan Birawa yang tergolek tidak bernyawa. Namun Raksha masih diam.Raksha tenggelam dalam pikirannya. Sosok Aryasatya, seorang Pendekar Dunia Arwah dengan Kanuragan Yaksha muncul di benaknya, yang membuat dia sadar tidak semua pendekar dunia arwah memiliki cara yang sama untuk melawan kezaliman Kanezka. Di sisi lain, ketika dia melawan Birawa, dia juga baru sadar kalau Pendekar Dunia Arwah dengan Kanuragan Ozora pun ada juga yang berpikir sesat. Namun dia tidak bisa memungkiri kalau membangkitkan Sang Pahlawan Abimanyu mungkin adalah ide besar baginya untuk melawan Kerajaan Kanezka di nusantara ini.Terlepas dari besarnya ambisi Birawa, pengorbanan yang Raksha lalui untuk mencapai itu terlalu besar. Kalau dia harus mengorbankan Pendekar Kanuragan Wiratama, yang berarti mengorbankan Sena untuk membangkitkan Sang Pahlawan Abimanyu, rasanya dia tidak akan sampai hati untuk melakukan itu. Ambisi penting, tapi dia tidak
“Yang Mulia, ternyata benar, pasukan Kanezka tengah mendatangi goa ini dengan persenjataan lengkap.”Bisikan Sakuntala yang terdengar hanya di dalam hati Raksha kala itu sempat membuat Raksha berhenti mengubur mayat terakhir di Goa. Dia melirik Sena sekelabat, setelah dia memastikan kalau Sena masih sibuk mengubur, dia kembali fokus ke Sakuntala.“Berapa kekuatan?” tanya Raksha berbisik.“Tidak banyak, Yang Mulia. Sekitar 30 kekuatan. Mereka semua mengenakan seragam pendekar silat Udayana berwarna hijau.” jawab Sakuntala.“….berarti mereka dari Padepokan Kanuragan Wayu. Kenapa mereka ada di pulau ini?”“Saya tidak tahu pasti, Yang Mulia. Tetapi saya bisa merasakan hawa membunuh dari mereka. Harap berhati-hati, Yang Mulia Raksha.”Raksha diam sejenak lalu berpikir. Dia tahu kalau Padepokan Dewa Angin dan Padepokan Dewa Air seringkali berkoalisi dan bertukar ilmu ajian sakti sehingga dia tidak heran melihat Wanda Jagadita dan Taksa Nismara bisa menguasai jurus pengendalian air dan angin