Chapter 2
Masih tampak begitu jelasnya di ingatan Ray hingga saat ini, bagaimana menyeramkannya kejadian sepuluh tahun yang lalu. Sebuah tragedi yang begitu tragis yang menghancurkan seluruh hidupnya. Kala itu, Ray yang baru saja pulang dari tamasya sekolah, ingin segera bertemu dengan kedua orang tuanya karena merasa kangen. Namun ketika dia sampai di rumah, bukannya sambutan atupun pelukan hangat yang ia terima dari ayah dan ibunya, justru sebuah kejutan yang sangat luar biasa ia dapatkan.
Dengan mata kepalanya sendiri, dia melihat kedua orangtuanya tergeletak meregang nyawa di lantai kamar, dengan bersimbah darah di sekujur tubuh mereka. Entah sebenarnya apa yang terjadi, Ray juga tidak tahu. Ray hanya bisa berteriak minta tolong, namun tak ada satupun orang yang datang.
Entah dari mana datangnya, tiba-tiba ada seorang laki-laki berbaju serba hitam dan memakai topi, datang menghampiri Ray dengan membawa sebuah pisau yang sudah berlumuran darah dan sebuah pistol. Ray yang takut pun lantas segara lari untuk mencari bantuan.
Mang Supri-sopir yang biasa mengantar Ray melihat jika anak dari majikannya berlari ketakutan dikejar seseorang yang tak dikenal pun lantas datang menolong. Mang Supri meminta Ray cepat pergi keluar rumah, dan dia akan mengambil mobil untuk membawa Ray pergi jauh dari rumah Namun sayangnya, rencana yang Mang Supri pikirkan, justru membawa malapetaka bagi dirnya sendiri. Sebutir peluru dengan cepat menghujam masuk ke kepalanya hingga membuat dia terkapar begitu saja.
“Ayah! Ibu!” teriak Ray yang tiba-tiba terbangun dari tidurnya.
Ray melirik ke arah jam dinding, yang ternyata baru menunjukan pukul dua dini hari. Ray benar-benar sudah merasa tersiksa dengan mimpi buruk mengenai kematian tragis keluarganya, yang terus saja menghantui tidurnya. Meskipun dia telah rutin melakukan pengobatan ke psikiater, namun tetap saja hal itu belum juga mampu menghilangkan gangguan traumatis yang ia alami saat ini.
"Dimana obatku?" gumam Ray yang lantas segera menacari obat yang telah diresepkan oleh psikiater untuknya, guna menurunkan trauma panik yang ia alami saat ini.
Sudah kurang lebih 4 tahun belakangan ini Ray selalu rutin menjalani terapi pengobatan di psikiater. Namun sayanganya, hingga kini gangguan traumatis yang ia seriita tak kunjung hilang. Dia sempat mencoba untuk menghentikan pengobatannya karena merasa tak ada perubahan yang signifikan pada dirinya. Namun hal itu justru menimbulkan dampak yang jauh lebih buruk, Ray sering kali merasa kehilangan kontrol pada dirinya sendiri.
“Ray! Kamu ada di dalam?” Terdengar seperti suara Yoshi dari luar rumah sembari mengetuk pintu rumah Ray.
"“Masuk saja” sahut Ray dari dalam rumah.
Sudah seperti menjadi rutinitas setiap hari bagi Yoshi tiba-tiba datang ke rumah Ray. Bahkan hampir setiap malam, dia juga memilih tidur di rumahku daripada pulang ke rumahnya. Hubungan kurang harmonis yang terjalin antara dia dengan ayahnya membuat Yoshi merasa malas untuk pulang ke rumah. Apalagi ditambah belakangan ini ayahnya menikah lagi tak lama setelah ibu Yoshi meninggal yang semakin membuat dia tidak betah jika berada di rumah.
"Kabuh lagi?" tanya Yoshi yang melihat Ray menggenggam botol obat.
"Iya begitulah. Entah sampai kapan aku harus seperti ini"
"Sabar! Semua butuh proses"
Meskipun hanyalah sahabata dan rekan kerja, hubungan Ray dan Yoshi dapat dikatakan layakanya seperti saudara kandung. Sudah hampir tujuh tahun lebih Ray mengenal Yoshi. Seorang pria bertubuh kecil dan kurus namun memiliki watak keras seperti batu yang tampaknya hanya akan menjadi beban dan tidak bisa diandalkan sama sekali. Itulah kesan pertama Ray ketika melihat Yoshi saat pertama kali dibawa oleh Yamamoto datang ke markas Obake. Namun sekarang, Yoshi telah berubah menjadi seorang pria dewasa yang panjang akal.
"Bagaimana misimu kemarin?" tanya Yoshi sembari membakar satu puntung rokok.
"Seperti biasa, berhasil. Tapi aku harus meminta bantuan seseroang untuk memabntuku memancing Nagano, agar dia bisa masuk ke dalam perangkap yang telah aku buat"
"Yamamoto tahu akan hal itu?"
"Justru itu yang aku khawatirkan sekarang"
Meskipun Yamamoto tidak pernah memberikan peraturan tentang larangan menggunakan bantuan orang lain ketika menjalan sebuah misi, namun Ray merasa khawatir jika apa yang ia lakukan akan berdampak buruk. Ray tidak takut jika dia yang akan mendapatkan konsekuensinya jika dia dinilai bersalah, namun dia khawatir akan keselamatan nyawa dari gadis yang ia gunakan pada tempo hari lalu.
"Sudahlah! Yang terpenting kan hasilnya, persoalan bagaimana caranya kamu membunuh dia menurutku itu tidaklah terlalu penting"
"Aku harap juga demikian"
Sesuai denngan perjanjian di awal, selain Ray akan mendapatkan imbalan yang sangat besar jika berhasil membunuh Nagano, Ray tidak akan dikirm untuk emnjalan misi di Indonesia. Maka dari itu, meskipun misi membunuh Nagano kemarian sangatlah sulit untuk dilakukan, namun Ray berusaha setengah mati agar misi tersebut dapat berhasil.
"Memang berapa imbalan yang kamu dapatkan dari misi kemarin, Ray? Pasti sangatlah besar hingga kamu mau mengambil misi sebesar itu?"
"Ini!" uap Ray sembari menunjukan sebuah cek bernominal 18 juta yen.
"Gila! Sebesar ini Ray?"
"Kita hanya butuh menjalankan beberapa misi kecil lagi, renca kita berdua mungkin akan segera terealisiakan" ucap Ray.
Sebuah rencana mencoba untuk menjalani hidup dengan nyaman dan damai, Ray dan Yoshi berencana akan pergi Islandia dan menetap di sana selamanya. Mungkin itu tidak mudah bagi seseorang gangster seperti mereka berdua untuk keluar begitu saja dari kehidupan yang mereka berdua jalani saat ini, namun Ray dan Yoshi sudah menyusun sebuah rencana agar cita-cita mereka berdua itu bisa terealisasikan. Hanya uang yang menjadi kendala Ray dan Yoshi saat ini.
"Kamu kenapa? Tidak biasanya kamu seperti ini?" tanya Ray pada Yosi yang terlihat bertingkah aneh, seperti ada hal yang ia pikirkan saat ini.
"Aku sebenarnya ada sebuah solusi agar kita berdua bisa lebih cepat pergi dari negara ini" ucap Yoshi.
"Apa?" tanya Ray yang merasa sangat penaasaran.
"Kita bunuh Yamamoto, lalu kita kuras semua harta miliknya"
"Apa kamu sudah gila!"
"Aku tahu itu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, mungkin bagimu itu adalah hal yang sangat mustahil untuk kita lakukan. Namun akau sudah mendapatkan orang yang mau membantu kita untuk melakukan hal itu"
"Siapa?"
"Mark! Dia mau memberi kita imbalan yang sangat besar jika kita bisa membunuh Yamamoto. Bukan hanya itu, dia juga akan membiarkan kita bebas selamanya"
Mark merupakan sebuah bos kasino yang begitu terkenal di Las Vegas. Hubungan antara Mark dan Yamomoto memanglah sangat buruk, bisa dikatakan mereka berdua adalah musuh abadi sejak dulu. Keserakahan Yamoto yang seringkali menganggu bisnis yang ia jalankan dan juga direbutnya pacar Mark oleh Yamamotoo membuat api permusuhan di atara mereka berdua berkobar semakin besar.
Chapter 3“Tidak mungkin! Aku benar-benar sudah yakin tidak meninggalkan bukti sedikitpun di sana”“Tapi kamu lihat itu apa? Masih mau bilang kalau kamu kali ini memang benar-benar main bersih?”Aku juga merasa heran kenapa Polisi bisa menemukan botol obat yang aku gunakan untuk meracuni Yamaguchi. Padahal aku sangat yakin jika botol itu sudah aku masukan ke dalam tas.“Habislah kita kalau sampai mereka mengetahui kalau semua itu ulahmu” imbuh Yamamoto sembari memukul mejaYamamoto terlihat benar-benar begitu marah terhadapku. Aku pun juga bisa paham jika dia bersikap seperti itu. Karena sedari awal dia sudah mengatakan jika misi ini cukup berat. Dia sudah berulang kali mencoba menanyakan apakah aku yakin akan mengambil misi itu, dan aku selalu menjawab dengan penuh keyakinan jika aku yakin akan mengambilnya.“Kalau tahu akhirnya begini, lebih baik aku lempar ke orang lain saja” ucap Yamamoto.“Terus bagaimana ini? Aku tidak mau tertangkap oleh para Polisi itu. Tolong bantu aku!” uca
Chapter 4 “Apa yang harus kita lakukan, Ray?” “Cepat tutup kembali gordengnya, jangan sampai mereka tahu kalau aku sedang ada di rumah saat ini” Aku merasa saat ini sudah seperti berdiri di bibir jurang, tinggal menunggu kaki siapa yang akan mendorongku masuk dan mati di dalamnya. Aku memikirkan kembali saran yang diberikan oleh Yamamoto padaku, namun tetap saja terasa sangat sulit jika aku harus menerimanya. Namun di tangkap oleh para Polisi itu dan hidupku akan berakhir dengan hukuman mati tentu saja bukanlah hal yang akan aku pilih. “Sebaiknya kamu pikir baik-baik apa yang disarankan oleh Yamamoto padamu tadi, Ray!” “Tapi aku tidak mau kembali ke tempat itu, Yosh!” “Tapi sekarang juga sudah tidak ada jalan lain lagi, Ray! Mungkin sebentar lagi akan datang lebih banyak Polisi lagi ke sini” “Apa sebaiknya aku kabur saja dari negara ini?” “Mau kabur kemana kamu? Mungkin saja kamu sekarang sudah menjadi DPO karena berita ini sudah menyebar di mana-mana. Waktu kamu sudah ada ba
Chapter 4“Apa yang harus kita lakukan, Ray?”“Cepat tutup kembali gordengnya, jangan sampai mereka tahu kalau aku sedang ada di rumah saat ini”Aku merasa saat ini sudah seperti berdiri di bibir jurang, tinggal menunggu kaki siapa yang akan mendorongku masuk dan mati di dalamnya. Aku memikirkan kembali saran yang diberikan oleh Yamamoto padaku, namun tetap saja terasa sangat sulit jika aku harus menerimanya. Namun di tangkap oleh para Polisi itu dan hidupku akan berakhir dengan hukuman mati tentu saja bukanlah hal yang akan aku pilih. “Sebaiknya kamu pikir baik-baik apa yang disarankan oleh Yamamoto padamu tadi, Ray!”“Tapi aku tidak mau kembali ke tempat itu, Yosh!”“Tapi sekarang juga sudah tidak ada jalan lain lagi, Ray! Mungkin sebentar lagi akan datang lebih banyak Polisi lagi ke sini”“Apa sebaiknya aku kabur saja dari negara ini?”“Mau kabur kemana kamu? Mungkin saja kamu sekarang sudah menjadi DPO karena berita ini sudah menyebar di mana-mana. Waktu kamu sudah ada banyak lag
Chapter 1Menjalani hidup sebagai anggota gangster sekaligus merangkap sebagai pembunuh bayaran mungkin tidak pantas untuk disebut sebagai pilihan hidup yang layak untuk seorang manusia, apalagi bagi seorang pemuda sehat berumur 27 tahun seperti diriku. Namun berkat berkat menjalani kehidupan itu seperti itulah yang membuat diriku dapat bertahan hidup bahkan bisa membeli semua hal yang aku inginkan selama sepuluh tahun belakangan ini. Aku adalah Reino Putra Arnanda, atau lebih dikenal dengan Ray. Seorang pemuda yang cukup disegani di kalangan gangster kota Osaka karena terkenal cerdik, pintar dan bengis yang dapat melakukan hal apapun demi mendapatkan uang. Karena sifatku itulah aku mendapatkan julukan Akuma itu, yang dalam bahasa Jepang berarti Iblis.“Kamu dipanggil ke base camp sekarang! Katanya kamu nggak bisa di hubungi sedari tadi pagi”Ucap salah seorang temanku-Yoshi yang juga merupakan anggota gangster Obake sama seperti diriku yang kebetulan sedang berada di café di tengah k
Chapter 4“Apa yang harus kita lakukan, Ray?”“Cepat tutup kembali gordengnya, jangan sampai mereka tahu kalau aku sedang ada di rumah saat ini”Aku merasa saat ini sudah seperti berdiri di bibir jurang, tinggal menunggu kaki siapa yang akan mendorongku masuk dan mati di dalamnya. Aku memikirkan kembali saran yang diberikan oleh Yamamoto padaku, namun tetap saja terasa sangat sulit jika aku harus menerimanya. Namun di tangkap oleh para Polisi itu dan hidupku akan berakhir dengan hukuman mati tentu saja bukanlah hal yang akan aku pilih. “Sebaiknya kamu pikir baik-baik apa yang disarankan oleh Yamamoto padamu tadi, Ray!”“Tapi aku tidak mau kembali ke tempat itu, Yosh!”“Tapi sekarang juga sudah tidak ada jalan lain lagi, Ray! Mungkin sebentar lagi akan datang lebih banyak Polisi lagi ke sini”“Apa sebaiknya aku kabur saja dari negara ini?”“Mau kabur kemana kamu? Mungkin saja kamu sekarang sudah menjadi DPO karena berita ini sudah menyebar di mana-mana. Waktu kamu sudah ada banyak lag
Chapter 4 “Apa yang harus kita lakukan, Ray?” “Cepat tutup kembali gordengnya, jangan sampai mereka tahu kalau aku sedang ada di rumah saat ini” Aku merasa saat ini sudah seperti berdiri di bibir jurang, tinggal menunggu kaki siapa yang akan mendorongku masuk dan mati di dalamnya. Aku memikirkan kembali saran yang diberikan oleh Yamamoto padaku, namun tetap saja terasa sangat sulit jika aku harus menerimanya. Namun di tangkap oleh para Polisi itu dan hidupku akan berakhir dengan hukuman mati tentu saja bukanlah hal yang akan aku pilih. “Sebaiknya kamu pikir baik-baik apa yang disarankan oleh Yamamoto padamu tadi, Ray!” “Tapi aku tidak mau kembali ke tempat itu, Yosh!” “Tapi sekarang juga sudah tidak ada jalan lain lagi, Ray! Mungkin sebentar lagi akan datang lebih banyak Polisi lagi ke sini” “Apa sebaiknya aku kabur saja dari negara ini?” “Mau kabur kemana kamu? Mungkin saja kamu sekarang sudah menjadi DPO karena berita ini sudah menyebar di mana-mana. Waktu kamu sudah ada ba
Chapter 3“Tidak mungkin! Aku benar-benar sudah yakin tidak meninggalkan bukti sedikitpun di sana”“Tapi kamu lihat itu apa? Masih mau bilang kalau kamu kali ini memang benar-benar main bersih?”Aku juga merasa heran kenapa Polisi bisa menemukan botol obat yang aku gunakan untuk meracuni Yamaguchi. Padahal aku sangat yakin jika botol itu sudah aku masukan ke dalam tas.“Habislah kita kalau sampai mereka mengetahui kalau semua itu ulahmu” imbuh Yamamoto sembari memukul mejaYamamoto terlihat benar-benar begitu marah terhadapku. Aku pun juga bisa paham jika dia bersikap seperti itu. Karena sedari awal dia sudah mengatakan jika misi ini cukup berat. Dia sudah berulang kali mencoba menanyakan apakah aku yakin akan mengambil misi itu, dan aku selalu menjawab dengan penuh keyakinan jika aku yakin akan mengambilnya.“Kalau tahu akhirnya begini, lebih baik aku lempar ke orang lain saja” ucap Yamamoto.“Terus bagaimana ini? Aku tidak mau tertangkap oleh para Polisi itu. Tolong bantu aku!” uca
Chapter 2 Masih tampak begitu jelasnya di ingatan Ray hingga saat ini, bagaimana menyeramkannya kejadian sepuluh tahun yang lalu. Sebuah tragedi yang begitu tragis yang menghancurkan seluruh hidupnya. Kala itu, Ray yang baru saja pulang dari tamasya sekolah, ingin segera bertemu dengan kedua orang tuanya karena merasa kangen. Namun ketika dia sampai di rumah, bukannya sambutan atupun pelukan hangat yang ia terima dari ayah dan ibunya, justru sebuah kejutan yang sangat luar biasa ia dapatkan. Dengan mata kepalanya sendiri, dia melihat kedua orangtuanya tergeletak meregang nyawa di lantai kamar, dengan bersimbah darah di sekujur tubuh mereka. Entah sebenarnya apa yang terjadi, Ray juga tidak tahu. Ray hanya bisa berteriak minta tolong, namun tak ada satupun orang yang datang. Entah dari mana datangnya, tiba-tiba ada seorang laki-laki berbaju serba hitam dan memakai topi, datang menghampiri Ray dengan membawa sebuah pisau yang sudah berlumuran darah dan sebuah pistol. Ray yang takut p
Chapter 1Menjalani hidup sebagai anggota gangster sekaligus merangkap sebagai pembunuh bayaran mungkin tidak pantas untuk disebut sebagai pilihan hidup yang layak untuk seorang manusia, apalagi bagi seorang pemuda sehat berumur 27 tahun seperti diriku. Namun berkat berkat menjalani kehidupan itu seperti itulah yang membuat diriku dapat bertahan hidup bahkan bisa membeli semua hal yang aku inginkan selama sepuluh tahun belakangan ini. Aku adalah Reino Putra Arnanda, atau lebih dikenal dengan Ray. Seorang pemuda yang cukup disegani di kalangan gangster kota Osaka karena terkenal cerdik, pintar dan bengis yang dapat melakukan hal apapun demi mendapatkan uang. Karena sifatku itulah aku mendapatkan julukan Akuma itu, yang dalam bahasa Jepang berarti Iblis.“Kamu dipanggil ke base camp sekarang! Katanya kamu nggak bisa di hubungi sedari tadi pagi”Ucap salah seorang temanku-Yoshi yang juga merupakan anggota gangster Obake sama seperti diriku yang kebetulan sedang berada di café di tengah k